TUHAN AGAMA HINDU doc 1

TUHAN
AGAMA HINDU

OLEH:

AYU ADE JENY LEFITASARI BUKIAN
1B - D3 AKUNTANSI
1615613070

POLITEKNIK NEGERI BALI
T.A. 2016/2017

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu.

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TUHAN AGAMA HINDU” ini
dengan baik.
Makalah ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti pendidikan

yang tengah saya laksanakan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak terutama ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Kepada Dosen
pembimbing Ibu Ketut Nurhayanti, S.Pd.H., M.Pd.H. yang telah memberikan
arahan, saya ucapkan terima kasih.
Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran,
begitupun dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini penulis sangat terbuka
menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis
dapat memperbaikinya. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya.

Om Santih, Santih, Santih, Om.

Jimbaran, 18 Oktober 2016

Ayu Ade Jeny Lefitasari Bukian

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

1

1.2. Rumusan Masalah

1


1.3. Tujuan

1

1.4. Manfaat

1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Keberadaan Tuhan
2.1.1.

Mengapa Tuhan Bersembunyi?

2.2. Paham Ketuhanan Hindu

2
3
4


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

9

3.2 Saran

9

DAFTAR PUSTAKA

10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pertanyaan awal yang sering muncul jika kita menyatakan keberadaan

tuhan yakni “Siapakah tuhan itu?” “Bagaiwana wujud Tuhan?” Apakah Tuhan
itu memang benar adanya?” Di dalam kitab Brahmasutra I.I.2 disebutkan
“Janmadyasya yatah” yang artinya Tuhan ialah merupakan darimana asal mula
semua ini. Jadi Tuhan Yang Maha Esa merupakan asal atau sumber dan
sekaligus kembalinya seluruh alam semesta beserta isinya ini. Pada suatu
periode di masa lalu Tuhan hadir sangat dekat dengan manusia dan berbicara
dengan para orang suci atau orang-orang yang dipilihnya sebagai utusan.
Mengenai paham ketuhanan Hindu sering dipertanyakan bagi orangorang berbeda agama yang belum memahaminya. Mereka menganggap bahwa
orang Hindu menganut politheisme karena menyembah banyak Dewa.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah keberadaan Tuhan itu ada?
1.2.2 Apakah paham Ketuhanan Hindu?

1.3

Tujuan

1.3.1 Mengetahui keberadaan Tuhan.
1.3.2 Mengetahui paham Ketuhanan Hindu.

1.4

Manfaat
1.4.1

Memberikan pemahaman mengenai keberadaan Tuhan.

1.4.2

Menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

1.4.3

Menambah wawasan dan pengetahuan paham Ketuhanan Hindu.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Keberadaan Tuhan
Studi filsafat mengenai Tuhan biasanya dimulai dengan pertanyaan
mendasar, “Apakah Tuhan ada?” atau “Adakah seorang Tuhan?” Jawaban atas
pertanyaan ini bisa “Ya” bisa juga “Tidak” tergantug siapa yang bertanya dan
siapa yang menjawab. Dan “Bila Tuhan ada bagaimana Dia dapat diketahui?”
Di dalam agama Hindu ada tiga cara untuk mencapai pengetahuan yang sejati,
yang disebut Tri Pramana. Pramana, berasal dari bahasa Sansekerta, yang
secara literal berarti “ukuran” (measure) dan otoritas. Ketiga jalan itu adalah
sabda, (sastra atau agama); anumana; dan pratyaksa pramana. Sabda, (sastra
atau agama) pramana adalah pengetahuan mengenai Tuhan yang diperoleh
melalui teks kitab suci. Anumana yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui
penggunaan logika yang menarik kesimpulan atas dunia fenomenal. Dan
pratyaksa, pemahaman melaui pengalaman empiris atau indra dalam batas
maya.
Orang yang umumnya menggunakan sabda pramana, teks kitab suci.
Para teolog menggunakan anumana, logika untuk mendukung teks, akal
mendukung wahyu, filsafat mendukung teologi. Tetapi para yogi menggunakan
teks dan logika sebagai pijakan untuk pengalaman langsung melalui yoga.
Ketiga cara ini merupakan cara Upanisad untuk mencapai pengetahuan tentang

Brahman (Tuhan), tetapi memberikan tempat utama kepada pengalaman
langsung. Mengetahui Tuhan melalui pengalaman langsung merupakan ideal
tertinggi bagi orang Hindu. Kelemahan dari pengetahuan melalui pengalaman
langsung ini adalah, Ia tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Seperti
menjelaskan seberapa manis sebuah gula atau seberapa asin sebuah garam.
Itulah sebabnya filsafat ketuhanan kurang berkembang di dalam masyarakat

Hindu. Orang-orang Hindu tidak terlalu menganggap penting definisi-definisi
dan kategori-kategori mengenai Tuhan. Berbeda dengan para teolog, diantara
para yogi dan mistikus semua agama, perdebatan tentang Tuhan hamper tidak
ada, karena Tuhan adalah untuk dialami bukan untuk diperdebatkan.
Bukti-bukti fisik tidak ada pada Tuhan, karena Tuhan melampaui yang
fisik, Tuhan ada di wilayah metafisik. Kadang-kadang Tuhan juga disebut zat,
tetapi Dia bukan zat kimia yang dapat diuji di laboratorium. Kata “bukti” yang
dimaksud hendaknya dibaca sebagai argument “membuktikan” keberadaan
Tuhan. Di dalam Upanisad menegaskan bahwa Tuhan itu Ada. Pernyataan
Katha Upanisad, bahwa Brahman tidak dapat diketahui atau dipahami dengan
ucapan, dengan pikiran, dengan penglihatan, tetapi Dia hanya dapat dipahami
dengan mengatakan “Dia Ada” seolah-olah keluar dari otoritas yang tidak
boleh dibantah dan harus dipercaya begitu saja. Tetapi bagi seorang yogi Hindu

pernyataan itu bukan dogma. Ia hanya sekadar batu penjuru yang menunjukkan
arah yang harus dituju oleh seorang pencari. Ia semacam perintah untuk
berusaha. Seperti penggali sumur yang harus yakin terlebih dahulu bahwa pada
tanah yang akan digalinya terdapat air. Kalau si penggali tidak yakin ada air,
tentu dia tidak akan mau menggali di Tempat itu.
2.1.1 Bila Ada, Mengapa Tuhan Bersembunyi?
Tuhan, Ada. Mengapa Dia tidak mengungkapkan dirinya secara
lebih jelas? Mengapa Tuhan tidak memberikan bukti kepada setiap orang
mengenai

keberadaan-Nya?

Mengapa

jadi

misteri?

Pertanyaan-


pertanyaan itu telah dijawab oleh Paus John Paul II (seorang ahli
keagamaan), bahwa bila Tuhan bukan misteri, maka tidak perlu ada
Wahyu, atau lebih tepat, tidak ada perlunya bagi Tuhan untuk
mengungkapkan diri-Nya sendiri. John Paul II melanjutkan, adalah benar
untuk mengatakan bahwa Tuhan telah mengkapkan diri-Nya terlalu
banyak kepada manusia. Dia mengungkapkan diri-Nya dalam misteriNya. Dia tidak berhati-hati pada fakta bahwa pengungkapan demikian

dalam suatu cara akan mengaburkan Dia di mata manusia, karena
manusia tidak akan mampu menahan satu ekses dari misterinya.
Manusia tidak ingin diserap dan dibanjiri okeh misteri itu. Ya, manusia
tahu bahwa Tuhan adalah Satu yang di dalam-Nya “kita hidup dan
bergerak dan memilikikeberadaan kita.”
Dari jawaban Paus John Paul II dapat disimpulkan bahwa Tuhan
harus tetap merupakan misteri karena Tuhan merupakan transendensi
mutlak, dengan kata lain ada jarak yang jauh antara Tuhan dengan
makhluk-makhluk ciptaan-Nya, yang bukan saja tidak mungkin, tetapi
tidak boleh dilintasi oleh manusia. Disamping itu misteri diperlukan
supaya ada Wahyu. Tuhan dikehendaki memang tetap harus rahasia dan
tersembunyi


keberadan-Nya. Cukuplah bagi mereka untuk bertemu

Tuhan pada waktu kematian.
Di dalam Hindu, hubungan manusia dengan Tuhan, Tuhan dapat
menjangkau manusia, dengan “turun” ke dunia sebagai makhluk, yang
disebut Avatara. Ada sepuluh Avatara, dua yang terkenal yaitu Rama dan
Krishna. Krishna menjelma (menjadi manusia) untuk mengajari manusia
cara-cara mencapai keselamatan atau kebebasan yang disebut Moksha.
Cara atau jalan itu disebut Yoga. Melalui Yoga seorang manusia
bertindak aktif mencapai Tuhan. Tujuan Yoga adalah persatuan diri sejati
manusia, ataman dengan Brahman, jiwa semesta.

2.2 Paham Ketuhanan Hindu
Banyak yang beranggapan bahwa Agama Hindu adalah agama
politheisme yang menyembah banyak Tuhan. Hal ini sering didengar dari
orang-orang yang berbeda agama yang mungkin belum mengerti tentang
konsep ketuhanan dalam Hindu. Dengan demikian maka sering muncul
pemikiran yang cenderung merendahkan karena ketidakjelasan Tuhan mana
sebenarnya yang disembah. Padahal sebenarnya Hindu bukanlah agama

monotheisme, politheisme, atheisme ataupun lainnya. Konsep agama Hindu
adalah Pantheisme yaitu agama universal (satu Tuhan untuk semuanya).
Kenapa Agama Hindu disebut Pantheisme? Memang terdapat
perbedaan dalam proses tata cara penyembahan dan bahkan perbedaan nama
Beliau yang disembah sesuai dengan alirannya tetapi sebenarnya mereka tetap
menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dikarenakan Beliau mempunyai banyak gelar seperti yang disebutkan oleh
sloka-sloka berikut: "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa"
yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada Dharma/Tuhan yang
lainnya. "Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadhanti" artinya Tuhan hanya satu, tetapi
para resi bijaksana menyebut Beliau dengan banyak nama. Berbeda dengan
monotheisme yang hanya menyembah satu Tuhan, tetapi sayangnya hanya
berpihak pada satu kelompok saja, sedangkan kelompok lain adalah kaum
musuh yang harus dibasmi. Atau paham politheisme yang jelas-jelas
menunjukkan perbedaan dan penyembahan berhala.
Lalu siapakah sebenarnya Tuhan dalam Agama Hindu ? Tuhan dalam
agama Hindu disebut Brahman ("bukan Dewa Brahma") atau di Bali biasa
disebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang artinya Tuhan yang maha besar dan
tahu segalanya. Segala sesuatu tentang Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
tidak secara gampang bisa kita pahami kecuali kita sudah memiliki hati yang
tulus, bijaksana dan tidak memiliki keterikatan terhadap apapun masalah
keduniawian dikarenakan sifat-sifat beliau. Sifat-sifat Beliau banyak
disebutkan dalam kitab suci. Dalam Weda disebutkan 4 sifat kemahakuasaan
dari Tuhan yang disebut Cadu Sakti yang diantaranya :
1. Wibhu Sakti : Tuhan Maha Ada yang memenuhi dan meresapi seluruh
bhuana/dunia dan berada dimana-mana, tidak terpengaruh dan tidak
berubah ("Wyapi Wyapaka Nir Wikara") dan tidak ada tempat yang
kosong bagi Beliau karena beliau memenuhi segalanya. Beliau ada di
dalam dan di luar ciptaan-Nya.

2. Prabhu Sakti : Tuhan Maha Kuasa yang menjadi raja dari segala raja
(Raja Diraja), yang menguasai segalanya baik dalam hal penciptaan
(Utpetti), pemeliharaan (Stiti), dan Pelebur (Prelina).
3. Jnana Sakti : Tuhan Maha Tahu yang mengetahui segala sesuatu yang
terjadi baik di alam nyata maupun tidak nyata, yang terjadi di masa
lampau(Atita), yang sedang terjadi (Nagata), ataupun yang akan terjadi
(Wartamana).
4. Krya Sakti : Tuhan Maha Karya yang setiap saat tidak pernah berhenti
melakukan aktifitas baik dalam penciptaan, pemeliharaan, pelebur,
pengawasan, penjagaan, sutradara dalam sandiwara kehidupan (demi
memberikan pembelajaran dan pengetahuan) dan segala aktifitas
lainnya.
Disamping sifat kemahakuasaan di atas, Tuhan/ Brahman/ Ida Sang
Hyang Widhi juga memiliki sifat sebagai berikut seperti yang disebutkan dalam
kitab Wrhaspati Tattwa yang disebut sebagai Asta Iswara yang diantaranya :
1.

Anima (Tuhan bagaikan setiap atom yang mempunyai kehalusan yang

2.
3.

bahkan lebih halus dari partikel apapun)
Lagima (Sifat Tuhan yang sangat ringan bahkan lebih ringan dari ether)
Mahima (Dapat memenuhi segala ruang, tidak ada tempat kosong bagi

4.

Beliau)
Prapti (Segala tempat bisa dicapai, Beliau dapat pergi kemanapun yang

5.
6.

dikehendaki dan Beliau telah ada)
Prakamya (Segala kehendakNya akan selalu terjadi)
Isitwa (Tuhan merajai segala-galanya, dalam segala hal yang paling

7.
8.

utama)
Wasitwa (Menguasai dan dapat mengatasi apapun)
Yatrakamawasayitwa (Tidak ada yang dapat menentang kehendakNya)
Adapun sifat-sifat Tuhan yang merupakan sumber dari segala

kehidupan (Parama Atma) adalah :
1.
2.
3.
4.

Achintya (tak terpikirkan)
Awikara (tak berubah-ubah)
Awyakta (tak terlahirkan.)
Achodya (tak terlukai oleh senjata)

5. Adhaya (tak terbakar oleh api)
6. Akledya (tak terkeringkan oleh angin)
7. Achesyah (tak terbasahi oleh air)
8. Nitya (kekal abadi)
9. Sarwagatah (ada dimana-mana)
10. Sthanu (tak berpindah-pindah)
11. Acala (tak bergerak)
12. Sanatana (selalu dalam keadaan sama)
13. Atarjyotih (maha sempurna sesempurna-purnanya)
Dengan adanya sifat-sifat Beliau seperti di atas sangatlah sulit bagi
orang awam untuk bisa mengerti dan memahami Tuhan kecuali kita sudah
memiliki keyakinan teguh, berusaha untuk memahami dan menghayati
keberadaan Beliau, melepaskan semua ikatan terhadap keinginan duniawi, dan
memasrahkan sepenuhnya untuk Beliau.
Lalu apakah fungsi Dewa-Dewi? Apakah mereka bukan Tuhan?
Dewa berasal dari kata "Div" yang artinya sinar suci dari Tuhan/Ida Sang
Hyang Widhi. Dewa adalah belahan dari Tuhan yang mana sebenarnya sama
dengan mahluk lainnya termasuk manusia yang merupakan percikan terkecil
dari Beliau karena Beliau adalah sumber dari segala kehidupan hanya saja
Dewa berbentuk Sarira/roh/atma yang mempunyai sifat dan kemahakuasaan
yang hampir sama dengan Tuhan. Diantara nama Dewa-Dewa yang ada hanya
ketiga dewa yang mempunyai sifat yang mendekati sama dengan Tuhan
diantaranya Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa sehingga ketiga dewa
tersebut dijadikan dewa tertinggi dalam agama Hindu yang disebut Tri Murti.
Fungsi para dewa adalah untuk mengatur jalannya roda kehidupan baik
dalam penciptaan, perjalanan waktu, dan peleburan serta proses setelah
kematian. Mereka juga membantu makluk lainnya termasuk manusia untuk
bisa mengerti konsep ketuhanan dan mengatur tatatan hidup manusia. Sehingga
secara tidak langsung mereka adalah wakil dari Tuhan yang mengatur segala
kehidupan sesuai dengan tugasNya masing-masing dan juga sebagai
penghubung antara Tuhan dengan ciptaanNya. Dengan kata lain apabila
manusia melakukan persembahan kepada salah satu dewa maka sama artinya

mereka menyembah Tuhan dan dewa lainnya karena mereka semua adalah satu
tetapi berbeda karena fungsinya.
Jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan besar, Tuhan adalah sebagai
pemilik perusahaan dan Tri Murti adalah Owner Representative, Dewa Indra
yang merupakan raja dari para dewa adalah sebagai General Manager dan
dewa-dewa lainnya sebagai departement head/manager. Dan disini manusia
adalah staff yang harus tetap tunduk dan patuh terhadap atasan. Seorang staff
sangatlah susah untuk bertemu langsung dengan pemilik perusahaan sehingga
mereka harus menggunakan penghubung yaitu atasannya.
Agama Hindu tidak menganut paham monotheisme, politeisme,
atheisme tetapi panteisme yang bersifat universal sehingga Hindu bisa menyatu
dengan unsur daerah manapun tanpa adanya perselisihan sehingga penyebaran
agama Hindu tidak pernah sekalipun dilakukan melalui kekerasan. Hindu tetap
menyembah satu Tuhan yang disebut Brahman/Ida Sang Hyang Widhi hanya
saja karena sifat dan kemahakuasaan Beliau sangat sulit untuk bisa dipahami
akal manusia yang masih sangat terbatas sehingga manusia lebih cenderung
untuk menyembah Dewa-Dewa yang sebenarnya sama artinya dengan dengan
menyembah Tuhan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Brahman/Tuhan tidak dapat diketahui atau dipahami dengan ucapan,
dengan pikiran, dengan penglihatan, tetapi Dia hanya dapat dipahami dengan
mengatakan “Dia Ada” seolah-olah keluar dari otoritas yang tidak boleh
dibantah dan harus dipercaya begitu saja. Tuhan harus tetap merupakan misteri

karena Tuhan merupakan transendensi mutlak, dengan kata lain ada jarak yang
jauh antara Tuhan dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, yang bukan saja
tidak mungkin, tetapi tidak boleh dilintasi oleh manusia. Disamping itu misteri
diperlukan supaya ada Wahyu. Tuhan dikehendaki memang tetap harus rahasia
dan tersembunyi keberadan-Nya. Cukuplah bagi mereka untuk bertemu Tuhan
pada waktu kematian.
Paham ketuhanan Hindu adalah pantheisme (universal), yang
mengajarkan cinta dan penghormatan atas alam. Brahman/Tuhan ada di dalam
seluruh ciptaan sehingga tidak membagi kelompok manusia. Berbeda dengan
paham ketuhanan monotheisme yang memecah belah manusia dalam
kelompok-kelompok yang dapat menimbulkan konflik dan perang karena
ajarannya merupakan ekspresi yang bersifat mementingkan diri sendiri.

3.2 Saran
Bila manusia di bumi ini ingin hidup berdampingan secara damai,
hendaknya harus meninggalkan paham ketuhanan monotheisme dan sebaiknya
mengamalkan paham ketuhanan pantheisme.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Ngakan Putu. 2008. Tuhan Upanisad Menyelamatkan Masa Depan
Manusia. Penerbit I Nyoman Suwandha: Jakarta.
Swami Viresvarananda, Brahma Sutra, 2004. Pengetahuan TentangKetuhanan
Paramita: Surabaya
Titib, I Made. 2003. Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Penerbit
Paramita: Surabaya.

Titib, I Made. 1994. Ketuhanan Dalam Weda. Manik Geni: Jakarta
Cudami. 1989. Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Yayasan
Dharma Sarathi: Jakarta
Jumhurul-umami.blogspot.co.id/2009/02/aliran-aliran-dalam-konsepketuhanan.html?m=1
Dsvr2.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-deisme-pantheisme-dan.html?m=1
http://singaraja.wordpress.com/2008/14/11/bagaimana-umat-hindu-mengahyatituhan/
http://evholution.blogspot.co.id/2013/07/keberadaan-dan-wujud-tuhan-didalam.html/
https://www.google.com/amp/s/grelovejogja.wordpress.com/2008/10/17/konsepketuhanan-dalam-agama-hindu/amp/