Model model pengembangan kurikulum. docx

Model-Model Pengembangan Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek
yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral,
keagamaan,

politik,

budaya,

dan

sosial),

proses

pengembangan,


kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan.

Aspek-aspek

dipertimbangkan

dalam

tersebut

akan menjadi

suatu

bahan

pengembangan


yang

perlu

kurikulum. Model

pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam
rangka

mendesain

mengevaluasi

(designing),

(evaluation)

suatu

menerapkan (implementation),

kurikulum.

pengembangan kurikulum harus dapat
sistem

perencanaan

pembelajaran

Oleh

karena

menggambarkan

yang

dapat

itu,


dan
model

suatu proses

memenuhi

berbagai

kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli
kurikulum, pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu
terkadang berbeda dengan sudut pandang ahli yang lain. Ada yang
memandang dari sudut isinya dan ada juga yang memandang dari sisi
pengelolaanya (sentralisitik/desentralistik). Tidak sedikit pula ahli yang

mengembangkan model kurikulum dari sisi proses penggunaan kurikulum
tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut, para ahli tersebut
mempunyai satu tujuan/arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.

B.

Rumusan dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas pemakalah ingin memperjelas
dengan rumusan dan batasan masalah sebagai berikut:

1.
2.

Apa pengertian model-model pengembangan kurikulum?
Ada berapa model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum?
C.

1.
2.

Tujuan Pembahasan

Menjelaskan pengertian model-model pengembangan kurikulum
Menjelaskan berbagai jenis model-model pengembangan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian model-model pengembangan kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi
dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk
naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah
realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan
dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan
rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana
untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat
perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan
untuk kegiatan pengelolaan.

Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu
konsepsi dasar (Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum,
model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum
secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu

bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan.
Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu
pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan
pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan

suatu

kurikulum,

dimana

pengembangan

kurikulum

dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang
dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah

daerah atau sekolah.
Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang
dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses
secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat
model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan
interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil
observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang
bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan kegiatan.
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model

pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan
sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum
dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan
model konsep yang digunakan. Terdapat banyak model pengembangan
kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli. Sukmadinata (2005:161)
menyebutkan

delapan


model

pengembangan

administrative ( line staf ), the grass roots,
demonstration,

Taba’s

inverted

kurikulum

yaitu:

the

Bechamp’s system, The

model, Rogers


interpersonal

relations,Systematic action, dan Emerging technical model. Idi (2007:50)
mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup besar model
pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger. Masing-masing
kelompok

memuat

beberapa

model

yang

telah

diklasifikasikan


oleh

Sukmadinata di atas. Marilah kita ikuti uraian berikut untuk memahami
model pengembangan kurikulum.

B.

Model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum
I. Model Zais
Robert S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ideidenya sekitar tahun 1976. Berikut beberapa model pengembangan yang
dapat dikategorikan dalam model Zais.
1 . The Administrative (line-staf) Model / Model administrasi
Model administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling
lama yang sering juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian
nama inidibuat berdasarkan gagasan pengembangan kurikulum yang banyak

muncul daripejabat yang berwenang (administrator pendidikan). Pada
umumnya administratorpendidikan ini terdiri dari pengawas, kepala sekolah,
dan staf pengajar inti.Tugas para administrator tersebut adalah merumuskan
konsep-konsepdasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama
dalam pengembangankurikulum (Sukmadinata, 2005:162). Selanjutnya tim
membentuk kelompok kerjayang menyusun tujuan khusus pendidikan, garis
besar bahan pengajaran, dankegiatan belajar (Ahmad, 1998:54). Hasil kerja
kelompok selanjutnya dikaji ulangoleh panitia pengarah yang telah dibentuk
sebelumnya dan para ahli lain dibidangnya. Langkah selanjutnya adalah
mengkaji

ulang

dengan

cara

melakukan

ujicoba

untuk

mengetahui

keefektifan dan kelayakannya. Dengan cara-cara dan urutansemacam ini
terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini lebih bersifat sentralistik.Dalam
pelaksanaannya,

kurikulum

ini

memerlukan

kegiatan

pantauan

danbimbingan di lapangan. Setelah berjalan dalam kurun waktu yang
ditetapkan, perludilakukan evaluasi untuk menentukan validitas komponenkomponen yang adadalam kurikulum. Hasil penilaian tersebut merupakan
umpan balik bagi semua unsurterkait, khususnya instansi pendidikan di
tingkat pusat, daerah, dan sekolah.

2. The Grass-Roots Model / Model Grass-Roots
Model ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini dikenal
jugasebagai model desentralisasi karena inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulumbukan berasal dari atas, melainkan dari bawah yaitu guru dan

sekolah. Model bisaberangkat dari sekelompok guru yang mengadakan
pengembangan kurikulum.Pengembangan itu sendiri dapat hanya berupa
bagian

dari

komponen

kurikulum,beberapa

bidang

studi,

ataupun

keseluruhan komponen kurikulum. Guru merupakanperencana, pelaksana,
dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala sekolahsebagai pimpinan
tim administrasi, juga bisa membantu guru dalam membantupengembangan
kurikulum model ini. Dari sini terlihat bahwa pengembangan model ini
sangat tergantung pada kerja sama guru-guru, guru-kepala sekolah, bahkan
jugaantarsekolah.Pengembangan

kurikulum

model

demokratis

ini

memungkinkan terjadinyakompetisi antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan
sampai pada tingkat daerah.Kreativitas orang-orang yang mempunyai
peranan penting di dunia pendidikan akanbesar pengaruhnya dalam
memberikan warna pada model kurikulum yang dihasilkan.

3. Taba’s Inverted Model / Model Terbalik
Secara

umum

Tetapi,kurikulum

model

yang

kurikulum

dikembangkan

pengembanganinduktif.

Oleh

Pengembangan

inidiawali

model

karena

dikembangkan
oleh
itu

dengan

Taba

secara

deduktif.

menggunakan

dinamakan

model

melakukan

percobaan

cara

terbalik.
dan

penyusunan teori serta diikuti dengantahapan implemen-tasi. Hal dilakukan
guna mempertemukan teori dan praktek.Sukmadinata (2005:166) dan
Ahmad (1998: 57) merangkum lima langkahyang menjadi dasar dalam
pengembangan kurikulum model Taba.

a.

Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru

Penyusunan

unit

dilanjutkandengan

diawali

dengan

merumuskan

mendiagnosis
tujuan.

kebutuhan

Kegiatan

ini

serta
juga

mempertimbangkan keseimbanganantara kedalaman serta keluasan materi
pelajaran yang akan disusun.
b.

Menguji unit eksperimen

Setelah unit-unit dibuat, langkah selanjutnya

adalah mengujicobakan

unittersebut. Tujuan dari uji coba unit untuk melihat kelayakan serta validitas
unit-unitdalam pengajaran. Dari hasil ini dapat diketahui layak atau tidak
suatu unitdiimplementasikan.
c.

Mengadakan revisi dan konsolidasi

Langkah

ini

dilakukan

jika

hasil

pada

langkah

kedua

menunjukkan

perlunyaperbaikan dan penyempurnaan unit-unit yang telah disusun..
d.

Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum

Apabila

proses

penyempurnaan

telah

dilakukan

secara

menyeluruh

makalangkah berikutnya mengkaji kerangka kurikulum yang dilakukan oleh
para ahlikurikulum dan profesional lainnya.
e.

Melakukan implementasi dan desiminasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang berarti kurikulum telah

siappakai untuk wilayah yang lebih luas (desiminasi).

4.

The Systematic Action-Reserach Model / Model Pemecahan Masalah

Model ini dikenal juga dengan nama action research model. Dari sisi
proses, kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh komponen pendidikan
yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum
dikembangkandalam

rangka

memenuhi

kebutuhan

para

pemangku

kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan
lain-lain. Penyusunan kurikulumdilakukan dengan mengikuti prosedur action
research. Sukmadinata (2005:169) menyebutkan ada dua langkah dalam
penyusunankurikulum jenis ini.
Pertama, melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan
sebagai bahan penyusunan kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan
hendaknya valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang
kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang lemah
akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan
keputusan ini,disusunlah rencana yang menyeluruh (komprehensif) tentang
cara-cara mengatasimasalah yang ada.
Kedua, melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan
padalangkah pertama. Dari proses ini akan diperoleh data-data (informasi)
baru yangselanjutnya dimanfaatkan untuk mengevaluasi masalah-masalah
yang

muncul

dilapangan

sebagai

upaya

tindak

lanjut

untuk

memodifikasi/memperbaiki kurikulum.
5.

The Demonstration Model / Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari
bawah. Model ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru
bekerja

sama

dengan

ahli

yang

bermaksud

mengadakan

perbaikan

kurikulum. Model ini umumnya bersekala kecil, hanya mencakup satu atau
beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan
komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores ada dua variasi model demonstrasi
ini:
Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk

1.

melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
2.
Bentuk kedua ini kurang bersifat formal. Beberapa guru yang merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengembangkan
penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba menggunakan halhal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku.
6.

Beauchamp’s System Model / Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp
memiliki lima memiliki lima bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut
adalah:
1.

Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang

menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam
3.

pengembangan kurikulum.
Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan
dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta

kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
4.
Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum
seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum.

5.

7.

Evaluasi kurikulum.

Roger’s Interpersonal Relation Model / Model Roger’s
Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa
manusia dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk
berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang manusia maka rogers
mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut dengan
model Relasi Interpersonal Rogers.
Ada

empat

langkah

pengembangan

kurikulum

model

rogers

diantaranya adalah:
1.
2.
3.

Pemilihan satu sistem pendidikan sasaran
Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru
Pengembangan satu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas

atau unit pelajaran.
4. Melibatkan orangtua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
Rogers lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada
rencana pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan
interaksi dalam pengembangan kelompok intensif yang terpilih.

8.

Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan
efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum. Tumbuh
kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya :
1)

The Behavioral Analysis Model. Menekankan penguasaan perilaku atau
kemampuan. Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi
perilaku yang sederhana yang tersusun secara hirarkis.

2)

The System Analysis Model. Berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah
pertama model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar
yang harus dikuasi siswa. Langkah kedua menyusun instrumen untuk menilai
ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah ketiga mengidentifikasi tahaptahap hasil yang dicapai serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah
keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program

3)

pendidikan.
The Computer-Based Model. Suatu pengembangan kurikulum dengan
memanfaatkan

komputer.

Pengembangannya

dimulai

dengan

mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki
rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru diminta
untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut. Stelah
diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar
siswa disimpan dalam komputer.
II.

Model Rogers

Roger, seorang ahli psikologi, memberikan warna yang cukup kuat dalam
pengembangan model kurikulum. Ada empat model yang dikembangkan
oleh Roger. Model yang satu merupakan perbaikan dari model sebelumnya.

1.

Model I
Model

pertama

merupakan

model

yang

paling

sederhana.

Kesederhanaan model ini dapat dilihat dari kegiatan yang ditawarkan, yaitu
pembelajaran (pemberian informasi) dan ujian. Model ini dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa pendidikan merupakan kegiatan penyampaian
informasi yang diakhiri dengan kegiatan evaluasi. Oleh sebab itu, banyak
pengembang menyebut model ini sebagai model tradisional. Namun

demikian, pada awal pengembanganya, model yang sederhana ini banyak
sekali digunakan.
Jika Anda menggunakan model ini, maka sesuai dengan sifatnya, Anda
harus bias menjawab dua pertanyaan mendasar berikut.
a.
b.

Mengapa Anda mengajar mata pelajaran ini?
Bagaimana Anda bisa mengukur keberhasilan pengajaran yang anda
ajarkan?
Dari pertanyaan di atas terlihat bahwa kegiatan pendidikan sematamata terdiri dari kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian.
Asumsi yang dipakaid alam model ini adalah pendidikan adalah evaluasi, dan
evaluasi adalah pendidikan.Model ni menganggap siswa sebagai obyek yang
pasif, sedangkan guru merupakansubyek yang aktif, yang mempunyai peran
lebih

dominan.

Metode

pembelajaranbelum

terlalu

dipentingkan.

Kesistematisan organisasi materi juga belum menjadiperhatian. Secara
skematis, model ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Sejumlah kelemahan yang terdapat dalam model ini mendorong Roger
untuk mendesain model 2.

2.

Model II
Model pengembangan kurikulum ini beranjak dari dua
pertanyaansebelumnya dan dua pertanyaaan tambahan berikut.
a. Metode apa yang Anda gunakan dalam mengajarkan mata pelajaran?
b. Bagaimana Anda mengorganisasikan bahan pelajaran?

Dengan menambahkan komponen metode mengajar dan organisasi
bahanmaka terlihat bahwa model pengembangan kurikulum II semakin baik
dan lengkap.Metode yang efektif dan penataan bahan pelajaran sistematis
(dari mudah ke yanglebih sukar, dari konkret ke abstrak, dst.) telah
dilakukan. Jika digambarkan, maka sosok model II ini adalah sebagai berikut.

3.

Model III
Tidak puas dengan model kedua ini, Roger pun memunculkan model
IIIdengan menambahkan dua hal yaitu tentang dukungan bahan ajar yang
meliputibuku-buku dan media pengajaran. Dengan demikian pengaplikasian
model

ketiga

inidapat

dilakukan

jika

Anda

sebagai

guru

mampu

mengimplementasikan duapertanyaan tambahan berikut di sekolah.
a.
b.

Buku pelajaran apa yang Anda gunakan dalam suatu pelajaran?
Media pengajaran apa yang Anda gunakan dalam mendukung
kegiatanpembelajaran?
Model II ini dapat digambarkan sebagai berikut.

4.

Model IV
Di samping pelbagai komponen kurikulum pada model I hingga model
III,pada model IV ini disertakan pula komponen penting dalam keseluruhan
pendidikan,yaitu tujuan. Tujuan ini menjadi arah pendidikan dan pengajaran
ini yang mengikatsemua komponen yang telah disebutkan sebelumnya,

termasuk teknologi yang akandigunakan. Secara lengkap gambaran model
yang dikembangkan Roger dapatdisajikan sebagai berikut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan
penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari
model-model

pengembangan

kurikulum

dapat

memudahkan

dalam

melakukan pengembangan kurikulum.
2. Pada saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model
pengembangan kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan
kelemahan

masing-masing,

dan

masing-masing

model

arahan

pengembangannya berbeda-beda ada yang menitikberatkan pada pengambil
kebijaksanaan,

pada

perumusan

tujuan,

perumusan

isi

pelajaran,

pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum.
3.

Pemilihan

suatu

model

pengembangan

kurikulum

sebaiknya

perlu

disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan
yang dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang
terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

B. Saran
1.

Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk memiliki sejumlah
pengetahuan

yang

berhubungan

dengan

kurikulum

karena

kurikulum

merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penelitian atau
memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.
2. Makalah ini sangat terbatas dalam menyajikan model-model pengembangan
kurikulum dan masih banyak lagi model-model pengembangan kurikulum
yang belum, oleh karena itu perlu dicari tahu lagi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dakir. H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2004
Ladjid Hafni. H. Pengembangan Kurikulum, PT. Ciputat Press Group, 2005.
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008
Sukmadinata, Nana Syaodih, 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan
Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran : Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, Bandung,
2002.
Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
Bandung: PT. Remaja RosdaKarya.