Konsep Pembangunan Pemerintahan Susilo B

Konsep Pembangunan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dibagi menjadi dua masa, yaitu masa
pemerintahan SBY-JK dan SBY-Boediono.
Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan ini, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai
berikut:
Visi :
1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan
damai.
2. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan
hak-hak asasi manusia.
1. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
Misi :
1)
2)
3)

Mewujudkan Indonesia yang aman damai
Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis

Mewujudkan Indonesia yang sejahtera

Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009 sampai sekarang. Dalam pemerintahan
ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Boediono mencetuskan visi dan misi
sebagai berikut :
Visi :
TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Misi :
MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN
MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN
DEMOKRATIS.
1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi seluruh
Rakyat Indonesia.

2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance.
3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan
kreativitas segenap komponen Bangsa.

4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi.
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan
Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa.

1. C. Kondisi dan Kebijakan
1. Ideologi
Masa pemerintahan SBY lebih dipermudah akibat kebijakan Soeharto yang meredam pengaruh
ideologi, sehingga ketika SBY menjabat, pertarungan ideologi tidak sebagus dari yang dahulu,
meskipun masih cukup signifikan. Menyadari kesalahan pendahulunya, SBY menyatakan partainya
sebagai partai tengah, yakni nasionalis-religius. Dengan demikian, SBY tidak membangun
kekuatan baru, namun meletakkan dirinya dalam posisi anetrl, tidak memihak ideologi manapun.
SBY melalui partainya pun mengajak partai-partai lain baik Nasionalis maupun Islam untuk
berkoalisi. Melalui pidatonya, SBY menggunakan kata-kata sedemikian rupa sehingga tidak
menyinggung kekuatan manapun, meskipun hal tersebut menyebabkan publik kurang memahami
maksud dari SBY. Karena memposisikan dirinya seperti itu, SBY pun dikritik sebagai sosok yang
peragu dan tidak tegas”.

Presiden SBY menyampaikan sambutan peresmian Pusdik Pancasila dan
Cisarua, Bogor, Jabar, Selasa (26/2) pagi.


Konstitusi MK di

Cisarua, Bogor: Walaupun Pancasila menjadi opsi terbaik bagi permasalahan bangsa, namun
Pancasila tidak boleh disakralkan dan didogmakan. “Tetaplah harus kita jaga menjadi open and
living ideology. Mari kita dengan teguh dan cerdas dan yakin diri untuk memaknai dan
memposisikan Pancasila seperti itu,” ujar Presiden SBY. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyampaikan hal ini saat meresmikan Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Mahkamah
Konstitusi (MK) Republik Indonesia, di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Selasa
(26/2) pagi. Dengan adanya Pusdik Pancasila dan Konstitusi MK, Presiden SBY mengajak agar
pendidikan Pancasila dilakukan dengan semangat untuk menjaga relevansi dan aktualisasi Pancasila
sebagai ideologi yang hidup dan terbuka. Sebelumnya, SBY mengatakan bahwa sebenarnya
Pancasila digali dan lahir di Indonesia sebagai alternatif tehadap ideologi dunia yang
berbenturan. “Dengan di satu ujung ada kapitalisme, liberalisme, di ujung lainnya ada marxisme,
sosialisme, dan komunisme. Meskipun ada spektrum dan varian tetapi masyarakat dunia mengenal
inilah ekstrim kubu dari ideologi yang hadir di dunia. Pancasila justru hadir sebagai the third
way,” SBY menjelaskan.
Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa, lanjut Presiden, adalah sesuatu yang
berbeda dengan ideologi lain. “Dengan berakhirnya Perang Dingin memang ada perubahan bangsabangsa yang menganut ekstrim ideologi marxisme, komuinisme, dan sosialisme yang menganut
command economy,” Presiden menambahkan. Ketika dunia terkena krisis ekonomi dan terbentuk
G20, dunia yang didasarkan liberalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme juga gagal menjawab


tantangan global bahkan menimbulkan permasalahan baru. “Kedua ekstrim ideologi ini telah
mendapatkan koreksi dari sejarah,” SBY mengingatkan.
Indonesia selamat dari krisis ekonomi global sekarang ini karena sebenarnya kita memilih jalan
yang berbeda, tidak masuk pada kutub-kutub ideologi seperti itu tapi kita menemukan jalan dan
cara kita sendiri yang sebenarnya berakar, mengalir, dan dijiwai oleh Pancasila dan semua nilai
yang terkandung dan dijalankan di negeri ini,” ujar Presiden SBY.
1. Politik
Bidang politik
Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat, meraih 7,45%
suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan
berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama
Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat
Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.
Kemudian di pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya yaitu
Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia.
Dalam pemerintahan SBY ini, melakukan beberapa kebijakan politik diantaranya:
1. Pembentukan Kabinet Bersatu
Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu yang

merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu dibentuk pada 21
Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5 Desember 2005, Presiden
Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama kalinya, dan setelah melakukan evaluasi
lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.
1. Pembentukan Kabinet Bersatu jilid II
Pada periode kepemimpinannya yang kedua, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II yang
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai politik pengusul
pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai
Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang bergabung setelahnya, tim
sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan profesional. Susunan Kabinet
Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari
setelahnya.Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada
tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II,
beberapa wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di
dalam kabinet.
1. Menganut konsep Trias Politika
Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara di aneka
belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada

satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda.

Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda:
Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang;
Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang
mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undangundang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun
yang melanggar undang-undang.
Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya
pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan
akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling mengimbangi).
Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa, mulus atau
tanpa halangan.
Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa pemerintahan SBY mengalami
perubahan progresif, dimana konsep tersebut berusaha menempatkan posisinya berdasarkan prinsip
structural Sistem Politik Indonesia, yakni berdasarkan kedaulatan rakyat. Pada masa pemerintahan
SBY, hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat bisa memilih secara langsung
calon wakil rakyat melalui Pemilu untuk memilih anggota dewan legislaif, dan Pilpres untuk
pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elit yudikatif, pemilihannya masih dilakukan oleh DPR
dengan pertimbangan presiden.
1. Sistem Kepartaian

Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2009, sistem kepartaian
mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai politik bebas untuk didirikan asalkan sesuai
dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, serta tidak menyimpang dari hakikat pancasila
secara universal. Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat pilihan mereka secara
langsung, hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara terhadap hak dasar bangsa secara
universal dalam konteks pembentukan negara yang demokratis.
1. Politik Pencitraan
Politik pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakan para pemimpin negara untuk
mengambil hati rakyatnya. Pola politik pencitraan tentu digunakan oleh hampir semua pemimpin
negara di dunia, termasuk Presiden SBY. Selaku pemimpin negara, ia tentu harus membentuk citra
dirinya sebaik mungkin demi menjaga imej baiknya di mata masyarakat Indonesia. Dalam
melakukan politik pencitraan tersebut, Presiden SBY melakukanya dengan beberapa hal, yang
terbagi dalam konteks internal dan konteks eksternal.
Dalam konteks internal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan menggunakan kapabilitas
internalnya, yakni dengan kapabilitas retorika atau kemampuan berbicara di depan umum. Dari lima
jenis retorika yang dikemukakan Aristoteles, Presiden SBY dinilai mengimplementasikan Retorika
tipe Elucotio, dimana pembicara memilih kata-kata dan bahasa yang tepat sebagai alat pengemas
pesanya ketika berbicara di depan umum. Selain hal tersebut, konteks internal disini berkaitan
dengan sikap bijak, kalem, dan legowo yang ditunjukan Presiden SBY kepada masyarakat, dimana
hal tersebut tentunya dapat berimplikasi terhadap penarikat rasa simpatik masyarakat itu sendiri.

Dalam konteks eksternal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan beragam aspek, salah satunya
adalah kampanye, dan introduksi prestasi positif SBY selama memerintah Indonesia. Hal tersebut
tentu dapat memicu ketertarikan rakyat Indonesia akan keberhasilan SBY dan menjadi simpatik
atasnya.

1. Politik Luar Negeri
SBY berusaha memantapkan politik luar negeri Indonesia dengan cara meningkatkan kerjasama
internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional. Baru-baru ini Indonesia berani mengambil sikap sebagai satu-satunya negara
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang bersikap abstain ketika semua negara lainnya
memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.
SBY telah berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing dengan menjalin berbagai
kerjasama dengan banyak negara pada masa pemerintahannya, antara lain dengan Jepang.
Perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik luar negeri Indonesia di
masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah ‘mengarungi lautan bergelombang’, bahkan
‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia untuk
menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah.
Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu :
1) Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain (Jepang, China, India,
dll).

2) Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-perubahan domestik dan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri (internasional).
3)
Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalin hubungan
dengan siapa saja (baik negara, organisasi internasional, ataupun perusahaan multinasional) yang
bersedia membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
4)
Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia Internasional. Prinsip-prinsip
dalam konsep TRUST adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity. Prinsipprinsip dalam konsep TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri Indonesia di tahun
2008 dan selanjutnya.

1. 3.

Ketahanan dan Keamanan

Ukuran keberhasilan atau kegagalan menjadi sangat penting dalam mengevaluasi Presiden Susilo
Bambang Yudoyono. Disatu pihak, kedudukan Presiden SBY, memiliki legitimasi dan kredibilitas
yang cukup tinggi. Dipihak lain, Presiden SBY telah berupaya merealisasikan sebagian janji-janji
dalam berbagai program pembangunan nasional.


KEBERHASILAN
1. Dalam ketahanan dan keamanan, keberanian menyeret sebagian koruptor-koruptor, baik
pejabat pemerintah di daerah maupun di pusat terhadap lembaga legislatif dan eksekutif
telah dilakukan. Perang melawan korupsi dalam kabinet SBY terlihat jelas dan
menggembirakan. Instrumen hukum UU No.31/1999 tentang Korupsi, UU No.36/2003
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Instrumen presiden 2005, tentang Tim
Pemberantas Korupsi (Timtas-TIPIKOR) yang memiliki kewenangan luar biasa. Sebagai

satu contoh, Gubernur Aceh, Abdullah Puteh dihukum 10 tahun adalah bukti komitmen
tersebut.
2. Kesungguhan penegakan keamanan dan ketahanan itu, juga bisa terlihat atas keberhasilan
penandatanganan MoU antara pemerintah RI dengan GAM, 15 Agustus 2005 di Helsinki.
Meskipun MoU tidak sederajat dengan Perjanjian Internasional, praktek di lapangan telah
memperlihatkan kedua pihak mematuhinya. Pemusnahan senjata oleh GAM dengan
pengawasan Aceh Mission Monitoring (AMM) terus dilaksanakan. Pemberlakuan amnesti
terhadap tahanan praktek juga telah dilakukan. Ribuan TNI non-organik sebagian telah
dikembalikan dari Aceh ke daerah masing-masing. Akibat penandatanganan MoU situasi
keamanan, kedamaian dan masyarakat Aceh telah pulih. Keberhasilan ini mustahil dapat
dicapai sekiranya kedua belah pihak tidak memiliki komitmen. Telah lama TNI bercokol di
Aceh dan jelas-jelas kebijakan tersebut kontra produktif terhadap nilai-nilai demokrasi dan

HAM secara internasional dan nasional.
3. Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi dan
keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini belum
menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan bangsa
Indonesia.Tetapi malah mengubah arah demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk
kekuatan kelompok.

KEGAGALAN
1. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2009, pemerintah dan DPR
tidak berhasil menetapkan satu pun undang-undang bidang pertahanan nasional.
2. Pertahanan dan keamanan yang terasa masih menjadi nilai raport merah SBY adalah
rendahnya komitmen mereka terhadap penciptaan sistem keamanan masyarakat. Tragedi
Bom Bali II 1 Oktober (jatuh pada hari Kesaktian Pancasila) yang diklaim oleh Wapres
Yusuf Kalla sebagai kecolongan tidak terbantahkan. Sebelumnya juga teror bom di Tentena
Poso di wilayah tentara Sulawesi Tengah bukti kegagalan tersebut. Sementara Dr. Azhari dan
Nurdin Top juga tidak akan tertangkap jika cara kerja aparat penegak hukum tidak
professional.
Kita percaya, sistem hukum terpadu tentang pencegahan dan penanggulangan terorisme diperlukan,
tetapi kejahatan teorisme juga belum tentu akan berkurang. Sejatinya UU NO.15/2003, tentang
Tindak Pidana Terorisme sesungguhnya tidak memadai. Untuk itu Presiden SBY perlu mengusulkan
UU Keamanan dan Intelejen Nasional cukup proporsional dan tepat momennya. Tiadanya institusi
yang kredibel dalam mengkoordinasikan berbagai aparat pemerintah dan penegak hukum dalam
menanggulangi terorisme menyisakan soal ancaman keamanan sebagai masalah utama. Namun,
tidak salah jika kita menengok Amerika, Malaysia dan Singapore. Terlindunginya masyarakat dari
rasa aman, tentram merupakan segi-segi positif dari adanya instrumen hukum tersebut. Kinerja
aparat keamanan khusunya dalam pencegahan terorisme perlu ditingkatkan melalui para TNIPOLRI dan Intelejen tanpa harus menaksirkan KOTER. Validitas Keppres tentang kebijakan
menaikkan BBM 100% oleh pemerintah secara sepihak hanya logis dalam tatanan kepentingan
ekonomi nasional. Namun, kenaikan BBM yang dibarengi oleh kenaikan harga-harga bahan pokok
itu artinya justru menyengsarakan masyarakat. Sampai saat ini, pemerintah belum mampu
memperlihatkan upaya untuk meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat melalui jumlah
pengangguran.

1. Kegagalan pemerintah SBY dalam menciptakan rasa aman dan tentram masyarakat tak
terhindarkan melalui pembagian kompensasi BBM sebesar Rp 300.000 KK per bulan
terhadap masyarakat miskin. Kenaikan itu menjadi tidak berarti, mengingat harga bahan
pokok menjadi naik pula. Lagi pula, kenaikan harga BBM sungguh telah memicu
kegelisahan masyarakat. Memang niat memberikan kompensasi BBM terhadap orang-orang
miskin tidak diragukan nilai baik dan manfaatnya. Akan tetapi, upaya untuk
mensejahterakan masyarakat sesuai pasal 33 dan 34 UUD 1945 menjadi tidak kena sasaran
bilaman tidak dipersiapkan secara matang.
Bukti lemahnya persiapan itu tidak sekedar ditentukan oleh rumusan kemiskinan dan data-data yang
akurat di lapangan. Tapi juga dampak-dampak negatif dari pemberian uang tunai tidak menjamin
sama sekali. Bencana sosial ini tampak dalam penderitaan dan kesengsaraan masyarakat miskin.
Sampai saat ni tidak kurang dari empat orang tewas dalam prosespengambilan kompensasi BBM.
Beberapa kepala desa dan kepala RT yang juga tewas ditusuk dan juga bunuh diri. Jika disana
puluhan penegak hukum dalam konteks pemberantasan korupasi, terorisme dan mensejahterakan
masyarakat. Dengan kata lain, nilai raport merah SBY-YK tidak akan berubah jika dikemudian hari
tidak mengalami perubahan.
1. Reformasi Sektor Pertahanan dan Keamanan selama kurang lebih tujuh tahun di Indonesia
meski mengalami kemajuan yang relative baik, tapi masih membutuhkan kerja-kerja politik
yang serius bagi proses SSR yang lebih baik. Masalah oportunisme elit sipil dan penolakan
dari internal masing-masing lembaga sektor keamanan dan pertahanan tersebut masih
mendominasi permasalahan bagi penguatan negara demnokratis, dan profesionalisme
lembaga-lembaga tersebut. Setidaknya bila kita mengacu pada tiga kerangka peran, yakni:
sektor pertahanan dan keamanan, sektor sosial-politik, dan sektor ekonomi, dapat dilihat
bagaimana perjalanan SSR di Indonesia berjalan tertatih-tatih. Dari ketiga kerangka peran
tersebut, lembaga-lembaga sektor pertahanan dan keamanan masih masih dilingkupi oleh
ketiga kerangka peran tersebut. Artinya masih belum profesional dalam merumuskan peran
masing-masing, meski sudah merevisi doktrin. Masih ada yang harus dipertegas pada peran
dan fungsi dari masing-masing lembaga. Salah satunya misalnya penempatan TNI dan Polri
yang belum pas dalam struktur pemerintahan. Apakah di bawah atau di dalam Departemen
Pertahanan untuk TNI, atau apakah di bawah Presiden, masuk ke salah satu departemen, atau
bahkan menjadi departemen tersendiri.
2. Ketidak tegasan dan konsistenan inilah yang menyebabkan banyak sekali cela bagi TNI,
Polri, maupun lembaga intelejen melalui perundang-undangan yang dihasilkan untuk
melakukan kerja atau fungsi-fungsi di luar kewajibannya.
Hal lain yang juga menjadi perhatian adalah buruknya konsepsi strategis pertahanan dan keamanan,
sehingga dalam konsepsi operasional pun juga mengalami kendala yang relatif serius. Apalagi
reformasi kultural di ketiga lembaga tersebut belum berubah. Masih menggunakan mindset lama,
sehingga menghambat langkah dan jalan bagi suksesnya reformasi sektor pertahanan dan keamanan
di Indonesia.
1. Penegakan hukum berjalan di tempat. Kasus-kasus besar selalu diakhiri dengan drama
transaksional. Bahkan tebang pilih menjadi gaya penegakan hukum pemerintah di bawah
komando SBY. Kegagalan itu diwakili Kementerian Hukum dan HAM dalam pembebasan
29 napi koruptor atas nama remisi (HUT RI dan Lebaran).
2. Sektor kelautan juga dinilai masih banyak terjadi pencurian-pencurian sumber daya alam
Indonesia seperti ilegal fishing.

3. Rasa aman dan damai makin jauh di tengah tingginya pelanggaran HAM, kekerasan,
perusakan lingkungan hidup, serta hukum yang tidak berdaulat.
4. Pemerintahan SBY-Boediono gagal melakukan agenda reformasi peradilan militer melalui
Revisi Undang-undang No. 31 Tahun 1997. Pemerintahan SBY tidak memiliki niatan dan
upaya sungguh-sungguh untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas di sector
keamanan.
5. SBY dianggap lamban menyikapi kisruh KPK vs Polri. SBY baru mau turun setelah rakyat
mendesak. Selain itu, menurut mereka, kebijakan ekonomi yang dilegitimasi SBY juga
dinilai berpihak pada kepentingan kapital, kebijakan energi nasional mengesampingkan
aspek kemandirian, skandal bailout Bank Century yang tak kunjung selesai, penegakkan
supremasi hukum, serta gagalnya SBY mewujudkan Indonesia sebagai rumah yang aman
bagi masyarakatnya.
6. Pemerintah SBY juga telah gagal melindungi kekayaan rakyat berupa minyak dan gas bumi,
barang tambang maupun yang lainnya tidak banyak dinikmati oleh rakyat, tapi oleh
segelintir orang, termasuk pihak asing melalui regulasi dan kebijakan yang tidak pro rakyat.
Pemerintah SBY juga gagal memberantas korupsi dan mafia hukum. Iironinya banyak
dilakukan oleh para pejabat yang berlangsung makin massif dan sistemik. Sekitar 148 kepala
daerah sekarang ini jadi tersangka korupsi, dan diantaranya adalah 17 Gubernur. Kasus
korupsi melahirkan korupsi baru melalui mafia hukum yang bisa mengatur Kepolisian,
Kejaksaan, Kehakiman dan pengacara. Itulah yang membuat banyak kasus korupsi yang
tidak terungkap. Kasus skandal Bank Century atau mafia Perpajakan adalah salah satunya.

1. Ekonomi
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia,
atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada
rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat
yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada
di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam
perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum
terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank
Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia
pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen
pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi
Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009
mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada
Januari 2010.

Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan
pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang
Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan
terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada.
Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat
secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kotakota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga
Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih
baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997)
yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun
yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu
peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka
9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%,
angka yang mendekati target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas
pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus
menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga
minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi Oktober 2005
mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan selama tahun 2005 dan
akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar
adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40% dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun
naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas
moneter menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh melampaui
angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY)
masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004
(YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)

Harga

2004

2009

Catatan

Minyak Mentah Dunia / barel

~ USD 40

~ USD 45

Harga hampir sama

Premium

Rp 1810

Rp 4500

Naik 249%

Minyak Solar

Rp 1890

Rp 4500

Naik 238%

Minyak Tanah

Rp 700

Rp 2500

Naik 370%

Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga jual
premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka
sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium
yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para nelayan
turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi
global, pemerintah bahkan memperoleh keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar
kepada rakyatnya sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun
merdeka, pemerintah selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak yang lebih
ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang mensubsidi pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBYJK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di
atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan ratarata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara
ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan
oleh Demokrat di bidang ekonomi.

Pertumbuhan

Janji Target

Realisasi

Keterangan

2004

ND

5.1%

2005

5.5%

5.6%

Tercapai

2006

6.1%

5.5%

Tidak tercapai

2007

6.7%

6.3%

Tidak tercapai

2008

7.2%

6.2%

Tidak tercapai

2009

7.6%

~5.0%

Tidak tercapai *

Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara
makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah
inflasi selama 4 tahun2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.

Tingkat Inflasi

Janji Target

Fakta

2004

Catatan Pencapaian

6.4%

2005

7.0%

17.1%

Gagal

2006

5.5%

6.6%

Gagal

2007

5.0%

6.6%

Gagal

2008

4.0%

11.0%

Gagal

Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu mengendalikan
harga barang dan jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye dan RPM yakni rata-rata
mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang terjadi adalah harga barang
dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga
barang dan jasa melebihi 200% dari target semula.

Jumlah Penduduk Miskin
Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya
persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada
tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada
tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.

Penduduk Miskin

Jumlah

Persentase

Catatan

2004

36.1 juta

16.6%

2005

35.1 juta

16.0%

Februari 2005

2006

39.3 juta

17.8%

Maret 2006

2007

37.2 juta

16.6%

Maret 2007

2008

35.0 juta

2009

15.4%

Maret 2008

8.2% ????

Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf
Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan utang
terbesar sepanjang sejarah RI.
Koalisi terdiri dari
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Perkumpulan Prakarsa
Perhimpunan Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M)
Gerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia
Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Marginal
Pusat Telaah dan Informasi Regional
Asosiasi pendamping Perempuan Usaha Kecil dan
Publish What You Pay
Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai Januari 2009 meningkat 31 persen dalam lima
tahun terakhir. Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun. Adapun posisi utang
Janusari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun. Apabila pada tahun 2004, utang per
kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita menjadi Rp 7,7 juta per
kepala. Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, koalisi
menilai rezim sekarang ini adalah rezim anti-subsidi. Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara
drastis subsidi. Pada tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik
bruto. Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen dari PDB.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan.
Namun apa yang telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi dan perencanaan pemerintahan
SBY. Dapat dibayangkan hal-hal lain yang akan terjadi dalam pemerintahan yang akan berjalan
untuk beberapa tahun ke depan lagi.

1. 5.

Sosial

Presiden SBY berhasil meredam berbagai konflik di Ambon, Sampit dan juga di Aceh.
Pada masa pemerintahan ini, kehidupan masyarakat mulai menuju kepada kehidupan individualis
yang mengutamakan kepentingan individu. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya sosialisasi
antarwarga di perkotaan.

Arus urbanisasi juga semakin marak. Namun pemerintah tidak lagi mencanangkan transmigrasi.
Di pemerintahan SBY juga telah dibuat undang-undang mengenai pornografi dan pornoaksi. Namun
usaha ini tidak disertai dengan penegakan hukum yang baik sehingga tidak terealisasi.
Meski konflik di beberapa daerah telah diredam, namun kembali muncul berbagai konflik lagi
seperti di Makassar. Bahkan baru-baru ini terjadi tawuran antar-SMA di Jakarta yang membawa
korban para pejuang jurnalistik.

1. 6.

Budaya

Dalam hal pelestarian budaya, di masa pemerintahan SBY terlihat jelas kemundurannya. Terutama
dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang diklaim oleh pemerintah negara lain.
Contohnya sebagai berikut :


Klaim Batik Jawa Oleh Adidas



Klaim Angklung oleh Pemerintah Malaysia



Klaim Gamelan oleh Pemerintah Malaysia



Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia



Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia



Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia



Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia



Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia



Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia



Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda



Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda



Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda



Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing



Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia



Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia



Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia



Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia



Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia



Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia



Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia



Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia



Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah



Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah



Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia



Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika



Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd



Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia



Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda



Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang



Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia



Kain Ulos oleh Malaysia



Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia



Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Namun di masa ini, terdapat keberhasilan dengan pengakuan dari UNESCO bahwa batik Indonesia
adalah warisan budaya Indonesia.

1. D.

Kelebihan dan Kelemahan Pemerintahan SBY

Kelebihan
1. Harga BBM diturunkan hingga 3 kali (2008-2009), pertama kali sepanjang sejarah.
2.

Perekonomian terus tumbuh di atas 6% pada tahun 2007 dan 2008, tertinggi setelah orde
baru.

3. Cadangan devisa pada tahun 2008 US$ 51 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.
4. Menurunnya Rasio hutang negara terhadap PDB terus turun dari 56% pada tahun 2004
menjadi 34% pada tahun 2008.

5. Pelunasan utang IMF.
6. Terlaksananya program-program pro-rakyat seperti: BLT, BOS, Beasiswa, JAMKESMAS,
PNPM Mandiri, dan KUR tanpa agunan tambahan yang secara otomatis dapat memperbaiki
tinggkat ekonomi rakyat.
7.

Pemberantasan korupsi.

8. Pengangguran terus menurun. 9,9% pada tahun 2004 menjadi 8,5% pada tahun 2008.
9. Menurunnya angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 15,4% pada tahun
2008.
10. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi
dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
11. perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan
finansial yang terjadi di zona Eropa.

Kelemahan
1. Harga BBM termahal sepanjang sejarah indonesia yaitu mencapai Rp. 6.000.
2.

jumlah utang negara tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapi 1667 Triliun pada awal
tahun 2009 atau 1700 triliun per 31 Maret 2009. Inilah pembengkakan utang terbesar
sepanjang sejarah.

3. tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar 15% pada
tahun 2006 .menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas sumber daya public.
4. Konsentrasi pembangunan di awal pemerintahannya hanya banyak berpusat di aceh, karena
provinsi aceh telah di porak porandakan oleh bencana alam stunami pada tahun 2004.
5. Masih gagal nya pemerintah menghapuskan angka pengangguran dan kemiskinan di negeri
ini.
6.

Bencana alam yang sering terjadi di indonesia membuat para investor asing enggan
berinvestasi dengan alasan tidak aman terhadap ancaman bencana alam.

7. Dianggap belum mampu menyelesaikan masalah bank CENTURY.