makalah sosio Dan antropologi pendidikan

TANTANG
GAN PENDIDIKAN DI ERA GL
GLOBAL
Makalah Disusun
isusun G
Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
ata Kuliah
Sosio Antroplogi Pendidikan
Dosen : Y. Ch. Nany Sutarini, M. Si

Disusun oleh :
Ayu Siti Farha
Ay

(12502241002
12502241002)

Muhammad Kholil
Muha

(12502241003

12502241003)

Suciani Fitri L
Suc

(12502241023
1023)

Sigit Wicaksana
Si

(12502244005
4005)

MS
STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM
RONIKA
SAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIK
JURUSA

IKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
UN
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah yang telah kami buat ini merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh sebagai tugas kelompok dalam mata kuliah Sosio Antropologi
Pendidikan untuk Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika. Diharapkan
tulisan pada makalah ini dapat semakin memperkaya wawasan para pembaca
mengenai masalah Tantangan Pendidikan di Era Global. Baik secara teoritis
maupun praktis.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Tim penulis menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini. Semoga Allh SWT memberikan balasan yang terbaik

atas bantuannya. Tim penulis senantiasa menantikan saran dan kritik dari berbagai
pihak untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.

Yogyakarta, 10 April 2015

Tim Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Bab I. Pendahuluan ..................................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan .......................................................................................................2
Bab II. Pembahasan..................................................................................................3
A. Globalisasi dan Pengaruhnya dalam Pendidikan ......................................3

B.Pendidikan yang Memiliki Wawasan Global ............................................5
C. Tantangan Pendidikan Indonesia di Era Global........................................9
D. Solusi Masalah Pendidikan Indonesia di Era Global..............................12
Bab III. Penutup .....................................................................................................20
A. Kesimpulan .............................................................................................20
B. Saran .......................................................................................................21
Daftar Pustaka ........................................................................................................22

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan anak-anak bangsa
untuk menghadapi masa depan dan menjadikan suatu bangsa bermartabat di
antara bangsa-bangsa lain di dunia internasional. Dunia internasional saat ini
diwarnai oleh era global atau globalisasi. Semakin menyempitnya dunia
akibat

perkembangan


teknologi,

telekomunikasi,

dan

transportasi

memunculkan kecenderungan similaritas dan uniformitas dari para individu,
kelompok, dan sistem sosial yang melewati bahkan menghapus batas
tradisional negara. Begitu juga dengan pendidikan semakin berkembangnya
zaman yang diwarnai oleh globalisasi maka pendidikan juga harus mampu
mengimbanginya dan mengembangkan mutu serta kualitas dalam bidang
pendidikan agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi.
Saat ini bangsa Indonesia sibuk melakukan reformasi di bidang, politik,
ekonomi, dan hukum, meskipun tak kunjung padam substansinya. Dalam
proses reformasi yang sedang berlangsung ini, ada gejala kearah
dilupakannya


peran

pendidikan.

Hal

ini

sungguh

berbahaya

yang

konsekuensinya di masa mendatang harus dipikul oleh seluruh komponen
bangsa berupa keterbelakangan dan kebodohan kolektif. Membangun sektor
pendidikan tidak pernah selesai dan tuntas, sepanjang peradaban manusia itu
masih ada karena jika suatu bangsa selesai menangani satu masalah
pendidikan, akan tumbuh lagi masalah lain yang baru dalam peradaban itu.
Hal ini terjadi karena tuntutan zaman. Proses pendidikan tidak hanya

mempersiapkan anak didik untuk mampu hidup dalam masyarakat kini, tetapi
mereka juga harus disiapkan untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang
yang semakin lama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Kesulitan
memprediksi masyarakat yang akan datang disebabkan oleh kenyataan bahwa
di era global ini perkembangan masyarakat tidak linier lagi, dan penuh
dengan diskontinuitas.

1

Dunia pendidikan di Indonesia, menghadapai tantangan yang kian
kompleks. Isu penting sering dikaitkan dengan dunia pendidikan di Indonesia
saat ini adalah, lemahnya daya saing bangsa dan rendahnya kualitas Sumber
Daya Manusia. Melimpahnya sumber daya alam dan murahnya tenaga kerja
bukan lagi menjadi faktor utama yang dapat menopang keunggulan suatu
bangsa. Di era global ini yang menentukan majunya suatu bangsa adalah
seberapa baik kualitas Sumber Daya Manusianya, sektor terpenting yang
perlu diperhatikan demi berkembangnya SDM adalah pendidikan. Pendidikan
yang baik dan berkualitas hanya dapat terwujud jika menggunakan
manajemen pendidikan nasional dan daerah yang sesuai dengan tujuan
pendidikan berdasarkan falsafah dan jati diri bangsa tersebut.


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Globalisasi dalam dunia pendidikan ?
2. Apakah yang dimaksud pendidikan berwawasan global?
3. Apa tantangan yang harus dihadapi dunia pendidikan Indonesia di era
global?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah pendidikan Indonesia di era
global?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh Globalisasi dalam dunia pendidikan.
2. Menjelaskan pendidikan yang memiliki wawasan global.
3. Menjelaskan apa saja tantangan pendidikan Indonesia di era global.
4. Menjelaskan solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan pendidikan
Indonesia di era global.

2

BAB II
PEMBAHASAN


A. Globalisasi dan Pengaruhnya dalam Pendidikan.
Globalisasi sering diterjemahkan ‘mendunia’ atau ‘mensejagat’. Suatu
identitas, betapapun, di manapun dan kapanpun dengan cepat menyebar ke
seluruh pelosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, informasi, produksi,
pembangunan, pemberontakan, sabotase, dan sebagainya, begitu disampaikan
saat itu pula diketahui oleh semua orang di seluruh dunia.1 Globalisasi pada
hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain, hingga menjadi suatu titik
kesepakatan dan pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.2
Globalisasi selain menghadirkan ruang positif untuk hidup mudah, nyaman,
murah, indah, dan maju, tetapi juga menghadirkan keresahan, penderitaaan
dan penyesatan. Globalisasi menawarkan banyak pilihan dan kebebasan yang
bersifat pribadi. Singkatnya dewasa ini telah terjadi pilihan dan peluang,
terserah kompetensi sesorang untuk memilikinya.
Proses globalisasi nampaknya tidak dapat diabaikan oleh setiap
masyarakat dan bangsa di dunia ini tidak ada satupun manusia, masyarakat
dan bangsa yang luput dari pengaruh globalisasi. Pembangunan nasional
sebuah bangsa tidak hanya melihat kebutuhan internal masyarakat dan bangsa
itu sendiri, tetapi juga pembangunan harus melihat ke luar dan ke depan serta

perlu di jalin bangsa lain. Karena masyarkat dan bangsa kita adalah bagian
dari suatu masyarakat dunia yang semakin maju dan menyatu.
Globalisasi merupakan kenyataan hidup bahkan suatu kesadaran baru
bagi setiap manusia di bumi ini. Sebagian pakar telah melihat betapa besar
dampak yang disebabkan oleh pengaruh global ini sebagai suatu global
revolution. Globalisasi telah menimbulkann gaya hidup baru yang tampak
dengan jelas di kota-kota besar dan semakin menyebar memasuki kehidupan-

1
2

Idrus, Ali, 2009, Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press, h. 46
Tim Kreatif LKM UNJ, 2010, Restorasi Pendidikan Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h. 21

3

kehidupan yang dulunya terisolasi. Kekuatan globalisasi bertumpu pada 4
kekuatan global yaitu sebagai berikut.3
1. Kemajuan iptek terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru
di dalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia.

2. Perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan iptek.
3. Kerja sama regional dan internasional yang telah menyatukan kehidupan
berusaha dari bangsa-bangsa tanpa mengenal batas negara.
4. Meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia serta kewajiban
manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu semakin
meningkatnya kesadaran bersama dalam alam demokrasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi
dunia pendidikan. Sebagai contoh banyak sekolah di Indonesia dalam sistem
pendidikan

internal

sekolah

menerapkan

bilingual

school,

dengan

diterapkannya bahasa asing seperti bahasa inggris dan bahasa Mandarin
sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai
dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan
dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas
yang semakin ketat. Adapun dampak dari globalisasi tersebut baik dampak
positif maupun negatif diantara sebagai berikut ini.4
• Dampak Positif Globalisasi Pendidikan
1. Akan semakin mudahnya akses informasi.
2. Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang
professional dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
3. Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing
dengan negara-negara lain.
4. Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan
mampu bersaing.
3
4

Idrus, Ali, 2009, Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press, h. 47
Idrus, Ali, 2009, Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press, h. 48

4

5. Adanya perubahan struktur dan system pendidikan yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam pendidikan akan sangat pesat.
• Dampak Negatif Globalisasi Pendidikan.
Globalisasi pendidikan tidak selamanya membawa dampak positif bagi
dunia pendidikan melainkan globalisasi memiliki dampak negatif yang
perlu diantisipasi dan diwaspadai. Dampak negatif globalisasi antara lain :
1. Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
2. Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang
berdampak munculnya “tradisi serba instant”.
3. Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia
pendidikan. Globalisasi dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi
berbagai sektor yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam
pasar yang baru.
4. Globalisasi mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan
oleh negara sehingga mengacu ke standar internasional dan bahasa
inggris menjadi sangat penting sebagai bahasa komunikasi, supaya
dapat bersaing.

B. Pendidikan yang Memiliki Wawasan Global
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan
tidak mungkin menepiskan proses globalisasi yang akan mewujudkan
masyarkat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus
melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan
sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para
lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global
yang demokratis. Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang
memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki
secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan
tanggung jawab. Di samping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang

5

dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung
tercapainya kesuksesan ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan
dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global. Pendidikan
berwawasan global dapat dikaji berdasarkan dua perspektif yaitu perspektif
kurikuler dan perspektif reformasi.5

1. Perspektif Kurikuler
Berdasarkan perspektif kurikulum pendidikan berwawasan global
merupakan

suatu

proses

pendidikan

yang

bertujuan

untuk

mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan
meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya
dalam kaitan dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri :


Mempelajari budaya, sosial, politik dan ekonomi bangsa lain
dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan,



Mempelajari

berbagai

cabang

ilmu

pengetahuan

untuk

dipergunakan sesuai dengan kebudayaan lingkungan setempat, dan,


Mengembangkan berbagai kemungkinan berbagai kemampuan dan
keterampilan untuk bekerjasama guna mewujudkan kehidupan
masyarakat dunia yang lebih baik.
Berdasarkan perspektif kurikuler ini pengembangan pendidikan

berwawasan global memiliki implikasi ke arah perombakan kurikulum
pendidikan. Mata pelajaran dan mata kuliah yang dikembangkan tidak
lagi bersifat monolitik melainkan lebih banyak yang bersifat integratif.
Dalam arti mata kuliah lebih ditekankan pada kajian yang bersifat
multidisipliner, interdisipliner dan transdisipliner.

5

Idrus, Ali, 2009, Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press, h. 49

6

2. Perspektif Reformasi
Berdasarkan perspektif reformasi, pendidikan berwawasan global
merupakan

suatu

proses

pendidikan

yang

dirancang

untuk

mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dasar intelektual dan
tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat sangat
kompetitif dan dengan drajat saling ketergantungan antar bangsa yang
amat tinggi. Pendidikan harus mengkaitkan proses pendidikan yang
berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di
masyarakat global. Sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana
masyarakat kita harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat
dunia.
Implikasi dari pendidikan berwawasan global menurut perspektif
reformasi tidak hanya bersifat perombakan kurikulum, melainkan juga
merombak sistem, struktur dan proses pendidikan. Pendidikan dengan
kebijakan dasar sebagai kebijakan sosial tidak lagi cocok bagi pendidikan
berwawasan global. Pendidikan berwawasan global harus merupakan
kombinasi antara kebijakan sosial disatu sisi dan disisi yang lain sebagai
kebijakan yang mendasarkan pada mekanisme pasar. Sistem dan struktur
pendidikan yang berwawasan global harus bersifat terbuka sebagaimana
layaknya kegiatan yang memiliki fungsi ekonomis.
Kebijakan pendidikan yang berada di antara kebijakan sosial dan
mekanisme pasar, memiliki arti bahwa pendidikan tidak semata ditata
dan diatur dengan menggunakan perangkat aturan sebagaimana yang
berlaku sekarang ini, serba seragam, rinci dan instruktif. Pemerintah
tidak perlu mengatur segala sesuatunya dengan rinci.
Ada 6 pilar pembelajaran pendidikan yang direkomendasikan oleh
UNESCO di era global. Sebagian dan bahkan hampir semua dari pilarpilar berikut sudah dan sedang dipraktikan oleh beberapa negara yang
sudah maju, sedangkan dalam negara berkembang seperti Indonesia,
masih lebih banyak dalam wacana dan belum dalam tindakan. Nilai-nilai
dari ke 6 pilar-pilar pendidikan berikut sesungguhnya merupakan nilai

7

yang terkandung dalam ajaran agama yang ada di Indonesia. Keenam
pilar-pilar pendidikan tersebut antara lain.6

1. Learning to Know
Istilah yang dimaskudkan disini adalah bukan sebatas mengetahui dan
memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan
mengingat selama-lamanya, tetapi kemampuan memahami makna di
balik materi ajar yang telah diterimanya.
2. Learning to Do
Pilar ini merupakan konsekuensi logis dari Learning to Know. Peserta
didik akan terus belajar bagaimana mengembangkan teori atau konsep
intelektualitasnya. Konsep ini menekankan pada berbuat dengan
berpikir terlebih dahulu.
3. Learning to Be
Pada zaman modern ini manusia dapat hanyut ditelan massa jika ia
tidak berpegang teguh pada jati dirinya. Konsep ini akan menuntunn
peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan
menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat
sebagai hasil belajarnya.
4. Learning to Live Together
Konsep ini menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan
menjadi orang yang bermanfaat baik bagi diri dan masyarakatnya,
maupun bagi seluruh umat manusia sebagai amalan agamanya.
5. Learn How to Learn
Konsep ini menuntun peserta didik agar mampu mengembangkan
strategi dan kiat belajar yang lebih independen dan kreatif. Metode
pembelajaran baru yaitu pergeseran dari model belajar menghafal
menjadi model belajar mencari dan meneliti.

6

Mastuhu, 2003, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, Jakarta:
Safiria Insania Press, h. 132

8

6. Learning Throughout Life
Perubahan dan perkembangan kehidupan berjalan terus-menerus,
semakin keras dan rumit. Konsep ini menuntun dan memberi
pencerahan kepada peserta didik bahwa ilmu bukanlah hasil buatan
manusia, tetapi ilmu adalah hasil temuan atau pencarian manusia. Hal
tersebut menjadikan manusia senantiasa harus belajar terus menerus.

C. Tantangan Pendidikan Indonesia di Era Global
Semakin besarnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini
dan masa depan, dunia yang selalu mengalami perubahan-perubahan yang
kian kompleks bahkan rasanya berlari semakin cepat, dan sangat sulit
diramalkan mengharuskan bangsa kita terus melangkah beriringan, maju ke
depan. Apabila bangsa kita tidak segera melangkah, seperti yang sudah terjadi
saat ini terkaget-kaget dalam menghadapi perubahan global khususunya
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu agenda terpenting
yang harus diperhatikan bangsa Indonesia sekarang adalah membenahi dunia
pendidikan. Jika ingin menjadi bangsa yang besar dan memimpin peradaban.
1. Kebijakan Pendidikan yang kurang Adil dan bersifat Politis
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia yang juga
memiliki kaitan erat dengan sistem adalah kebijakan pemerintah yang
dianggap merugikan rakyat. Pentingnya pendidikan bagi masa depan
bangsa belum menjadi pikiran utama para elite-elite politik pengambil
kebijakan, tetapi hanya sebagai sarana perebutan proyek. Banyak RUU
yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat disahkan dengan
mengatasnamakan rakyat.

2. Pemerataan Pendidikan yang belum optimal
Konsep “Pendidikan Untuk Semua” mempunyai makna bahwa semua
warga Negara mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang baik,
juga mempunyai kewajiban untuk membangun pendidikan Nasional yang

9

bermutu. Konsekuensinya adalah pemerataan pendidikan. Ada beberapa
kendala mengapa pendidikan di Indonesia belum merata , antara lain: 7
a. Kendala geografis, artinya banyak pulau atau daerah yang sulit
dijangkau pendidikan karena faktor komunikasi.
b. Sarana dan prasarana pendidikan yang terbatas akibat alokasi dana
yang sangat minim.
c. Pemerintah masih mengutamakan pembangunan ekonomi sebagai
prioritas, sementara pendidikan belum memperoleh porsi yang wajar.
d. Tidak ada penghargaan yang wajar terhadap profesi guru, terutama
yang menyangkut kesejahteraan.
e. Perencanaan

pendidikan

yang

sentralistik

yang

mengabaikan

kemampuan dan karakteristik daerah.

3. Komersialisasi Pelayanan Pendidikan
Adanya konsep otonomi daerah menjadikan kemandirian institusi
pendidikan yang dibuat pemerintah merambah sampai ke segi pendanaan.
Sehingga institusi pendidikan harus memutar otak untuk membiayai
jalannya aktivitas pendidikan secara independen. Dampak terburuknya
adalah semakin mahalnya biaya pendidikan yang berakibat pada semakin
banyaknya masyarakat yang tidak mampu membiayai pendidikan anakanaknya.

4. Kualitas dan Kuantitas Pendidik
Di beberapa daerah di Indonesia masih kekurangan guru, baik dari
segi kualitasnya maupun jumlahnya. Sulitnya menyediakan guru-guru
yang berbobot untuk mengajar di daerah-daerah tersebut disebabkan
profesi guru di daerah kurang mendapat apresiasi, dimana guru-guru
daerah hanya digaji dengan gaji yang rendah sehingga banyak guru
professional yang enggan di salurkan ke daerah.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan Kemendikbud untuk
meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak

7

Karsidi, Ravik, 2008, Sosiologi Pendidikan, Solo: UNS Press, h. 208

10

membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi
terkesan kegiatan tersebut yang penting terlaksana tanpa memperhatikan
manfaat yang diperoleh.

5. Kesadaran Masyarakat
Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi
kesadaran umum, tetapi hanya menjadi kesadaran pribadi-pribadi. Masih
rendahnya motivasi masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Banyak orang tua yang hanya membiayai pendidikan anaknya
tapi kurang mengawasi perkembangan anaknya. Intinya kesadaran
masyarakat ini harus dimulai dari diri kita sendiri.

6. Minat Baca yang Rendah
Rendahnya minat baca, baik siswa maupun masyarakat pada umumnya
menyebabkan pengetahuan kita secara rata-rata jauh dibandingkan
negara-negara lain. Hal ini menyebabkan kita selalu tertinggal dari bangsa
lain baik dari segi pendidikan, teknologi dan informasi sehingga kita
hanya akan terus menjadi bangsa konsumen bukannya bangsa yang
produktif menghasilkan karya atau sesuatu hal yang positif.

7. Pola Pikir, Gaya Hidup dan Teknologi
Pola pikir masyarakat juga sangat mempengaruhi, misalkan budaya
disiplin di masyarakat kita masih rendah banyak aturan atau prosedur
yang dilanggar. Selain itu semakin pesatnya teknologi dan informasi
justru menjadi masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia karena
masyarakat belum mampu menyaring hal-hal yang masuk, termasuk gaya
hidup hedonisme. Sehingga banyak hal-hal negatif yang malah ditiru oleh
masyarakat kita.

11

D. Solusi Masalah Pendidikan Indonesia di Era Global.
Bidang

pendidikan

memang

menjadi

tumpuan

harapan

bagi

peningkatan kualitas SDM, terutama di era otonomi daerah seperti saat ini,
dalam rangka untuk menghadapi proses globalisasi dihampir semua aspek
kehidupan. Meskipun demikian sistem pendidikan kita masih melahirkan
ketidakimbangan yang luar biasa terhadap tuntutan dunia kerja, baik secara
nasional maupun regional. Konisi seperti ini juga bahwa daya saing kita
secara global amat rendah. Padahal tugas utama pendidikan nasional kita
adalah melahirkan SDM yang memiliki kualitas yang berstandar global.
Kualitas SDM kita saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan
dengan negara-negara lain. Hal ini terjadi karena kurang berfungsinya bidang
pendidikam secara optimal untuk memperdayakan masyarakat secara
keseluruhan. Rendahnya kualitas SDM kita berakibat pada rendahnya daya
saing bangsa Indonesia ditengah-tengah percaturan global dalam beberapa
aspek kehidupan. Hal ini juga akan dialami oleh daerah, mana kala setelah era
otonomi ini daerah tidak memperhatikan sektor pendidikan. Jika pendidikan
di daerah tidak maju, dapat dipastikan dalam jangka panjang daerah yang
bersangkutan tidak akan mampu menggali potensi daerah menjadi kekuatan
aktual bagi daya saing daerah yang bersangkutan.
Salah satu penyebab mengapa bangsa Indonesia tidak mampu segera
keluar dari krisis ekonomi, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang
juga mengalami krisis ekonomi pada kurun waktu yang sama seperti Korea
Selatan, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Selain itu juga disebabkan oleh
rendahnya SDM yang dimiliki bangsa kita. Hal ini bermuara dari kurang
relevannya program-program pembangunan pendidikan dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam prospek kekinian
dan masa depan. Hal ini semua menjadi ancaman bagi keberlangsungan
bangsa kita.8 Pemerintah harus mampu mengembangkan potensi daerah
menjadi kekuatan pembangunan yang nyata, maka daerah harus bersedia

8

Idrus, Ali. 2009, Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press, h. 138

12

melakukan investasi dalam bidang pendidikan secara memadai. Pendidikan di
daerah perlu diperbaharui agar mampu melahirkan generasi daerah yang
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang tertinggi pada era
persaingan global seperti ini.
Dalam pembaharuan pendidikan nasional dan daerah otonom perlu
dibangun sistem pendidikan yang responsif terhadap perubahan dan tuntutan
zaman sejak dari pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pada pendidikan tinggi sekalipun. Jika demikian halnya, maka
pembaharuan pendidikan nasional perlu mencari rumusan, model, sistem, dan
kebijakan yang mampu memberi peluang bagi berseminya motivasi,
kreativitas, etos kerja, kejujuran, kedisiplinan, toleransi ditengah-tengah
pluralitas etnis, agama, sosial, ekonomi dan sebagainya bagi peserta didik.
1. Kebijakan Pendidikan yang Berkeadilan
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan merupakan faktor
yang menentukan bagaimana sistem pendidikan tersebut akan berjalan.
Kebijakan pendidikan hendaknya bersifat adil dan tidak berbau politis.
Kebijakan pendidikan yang baik adalah berorientasi pada tujuan
pendidikan itu sendiri dan berlandaskan pada tujuan negara yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Profesionalisme Layanan Pendidikan
Pembangunan pendidikan di daerah dalam rangka untuk menggali
dan mengembangkan potensi yang dimilikinya perlu melahirkan
profesionalisme. Dengan demikian, berbagai resources yang ada di
daerah akan dapat dikelola dan dikembangkan secara baik demi
kemakmuran masyarakat.
Banyak kajian tentang otonomi pendidikan dengan tujuan
melakukan reformasi bidang pendidikan dalam skala nasional, pada
lingkup pemerintah pusat dan daerah. Dari berbagai kajian dapat ditarik
benang merah yang jelas bahwa kunci keberhasilan otonomi pendidikan

13

terletak di unit otonom yang terkecil, yaitu sekolah. Ada delapan tujuan
yang saling berkaitan yang kemudian akan mendorong terjadinya
perubahan dan pembaharuan (reformasi) pendidikan, yaitu : 9
1. Akselerasi pembangunan ekonomi melalui modernisasi institusi.
2. Peningkatan efisiensi manajemen.
3. Realokasi tanggung jawab keuangan (dari pusat ke daerah).
4. Penumbuhkembangan demokarasi.
5. Peningkatan pengawasan oleh daerah melalui deregulasi.
6. Pengenalan sistem pendidikan berdasarkan kekuatan pasar.
7. Netralisasi kompetisi antar pusat kekuatan yang berpengaruh pada
sektor Pendidikan.
8. Peningkatan kualitas pendidik.

3. Kesetaraan dan Keseimbangan
Paradigma baru lainnya yang dituangkan dalam Undang-Undang
RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional yang baru
adalah

konsep

diselenggarakan

kesetaraan,
oleh

antara

pemerintah

dan

satuan
satuan

pendidikan

yang

pendidikan

yang

diselenggarakan oleh masyarakat. Semuanya berhak memperoleh dana
dari negara dalam suatu sistem yang terpadu. Demikian juga adanya
kesetaraan antara satuan pendidikan yang dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional dengan satuan pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Agama yang memiliki ciri khas tertentu.
Selain itu, Undang-Undang tentang Sistem Pendididkan Nasional
tersebut juga telah memberikan keseimbangan antara peningkatan iman
dan takwa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hal ini tergambar dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak

9

Idrus, Ali. 2009, Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press, h. 142

14

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

4. Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam era otonomi daerah, pendidikan perlu di kelola dengan
memperhatikan kepentingan sekolah itu sendiri untuk berkembang secara
optimal dan mandiri. Manajemen berbasis sekolah merupakan pilihan
yang baik untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Meskipun
demikian, otonomi sektor pendidikan akan memasuki kondisi yang
membahayakan jika tidak ada proses penanganan yang sinergis antara
pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah daerah hendaknya melakukan
refleksi dengan cara mencermati kelemahan dan kelebihan serta peluang
yang mungkin ada di daerahnya masing-masing.
Dalam otonomi pendidikan, manajemen pendidikan berbasis
sekolah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pendekatan yang mampu
menjanjikan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan di setiap
daerah.

Langkah-langkah

yang

seharusnya

dilaksanakan

dalam

mewujudkan manajemen pendidikan berbasis sekolah telah dirumuskan
oleh Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama (2001: 29-46) yang mencakup
sebagai berikut :
a. Melakukan Sosialisasi
b. Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah
c. Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
d. Mengidentifikasi fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.
e. Melakukan analisis SWOT.
f. Alternatif langkah pemecahan masalah.
g. Menyusun rencana dan program.
h. Melaksanakan rencana peningkatan mutu.
i. Melakukan evaluasi pelaksanaan.
j. Merumuskan sasaran mutu baru.

15

5. Profesionalitas Guru dalam Menghadapi Pendidikan di Era Globalisasi.
Di era globalisasi yang penuh dengan tantangan untuk bisa
bertahan dalam kehidupan yang semakin berkembang, dalam dunia
pendidikan guru atau pendidik dituntut untuk professional demi
menghadapi pendidikan di era globalisasi. Menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah menegaskan bahwa
yang dimaskud guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menegah.
Disamping itu, di era global saat ini, dituntut adanya fungsi dari
keberadaan guru sebagai tenaga professional, yang mampu meningkatkan
martabat serta mampu melaksanakan sisitem pendidkan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang bermain dan bertaqwa.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus
dimiliki oleh tenaga guru antara lain : kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil

belajar,

dan

pengembangan

peserta

didik

untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci
setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;

16



Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator
esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.



Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan

untuk

kepentingan

pembelajaran

memiliki

indikator esensial : memahami landasan kependidikan;
menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih.


Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial:
menata latar pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif.



Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki
indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar; dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.



Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi
peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik;
dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi non akademik.

17

2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:


Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak
sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.



Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
dan memiliki etos kerja sebagai guru.



Kepribadian

yang

arif

memiliki

indikator

esensial:

menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.


Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta
didik dan memiliki perilaku yang disegani.



Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan
taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik.

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
esensial sebagai berikut:

18



Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik memiliki indikator esensial : berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik.



Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan.



Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional
Kompetensi
pembelajaran

profesional

secara

luas

merupakan

dan

penguasaan

mendalam,

yang

materi

mencakup

penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi
tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:


Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang
ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan
metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi
ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari.



Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin
kencangnya arus globalisasi dunia pastinya akan mempengaruhi dunia
pendidikan yang mengarah pada Globalisasi pendidikan. Globalisasi
pendidikan tersebut tentunya akan membawa dampak negatif maupun
postif bagi bangsa Indonesia.
b. Dalam menuju era global, Indonesia harus melakukan reformasi dalam
proses pendidikan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah
mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.
c. Tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan
di era global ini sangat komplek diantaranya :
1. Pemerataan Pendidikan yang belum optimal.
2. Kebijakan Pendidikan yang kurang Adil dan bersifat Politis.
3. Komersialisasi Pelayanan Pendidikan.
4. Kualitas dan Kuantitas Pendidik.
5. Kesadaran Masyarakat.
6. Minat Baca yang Rendah.
7. Pola Pikir, Gaya Hidup dan Teknologi.
d. Ada beberapa solusi dalam mengatasi masalah dunia dalam Pendidikan
Indonesia di era global diantaranya :
1. Kebijakan Pendidikan yang Berkeadilan.
2. Profesionalisme Layanan Pendidikan.
3. Kesetaraan dan Keseimbangan.
4. Manajemen Berbasis Sekolah.
5. Profesionalitas Guru dalam Menghadapi Pendidikan di Era
Globalisasi.

20

B. Saran
Sebagai calon guru khususnya para mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta jurusan keguruan harus siap menghadapi tantangan masyarakat
global. Dalam

era

global ini guru sangat dituntut meningkatkan

profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Disamping profesionalitas,
guru juga harus menghadapi beberapa kompetisi dan kualitas tinggi. Kendala
tersebut harus dihadapi guru secara bijaksana.

21

Daftar Pustaka

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan : Individu, Masyarakat, dan
Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Idrus, Ali. 2009. Manajemen Pendidikan Global : Visi, Aksi dan Adaptasi.
Persada Press : Jakarta.
Karsidi, Ravik. 2008. Sosiologi Pendidikan. UNS Press : Solo.
Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam
Abad 21. Safiria Insani Press : Yogyakarta.
Republik Indonesia. 2003. Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI
Tahun 2003, No 4301. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2005. Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Lembaran Negara RI Tahun
2005, No 157. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Guru. Jakarta : Depdiknas.
Tim Kreatif LKM UNJ. Restorasi Pendidikan Indonesia : Menuju Masyarakat
Terdidik Berbasis Budaya. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta.

22