MAKALAH SISTEM muskuloskeletal 1 (1)

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL
ASUHAN KEPERAWATAN SPINAL KOLUM DISORDER
KIFOSIS, LORDOSIS SCOLIOSIS

1. NESYA ANDITA
2. ABIDIN
3. JUMAAN TASMITA

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEMESTER 4
2015/2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………................................................................

B.

Rumusan Masalah………………………………………………………………………….

C. Tujuan ………………………………………………..........................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Denifisi …………………………………...........................................................
B. Patofisiologi..........................................................................................................
C. Etiologi...............................................................................................................

D. Manifestasi klinis..................................................................................................
E. Komplikasi..............................................................................................................
F. Pencegahan.............................................................................................................
G. Pengobatan.............................................................................................................
H. Pemeriksaan fisik.................................................................................................
I. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PRENATAL
A. Asuhan Keperawatan Skoliosis...........................................................................
B. Asuhan Keperawatan Lordosis........................................................................
C. Asuhan Keperawatan Kifosis..................................................................................

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan………………………………................................................................
.Daftar Pustaka..........................................................................................................

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN SPINAL
KOLUM DISORDER

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah

keperawatan Sistem Muskuloskeletal.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Ns.Tisa Gusmiah,M.Kep, dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Di samping itu, kami juga menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa/i

STIK Muhamamadiyah Pontianak dan terutama bagi mahasiswa/i keperawatan.

Pontianak, 10 mei 2016

Kelompok 12

BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk vertebrata yang memiliki tulang belakang yang
membantu menyokong kerangka tubuh. Tulang belakang berfungsi juga untuk
membentuk postur tubuh. Seringkali tulang belakang terabaikan kepentingannya
karena merupakan bagian yang kurang terlihat. Hal ini sangat disayangkan karena
banyak orang menjadi tidak peduli akan bentuk serta kekuatan tulang
belakangnya. Tak sedikit dari mereka yang mengalami kelainan pada tulang
belakang.Kelainan pada tulang belakang bermacam-macam bentuknya. Kifosis
dan lordosis merupakan melengkungnya bagian atas dan bawah tulang belakang
secara berlebihan. Kelainan tulang lainnya adalah skoliosis. Skoliosis merupakan
kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, tulang belakang

menjadi berbentuk seperti “S” terbalik. Kelainan ini

membuat postur tubuh

menjadi tidak sempurna dan seringkali ditemukan gejala-gejala yang membuat
seseorang menjadi tidak nyaman. Berdasarkan wawancara dengan Dr. Patrick
Suckoo, BA, DC sebagaipenelitian pendahuluan, masyarakat Indonesia banyak
yang menderita kelainan ini. Sayangnya hanya sedikit dari mereka yang sadar
akan kelainan tersebut.Sebagian besar dari mereka tidak menyadari atau sudah
terlambat ketika mereka 2 mengetahui bahwa dirinya mengalami kelainan
skoliosis. Ini dikarenakan kurangnya informasi yang dapat memenuhi
pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai skoliosis. Selama ini telah
ditemukan sebanyak 40% dari seluruh anak anak yang berumur 10-14 tahun
mengalami skoliosis; 40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan.
Sangatlah penting bagi manusia untuk menjaga postur tubuhnya, terutama bagi
perempuan karena postur tubuh dapat menunjang kecantikan dari dalam diri
seseorang.Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia
akan pentingnya pengetahuan tentang skoliosis adalah dengan melaksanakan
kampanye. Kampanye merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan


menyampaikan pesan/ pernyataan secara terbuka melalui media tertentu secara
satu arah kepada publik yang tersebar dan bersifat mengajak. Kampanye sadar
skoliosis ini akan mengajak masyarakat Indonesia agar lebih sadar akan skoliosis
dan lebih peka terhadap tanda-tanda yang menunjukkan adanya skoliosis sehingga
mereka tidak terlambat saat menyadarinya. Selain itu kampanye ini dilaksanakan
untuk mencegah bertambah banyaknya penderita skoliosis di Indonesia.Target
utama dari kampanye ini adalah orang tua yang memiliki anak-anak yang berumur
10-14 tahun karena pada umur tersebut skoliosis mulai dapat dideteksi dan orang
tua memiliki fungsi penting dalam pertumbuhan anak,contohnya fungsi edukatif
dan protektif.Melalui kampanye untuk mensosialisasikan pengetahuan tentang
skoliosis ini, diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita skoliosis di
Indonesia. Atas 3 kebutuhan kampanye ini, peneliti berniat untuk membuat
rancangan dalam bentuk media visual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
2. Apa Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis.?
3. Apa Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
4. Apa manifestasi klinis dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
5. Apa komplikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?

6. Bagaimana pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
7. Bagaimana cara pengobatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis?
8. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari Skoliosis, Lordosis
dan Kifosis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Skoliosis, Lordosis dan
Kifosis?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
2. Mengetahui Etiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
3. Mengetahui Patofisiologi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
4. Mengetahui Manifestasi klinis dari dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
5. Mengetahui komlikasi dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
6. Mengetahui pencegahan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
7. Mengetahui pengobatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis
8. Mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari dari Skoliosis,
Lordosis dan Kifosis
9. Mengetahui asuhan keperawatan dari Skoliosis, Lordosis dan Kifosis.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi.
1. Kifosis : Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
nyeri punggung dan adanya bonggol di punggung (kifosis).Kifosis adalah suatu
kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan
perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis pada masa remaja juga disebut
penyakit Scheuermann. Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang
belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit
degeneratif. Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana
punggung yang seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan
ternyata melengkung ke depan melebihi batas normal, kelainan ini di masyarakat
awam sering disebut sebagai Bungkuk .Kifosis adalah lengkungan ke depan pada
punggung bagian atas

bungkuk Biasanya pembungkukan ini terjadi secara

berlebihan, yaitu lebih dari 50 derajat sehingga punggung akan terlihat memiliki
punuk daging yang menonjol pada tengkuk Kifosis adalah penyakit kelainan pada
tulang belakang yang menyebabkan tubuh penderita melengkung ke depan dan
melebihi batas normal atau bungkung.


2. Lordosis : Tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak
lurus. Lain halnya pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok
terutama di punggung bagian bawah . Gejala yang timbul akibat lordosis berbedabeda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah penonjolan
bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya
seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan
neuromuskuler. Lordosis sendiri adalah penyakit kelainan pada tulang belakang
yang menyebabkan punggung penderita terlalu melengkung masuk pada daerah
pinggang seseorang.

3. Scoliosis : Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke
arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)
maupun lumbal (pinggang). Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 1014 tahun mengalami skoliosis; 40-60% diantaranya ditemukan pada anak
perempuan Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang berubah bentuk dari
lurus menjadi melengkung yang cenderung akan berbentuk seperti huruf S.

B.PATOFISIOLOGI
a. Kifosis : Kifosis juga bisa disebabkan ketika vertebra tidak tumbuh berkembang
dengan baik. Tulang dapat berbentuk segitiga, bukan persegi panjang atau kotak
seperti normalnya. Hal ini menyebabkan tulang belakang berada di luar posisi dan

dikenal sebagai kifosis Scheuermann. Pada kasus kifosis Scheuermann, ligamen
sekitar tulang belakang bisa lebih tebal dari biasanya. Tidak diketahui apa
penyebab pembentukan tulang belakang yang tidak normal. Satu dugaan adalah

suplai darah ke tulang belakang yang tidak normal mempengaruhi pertumbuhan
tulang belakang.
b. Lordosis : Tidak ditemukan sumber yang jelas mengenai patofisiologi
terjadinya lordosis.Namun hal-hal yang berkaitan dan merupakan factor resiko
terjadinya lordosis pada seseorang adalah usia, jenis kelamin, kegemukan,
kehamilan, posturtubuh yang buruk, memakai alas kaki yang tinggi,
etnis,pekerjaan, aktivitas/olahraga, danIndeks Massa Tubuh seseorang.lordosis
menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan bokong.
gejala

lain

berfariasi

sesuai


dengan

keadaan

usia

dan

kesehatan

seseorang.biasanya ditandai dengan salah satu bentuk kelainan tulang punggung,
di mana punggung yang seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan
kanan ternyata melengkung kedepan melebihi batas normal.
c. Scoliosis
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya
syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang.
Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis
yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal,
diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja
menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan

akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang
belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S
atau huruf.

C. Etiologi.
1. Skoliosis
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang,
penyakit arthritis, dan infeksi. Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk
yang salah. Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat
seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.

Terdapat 4 penyebab umum dari skoliosis:
a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu. Penyebab
penyakit skoliosis ini adalah bisa dari bawaan yang disebabkan oleh tulang
belakang yang tidak tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan di dalam
rahim. Hal ini mungkin terjadi karena kurang perhatian dalam menjaga rahim
yang ada di dalam, sehingga bentuk tulang bayi yang akan lahir akan terjadi tidak
secara normal.Maka dari itu, sangat perlu diketahui bagi masyarakat saat ini, baik
yang usia
b. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile.
c. Idiopatik,Jenis penyakit skoliosis yakni salah satunya skoliosis idiopatik. Kasus
skoliosis yang tidak diketahui penyebab pastinya disebut idiopatik. Menurut
penelitian yang telah dilakukan, sekitar sepertiga penderita skoliosis idiopatik
terkait faktor genetika yang dialami individu tersebut. Skoliosis idiopatik diderita
sebanyak 80 persen dari jumlah penderita skoliosis.
d. Skoliosos degenerative Selain idiopatik, ada juga skoliosis degenratif dalam
jenisnya. Skoliosis degeneratif terjadinya akibat kerusakan pada bagian tulang
belakang yang terjadi secara perlahan-lahan. Skoliosis dari tipe ini sering
terjadi pada orang dewasa sebab seiring bertambahnya usia, beberapa bagian
tulang belakang menjadi sangat mudah lemah dan menyempit. Selain itu, ada
beberapa penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan tulang belakang
yang bisa menyebabkan skoliosis degeneratif, seperti osteoporosis, penyakit
Parkinson, motor neurone disease, sklerosis multipel, dan kerusakan tulang
belakang yang terjadi akibat dari operasi.

2. Lordosis
Beberapa otot disekitar HIP dan tulang punggung menjadi tegang dan terkadang
mejadi lemah karena tidak ada nya keseimbangan/imbalance,dan ini sering

dikenal sebagai lower crossed syndrome(dikaitkan dengan posisi dari otot yang
menegang dan otot yang melemah berseberaangan)
Seringkali,lordosis muncul di masa kecil tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini
disebut benign lordosis remaja. Namun,lordosis dapat mempengaruhi orang-orang
dari segala usia.
Penyebab potensial lain dari lordosis meliputi:
a. Postur tubuh yang buruk Kondisi tubuh dari seseorang yang sejak anak-anak
hingga orang dewasa bisa menjadi salah satunya penyebab penyakit lordosis
karena, bisa menjadi bawaan hal yang buruk dari tulang belakangnya. Dengan
begitu, jika individu tersebut melakukan aktivitas dengan kesalahan kesalahannya
akan dapat memperparah penyakit pada pungggungnya yakni lordosis. Aktivitas
aktivitas tersebut seperti duduk sembarangan yang dapat merusak tulang
punggung.
b.Kegemukan Salah satu penyebab terjadinya penyakit lordosis pada tulang
punggung yakni berat badan pada seseorang yang berlebih obesitas. Hal tersebut
akan menjadi penyebab terjadinya lordois karena badan yang ada pada individu
tersebut tidak mampu menopang berat badan yang ada pada individu tersebut.
Kondisi ini akan membuat tulang pada punggungnya menjadi terbebani dan
masuk ke dalam punggung individu tersebut.
c. Osteoporosis (melemahnya tulang dengan usia)Ketika saat tua, seseorang akan
sangat mudah mengalami penyakit lordosis tersebut. Seperti yang telah terjadi saat
ini, banyak orang tua yang berjalan dengan membungkuk. Hal ini di sebabkan
badan yang sudah tidak kuat lagi dari orang lansia menjadi beban yang sangat
berat dan sudah mulai rapuh. Sehingga tulang pungung mereka akan rawan sekali
terkena penyakit lordosis tersebut.

d. Kyphosis (kelengkungan luar berlebihan pada pertengahan kembali)Kifosis
yang terjadi pada seseorang akan pula menjadikan tulang punggungnya tersebut

menjadi penyakit lordosis, karena tulang punggung bawah yang ada pada individu
tersebut mempunyai kerapuhan. Kerapuhan inilah yang akan menjadi mudahnya
terkena serangan penyakit lordosis sehingga, sangat sulit sekali untuk berjalan
karena kondisi badan yang membungkuk.
e. Ganguan tulang belakang Sering sekali orang yang terkena penyakit lordosis
disebabkan karena adanya gangguan yang terjadi pada tulang punggung mereka.
Dengan adanya ganguan tersebut, maka akan sangat mudah sekali tulang
punggung tersebut rapuh dan tidak dapat menahan hal hal yang berat, sehingga
badan dan tulang punggung akan menjadi membungkuk.
f.Alas kaki Alas kaki dengan hak tinggi yang biasa dipakai oleh wanita saat ini
akan meningkatkan resiko lordosis. Hak tinggi menyebabkan pusat gravitasi tubuh
berpindah ke depan dan peningkatan kelengkungan tulang belakang.
g. Spondylolisthesis (suatu kondisi dimana satu vetebra tergelincir ke depan atau
kebelakang relatif terhadap vetebra berikutnya)
h. Discitis (gangguan disk antara tulang-tulang belakang)
i. Achondroplasia (bentuk dwarfisme )

3.Kiposis
Tulang tunggal (vertebra) yang membentuk tulang belakang yang sehat terlihat
seperti silinder yang bertumpuk dalam sebuah kolom. Kifosis terjadi ketika tulang
di punggung atas menjadi lebih berbentuk baji. Deformitas ini dapat disebabkan
oleh berbagai masalah, termasuk:
a. Osteoporosis. Gangguan pengeroposan tulang ini dapat mengakibatkan tulang
hancur (kompresi fraktur). Osteoporosis adalah yang paling umum pada orang
dewasa yang lebih tua, khususnya perempuan, dan pada orang yang mengonsumsi
kortikosteroid dalam dosis tinggi untuk jangka waktu yang lama.

b. Degenerasi disk. Disk lembut yang melingkar berfungsi layaknya bantal antara
vertebra tulang belakang. Seiring dengan bertambahnya usia, disk ini mengering
dan menyusut, yang seringkali memperburuk kifosis.
c. Penyakit Scheuermann. Juga disebut kifosis Scheuermann, penyakit ini
biasanya dimulai selama lonjakan pertumbuhan yang terjadi sebelum pubertas.
Anak laki-laki lebih sering terkena penyakit ini daripada anak perempuan.
Lengkungan tulang belakang dapat berkembang semakin buruk ketika masa
pertumbuhan anak selesai.
d. Cacat lahir. Jika tulang belakang bayi tidak berkembang dengan baik di dalam
rahim, tulang belakang kemungkinan tidak terbentuk dengan benar, dan kemudian
menyebabkan kifosis.
e. Sindrom. Kifosis pada anak-anak juga dapat dikaitkan dengan sindrom tertentu,
seperti sindrom Marfan atau penyakit Prader-Willi.
f. Kanker dan pengobatan kanker. Kanker di tulang belakang dapat melemahkan
tulang dan membuatnya lebih rentan terhadap fraktur kompresi, seperti halnya
kemoterapi dan pengobatan radiasi untuk kanker.
Peningkatan lengkungan pada tulang belakang bagian atas juga dapat disebabkan
oleh posisi tubuh yang sering membungkuk. Disebut kifosis postural, kondisi ini
tidak diakibatkan oleh cacat pada tulang belakang. Kondisi ini adalah yang paling
umum pada remaja.lansia maupun anak-anak dan remaja saat ini yang sangat
mudah meremehkan kesehatan mereka. Penyebab penyakit ini sangat perlu
diketahui bagi semua masyarakat, sebab dengan adanya pengetahuan tersebut,
sangat membantu untuk mencegah terjadinya kelainan tulang ini. Kondisi ini tentu
sangat tidak diinginkan dan agar tidak menyesal kedepannya di saat sudah
berlanjut ke usia lansia

D. MANIFESTASI KLINIK
a. Kiposis : Pria lebih rentan terkenan Kifosis ini. Terutama pria yang kurang aktif dan
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk. Pria manula juga lebih berisiko
terkena Kifosis ini

1. Gejala: Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi.
2. Pada Kifosis yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru tidak dapat
mengembang sempurna. Seringkali justru orang lain yang sudah lama tidak bertemu yang
menyadari adanya kifosis (kebungkukan) ini.

3. Nyeri punggung seperti diremas-remas/ditarik disertai kekakuan.
4. Nyeri dan kaku terasa bila membungkuk ke depan.Kasus berat dapat terjadi
gangguan kardiopulmoner : sesak, fatik, berkurangnya toleransi fisik untuk
beraktivitas.

b. Lordosis
1. gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler.
2. Nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai,
3. perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis
Perubahan pola BAB & BAK.
4. Penonjolan bokong.
5. Gejala lain bervariasi sesuai dengangangguan lain yang menyertainya.
6. Distrofi muskuler, gangguan perkembanganpaha, dan gangguan neuromuskuler.

c. Scoliosis
1. Seringnya mengalami rasa pegal dan sakit pada salah satu sisi pinggang (selalu
sisi yang sama)
2. Payudara yang tidak simetris (pada wanita)
3. Cara berjalan yang terlihat limbung
4.Tinggi Pundak yang tidak simetris
5. tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
6.bahu dan pinggul kiri & kanan tak sama tingginya

7. nyeri punggung
8. kelelahan pada tulang belakang sesudah duduk / berdiri lama
9.skoliosis yg berat (dgn kelengkungan yg lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan Gangguan pernafan

E. Komplikasi
a. Kifosis : Kifosis dapat menyebabkan komplikasi berikut:
1. Masalah citra tubuh. Remaja terutama dapat mengembangkan citra tubuh yang
buruk karena lengkungan pada punggung atau akibat memakai penjepit untuk
memperbaiki kondisi tersebut.
2. Sakit punggung. Dalam beberapa kasus, penyelarasan tulang belakang yang
tidak tepat dapat menimbulkan rasa sakit, yang bisa menjadi semakin parah dan
bersifat melumpuhkan.
3. Nafsu makan menurun. Pada kifosis kasus parah, lengkungan tersebut dapat
menyebabkan perut terkompres dan menyebabkan penurunan nafsu makan.

b. Lordosis :
1. masalah jantung, penderita yang tulangnya dalam keaadaan melengkung
bahkan hingga 70 derajat tentu saja jantung akan kesulitan untuk memompa
darah untuk keseluruh tubuh. Hal ini akibat dari tertekannya jantung.
2. masalah paru – paru ,begitu juga dengan paru – paru, kelengkunagn tulang juga
akan menyebabkan kesulitan untuk bernapas.

3. nyeri punggung, penderita tentu saja akan sering merasakan nyeri punggu yang
berlebih. apalagi jika keadaan semakin parah.

c. Scoliosis :Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu
dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin
bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :
1. Kerusakan paru-paru dan jantung; ini boleh berlaku jika tulang belakang
membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan
jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung
juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita
lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
2. Sakit tulang belakang; Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak,
berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak
dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang
juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60
tahun.

F. Pencegahan
a. Kiposis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan
agar Kifosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder
meliputi
1. Duduk dengan posisi yang benar

2. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
3. Berolahraga teratur,
4. Diet yang cukup kalsium dan Vitamin D

b. Lordosis :
1. Mengubah posisi duduk yang benar
2. Kurangi tegang pada punggung
3. Kosumsi makanan yang mengandung vitamin D
4. Olahraga teratur
5. Perbanyak mengkonsumsis kalsium

c. Scoliosis : Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer agar tidak terkena skoliosis dan pencegahan sekunder
bertujuan agar skoliosis ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan
sekunder meliputi :
1. Duduk dengan posisi yang benar
2. Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
3. Berolahraga teratur, terutama olahraga yang menggunakan kedua sisi tubuh
secara aktif seperti berenang.
4. Periksa di depan cermin tinggi pundak dan tinggi panggul anda. Apabila tinggi
ada kelainan segeralah berkonsultasi dengan dokter Ortophedi atau Rehabilitasi
Medik.
G. PENGOBATAN
a. Kifosis : Pengobatan kifosis tergantung pada penyebab, kondisi, tanda, dan gejala
yang muncul. Salah satu pilihan pengobatan adalah dengan latihan untuk
memperkuat otot punggung. Atau untuk kondisi kifosis yang cukup parah maka
dapat juga dikoreksi dengan operasi. Pengobatan kifosis bawaan umumnya
dilakukan pada saat penderita masih balita. Hal ini karena kifosis disebabkan oleh
adanya kelainan pada tulang belakang saat bayi masih dalam janin ibu.

Pembedahan sebaiknya dilakukan seawal mungkin untuk membantu mencegah
kondisi kifosis bertambah parah.Terapi osteoporosis diperlukan untuk mencegah
terjadinya fraktur di kemudian hari pada kasus kifosis yang disebabkan oleh
osteoporosis. Terapi lain seperti olahraga, pengaturan pola makan dan asupan
nutrisi dengan mengkonsumsi susu berkalsium tinggi dua kali sehari atau sesuai
dengan jumlah harian yang direkomendasikan setiap hari juga dapat
memperlambat atau menghentikan progresifitas osteoporosis. Namun untuk kasus
kifosis yang parah, pembedahan merupakan pilihan terapi.

b. Lordosis

:

Pengobatan

masalah

lordosis

akan

dilakukan

berdasarkan

penyebabnya. Namun biasanya dokter akan melakukan pengobatan berdasarkan
usia dan riwayat kesehatan. Adapun tujuan dari pengobatan lordosis adalah agar
lengkungan tulang tidak bertambah serta mencegah terjadinya deformitas.
Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk
memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis disebabkan oleh kelainan
sikap tubuh.

c. Scoliosis : Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan
lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan
kurang dari 20 derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi penderita harus
menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak- anak yang masih
tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30, karena itu biasanya
dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk memperlambat
progresivitas kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee & Boston efektif
dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23
jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Brace tidak efektif digunakan
pada skoliosis kongenital maupun neuromuskular. Jika kelengkungan mencapai
40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.Pada pembedahan dilakukan

perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada
tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih
(kurang dari 20 tahun).

H. PEMERIKSAAN FISIK
a. kifosis : Pemeriksaan Fisik
1. Peningkatan kifosis torakal akan mengakibatkan pergeseran ke depan (forward
Displacement) kepala dan leher terhadap segmen vertebra dibawahnya sehingga
menyebabkan kompensasi berupa peningkatan lordosis lumbal.
2. Nyeri tekan apabila dilakukan palpasi pada prosessus spinosus
3.

Pemeriksaan

neurologis

bila

ada

keluhan

kelemahan,

gangguan

sensorik/keluhan pola jalan.
b. lordosis : pemeriksaan fsik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.Mengkaji tulang belakang (kurvatura tulang
belakang bagian pinggang berlebihan)
2.Mengkaji sistem persendian
Luas gerak dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas,stabilitas,adanya benjolan dan
kekakuan sendi.
3. Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang teratur yang dianggap tidak normal

c. scoliosis : Pemeriksaan Fisik
1. Tanda hump (punuk) pada punggung.

2. Asimetri pundak dan tinggi pinggul.
3. Asimetri pada ukura payudara/ kontur lipatan pinggang.
4. Pemeriksaan neurologis umumnya normal. Pemeriksaan defisit neurologis perlu
diperiksa bila dicurigai scoliosis degenerative.
5. Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk
kedepan

sehingga

pemeriksa

dapat

menentukan

kelengkungan

yang

terjadi.Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi
atau reflex.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. kifosis :
1. Foto polos torakolumbal AP dan lateral.
2. MRI dan CT Scan bila dicurigai etiologi spesifik
3. Setelah pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien
misalnya :
a. Foto Rontge
b. MRI ( Magnetic Resonance Imagine)
c. EMG (Electro Myo Graphy)
d.Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, baru dapat disimpulkan diagnosanya
dan kemudianditentukan terapinya, apakah perlu dioperasi atau tidak perlu operasi

b.lordosis :
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik
(lengkungan punggung
neurologis

(saraf)

yang

abnormal).

Juga

dilakukan

pemeriksaan

untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan

sensasi).
2. Rontgen

tulang

belakang

lengkungan tulang belakang.

dilakukan

untuk

mengetahui

beratnya

3. Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai
kebengkokan, serta sudutnya.
4. Magnetic resonance imaging (MRI)
5. Computed tomography scan (CT Scan)
6. Pemeriksaan darah
7.Sama dengan bentuk kelainan tulang pungung lainnya. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan :
Penampilan fisik Pengukuran untuk menentukan berapa derajat kebengkokan
lordosis
c. scoliosis :
1. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai.
2. Rontgen tulang belakangFoto polos : Harus diambil dengan posterior dan
lateral penuh terhadaptulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk
menilaiderajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal
denganmetode Risser.
3. Derajat Risser adalah sebagai berikut :
Grade 0 : tidak ada ossifikasi,grade 1 : penulangan mencapai 25%,grade 2 :
penulangan mencapai 26-50%,grade3 : penulangan mencapai 51-75%,grade 4 :
penulangan mencapai 76%grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.3.
4. MRI jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen. Pada keadaan
tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau sakit kepala
dapat dilakukan pemeriksaan MRI.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SPINAL KOLUM DISORDER

A. Konsep Asuhan Keperawatan Skoliosis
1. Pengkajian
Pengkajian fisik meliputi:
2. Mengkaji skelet tubuh
3. Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
4. Mengkaji tulang belakang
5. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), Kifosis (kenaikan
kurvatura tulang belakang bagian dada), Lordosis (membebek, kurvatura tulang
belakang bagian pinggang berlebihan)
6. Mengkaji system persendian
7. Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
8. Mengkaji system otot
9. Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
10. Mengkaji cara berjalan
11. Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic
hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor
neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

12. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
13. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
a. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen tulang belakang.
2. X-Ray Proyeksi Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral
penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk
menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal
dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi
vertebra : pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke
puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan
bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh
kembali.
3. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan
tulang belakang).
4. Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara
pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi
membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubahubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah
vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh
dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks
kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat
kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang
diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat
kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle pada radiologi sehingga
memerlukan evaluasi yang lanjut.
5. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).

B. Diagnosa
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.

c. Intervensi Keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi.
Kriteria Hasil: Pola nafas efektif.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status pernapasan setiap 4 Memantau perkembangan untuk
jam.
Bantu

dan

ajarkan

menentukan tindakan selanjutnya.
pasien Agar tidak terjadi sesak.

melakukan nafas dalam setiap 1
jam.
Atur posisi semi fowler
Auskutasi

dada

Untuk

meningkatkan

paru.
untuk Perubahan

ekspansi

simetrisan

mendengarkan bunyi napas setiap menunjukan

terjadi

dada

penekanan

dua jam.
paru-paru oleh tulang belakang.
Pantau tanda-tanda vital setiap 4 Memantau perkembangan untuk
jam.

menentukan tindakan selanjutnya.

Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
Tujuan : Rasa nyeri teratasi.
Kriteria Hasil: Rasa Nyeri hilang atau kurang
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tipe, intensitas, dan lokasi Bermanfaat dalam mengevaluasi
nyeri.

nyeri,

menentukan

pilihan

intervensi, menentkan evektivitas
terapi.
Atur posisi yang meningkatkan Menurunkan tegangan otot dan
rasa nyaman.
Pertahankan
tenang.
Ajarkan

lingkungan

relaksasi

dan

koping adekuat.
yang Meningkatkan rasa nyaman.
teknik Untuk

mengalihkan

perhatian,

distraksi.
sehingga mengurangi nyeri.
Anjurkan latihan postural secara Dengan latihan posturan secara
rutin.

rutin mempercepat proses perbaiki

Kaloborasi pemberian analgetik.

posisi tubuh.
Untuk meredahkan nyeri.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang
tidak seimbang.
Tujuan
: Gangguan mobilitas fisik teratasi.
Kriteria Hasil: Meningkatkan mobilitas fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat mobilitas fisik.
Pasien mungkin
pandangan

dibatasi

diri/persepsi

oleh
diri

tentang keterbatasan fisik actual,
memerlukan

informasi/intervensi

untukmeningkatkan
ksehatan.
Tingkatkan aktivitas jika nyeri Memberikan
berkurang.

kesempatan

mengeluarkan
meningkatkan
diri/harga

kemajuan
untuk
energy,

rasa

diri, dan

control
membantu

menurunkan isolasi social.
Bantu dan ajarkan latihan rentang Meningkatkan kekuatan otot dan
gerak sendi aktif.
Libatkan
keluarga

sirkulasi.
dalam Keluarga yang kooperatif dapat

melakukan perawatan diri.

meringankan
memberikan

petugas,

dan

kenyamanan

pada

pasien.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan
rasa nyaman.
Tujuan
: Pola tidur kembali normal
Kriteria hasil :
 Jumlah jam tidur tidak terganggu
 Insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur
 Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan kebiasaan tidur yang Mengkaji
perlunya
biasanya

dan

perubahan

dan

yang mengidentifikasi intervensi yang

terjadi.
tepat.
Berikan tempat tidur yang nyaman Meningkatkan kenyamanan tidur
dan

beberapa

milik

pribadi, serta

dukungan

fisiologis/

misalnya ; bantal dan guling.
psikologis.
Buat rutinitas tidur baru yang Bila rutinitas baru mengandung
dimasukkan dalam pola lama dan aspek sebanyak kebiasaan lama,
lingkungan baru.
stres dan ansietas dapat berkurang.
Cocokkan dengan teman sekamar Menurunkan kemungkinan bahwa
yang mempunyai pola tidur serupa teman

sekamar

dan kebutuhan malam hari.

dapat

hantu”

yang
menunda

“burung
pasien

untuk terlelap atau menyebabkan
terbangun.
Dorong beberapa aktifitas fisik Aktivitas
siang

hari

dapat

pada siang hari, jamin pasien membantu pasien menggunakan
berhenti beraktifitas beberapa jam energi dan siap untuk tidur malam

sebelum tidur.
hari.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai Pagar tempat tidur memberikan
indikasi, rendahkan tempat tidur keamanan dan dapat digunakan
bila mungkin.

untuk membantu merubah posisi

D.Implementasi Implementasi sesuai rencana tindakan keperawatan.
E.Evaluasi Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan:
1. Pola napas efektif
 Menunjukkan bunyi napas yang normal.
 frekuensi dan irama napas teratur.
2. Nyeri hilang atau berkurang
 Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.
 Memperlihatkan tenang dan rileks.
 Keseimbangan tidur dan istirahat
3.Meningkatkan mobilitas fisik
 Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat.
 Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.
 Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.
 Meminta bantuan jika membutuhkan
4.Pola tidur kembali normal.

B.Konsep Asuhan Keperawatan Lordosis
A. Pengkajian
Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk
memperoleh data tentang pola pergerakan yang bisa dilakukan seseorang. Data
tersebut dikoordinasikan dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang
latar belakang sosial dan psikososial pasien. Riwayat kesehatan meliputi informasi

tentang aktivitas hidup sehari-hari,pola ambulasi,alat bantu yang digunakan
(misal:kursi

roda,tongkat,walker),

dan

nyeri

(jika

ada

nyeri

tetapkan

lokasi,lama,dan faktor pencetus) kram dan kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis,teliti,dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan
anamnesis,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan diagnostik.
Yang perlu diperhatikan adalah:
1. Perhatikan postur tubuh klien(baik atau tidak)
2. Faktor kegemukan juga dapat mempengaruhi lordosis dan kelainan lainnya.
Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Mengkaji skelet tubuh adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor

tulang. Pemendekan ekstremitas,amputasi dan

bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada
tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.Mengkaji tulang belakang(kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)

2. Mengkaji sistem persendian
Luas gerak dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas,stabilitas,adanya
benjolan dan kekakuan sendi.
3. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang teratur yang dianggap tidak normal

B. Diagnosis Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
2. Nyeri berhubungan dengan penekanan yang berlebihan pada tulang belakang
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

C. Intervensi Keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
Tujuan : Ketidakefektifan pola nafas teratasi
Kriteria Hasil : Pola nafas efektif
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status pernafasan setiap 4 jam Memantau perkmbangan

untuk

sekali
mnentukan tindakan selanjutnya
Bantu dan ajarkan klien melakukan Agar tidak terjadi sesak
nafas dalam 1 jam
Atur posisi lateral (posisi klien Untuk

meningkatkan

kelurusan

berbaring pada salah satu bagian punggung yang baik
tubuh dengan menoleh ke samping)
yang bertujuan untuk mengurangi
lordosis

dan

meningkatkan

kelurusan pung-gung yang baik.
Atur posisi supine
Auskultasi

dada

Untuk memberikan posisi yang

nyaman pada tulang belakang
untuk Perubahan
simetrisan
dada

mendengarkan bunyi nafas setiap 2 menunukan terjadi penekanan parujam
paru oleh tulang belakang
Pantau tanda-tanda vital setiap 4 Memantau perkembangan
jam

untuk

menentukan tindakan selanjutnya.

Nyeri berhubungan dengan penekanan yang berlebihan pada tulang
belakang
Tujuan : Rasa nyeri teratasi
Kriteria Hasil : Rasa nyeri hilang atau berkurang
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tipe nyeri,dan lokasi nyeri
Mengevaluasi
nyeri,menentukan
pilihan

intervensi,mengefektivitas

terapi
Atur posisi yang meningkatkan rasa Menurunkan tegangan otot
nyaman
Ajarkan relaksasi
Kolaborasi pemberian analgetik.

Meningkatkan rasa nyaman
Untuk meredakan nyeri

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak
seimbang
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi
Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas fisik
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat mobilitas fisik
Memerlukan
informasi/intervensi
untuk
Tingkatkan
berkurang

aktivitas

jika

meningkatkan

kesehatan
nyeri Memberikan
mengeluarkan

kemajuan

kesempatan

energi,meningkatkan

rasa control diri/harga diri
Libatkan keluarga dalam melakukan Keluarga yang koorperatif
perawatan diri

untuk

dapat

meringankan petugas,dan memberikan
kenyamanan pada klien

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman
Tujuan : Pola tidur kembali normal
Kriteria Hasil :
 Jumlah jam tidur tidak terganggu
 Insomnia berkurang,adanya kepuasan tidur
 Klien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
INTERVENSI
Tentukan kebiasaan tidur

yang Mengkaji

RASIONAL
perlunya

dan

biasanya dan perubahan yang terjadi
mengidentifikasi intervensi yang tepat
Berikan tempat tidur yang nyaman Meningkatkan kenyamanan tidur serta
dan beberapa milik pribadi, misalnya ; dukungan fisiologis/ psikologis
bantal dan guling.
Buat rutinitas tidur

baru

yang Bila rutinitas baru mengandung aspek

dimasukkan dalam pola lama dan sebanyak kebiasaan lama, stres dan
lingkungan baru
ansietas dapat berkurang
Dorong beberapa aktifitas fisik pada Aktivitas siang hari dapat membantu
siang hari, jamin pasien berhenti pasien menggunakan energi dan siap
beraktifitas beberapa jam sebelum untuk tidur malam hari
tidur

D. Implementasi
Implementasi sesuai rencana keperawatan.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,diharapkan :
1. Pola napas efektif

 Menunjukkan bunyi napas yang normal.
 frekuensi dan irama napas teratur
2. Nyeri hilang atau berkurang
 Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima.
 Memperlihatkan tenang dan rileks.
 Keseimbangan tidur dan istirahat.
3. Meningkatkan mobilitas fisik
 Melakukan mobilitas pada tingkat optimal.
 Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan.
 Meminta bantuan jika membutuhkan
4. Pola tidur kembali normal
 Meningkatkan kualitas tidur
 Keseimbangan tidur dan istirahat

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kifosis
A. Pengkajian
Pemeriksssaan Fisik
1. B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
2.B2(blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya

pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang
berkaitan dengan efek obat
3.B3(brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh
pusing dan gelisah
4.B4(Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan
5.B5(bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses
6.B6(Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada
perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi
fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya
dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya. ( Tim
Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 )
1. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
nyeri.
2. Nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.
3. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang
akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 :20 ). Adapun perencanaan masalah yang
penulis susun sebagai berikut :
Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
dan nyeri.
Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
Kriteria hasil :
 Klien dapat ikut serta dalam program latihan
 Mencari bantuan sesuai kebutuhan
 Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien
terhadap peningkatan kerusakan.
dalam melakukan aktivitas.
Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi
perawatan diri sesuai toleransi.
Memelihara bentuk spinal

sesuai kemampuan.
yaitu Mempertahankan

dengan cara :

posisi

belakang tetap rata.

 Mattress
 Bed Board ( tempat tidur dengan alas
kayu, atau kasur busa yang keras yang
tidak menimbulkan lekukan saat klien
tidur.

Nyeri sendi dan otot berhubungan dengan adanya peradangan sendi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan Nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil :

tulang

 Klien melaporkan penurunan nyeri
 Menunjukkan perilaku yang lebih relaks
 memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang di [elajari dengan peningkatan
keberhasilan.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; Nyeri adalah pengalaman subjek yang
observasi terhadap kemajuan nyeri ke hanya dapat di gambarkan oleh klien
daerah yang baru.
sendiri.
Berikan analgesik sesuai terapi dokter Analgesik
dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.

adalah

obat

untuk

mengurangi rasa nyeri dan bagaimana
reaksinya terhadap nyeri klien.

Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
Tujuan
: Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat
menggunakan koping yang adaptif.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan
keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
INTERVENSI
RASIONAL
Berikan kesempatan pada klien untuk Meningkatkan harga diri klien dan
mengungkapkan

perasaan.

Perawat membina hubungan saling percaya

harus mendengarkan dengan penuh dan dengan ungkapan perasaan dapat
perhatian.
Bersama –

sama

klien

membantu penerimaan diri.
mencari Dukungan perawat pada klien dapat

alternatif koping yang positif.
meningkatkan rasa percaya diri klien.
Kembangkan komunikasi dan bina Memberikan semangat bagi klien agar
hubungan antara klien keluarga dan dapat

memandang

dirinya

secara

teman serta berikan aktivitas rekreasi positif dan tidak merasa rendah diri.
dan

permainan

guna

perubahan body image.

mengatasi

D.Implementasi Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
Instruksi keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi
kriteria hasil. Komponen tahap Implementasi:
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan. (Carol vestal Allen, 1998 : 10)
E.Evaluasi :Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.
1. Pencapaian kriteria hasil
2. Ke efektipan tahap – tahap proses keperawatan
3. Revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Kifosis dan lordosis merupakan melengkungnya bagian atas dan bawah tulang
belakang secara berlebihan. Kelainan tulang lainnya adalah skoliosis. Skoliosis
merupakan kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, tulang
belakang menjadi berbentuk seperti “S” terbalik. Kelainan ini membuat postur
tubuh menjadi tidak sempurna dan seringkali ditemukan gejala-gejala yang
membuat seseorang menjadi tidak nyaman.
Saran :
jaga kesehatan jangan lupa banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
Vit D serta kalsium agar terhindar dari kifosis, lordosis dan scoliosis. Dan olah
raga teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Helmi, ZN. 2010. Buku Ajar gangguan muskuloskeletal . Jakarta: EGC

Muttaqin, A. 2013. Buku saku gangguan muskuloskeletal. Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.