Konsep kepemimpinan pelayan di biara

Konsep kepemimpinan pelayan adalah mengubah pendekatan kepemimpinan secara evolusioner
dan pribadi. Konsep ini bukanlah suatu perbaikan serba cepat atas persoalan-persoalan yang
dihadapi pemimpin. Kepemimpinan pelayan menggunakan pendekatan mendasar dan bersifat
jangka panjang, yang pada akhirnya akan memberikan perubahan secara menyeluruh pada
kehidupan personal dan profesional pegawai.
Kepemimpinan pelayan adalah konsep kepemimpinan etis yang diperkenalkan oleh Greenleaf
pada tahun 1970. Model kepemimpinan pelayan ini esensinya adalah melayani orang lain, yaitu
pelayanan kepada karyawan, pelanggan, dan masyarakat, sebagai prioritas utama dan yang
pertama. Kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus
yang timbul daridalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak
pertama yang melayani. Pilihan yang berasal dari suara hal itu kemudian menghadirkan hasrat
untuk menjadi pemimpin (Nuryati, 2004).
Pemimpin pelayan adalah orang dengan rasa kemanusiaan yang tinggi. Bukan nasib pemimpin
untuk dilayani, tetapi adalah hak istimewanya untuk melayani. Ada sejumlah elemen atau
pemahaman tentang hidup dalam kepemimpinan berkualitas tinggi karena tanpa karakter
pemimpin pelayan ini, kepemimpinan dapat tampak menjadi termotivasi untuk melayani diri
sendiri dan mementingkan kepentingannya sendiri (Neuschel ,2008).
Kepemimpinan pelayan berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang
berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Perbedaan
manifestasi dalam pelayanan yang diberikan, pertama adalah memastikan bahwa pihak lain
dapat dipenuhi, yaitu menjadikan mereka sebagai orangorang yang lebih dewasa, sehat, bebas,

dan otonom, yang pada akhirnya dapat menjadi pemimpin pelayan berikutnya (Greenleaf, 2002).
Menurut Jennings dan StahlWert (2004), pemimpin pelayan bertugas sebagai berikut :
1. Melaju ke arah tujuan yang besar dengan tetap memegang teguh di hadapan tim, bisnis, atau
komunitas mereka, alasan yang sedemikian besar sehingga menuntut dan memberikan motivasi
pada semua orang untukmemberikan upaya mereka yang terbaik.
2. Membalikkan piramid yang terdapat dalam pemikiran manajemen konvensional. Mereka
memposisikan diri di bagian bawah piramid dan melepaskan energi, ketertarikan, dan bakatbakat yang ada dalam tim, bisnis dan komunitas mereka.
3. Mendirikan tonggak harapan dengan cara menjadi sangat selektif dalam memilih para
pemimpin tim dan dengan menerapkan standar-standar kinerja yang tinggi. Tindakantindakan ini
membentuk suatu budaya kinerja yang membentang di dalam segenap tim, bisnis, atau komunitas.
4. Membuka jalan dengan mengajarkan berbagai prinsip dan praktik pemimpin pelayan, serta
dengan menyingkirkan rintangan yang dapat menghalangi kinerja. Tindakan ini menggandakan
dampak pemimpin pelayan, dengan mendidik dan mengaktifkan kepemimpinan lapis demi lapis.
5. Membangun kekuatan dengan mengatur masing-masing pribadi dalam tim, bisnis, dan
komunitasnya untuk memberikan kontribusi terbaik di bidangnya masing-masing. Hal ini
meningkatkan kinerja setiap orang dan membuat tim menjadi lebih solid karena
menggabungkan kekuatan banyak orang.

Pemimpin pelayan memerlukan toleransi luar biasa, ini tidak berarti menerima usaha yang
tidak berkualitas, tetapi lebih sebagai realisasi yang jujur. Pemimpin sering harus mangatasi

ketidaksempurnaan karena dia harus menangani hal itu dan memimpin sebagian dari kita.
Pemimpin memiliki rasa cinta kepada bawahannya. Penting bagi pemimpin yang dikendalikan
ego untuk selalu ingat bahwa peran pemimpin bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani
(Neuschel, 2008). Pemimpin pelayan memupuk kemampuan orang-orangnya untuk berproduksi
pada tingkat yang lebih tinggi, sambil berkembang dalam proses dan mendapatkan kepuasan
mendalam karena mampu memberi lebih banyak kontribusi untuk organisasi. Pemimpin pelayan
adalah pemimpin yang bersahaja, yaitu ketulusan-kejujuran terhadap diri sendiri. Kesahajaan
berarti memandang segala hal sesederhana mungkin, tanpa sedikit pun penekanan emosional.
Kesahajaan sebagai pemimpin juga bisa ditumbuhkan jika orang mau memandang perannya
sekadar untuk melayani orang lain (Walters, 2000).
Paling inti dalam kepemimpinan: memberikan energi, bukan menerimanya. Fauzi, 2007 dalam
Aurora (2009) menyatakan kepemimpinan pelayanan termasuk orang yang dilayani organisasi,
orang-orang yang ingin mereka layani, orang di dalam organisasi yang melakukan produksi dan
pelayanan, mitra eksternal utama (seperti distributor, sekutu, strategis, pemasok, dsb), siapa
pun dalam organisasi yang mendukung produser dan melayani para pemberi layanan, pemegang
saham atau mitra pemberi dana, dan (sengaja ditempatkan terakhir) manajemen.

Blanchard dalam Aurora (2009) menyatakan tentang tiga aspek kepemimpinan yang melayani,
yaitu:
1. Hati yang Melayani (Karakter Kepemimpinan) Kepemimpinan yang melayani dimulai dari

dalam diri sendiri. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan
karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya. Karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Keberhasilan seorang pemimpin
sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena
keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam
organisasi tersebut. Pemimpin pelayan memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Wujud kasih tersebut dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian
dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memiliki hati yang
melayani adalah akuntabilitas (accountable). Seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya. Pemimpin
pelayan adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan
harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin pelayan adalah pemimpin yang dapat
mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi
begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri
dan tidak mudah emosi.

2. Kepala yang Melayani (Metoda Kepemimpinan) Pemimpin harus memiliki serangkaian metoda
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Tidak banyak pemimpin yang

memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolahsekolah formal. Kepemimpinan dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki
karakter kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini
merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya
proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari
orangorang yang ada dalam organisasi tersebut. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong
terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan
visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan
secarasederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya
menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk
senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga
bisa bertahan sampai beberapa generasi. Seorang pemimpin yang efektif adalah selalu tanggap
terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya.
Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun
tantangan yang dihadapi organisasinya. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih
atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach).
3. Tangan yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan) Pemimpin sejati bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda
kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin.
Beberapa perilaku seorang pemimpin, yaitu:
a. Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguhsungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Pemimpin hidup dalam

perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Pemimpin memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
b. Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak.
Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya.
Pemimpin lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
c. Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Menselaraskan atau disebut dengan
recalibrating dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Karakteristik utama yang membedakan antara kepemimpinan pelayan dengan model
kepemimpinan lainnya adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk
memimpin. Selanjutnya mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan akan menjadi pemimpin,
sebab itulah cara yang paling efektif untuk melayani (Spears, 1995).

Hal ini terjadi sebagai bagian dari pemenuhan misi hidup seseorang, yaitu bagaimana memberikan
sesuatu yang positif untuk dunia ini dalam upaya menciptakan dunia yang lebih baik. Sebagai
konsekuensinya, kemudian ia dipilih oleh para pengikutnya dan diminta untuk memimpin
mereka. Perubahan-perubahan sosial dapat bersifat revolusi ataupun evolusi yang terjadi secara

alami. Umumnya perubahan yang revolusioner dicapai dalam rentang waktu yang relatif pendek
dan sering menyangkut masalah politik. Sementara perubahan evolusi biasanya terjadi dalam
jangka waktu yang cukup lama atau panjang, dan sering menyangkut pada perubahan dan
perkembangan individu. Fokus kepemimpinan harus digeser dari proses dan hasil menjadi orang
dan masa depan. Tantangan utama manajemen dan kepemimpinan adalah bagaimana
mengembangkan orang-orang yang berbakat di dalam organisasi dengan menciptakan iklim kerja
yang positif dan memberikan peluang untuk inovasi dan mengambil resiko untuk menghadapi
ketidakpastian di masa mendatang (Wong dan Davey, 2007).