Makalah Kesehatan Reproduksi Perempuan Saat Lanjut Usia

KESEHATAN REPRODUKSI
SAAT LANJUT USIA

Disusun Oleh :

FEBYK S.

AKADEMI KEPERERAWATAN KABUPATEN SUBANG
Jl. Brigjen Katamso No.37 Tlp/Fax. (0260) 412520 Subang
2013

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulispanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan

Rahmat,

Taufiq

dan


Hidayah_Nya

sehingga

Penulisdapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kesehatan Reproduksi Saat Lanjut
Usia” yang merupakan salah satu tugas mata kuliah Maternitas.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu Saya, hingga tersusunnya makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, hal ini
disebabkan oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta sumber yang
Penulismiliki. Oleh karena itu, Penulisharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak.
Akhirnya Penulisberharap mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi Penuliskhususnya dan para pembaca pada umumnya.

Subang, Agustus 2013


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Percepatan pertumbuhan jumlah penduduk lasia (Population Aging) di
Indonesia bukan hanya menjadi fenomena di Indonesia, namun merupakan
suatu fenomena di berbagai negara di dunia. Era lanjut uisa pada abad ke-21
akan terjadi diIndonesia yang mana Indonesia akan terjadi pertumbuhan
penduduk lansia tercepat jika dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Fenomena tersebut diatas sangat menarik dan mendesak untuk
memperoleh penanganan secepat mungkin. Masalah yang dapat timbul akibat
fenomena tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisikbiologis, aspek mental psikologis maupun aspek sosio ekonomis. Dengan
demikian maka perlu mengantisipasi berbagai masalah yang nantinya akan
ditimbulkan sedini mungkin (Prihastuti, 2001).
Menurut


data

dari

11th Asean

Gerontologi

Course

yang

dipresentasikan oleh Yenny, di Indonesia saat ini terdapat sekitar 9,77%
dimana 50% populasi lansia adalah wanita. Dari data tersebut maka Indonesia
bukan lagi dikategorikan sebagai penduduk muda, namun sudah tergolong
penduduk intermediate. Selain itu, post-war baby boom di Indonesia yang
terjadi pada decade 1960 – 1970an diperkirakan akan mengakibatkan agedpopulation boom pada dua decade permulaan abad ke-21.
Jika kita melihat flash back pertumbbuhan penduduk sejak sensus
penduduk pada tahun 1990, populasi lansia di Indonesia terus meningkat.
Pada sensus tahun 1990 jumlah penduduk sebesar 179 juta jiwa, meningkat

menjadi 203 juta jiwa pada tahun 2000. Jika dibagi menurut jenis kelamin,
maka jumlah penduduk perempuan sedikit lebih banyak dibanding jumlah
penduduk laki-laki. Pada tahun 1990 jumlah penduduk perempuan sebanyak
89,8 juta sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 89,3 juta. Pada
tahun 2000, jumlah penduduk perempuan meningkat menjadi 101, 8 juta dan
jumlah penduduk laki-laki menjadi 101,6 juta.

Masalah yang akan dikupas dalam makalah ini lebih difokuskan pada
masalah seksual lansia perempuan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa
terjadi peningkatan masalah seksual pada perempuan, seiring dengan kejadian
menopause yang merupakan suatu keadaan fisiologis yang akan dialami oleh
setiap perempuan.
Faktor – faktor lain yang dilaporkan berhubunan dengan masalah
seksual pada lansia perempuan antara lain tindakan pengobatan baik kimiawi
maupun operatif seperti terapi antidepresan, operasi histerektomi maupun
operasi urologi lainnya (Salonia et al, 2006).
B.

Tujuan
Dengan melihat kesenjangan yang ada pada lansia khususnya lansia

perempuan terkait dengan masalah seksual; maka sebagai tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu melihat secara menyeluruh masalah –
masalah seksual pada lansia perempuan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Masa Usia Lanjut
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam UndangUndang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang
jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia
56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut
menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun
demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang
untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia.

B. Perubahan-Perubahan Fisik Dan Psikis Yang Terjadi Pada Masa Usia
Lanjut
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut
adalah ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria
maupun wanita, pada usia lanjut mereka akan melakukan penyesuaian diri
agar mereka tampak siap dan sesuai dengan masa usia lanjut tersebut secara
baik ataupun tidak baik. Akan tetapi hasil yang diperoleh dari penyesuaian
tersebut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang tidak baik
daripada yang baik, terutama adalah terjadinya kemunduran fisik dan mental

yang berlangsung secara perlahan dan bertahap.
1.

Perubahan Fisik Pada Masa Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas
fisik juga fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa
berlangsung secara perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung
dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Beberapa perubahan gangguan fisik yang timbul adalah sebagai berikut :
-

Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi
lebih kering dan keriput, kulit di bagian bawah mata membentuk
seperti kantung dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih
permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering muncul di sekitar
lutut dan di tengah tengkuk.

-

Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi

lembek dan mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut

-

Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama
pada bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak
sulit berjalan

-

Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal
sehingga kadang-kadang memakai gigi palsu

-

Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan
menderita presbiop atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya
akomodasi karena menurunnya elastisitas mata


-

Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun,
sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.

-

Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek dan
sering tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas
total paru-paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini
akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas dari paru
Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung, dengan

bertambahnya usia sering pula disertai dengan perubahan-perubahan
akibat penyakit kronis, obat-obat yang diminum akibat operasi yang
menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti :
-

Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami

penurunan ukuran, berat, dan fungsi contohnya kortek serebri
mangalami atropi.

-

Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan elastisitas
dari pembuluh darah jantung dan menurunnya kardiak out put

-

Penyakit

kronis

misal

diabetes

melitus


(DM),

penyakit

cardiovaskuler, hipertensi, gagal ginjal, kanker, dan masalah yang
berhubungan dengan persendian dan syaraf
-

Beberapa

operasi

seperti

prostatectomy,

histrectomy,

dan

mastectomy.
Hasil penelitian menunjukkan timbulnya masalah prostatectomy
meliputi gagal ereksi mencapai 12 % sampai timbulnya masalah tidak
tercapainya ejakulasi sebesar 24 %, kanker prostate dan operasi prostad
(hilangnya libido, gagal ereksi, volume ejakulasi)
-

Perubahan pada sistem ginjal, kandung kencing, dan ureter
mengalami penurunan efisiensi, jumlah sel dalam ginjal mengalami
penurunan menyebabkan gangguan pengeluaran toksin dan air dari
tubuh.

2.

Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut
Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang
tua adalah timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih
sering diakibatkan oleh perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik
sudah tidak menarik bagi pasangan. Perubahan akibat depresi dan
dimensia bahkan sering mengganggu prilaku seksual termasuk gangguan
khayal yang dikaitkan dengan kecemburuan phatologis.
Secara umum beberapa gangguan psikologis yang timbul adalah
-

Kecemasan (angietas)

-

Depresi

-

Rasa bersalah (guilty feeling)

-

Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal
dalam berhubungan seksual.
Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat

berpengaruh besar terhadap sisi kewanitaannya seperti :
-

Penurunan sekresi estrogen setelah menopause

-

Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara

-

Cerviks yang menyusut ukurannya

-

Dinding vagina atropi ukurannya memendek

-

Berkurangnya pelumas vagina

-

Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas
seks

-

Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan
bibir kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot
perineal
Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional,

dimana beberapa komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen
lain nya malah menurun, lansia akan semakin arif, tapi menurun dalam
tugas yang membutuhkan kecepatan memproses informasi, misalnya
lansia baru mempelajari komputer.

Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling umum
yang berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan
menggigau prilaku seksual mungkin berubah secara signifikan pada
depresi dan dimensia .
C. Menopause
Menurut Manuaba (2005) menopause di bagi dalam beberapa tahapan
yaitu sebagai berikut :
a. Pre menopause (klimakterium)
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola
menstruasi,terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan
fisik. Berlangsung selama antara 4- 5 tahun pada usia 48-55 tahun.
b. Fase menopause
Terhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan
fisik makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun pada usia antara 5660 tahun.
c. Fase pasca menopause (senium)
Terjadi pada usia diatas 60 – 65 tahun. Wanita beradaptasi terhadap
perubahan psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang
D. Perimenopause
Sebelum mencapai usia menopause, seorang wanita akan mengalami
beberapa perubahan fisik dan gejala hormonal, termasuk menstruasi yang
tidak teratur.
Premenopause adalah rentang waktu dimana tubuh mulai bertransisi
memasuki masa menopause. Lamanya biasanya 2 sampai 8 tahun ditambah
satu tahun di akhir periode menuju menopause. Premenopause adalah hal yang
alami terjadi pada wanita dan merupakan tanda akan berakhirnya masa
reproduksi. Tingkat produksi hormon estrogen dan progesteron berfluktuasi,
naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasi pun bisa tiba-tiba memanjang
atau memendek. Biasanya, masa perimenopause ini terjadi di usia 40-an, tapi
banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usianya masih di pertengahan

30-an. Penurunan fungsi indung telur selama masa perimenopause berkaitan
dengan penurunan hormon estradiol dan produksi hormon androgen. Apabila
seorang

wanita

masih

mengalami

periode

menstruasi

pada

masa

perimenopause, meskipun tidak teratur, dia dapat tetap hamil.
1. Tanda Dan Gejala
a. Menstruasi tidak teratur.
Intervalnya dapat memanjang atau memendek, sedikit dan
berlimpah, bahkan Anda mungkin akan melewatkan beberapa periode
menstruasi.

Ovulasi

menjadi

tidak

teratur,

rendahnya

kadar

progesteron dapat membuat Anda mengalami periode menstruasi yang
lebih panjang.
b. Gangguan tidur dan hot flashes.

Sekitar 75-85 persen wanita mengalami hot flashes selama
perimenopause. Hot flashes adalah gelombang panas tubuh yang
datang tiba-tiba, akibat perubahan kadar estrogen yang menyerang
tubuh bagian atas dan muka. Serangan ini ditandai dengan munculnya
kulit yang memerah di sekitar muka, leher dan dada bagian atas, detak
jantung yang kencang, badan bagian atas berkeringat, termasuk
gangguan tidur.
c. Perubahan Psikologis.
Gangguan

Psikologi/kognitif Gejala-gejala

psikologi

dan

kognitif seperti depresi, iritabilitas, perubahanmood, kurangnya
konsentrasi

dan

pelupa

juga

ditemukan

pada

banyak wanita

perimenopause. Banyak wanita menggambarkan gangguan inisebagai
“perimenopause berat”. Seperti diketahui bahwa kejadian depresikirakira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko
depresimayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia
rata-rataterjadinya depresi adalah 40 tahunan.Data laboratorium
menyatakan bahwa hormon ovarium sangatberkhasiat, dimana sinyal
kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal.
Perubahan

level

estrogen

dan

progesteron

menunjukkansejumlah pengaruh neurotransmiter SSP seperti dopamin,

norepinefrin,asetilkolin dan serotonin yang kesemuanya diketahui
sebagai

modulatoruntuk

kesadaran.Selama

mood,

perimenopause,

tidur,

tingkah

laku dan

fluktuasi

hormon

terutama

fluktuasiestrogen dapat mengubah level neurotransmiter di SSP yang
dapatmempengaruhi tidur, daya ingat dan mood.
Penting sekali untuk membedakan perubahan mood karena
pengaruh hormon dengan kelainandepresi mayor. Pada pasien tanpa
riwayat depresi, terapi sulih hormonharus dipertimbangkan.
d. Organ intim mengering.
Vagina mulai mengalami kekurangan cairan dan elastisitas,
sehingga hubungan intim dapat menyakitkan.
e. Kesuburan berkurang.
Ovulasi atau pelepasan sel telur menjadi tidak teratur, sehingga
kemungkinan bertemunya sel telur dengan sperma menjadi lebih
rendah walau masih mungkin untuk hamil.
f. Perubahan fungsi seksual.
Selama perimenopause, keinginan untuk berhubungan intim
dapat berubah, tetapi pada banyak wanita akan mengalami masa-masa
menyenangkan sebelum masa menopause tiba dan biasanya berlanjut
sampai melewati masa perimenopause.
g. Osteoporosis.
Pengeroposan tulang ini terjadi sebagai akibat berkurangnya
hormon estrogen.
h. Perubahan kadar kolesterol.
Berkurangnya estrogen akan merubah kadar kolesterol dalam
darah dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang
mengakibatkan risiko terkena penyakit jantung. Sedangkan HDL atau
kolesterol baik, menurun sesuai pertambahan usia.
i. Keringat malam
j. Infeksi saluran kemih
k. Inkontinensia urin (tidak mampu menahan keluarnya air seni)
l. Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang

2. Penentu kecepatan atau keterlambatan wanita mengalami menopause
Selain faktor gaya hidup dan genetik yang menentukan cepat atau
lambatnya menopause, faktor lainnya adalah:
a. Sejarah keluarga.
Masa menopause seorang wanita cenderung di usia yang sama, saat ibu
atau saudara perempuan lainnya mengalami menopause. Tapi
pernyataan ini masih dapat diperdebatkan.
b. Tidak pernah melahirkan.
Beberapa penelitian menunjukkan, wanita yang belum atau tidak
pernah melahirkan, akan mengalami menopause lebih awal.
c. Kondisi jantung.
Sakit jantung sering dikaitkan dengan menopause dini, diperkirakan
berkaitan dengan meningkatnya kadar kolesterol dan tekanan darah
tinggi.
d. Terapi kanker masa kecil.
Terapi

kanker

di

usia

anak-anak,

seperti

kemoterapi

dan

radiasi pelvic juga dikaitkan dengan menopuse dini.
e. Histerektomi.
Pengangkatan rahim biasanya tidak berakibat menopause dini, meski
ovarium tetap akan melepas sel telur. Hanya saja, operasi ini biasanya
akan mempercepat datangnya menopause.
3. Diagnosa
Perimenopause umumnya berlangsung secara bertahap, meski
tidak ada alat atau tes yang bisa mendeteksi perimenopause. Dokter hanya
akan memberi beberapa pertanyaan, sebelum menyimpulkan apa yang
tengah Anda alami. Tes yang mungkin dilakukan, salah satunya
pemeriksaan kadar hormon.
Dengan memonitor siklus menstruasi dan mengamati gejala
perubahan tubuh selama beberapa waktu, Anda akan dapat memahami dan
berkonsultasi dengan dokter.

Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And mengatakan Salah satu
faktor yang berpengaruh pada proses penuaan ialah gaya hidup. Orang
yang menerapkan gaya hidup sehat cenderung mengalami keadaan fungsi
tubuh yang lebih baik dibandingkan orang yang gaya hidupnya tidak sehat,
termasuk juga fungsi seksual.
Dengan demikian, usia lanjut atau lebih muda tidak selalu
menentukan bagi fungsi seksual. Artinya, mungkin saja orang yang berusia
lebih muda fungsi organnya lebih buruk dibandingkan yang berusia lebih
tua, bila gaya hidupnya tidak sehat.
Kalau fungsi seksual Anda yang berusia lanjut ternyata baik, itu
patut disyukuri. Pada masa kini, dengan berkembangnya iptek di bidang
kedokteran, usia tidak selalu mencerminkan fungsi organ tubuh, termasuk
fungsi seksual.

E. SEKS DAN SEKSUALITAS
1. Definisi Seks dan Seksualitas
Seks menurut Ingrid dalam Rizkina (2009, pp. 13-15) mempunyai
arti jenis kelamin, sesuatau yang dapat dilihat dan dapat ditunjuk. Jenis
kelamin ini memberi kita pengertian tentang suatu sifat atau ciri yang
membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Seksualitas
merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia
,dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi
mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seseorang meninggal
dunia.
2. Tujuan Seksualitas
Tujuan

seksualitas

secara

umum

adalah

meningkatkan

kesejahteraan kehidupan manusia. Sedangkan secara khusus ada dua,
yaitu:
1. Prokreasi, yaitu menciptakan atau meneruskan keturunan
2. Rekreasi, yaitu memperoleh kenikmatan biologis atau seksual

Menurut Ingrid dalam Rizkiana (2009,pp. 13-15) Seksualitas
menyangkut dimensi biologis, psikologis, social dan cultural Dilihat dari
dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan reproduksi, termasuk
bagaimana menjaga kesehaatn organ reproduksi menggunakan secara
optimal sebagai 16 alat untuk berprokreasi (bereproduksi) dan berkreasi
dalam mengekspresikan dorongan seksual. Dari demensi psikologis,
seksualitas berhubungan erat denngan identitas peran jenis, perasaan
terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai
makhluk seksual. Dan dari dimensi social berkaian dengan bagaimana
lingkungan berpengaruh dalam pembetukan mengenai seksualitas dan
pilihan perilaku seks. Sedangkan dari dimensi cultural menunjukan
bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di
masyarakat.
Menurut Hidayana (2004) seks mempunyai fungsi: :
1. Seks untuk tujuan reproduksi yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh
karena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu
yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara
terbuka.
2. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan
cinta dan didukung oleh ikatan cinta.
3. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati
hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa
merugikan salah satu pihak.

3. Perubahan fisiologik aktivitas seksual
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau
dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
Fase tanggapan
seksual
Fase desire

Pada wanita lansia
Terutama

Pada pria lansia

dipengaruhi

olehInterval

untuk

meningkaatkan

penyakit baik dirinya sendiri atauhasrat melakukan kontak seksual
pasangan,

masalah

hubunganmeningkat;hasrat

antar keduanya, harapan kulturaldipengaruhi

sangat

oleh

penyakit;

dan hal-hal tentang harga diri.kecemasan akan kemampuan seks
Desire

pada

lansia

wanitadan

masalah

mungkin menurun dengan makinpasangan.

hubungan

Mulai

usia

antara
55

th

lanjutny usia, tetapi hal ini bisatestosteron menurun bertahap yang
Fase arousal

bervariasi.
akan mempengaruhi libido.
Pembesaran payudara berkurang,M embutuhkan waktu lebih lama
semburat panas dikulit menurun;untuk ereksi; ereksi kurang begitu
elastisitas
menurun;

dinding
iritasi

vaginakuat;

uretra

testosteron

menurun;

danproduksi sperma menurun bertahap

kandung kemih meningkat;otot-mulai usia 40 th; elevasi testis ke
otot yang menegang pada fase iniperinium lebih lambat dan sedikit;
menurun.

penguasaan atas ejakulasi biasany
membaik.

Fase

orgasmik(fase Tanggapan orgasmik mungkinKemampuan mengontrol ejakulasi

muskular)

kurang intens disertai sedikitmembaik; kekuatan kontraksi otot
kontraksi;

kemampuan

untukdirasakan

mendapatkan orgasme multipelkontraksi
berkurang

dengan

berkurang;

jumlah

menurun;

volume

makinejakulat menurun.

lanjutnya usia.
Fase pasca orgasmik

Mungkin

terdapat

periodePeriode

refrakter

memanjang

refrakter, dimana pembangkitansecara fisiologis, dimana ereksi dan
gairah secara segera lebih sukar. orgasme berikutnya lebih sukar
terjadi.

F. Hubungan Seksual Masa Pre Menopause
Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan
kepuasan fisik, dimana keadaan ini merupakan respon dari bentuk seksual
yang berupa ciuman, pelukan, dan percumbuan 17 berpendapat bahwa
terdapat empat tingkatan hubungan fisik dalam bercumbuan, dimana hal ini
merupakan rencana alamiah untuk meningkatkan gairah seksual bagi
persiapan hubungan seksual yaitu : berpegangan tangan, saling memeluk
(tangan di luar baju), berciuman, saling membelai atau meraba (dengan
tangan di dalam baju yang lain). Perilaku seksual merupakan segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis,
bentuk tingkah laku ini bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai
tingkah laku kencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa
berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Hidayana, 2004).
Perubahan

fisiologis

akibat

pre

menopause

kadang-kadang

mengganggu aktivitas dan gairah seksual pada sejumlah wanita. Perubahan
dapat terjadi pada lubrikasi, dinding vagina gairah seksual, dorongan seksual
dan orgasme yang mengakibatkan kegiatan seksual menjadi kurang
mengenakkan dan kurang menyenangkan (Kasdu, 2005).
Menurut Pangkahila (2006) beberapa masalah yang dialami wanita
menopause ketika berhubungan seksual, yakni :
1. Kekeringan vagina dan nyeri saat hubungan seksual.
Masalah yang paling sering terjadi adalah vagina yang kering,
meskipun sebenarnya hanya 20% wanita yang merasakannya. Dinding
vagina menjadi tipis dan kurang lentur. Terdapat rasa pedih, panas dan
kadang nyeri atau berdarah saat melakukan sanggama. Lubrikasi dengan
bahan dasar air dapat mengatasi 18 kekeringan vagina yang terjadi. Jangan
gunakan lubrikan dengan bahan dasar petroleum (vaselin). Vitamin E atau
krim pelembab juga dapat digunakan sebagai lubrikan. Bila lubrikan atau
pelembab masih kurang menolong maka dapat diberikan krim estrogen
vagina untuk mengatasi masalah kekeringan vagina.

2. Stimulasi dan orgasme
Beberapa orang wanita mengalami orgasme yang lebih jarang dan
kurang kuat saat menopause. Pada mereka diperlukan waktu yang lama
untuk meningkatkan gairah seksual. Hampir pada semua wanita, hubungan
seksual yang teratur atau masturbasi dapat membantu meningkatkan
respon dan kenikmatan seksual. Aktivitas tersebut dapat mempertahankan
fungsi atau peranan rahim, vagina serta kandung kemih serta
meningkatkan lubrikasi vagina. Kegel Exercise, latihan ini meningkatkan
kontraksi otot panggul sekitar vagina yang memembantu penguatan otototot vagina.
3. Hasrat seksual
Hilangnya gairah seksual secara temporer atau jangka panjang
terjadi pada sejumlah wanita selama dan sesudah menopause. Penyebab
dari keadaan ini antara lain:
a. Lelah
Akibat dari insomnia menimbulkan perasaan capai atau lelah yang
berkepanjangan. Pekerjaan sebagai ibu yang mengurus anak dan suami
membuat ibu mempunyai beban ganda, sehingga membuat dirinya
mencapai titik kelelahan yang berat.
b. Stress
Depresi menstrual yang dahulu pernah muncul pada masa adolens
yang kemudian mengilang dengan sendirinya selama periode
reproduktif (menjadi ibu) bisa timbul kembali pada usia klimakterium
. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut sudah tidak haid lagi, namun
rasa-rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval waktu yang
tetap. Perasaan-perasaan depresif itu tiba bersamaan dengan datangnya
siklus menstruasi setiap bulannya. Tampaknya depresi tadi bentuk
kekecewaan hati dari ibu, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi
”kurang lengkap dan kurang sempurna” disebabkan oleh berhentinya
fungsi reproduksi dan haid.
c. Penyakit

Pola makan pada pre menopause tidak seperti saat usia 35-40 tahun,
akan terjadi kelebihan lemak yang tersimpan pada bokong, payudara
dan perut. Disamping itu kelebihan makan didalam keadaan tubuh
kekurangan hormon dan kemampuan metabolisme dapat menimbulkan
penyakit kencing manis, hipertensi, kolesterol tinggi. Penyakit jantung
koroner yang diikuti gagal jantung.
d. Masalah hubungan pribadi
Komunikasi

dengan pasangan sangat dianjurkan agar terjadi

keharmonisan dalam keluarga. Seorang wanita perlu mendiskusikan
erubahan yang sedang dialami dengan pasangan. Dengan komunikasi
diharapkan mendapatkan solusi yang tepat dari pasangan sehingga
pasangan dapat menyesuaikan diri selama berhubungan intim.
e. Masalah psikologis
Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan
penyakit pikun atau Alzhaimer. Gangguan emosi berupa rasa takut
menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah
tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa
tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan
suami, anak dan ditinggalkan sendiri.
f. Efek samping terapi medikamentosa
Masa klimakterium merupakan masa yang rawan bagi wanita. Karena
sering timbul berbagai penyakit sehingga mengkonsumsi obat-obatan
yang dapat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh.
g. Perubahan hormon
Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya
sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh yang juga cenderung
menurun. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap pola makan
yang sebaiknya menjurus kearah vegetarian .
4. Rasa tidak enak akibat perubahan fisik yang terjadi selama menopause.
Gangguan hubungan suami istri seringkali menjadi kambuh akibat
adanya perubahan-perubahan selama menopause. Gangguan hubungan ini

memerlukan penanganan dari seorang ahli seksologi. Bila masalahnya
terletak pada faktor hormonal maka pemberian estrogen akan dapat
dengan mudah menyelesaikan masalah yang terjadi. Tidak ada kaitan
langsung antara kadar estrogen dengan gairah seksual. Masalah yang
utama adalah akibat keringnya vagina dan rasa nyeri saat hubungan
seksual. Kadar hormon, derajat kesehatan umum dan perubahan sosial
sehubungan dengan usia serta efek mental dan emosional bekerja sama
dalam perubahan seksual selama menopause. Menurunnya kadar
testosteron diduga berperan dalam penurunan gairah seksual. Hal ini
masih belum terbukti secara ilmiah. Hormon estrogen terdapat dalam
bentuk pil atau injeksi serta krim. Namun dalam penggunaannya perlu
diingat adanya efek samping.
5. Peningkatan keintiman
Perubahan yang terjadi pada usia pertengahan memungkinkan
untuk melakukan eksplorasi pengalaman seksual 22 yang baru dan
berbeda.

Permainan

pendahuluan

yang

lebih

lama

akan

dapat

meningkatakan kesiapan seksual pada wanita. Memusatkan perhatian pada
sensualitas, keintiman dan komunikasi dapat memperbaiki hubungan
seksual. Terdapat berbagai cara untuk memperlihatkan perasaan cinta anda
selain hanya sekedar sanggama, banyak cara untuk menunjukan cinta
sebelum melakukan hubungan intim :
1.

Pelukan, belaian dan ciuman

2.

Sentuhan, mengusap, memijat , “sensual baths”

3.

Rangsangan manual

4.

Oral sex
Hubungan seksual pasca menopause dapat benar-benar memuaskan

bila anda mampu untuk melakukan adaptasi perubahan yang terjadi.

G. Bentuk – Bentuk Umum Kesulitan Seksual
Wanita lebih sering melihat kesulitan mereka dalam aspek-aspek
”kualitas pengalaman seksual” dan relevansinya dengan hubungan. Mereka

cenderung lebih nyaman penjelasan psikologis serta bentuk pertolongan
psikologis. Menurut Glasier (2005) bentuk kesulitan tersebut antara lain :
1. Hilangnya kenikmatan
Hal ini mungkin merupakan keluhan seksual tersering pada wanita.
Seorang wanita mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal
merasakan kenikmatan dan kesenangan yang biasanya dia rasakan.
Apabila tidak terjadi rangsangan maka pelumasan normal vagina dan
pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman.
2. Hilangnya minat seksual
Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami peningkatan
minat terhadap seks dan lebih mudah terangsang pada tahap – tahap siklus
menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda setiap wanita. 24 Tetapi
mereka merasa murung sebelum menstruasi biasanya kehilangan minat
seksual pada saat tersebut, dan mendapati bahwa fase pasca menstruasi
secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka.
3. Keengganan seksual
Pada beberapa kasus, sekedar pikiran tentang aktivitas seksual
sudah menyebabkan ketakutan atau ansietas yang besar sehingga terbentuk
suatu pola menghindari kontak seksual. Pada kasus-kasus seperti ini,
penyebabnya sering dapat diidentifikasi dari pengalaman traumatik
sebelumnya, tetapi kadang- kadang pangkal masalahnya tetap tidak jelas.
4. Disfungsi orgasme
Sebagian wanita secara spesifik mengalami kesulitan mencapai
orgasme, baik dengan kehadiran pasangannya atau pada semua situasi.
Walaupun obat tertentu dapat menghambat orgasme pada wanita, namun
sebagian besar kasus faktor psikologis tampaknya menjadi penyebab.

5. Vaginismus
Vaginismus biasanya adalah kesulitan primer yang dialami wanita
saat mereka memulai kehidupan seksual, dan sering menyebabkan

hubungan seksual yang tidak sempurna. Kelainan ini jarang timbul
kemudian setelah wanita menjalani fase hubungan seksual normal,
tetutama apabila ia sudah pernah melahirkan. Apabila memang demikian,
perlu mencari penyebab nyeri atau rasa tidak nyaman lokal yang dapat
menyebabkan spasme otot.

BAB III
STUDY KASUS
A. Contoh Kasus
Usianya kini 65 tahun, tetapi gairah seksualnya hampir tak beda
dengan saat umur 40 tahun. Cairan pun masih lumayan baik. Hubungan seks
biasa dilakukan seminggu 1-2 kali. Namun, ia ragu, apakah dirinya normal,
mengingat kata orang, pada orang usia lanjut biasanya gairah seks menurun.
Apalagi sang suami kewalahan melayani.
"Saya berumur 65 tahun, suami lebih muda 5 tahun. Gairah seks saya
tidak berubah banyak dibandingkan waktu saya berumur 40 tahun. Kalau
seminggu tidak berhubungan, rasanya ada yang tidak normal.
Untung suami mengerti. Suami pernah bilang kok saya masih kayak
orang muda, sedangkan kadang ereksi suami tidak baik sehingga saya kurang
puas. Kata orang, kalau suami lebih muda, nanti bisa cari perempuan lain.
Nyatanya suami bahkan kewalahan melayani permintaan saya.
Apakah saya tidak normal karena masih bergairah? Konon kalau
sudah tua, perempuan tidak punya cairan lagi di vaginanya. Saya masih
punya cairan meski tidak sebanyak waktu muda. Kadang saja terasa sedikit
perih kalau berhubungan terlalu lama.
Apakah tidak masalah kalau berhubungan seminggu 1-2 kali?
Bagaimana menjaga agar suami tetap bisa ereksi dengan baik dan tidak
kewalahan melayani saya?"E.R, Jakarta.
B. Analaisis Kelompok Mengenai Kasus
Data yang kami peroleh dari kasus tersebut diantaranya :
1. Seorang wanita berumur 65 thn
2. Mempunyai seorang suami berumur 60 thn
3. Masih mengeluarkan cairan pervaginal
4. Masih mempunyai gairah seksual seperti pada usia 40thn
5. Suami nya kewalahan ketika berhubungan seksual
6. Suami nya sudah tidak berereksi denga baik

7. Berhubungan seksual dalam satu minggu bisa mencapai 1-2 kali
8. Kadang alat reproduksinya terasa perih jika berhubungan seksual terlalu
lama
C. Pembahasan
1. Dorongan atas kebutuhan seksualnya (libido) dipengaruhi oleh faktor
psikologis sang istri
2. Wanita itu mempunyai gaya hidup yang sehat
3. Suaminya kurang menerapkan gaya hidup yang sehat tidak seperti istrinya
D. Landasan Teori
1. Point pertama : dorongan atas kebutuhan seksualnya (libido) dipengaruhi
oleh faktor psikologis sang istri
Menurut Ingrid dalam Rizkiana (2009,pp. 13-15) Seksualitas
menyangkut dimensi biologis, psikologis, social dan cultural. Dari
demensi psikologis, seksualitas berhubungan erat denngan identitas peran
jenis, perasaan terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan
fungsi sebagai makhluk seksual. Dan dari dimensi social berkaian dengan
bagaimana

lingkungan

berpengaruh

dalam

pembetukan

mengenai

seksualitas dan pilihan perilaku seks. Sedangkan dari dimensi cultural
menunjukan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang
ada di masyarakat.
2. Point kedua dan ketiga : -wanita itu mempunyai gaya hidup yang sehat,
suami nya kurang menerapkan gaya hidup yang sehat tidak seperti istrinya
Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And mengatakan Salah satu
faktor yang berpengaruh pada proses penuaan ialah gaya hidup. Orang
yang menerapkan gaya hidup sehat cenderung mengalami keadaan fungsi
tubuh yang lebih baik dibandingkan orang yang gaya hidupnya tidak sehat,
termasuk juga fungsi seksual.
Dengan demikian, usia lanjut atau lebih muda tidak selalu
menentukan bagi fungsi seksual. Artinya, mungkin saja orang yang berusia

lebih muda fungsi organnya lebih buruk dibandingkan yang berusia lebih
tua, bila gaya hidupnya tidak sehat.
Kalau fungsi seksual Anda yang berusia lanjut ternyata baik, itu
patut disyukuri. Pada masa kini, dengan berkembangnya iptek di bidang
kedokteran, usia tidak selalu mencerminkan fungsi organ tubuh, termasuk
fungsi seksual.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara biologi penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah
ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun
wanita, pada usia lanjut mereka akan melakukan penyesuaian diri agar mereka
tampak siap dan sesuai dengan masa usia lanjut tersebut secara baik ataupun
tidak baik.
Perubahan-perubahan tersebut meliputi Perubahan pada sistem
pernafasan, perubahan pada telinga, perubahan pada mata, perubahan pada
gigi, perubahan pada persendian, perubahan otot, perubahan pada kulit.
Perubahan

fisiologis

akibat

pre

menopause

kadang-kadang

mengganggu aktivitas dan gairah seksual pada sejumlah wanita. Perubahan
dapat terjadi pada lubrikasi, dinding vagina gairah seksual, dorongan seksual
dan orgasme yang mengakibatkan kegiatan seksual menjadi kurang
mengenakkan dan kurang menyenangkan. Masalah yang dialami wanita
menopause ketika berhubungan seksual yakni kekeringan vagina dan nyeri
saat hubungan seksual, stimulasi dan orgasme, hasrat seksual, rasa tidak enak
akibat perubahan fisik yang terjadi selama menopause, dan peningkatan
keintiman.
B. Saran
Permasalahan pada masa lansia atau yang menjelang masa menopause
sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga sendiri, tetapi juga di
lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan kesehatan. pengetahuan
tentang permasalahan seksual pada wanita yang menjelang perimenopause

baik pria maupun wanita perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya
kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan masyarakat untuk
mengatasi masalah ini agar mereka mendapatkan kehidupan yang layak, dan
harmonis sebagai manusia dan warga negara seutuhnya.
Jadi sebagai perempuan, kita harus senantiasa menjaga kesehatan
reproduksi kita sejak dini. Sebagai bidan, kita juga harus memberikan
penyuluhan kesehatan reproduksi kepada kaum wanita, khususnya remaja
pada masa pubertas.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik, 1997. Laporan Sosial Indonesia (Lanjut Usia/Lansia), Jakarta
Corwin, E.J, 2008, Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa Nike Budhi Subekti,
Editor
Edisi Bahasa Indonesia Egi Komara Yudha dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Fajewonyomi, B.A, Orji, E.O, Adeyemo, A.O, 2007, Sexual Dysfunction among
Female Patients of Reproductive Age in A Hospital Setting in Nigeria, J Health
Popul Nutr, International Centre for Diarrhoeal Research, Bangladesh
http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/kesehatan-reproduksi-perempuansaat.html