Defisit Anggaran Dan Implikasinya Badan
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
Serambi
Publikasi Artikel
Artikel Anggaran dan Perbendaharaan
Defisit Anggaran dan Implikasinya
Defisit Anggaran dan Implikasinya
Dibuat: Senin, 20 April 2015 10:17
Ditulis oleh Abu Samman Lubis
Kalend
Anggar
Kalende
Pelatiha
Oleh: Abu Samman Lubis*
Anggara
Abstrak
Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat
dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di satu
sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan pada sisi
pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan memperbesar
pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sisi produksi sehingga meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Pemerintah berkomitmen mempertahankan kebijakan makro ekonomi yang mengedepankan
prinsip kehatihatian, termasuk dalam pengelolaan anggaran yang tidak defisit berlebihan. Pada saat
yang sama, pemerintah berupaya senantiasa mengantisipasi keadaan ekonomi dunia yang penuh
ketidakpastian.
Baca S
Dosen
Keilmu
Lokaka
Pendam
Keuang
Anggar
Kata kunci: Defisit Anggaaran dan Implikasinya
I. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu komponen penting di
dalam penyelenggaraan suatu negara. Hal tersebut dapat dimengerti karena APBN merupakan
“mesin” penggerak penyelenggaraan negara.
Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara kebijakan defisit atau
surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan
pengeluaran (ekspansif). Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju
pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).
Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBNnya bahwa kebijakan defisit selalu
menjadi pilihan utama, bahkan kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan.
Dengan defisit memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran
bunga dan cicilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensitif terhadap kondisi makro
ekonomi.
Dengan latar belakang permasalahan defisit anggaran yang selalu muncul dalam setiap
penyusunan APBN, dengan sendirinya defisit telah menjadi pilihan tetap dalam kebijakan
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
1/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
anggaran. Oleh karena itu, tulisan ini akan dijelaskan kenapa harus defisit anggaran, apa
penyebabnya dan implikasinya dalam perekonomian nasional.
II. PEMBAHASAN
a. Pengertian
Ilmu dan praktek ekonomi mengenal alternatif. Pengeluaran tidak perlu mengecil, tetapi
penerimaan yang mengecil pada tahun ini bisa ditutup dengan penerimaan yang lebih besar dari
tahuntahun mendatang. Artinya, sebagian penerimaan dari tahun ini merupakan utang yang harus
ditutup oleh tahuntahun mendatang. Istilahnya adalah anggaran defisit/defisit anggaran. Dengan
kata lain defisit anggaran terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya, dan jika
sebaliknya adalah surplus, yaitu apabila penerimaannya lebih besar daripada pengeluarannya.
Kegiatan ekonomi keseluruhan tidak perlu menciut, laju pertumbuhan ekonomi tidak perlu
tertahan. Hanya saja pengeluaran tahun ini menjadi lebih besar daripada penerimaan tahun ini.
Sesungguhnya alternatif itu juga sudah dilaksanakan dalam anggaran negara kita. Apa yang
disebut sebagai penerimaan pembangunan (pembiayaan) pada dasarnya adalah utang dari luar
negeri yang diharapkan bisa dilunasi dari penerimaan tahuntahun mendatang.
Sejak tahun 2003 APBN anggaran kita sudah defisit, bahkan dapat dikatakan tahuntahun
mulai periode orde lama, orde baru, dan sampai pemerintahan saat ini kebijakan defisit sudah
dijalankan dan sampai saat ini masih dipertahankan sebagai kebijakan anggaran.
b. Penyebabnya
Adapun faktor penyebab terjadinya pembengkakan pengeluaran negara salah satunya
karena tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pengeluaran meningkat dengan cepat,
sedangkan laju pertumbuhan penerimaan yang tidak diharapkan atau laju penerimaan yang tidak
stabil. Penyebab defisit bisa muncul dalam kondisi krisis ekonomi, karena keadaan ini akan
berimbas kepada anggaran negara. Dalam keadaan krisis akan memaksa pemerintah untuk
mengadakan pengeluaran ekstra untuk memperbaiki keadaan ekonomi (pemulihan ekonomi). Oleh
karena itu, ekspansi anggaran akan memacu pertumbuhan ekonomi, dengan demikian dapat
dikatakan penyerapan dan efektivitasnya merupakan masalah krusial.
Anggaran negara dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi belanja negara dan sisi pendapatan.
Dalam dua tahun anggaran dapat dilihat komposisi anggaran yang dalam APBN Perubahan
(APBNP) 2015 belanja ditetapkan Rp 1.984,1 triliun. Jumlah itu lebih tinggi Rp 107,3 triliun
dibandingkan dengan APBN Perubahan (APBNP) 2014 sebesar Rp 1,876,8 triliun. APBNP 2015
defisit direncanakan Rp 222,5 triliun, turun dibandingkan dengan APBN 2014 defisit sebesar 241,5
triliun. Dengan defisit tersebut diharapkan lebih ekspansif dalam memacu perekonomian untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi, karena setiap penambahan pengeluaran akan mendorong
pertumbuhan ekonomi asal ditujukan untuk belanja yang produktif.
Penurunan defisit dapat terjadi penerimaan negara meningkat lebih besar dibandingkan
dengan perkiraan perubahan dari sisi pengeluaran. Adapun menyebab rendahnya pengeluaran:
pertama, tertundanya penyelesaian anggaran; kedua, rendahnya pembiayaan subsidi dan
pembayaran bunga utang luar negeri yang diikuti dengan lebih cepatnya apresiasi rupiah;
tertundanya beberapa penarikan pinjaman luar negeri; keempat, terlambatnya otorisasi
pembelanjaan danadana proyek.
Dalam APBN 2014 kebijakan defisit masih dipertahankan sebagai kebijakan anggaran
seperti tersebut di atas ditetapkan sebesar Rp241,5 triliun, tetapi dalam pelaksanaannya defisit
berubah menjadi Rp227,4 triliun atau turun sebesar Rp14,1 triliun. Penurunan ini antara lain
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
2/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
disebabkan subsidi BBM lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan perubahan pada sisi
pengeluaran.
Kemudian pada pemerintahan Joko Widodo, kebijakan defisit anggaran 2015 masih
dipertahankan, yakni dengan menetapkan defisit sebesar Rp222,5 triliun.
c. Implikasinya
Sebagaimana di katakan di atas, bahwa defisit terjadi karena pengeluaran anggaran lebih
besar dari penerimaan. Dari aspek pengeluaran defisit anggaran dapat terjadi karena adanya
penerapan kebijakan utang luar negeri, namun demikian harus dapat mengelola utang dengan baik,
kalau tidak, akan dengan sengaja pemerintah mengabaikan generasi mendatang.
Dalam manajemen pengeluaran juga terkait pengelolaan utang luar negeri yang ditujukan
untuk melihat efektifitas penggunaannya lewat pembiayaan sektorsektor produktif. Adapun
dengan konsep pengelolaan utang akan terkait aspek makro ekonomi, seperti nilai tukar, inflasi
dan variabel moneter lainnya yang ikut menentukan besarnya volume hutang suatu negara.
Sedangkan dalam hal penerimaan negara dijadikan alat pengimbang pengeluaran (menekan
defisit anggaran sekecil mungkin). Penerimaan ini haruslah berupa akumulasi penerimaan yang
netral. Adapun kebijakan yang netral yang dimaksud adalah kebijakan perpajakan. Sehingga
kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan penerimaan. Salah satu cara meningkatkan
penerimaan pajak melalui peningkatan sumber daya manusia (fiskus) pegawai pajak.
Di sisi lain peningkatan penerimaan pemerintah melalui pajak sudah menjadi keharusan
mengingat tax ratio yang masih rendah. Kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan
penerimaan perpajakan lewat ekstensifikasi dan intensifikasi. Penerimaan negara dari pajak ini,
memang masih sangat potensial untuk ditingkatkan terutama setelah diaktifkan/difokuskan
lembaga penyanderaan, namun perlu didukung dengan pengawasan yang ketat. Di samping itu,
faktor utama yang perlu diperhatikan adalah menjaga kestabilan ekonomi. Penerimaan pajak
tergantung pada pertumbuhan ekonomi, kalau ekonomi tumbuh/meningkat maka pajak akan
meningkat. Di samping itu juga, secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
menciptakan lapangan kerja guna mengatasi pengangguran dan mengurangi kemiskinan.
Oleh karena itu, secara teori peningkatan defisit dilakukan untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi, dalam jangka panjang defisit anggaran akan tetap memberikan dorongan untuk
pertumbuhan ekonomi sebanyak mungkin, asal bukan untuk pembayaran rutin, utang, atau
pembayaran bunga obligasi.
Terlepas dari sudut analisis, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan sehubungan
dengan pencapaian sasaran defisit, yaitu: mengurangi subsidi serta pengetatan kebijakan rutin
dan pembangunan. Pengurangan subsidi merupakan kebutuhan mendesak, karena itu
penyumpang terbesar bagi tidak sehatnya APBN selama ini. Hal ini dapat dilihat pada APBN 2015
bahwa subsidi energi turun menjadi Rp344,7 dibandingkan dengan APBN 2014 sebesar Rp 350,3
triliun. Konsep subsidi ada yang menginginkan seharusnya dihapus dan diganti dengan alokasi
anggaran pembangunan yang menyentuh langsung terhadap pelayanan publik, atau pelayanan
yang diterima secara langsung oleh masyarakat miskin.
d. Apa yang harus dilakukan agar perekonomian meningkat?
Sebagaimana dijelakan di atas, penerimaan pajak tergantung pada pertumbuhan ekonomi,
kalau ekonomi tumbuh/meningkat maka pajak akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
bagaimana menggairahkan perekonomian sehingga laju pertumbuhan dapat meningkat, pemerintah
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
3/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
perlu mempertimbangkan isuisu yang berkembang di kalangan pengamat ekonomi, yakni menurut
Prof. ekonomi sekaligus dekan untuk program MBA di INSEAD, Antonio Fatas, suatu ketika ia
mengatakan dalam seminar bisnis untuk wartawan, Rabu (17/10/2007) di Singapura, bahwa
investasi harus berkontribusi 30 persen terhadap Produk Domistik Bruto per tahun jika suatu
negara ingin perekonomiannya tumbuh enam persen.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor untuk menunjang pertumbuhan ekonomi suatu
negara, yaitu:
1. Investasi
Invetasi merupakan kata kunci dalam hal produksi, sedangkan produksi merupakan faktor
utama pertumbuhan ekonomi. Korea Selatan merupakan salah satu negara miskin yang
mencapai pertumbuhan ekonomi ratarata lebih dari enam persen pada periode 19602005,
dengan ratarata kontribusi investasi terhadap PDB sebesar 30 persen dalam kurun waktu
tersebut.
2. Inovasi
Inovasi juga menjadi faktor penunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya insentip dalam
hal inovasi, misalnya hak cipta, bisa mendorong produktivitas suatu negara, selain itu
3. Kebijakan kelembagaan (pemerintah) serta stabilitas politik.
Dalam hal tertentu terdapat penyebab investasi belum tumbuh/pertumbuhan lambat yaitu
pembangunan/perbaikan berbagai proyek infrastruktur sangat lambat. Untuk menopang percepatan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan stok infrastruktur merupakan salah satu
persyaratan mutlak. Beberapa contoh dari kurang baiknya infrastruktur adalah (a) pelabuhan dan
transportasi darat yang buruk menyebabkan pengiriman barang dengan container dari pabrik ke
pelabuhan berjalan lambat. Kesemrawutan penanganan container di pelabuhan dan pelayanan
yang buruk dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman dan ketibaan. Padahal faktor ketepatan
waktu merupakan persyaratan penting bagi sistem kanban atau just in time dalam jaringan
produksi global, (b) persoalan listrik yang tak memadai dari segi jumlah pasokan dan keandalan,
dan (c) pasokan gas dan air bersih.
Kesemuanya inilah yang pada akhirnya menyebabkan kos tetap (fixed cost) dalam
berusaha di Indonesia menjadi sangat mahal dan pada gilirannya mengikis daya saing
perekonomian.
Berdasarkan World Competitivenness Yearbook 2007 keluaran International Institute for
Management Development (IMD), dalam menghitung daya saing keseluruhan dikelompokkan ke
dalam empat faktor utama, yaitu: (1) kinerja ekonomi, (2) efisiensi pemerintahan, (3) efisiensi
bisnis; dan (4) infrastruktur.
Di samping itu, beberapa tahun yang lalu (2007) dan dapat menjadi rujukan di tahun 2015,
bahwa pada 2007 beberapa analisis menjelaskan sebab iklim investasi tak kunjung membaik
adalah (1) akibat ekses desentralisasi. Banyak kebijakan baru sudah baik, akan tetapi tidak efektif
karena kerangka implementasi yang tidak konsisten dan lemah. Seperti kebijakan desentralisasi,
integrasi administrasi keuangan negara, dan anti korupsi satu sama lain telah menghambat
program pembangunan, (2) akibatnya siklus pembelanjaan proyek menjadi berpluktuasi dengan
sangat tajam, dengan proyekproyek ditumpuk pada akhir tahun (backloading), (3) peraturan
perburuhan, (4) tumpang tindih berbagai peraturan, misalnya antara peraturan pertambangan
dengan desentralisasi dan pemeliharaan lingkungan hidup, dan (5) kita tidak bisa memanfaatkan
maksimal booming dalam pertambangan. Ketika harga batu bara tinggi, output batu bara tahun
2007 menunjukkan gejala merosot, proses kebijakan pemerintah cenderung melemah.
Konsep dan strategi masa kini dan masa depan pembangunan berkelanjutan ekonomi
Indonesia, dipengaruhi oleh globalisasi, desentralisasi, dan demokratisasi, dengan penjelasan
sebagai berikut.
1. Globalisasi
Arus globalisasi yang makin deras tampaknya tidak bisa lagi ditolak. Globalisasi ibarat pedang
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
4/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
bermata dua. Ia membuka peluang dan cakrawala baru bagi mereka yang ikut serta untuk maju
lebih cepat.Ia membawa pula risikorisiko baru. Menutup diri atau melawan arus globalisasi
bukanlah opsi yang realistis.
Sikap terbaik bagi suatu perekonomian atau negara adalah pragmatis, melibatkan diri dalam
globalisasi secara cerdas. Tujuan utamanya, memperoleh manfaat sebesarbesarnya dari
globalisasi itu dan sejauh mungkin menghindari risiko negatifnya. Kegamangan hanya akan
merugikan.
2. Demokratisasi
Ekonom senior lainnya, Dr. Sjahrir, menilai demokratisasi yang berlangsung saat ini
menghasilkan kondisi politik yang penuh keanekaragaman kegiatan politik. Dari sisi positif,
terlihat hubungan yang lebih langsung antara pemilih dan pemimpin mereka di berbagai level.
Di sisi negatif, yang amat menonjol adalah berlangsungnya kekerasan bersifat fisik hingga
potensi retaknya hubungan sesama bangsa akibat semakin berkurangnya kepercayaan antara
rakyat dan pemimpin.
3. Desentralisasi
Desentralisasi yang merupakan proses baru menghasilkan suatu dinamika ekonomi dan politik
yang berpengaruh langsung pada kehidupan perekonomian, tingkat kemiskinan, dan stabilitas
ekonomipolitik di suatu wilayah. Desentralisasi sebagai kelanjutan dari semangat demokrasi,
menurut Sjahrir, ternyata menghasilkan prioritas anggaran daerah yang tidak memihak rakyat.
Kecenderungan APBD di tingkat I dan II adalah meningkatnya pengeluaran rutin dan
berkurangnya pengeluaran pembangunan. Tidak heran bahwa dalam fase reformasi, angka
angka indeks pembangunan manusia nyaris tidak beranjak.
III. Penutup
Defisit anggaran harus diarahkan pada mekanisme pemanfaatan, yaitu jenis penggunaan
dan kelembagaan yang menjamin efektifitas dari penggunaannya. Penggunaan defisit anggaran
untuk pembiayaan konsumsi akan membahayakan perekonomian dalam jangka panjang. Tapi
apabila pembiayaan defisit anggaran tersebut digunakan untuk memperluas kapasitas produksi
dan memperkuat anggaran tidak akan memberatkan generasi mendatang.
Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat
dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di
satu sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan
pada sisi pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan
memperbesar pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sisi produksi sehingga
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya untuk kesejahteraan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2013 tentang APBNP 2014.
UU No. 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2014 tentang APBNP 2015.
Harian Kompas. 2007. “Tuntutan Pembangunan Infrastuktur” Analisis Ekonomi Faisal Basri. 25 Juni.
Jakarta.
Harian Kompas. 2006. “Mencari Format Ekonomi yang Pas” 21 Juni. Jakarta.
*Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
5/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
ESEL O N I K EM ENT ERI A N K EUA NG A N
|
Hakcipta © BPPK | Peta Situs| Tentang Kami| Email BPPK| FAQ| Prasyarat| Hubungi Kami| Ikuti Kami
Jalan Purnawarman No 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan . Telp: 02129054300 . Fax: 0217244912
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
6/6
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
Serambi
Publikasi Artikel
Artikel Anggaran dan Perbendaharaan
Defisit Anggaran dan Implikasinya
Defisit Anggaran dan Implikasinya
Dibuat: Senin, 20 April 2015 10:17
Ditulis oleh Abu Samman Lubis
Kalend
Anggar
Kalende
Pelatiha
Oleh: Abu Samman Lubis*
Anggara
Abstrak
Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat
dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di satu
sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan pada sisi
pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan memperbesar
pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sisi produksi sehingga meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Pemerintah berkomitmen mempertahankan kebijakan makro ekonomi yang mengedepankan
prinsip kehatihatian, termasuk dalam pengelolaan anggaran yang tidak defisit berlebihan. Pada saat
yang sama, pemerintah berupaya senantiasa mengantisipasi keadaan ekonomi dunia yang penuh
ketidakpastian.
Baca S
Dosen
Keilmu
Lokaka
Pendam
Keuang
Anggar
Kata kunci: Defisit Anggaaran dan Implikasinya
I. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu komponen penting di
dalam penyelenggaraan suatu negara. Hal tersebut dapat dimengerti karena APBN merupakan
“mesin” penggerak penyelenggaraan negara.
Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara kebijakan defisit atau
surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan
pengeluaran (ekspansif). Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju
pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).
Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBNnya bahwa kebijakan defisit selalu
menjadi pilihan utama, bahkan kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan.
Dengan defisit memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran
bunga dan cicilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensitif terhadap kondisi makro
ekonomi.
Dengan latar belakang permasalahan defisit anggaran yang selalu muncul dalam setiap
penyusunan APBN, dengan sendirinya defisit telah menjadi pilihan tetap dalam kebijakan
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
1/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
anggaran. Oleh karena itu, tulisan ini akan dijelaskan kenapa harus defisit anggaran, apa
penyebabnya dan implikasinya dalam perekonomian nasional.
II. PEMBAHASAN
a. Pengertian
Ilmu dan praktek ekonomi mengenal alternatif. Pengeluaran tidak perlu mengecil, tetapi
penerimaan yang mengecil pada tahun ini bisa ditutup dengan penerimaan yang lebih besar dari
tahuntahun mendatang. Artinya, sebagian penerimaan dari tahun ini merupakan utang yang harus
ditutup oleh tahuntahun mendatang. Istilahnya adalah anggaran defisit/defisit anggaran. Dengan
kata lain defisit anggaran terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya, dan jika
sebaliknya adalah surplus, yaitu apabila penerimaannya lebih besar daripada pengeluarannya.
Kegiatan ekonomi keseluruhan tidak perlu menciut, laju pertumbuhan ekonomi tidak perlu
tertahan. Hanya saja pengeluaran tahun ini menjadi lebih besar daripada penerimaan tahun ini.
Sesungguhnya alternatif itu juga sudah dilaksanakan dalam anggaran negara kita. Apa yang
disebut sebagai penerimaan pembangunan (pembiayaan) pada dasarnya adalah utang dari luar
negeri yang diharapkan bisa dilunasi dari penerimaan tahuntahun mendatang.
Sejak tahun 2003 APBN anggaran kita sudah defisit, bahkan dapat dikatakan tahuntahun
mulai periode orde lama, orde baru, dan sampai pemerintahan saat ini kebijakan defisit sudah
dijalankan dan sampai saat ini masih dipertahankan sebagai kebijakan anggaran.
b. Penyebabnya
Adapun faktor penyebab terjadinya pembengkakan pengeluaran negara salah satunya
karena tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pengeluaran meningkat dengan cepat,
sedangkan laju pertumbuhan penerimaan yang tidak diharapkan atau laju penerimaan yang tidak
stabil. Penyebab defisit bisa muncul dalam kondisi krisis ekonomi, karena keadaan ini akan
berimbas kepada anggaran negara. Dalam keadaan krisis akan memaksa pemerintah untuk
mengadakan pengeluaran ekstra untuk memperbaiki keadaan ekonomi (pemulihan ekonomi). Oleh
karena itu, ekspansi anggaran akan memacu pertumbuhan ekonomi, dengan demikian dapat
dikatakan penyerapan dan efektivitasnya merupakan masalah krusial.
Anggaran negara dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi belanja negara dan sisi pendapatan.
Dalam dua tahun anggaran dapat dilihat komposisi anggaran yang dalam APBN Perubahan
(APBNP) 2015 belanja ditetapkan Rp 1.984,1 triliun. Jumlah itu lebih tinggi Rp 107,3 triliun
dibandingkan dengan APBN Perubahan (APBNP) 2014 sebesar Rp 1,876,8 triliun. APBNP 2015
defisit direncanakan Rp 222,5 triliun, turun dibandingkan dengan APBN 2014 defisit sebesar 241,5
triliun. Dengan defisit tersebut diharapkan lebih ekspansif dalam memacu perekonomian untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi, karena setiap penambahan pengeluaran akan mendorong
pertumbuhan ekonomi asal ditujukan untuk belanja yang produktif.
Penurunan defisit dapat terjadi penerimaan negara meningkat lebih besar dibandingkan
dengan perkiraan perubahan dari sisi pengeluaran. Adapun menyebab rendahnya pengeluaran:
pertama, tertundanya penyelesaian anggaran; kedua, rendahnya pembiayaan subsidi dan
pembayaran bunga utang luar negeri yang diikuti dengan lebih cepatnya apresiasi rupiah;
tertundanya beberapa penarikan pinjaman luar negeri; keempat, terlambatnya otorisasi
pembelanjaan danadana proyek.
Dalam APBN 2014 kebijakan defisit masih dipertahankan sebagai kebijakan anggaran
seperti tersebut di atas ditetapkan sebesar Rp241,5 triliun, tetapi dalam pelaksanaannya defisit
berubah menjadi Rp227,4 triliun atau turun sebesar Rp14,1 triliun. Penurunan ini antara lain
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
2/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
disebabkan subsidi BBM lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan perubahan pada sisi
pengeluaran.
Kemudian pada pemerintahan Joko Widodo, kebijakan defisit anggaran 2015 masih
dipertahankan, yakni dengan menetapkan defisit sebesar Rp222,5 triliun.
c. Implikasinya
Sebagaimana di katakan di atas, bahwa defisit terjadi karena pengeluaran anggaran lebih
besar dari penerimaan. Dari aspek pengeluaran defisit anggaran dapat terjadi karena adanya
penerapan kebijakan utang luar negeri, namun demikian harus dapat mengelola utang dengan baik,
kalau tidak, akan dengan sengaja pemerintah mengabaikan generasi mendatang.
Dalam manajemen pengeluaran juga terkait pengelolaan utang luar negeri yang ditujukan
untuk melihat efektifitas penggunaannya lewat pembiayaan sektorsektor produktif. Adapun
dengan konsep pengelolaan utang akan terkait aspek makro ekonomi, seperti nilai tukar, inflasi
dan variabel moneter lainnya yang ikut menentukan besarnya volume hutang suatu negara.
Sedangkan dalam hal penerimaan negara dijadikan alat pengimbang pengeluaran (menekan
defisit anggaran sekecil mungkin). Penerimaan ini haruslah berupa akumulasi penerimaan yang
netral. Adapun kebijakan yang netral yang dimaksud adalah kebijakan perpajakan. Sehingga
kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan penerimaan. Salah satu cara meningkatkan
penerimaan pajak melalui peningkatan sumber daya manusia (fiskus) pegawai pajak.
Di sisi lain peningkatan penerimaan pemerintah melalui pajak sudah menjadi keharusan
mengingat tax ratio yang masih rendah. Kebijakan perpajakan diarahkan untuk meningkatkan
penerimaan perpajakan lewat ekstensifikasi dan intensifikasi. Penerimaan negara dari pajak ini,
memang masih sangat potensial untuk ditingkatkan terutama setelah diaktifkan/difokuskan
lembaga penyanderaan, namun perlu didukung dengan pengawasan yang ketat. Di samping itu,
faktor utama yang perlu diperhatikan adalah menjaga kestabilan ekonomi. Penerimaan pajak
tergantung pada pertumbuhan ekonomi, kalau ekonomi tumbuh/meningkat maka pajak akan
meningkat. Di samping itu juga, secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
menciptakan lapangan kerja guna mengatasi pengangguran dan mengurangi kemiskinan.
Oleh karena itu, secara teori peningkatan defisit dilakukan untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi, dalam jangka panjang defisit anggaran akan tetap memberikan dorongan untuk
pertumbuhan ekonomi sebanyak mungkin, asal bukan untuk pembayaran rutin, utang, atau
pembayaran bunga obligasi.
Terlepas dari sudut analisis, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan sehubungan
dengan pencapaian sasaran defisit, yaitu: mengurangi subsidi serta pengetatan kebijakan rutin
dan pembangunan. Pengurangan subsidi merupakan kebutuhan mendesak, karena itu
penyumpang terbesar bagi tidak sehatnya APBN selama ini. Hal ini dapat dilihat pada APBN 2015
bahwa subsidi energi turun menjadi Rp344,7 dibandingkan dengan APBN 2014 sebesar Rp 350,3
triliun. Konsep subsidi ada yang menginginkan seharusnya dihapus dan diganti dengan alokasi
anggaran pembangunan yang menyentuh langsung terhadap pelayanan publik, atau pelayanan
yang diterima secara langsung oleh masyarakat miskin.
d. Apa yang harus dilakukan agar perekonomian meningkat?
Sebagaimana dijelakan di atas, penerimaan pajak tergantung pada pertumbuhan ekonomi,
kalau ekonomi tumbuh/meningkat maka pajak akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dipikirkan
bagaimana menggairahkan perekonomian sehingga laju pertumbuhan dapat meningkat, pemerintah
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
3/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
perlu mempertimbangkan isuisu yang berkembang di kalangan pengamat ekonomi, yakni menurut
Prof. ekonomi sekaligus dekan untuk program MBA di INSEAD, Antonio Fatas, suatu ketika ia
mengatakan dalam seminar bisnis untuk wartawan, Rabu (17/10/2007) di Singapura, bahwa
investasi harus berkontribusi 30 persen terhadap Produk Domistik Bruto per tahun jika suatu
negara ingin perekonomiannya tumbuh enam persen.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor untuk menunjang pertumbuhan ekonomi suatu
negara, yaitu:
1. Investasi
Invetasi merupakan kata kunci dalam hal produksi, sedangkan produksi merupakan faktor
utama pertumbuhan ekonomi. Korea Selatan merupakan salah satu negara miskin yang
mencapai pertumbuhan ekonomi ratarata lebih dari enam persen pada periode 19602005,
dengan ratarata kontribusi investasi terhadap PDB sebesar 30 persen dalam kurun waktu
tersebut.
2. Inovasi
Inovasi juga menjadi faktor penunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya insentip dalam
hal inovasi, misalnya hak cipta, bisa mendorong produktivitas suatu negara, selain itu
3. Kebijakan kelembagaan (pemerintah) serta stabilitas politik.
Dalam hal tertentu terdapat penyebab investasi belum tumbuh/pertumbuhan lambat yaitu
pembangunan/perbaikan berbagai proyek infrastruktur sangat lambat. Untuk menopang percepatan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan stok infrastruktur merupakan salah satu
persyaratan mutlak. Beberapa contoh dari kurang baiknya infrastruktur adalah (a) pelabuhan dan
transportasi darat yang buruk menyebabkan pengiriman barang dengan container dari pabrik ke
pelabuhan berjalan lambat. Kesemrawutan penanganan container di pelabuhan dan pelayanan
yang buruk dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman dan ketibaan. Padahal faktor ketepatan
waktu merupakan persyaratan penting bagi sistem kanban atau just in time dalam jaringan
produksi global, (b) persoalan listrik yang tak memadai dari segi jumlah pasokan dan keandalan,
dan (c) pasokan gas dan air bersih.
Kesemuanya inilah yang pada akhirnya menyebabkan kos tetap (fixed cost) dalam
berusaha di Indonesia menjadi sangat mahal dan pada gilirannya mengikis daya saing
perekonomian.
Berdasarkan World Competitivenness Yearbook 2007 keluaran International Institute for
Management Development (IMD), dalam menghitung daya saing keseluruhan dikelompokkan ke
dalam empat faktor utama, yaitu: (1) kinerja ekonomi, (2) efisiensi pemerintahan, (3) efisiensi
bisnis; dan (4) infrastruktur.
Di samping itu, beberapa tahun yang lalu (2007) dan dapat menjadi rujukan di tahun 2015,
bahwa pada 2007 beberapa analisis menjelaskan sebab iklim investasi tak kunjung membaik
adalah (1) akibat ekses desentralisasi. Banyak kebijakan baru sudah baik, akan tetapi tidak efektif
karena kerangka implementasi yang tidak konsisten dan lemah. Seperti kebijakan desentralisasi,
integrasi administrasi keuangan negara, dan anti korupsi satu sama lain telah menghambat
program pembangunan, (2) akibatnya siklus pembelanjaan proyek menjadi berpluktuasi dengan
sangat tajam, dengan proyekproyek ditumpuk pada akhir tahun (backloading), (3) peraturan
perburuhan, (4) tumpang tindih berbagai peraturan, misalnya antara peraturan pertambangan
dengan desentralisasi dan pemeliharaan lingkungan hidup, dan (5) kita tidak bisa memanfaatkan
maksimal booming dalam pertambangan. Ketika harga batu bara tinggi, output batu bara tahun
2007 menunjukkan gejala merosot, proses kebijakan pemerintah cenderung melemah.
Konsep dan strategi masa kini dan masa depan pembangunan berkelanjutan ekonomi
Indonesia, dipengaruhi oleh globalisasi, desentralisasi, dan demokratisasi, dengan penjelasan
sebagai berikut.
1. Globalisasi
Arus globalisasi yang makin deras tampaknya tidak bisa lagi ditolak. Globalisasi ibarat pedang
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
4/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
bermata dua. Ia membuka peluang dan cakrawala baru bagi mereka yang ikut serta untuk maju
lebih cepat.Ia membawa pula risikorisiko baru. Menutup diri atau melawan arus globalisasi
bukanlah opsi yang realistis.
Sikap terbaik bagi suatu perekonomian atau negara adalah pragmatis, melibatkan diri dalam
globalisasi secara cerdas. Tujuan utamanya, memperoleh manfaat sebesarbesarnya dari
globalisasi itu dan sejauh mungkin menghindari risiko negatifnya. Kegamangan hanya akan
merugikan.
2. Demokratisasi
Ekonom senior lainnya, Dr. Sjahrir, menilai demokratisasi yang berlangsung saat ini
menghasilkan kondisi politik yang penuh keanekaragaman kegiatan politik. Dari sisi positif,
terlihat hubungan yang lebih langsung antara pemilih dan pemimpin mereka di berbagai level.
Di sisi negatif, yang amat menonjol adalah berlangsungnya kekerasan bersifat fisik hingga
potensi retaknya hubungan sesama bangsa akibat semakin berkurangnya kepercayaan antara
rakyat dan pemimpin.
3. Desentralisasi
Desentralisasi yang merupakan proses baru menghasilkan suatu dinamika ekonomi dan politik
yang berpengaruh langsung pada kehidupan perekonomian, tingkat kemiskinan, dan stabilitas
ekonomipolitik di suatu wilayah. Desentralisasi sebagai kelanjutan dari semangat demokrasi,
menurut Sjahrir, ternyata menghasilkan prioritas anggaran daerah yang tidak memihak rakyat.
Kecenderungan APBD di tingkat I dan II adalah meningkatnya pengeluaran rutin dan
berkurangnya pengeluaran pembangunan. Tidak heran bahwa dalam fase reformasi, angka
angka indeks pembangunan manusia nyaris tidak beranjak.
III. Penutup
Defisit anggaran harus diarahkan pada mekanisme pemanfaatan, yaitu jenis penggunaan
dan kelembagaan yang menjamin efektifitas dari penggunaannya. Penggunaan defisit anggaran
untuk pembiayaan konsumsi akan membahayakan perekonomian dalam jangka panjang. Tapi
apabila pembiayaan defisit anggaran tersebut digunakan untuk memperluas kapasitas produksi
dan memperkuat anggaran tidak akan memberatkan generasi mendatang.
Kebijakan defisit selama ini terlihat bahwa defisit merupakan kebijakan yang tidak dapat
dihindari untuk dilakukan. Alasan utamanya terjadi gap antara penerimaan dan pengeluaran. Di
satu sisi penerimaan tumbuh lebih rendah daripada tingkat pengeluaran terutama peningkatan
pada sisi pengeluaran rutin. mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan kontraktif dengan
memperbesar pengeluaran yang ditujukan untuk menggenjot sisi produksi sehingga
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya untuk kesejahteraan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 12 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2013 tentang APBNP 2014.
UU No. 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2014 tentang APBNP 2015.
Harian Kompas. 2007. “Tuntutan Pembangunan Infrastuktur” Analisis Ekonomi Faisal Basri. 25 Juni.
Jakarta.
Harian Kompas. 2006. “Mencari Format Ekonomi yang Pas” 21 Juni. Jakarta.
*Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
5/6
2/29/2016
Defisit Anggaran dan Implikasinya Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
ESEL O N I K EM ENT ERI A N K EUA NG A N
|
Hakcipta © BPPK | Peta Situs| Tentang Kami| Email BPPK| FAQ| Prasyarat| Hubungi Kami| Ikuti Kami
Jalan Purnawarman No 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan . Telp: 02129054300 . Fax: 0217244912
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147artikelanggarandanperbendaharaan/20920defisitanggarandanimplikasinya
6/6