Regulasi Pemanfaatan ICT pada Peraturan
Regulasi Pemanfaatan ICT pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57
Tahun 2015 Pasal 14 tentang Pelaksanaan Ujian
Nasional Berbasis Komputer
Adji Pramudyo
55415110006
Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
e-mail : [email protected]
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Abstrak
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK/ICT) dalam
berbagai bidang saat ini menjadi suatu yang niscaya. Mengingat saat ini
begitu mudah mendapatkan akses informasi dan aplikasi yang dapat
membantu mempermudah ataupun menyelesaikan berbagai persoalan.
Termasuk pemanfaatan TIK/ICT ini pada pelaksanaan Ujian Nasional Tingkat
SMA yang kini berbasis komputer (UNBK). Permendikbud Nomor 57 Tahun
2015 pasal 14 melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan UNBK yang terlampir pada Prosedur
Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional, yang mengatur
tentang detail teknologi yang digunakan. Makalah ini memaparkan review
pelaksanaan regulasi ini terkait kesiapan sekolah di daerah tertinggal (minim
sumber daya)dalam melaksanakan UNBK.
Kata Kunci : ICT, UNBK, Regulasi UNBK.
I.
Pendahuluan
Ujian Nasional biasa disingkat UN /
UNAS
adalah
sistem
evaluasi
standar pendidikan dasar dan
menengah secara nasional dan
persamaan mutu tingkat pendidikan
antar daerah yang dilakukan oleh
Pusat
Penilaian
Pendidikan,
Kemendikbud
di
Indonesia
berdasarkan
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa dalam
rangka
pengendalian
mutu
pendidikan
secara
nasional
dilakukan evaluasi sebagai bentuk
akuntabilitas
penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Lebih
lanjut
dinyatakan
bahwa
evaluasi
dilakukan
oleh
lembaga
yang
mandiri
secara
berkala,
menyeluruh,
transparan,
dan
sistematik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan dan
proses
pemantauan
evaluasi
tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan.
Bentuk ujian nasional sebagai alat
evaluasi tadi juga berubah yang
semula berbasis kertas kemudian
menjadi berbasis komputer [1].
ujian dikirim kembali dari server
lokal (sekolah) ke server pusat
secara online (upload).
A.
Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) disebut juga Computer
Based Test (CBT) adalah sistem
pelaksanaan ujian nasional dengan
menggunakan komputer sebagai
media
ujiannya.
Dalam
pelaksanaannya, UNBK berbeda
dengan
sistem
ujian
nasional
berbasis kertas atau Paper Based
Test (PBT) yang selama ini sudah
berjalan.
Penyelenggaraan UNBK pertama
kali dilaksanakan pada tahun 2014
secara online dan terbatas di SMP
Indonesia Singapura dan SMP
Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
Hasil penyelenggaraan UNBK pada
kedua sekolah tersebut cukup
menggembirakan
dan
semakin
mendorong untuk meningkatkan
literasi
siswa
terhadap
TIK
(Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi). Selanjutnya secara
bertahap
pada
tahun
2015
dilaksanakan rintisan UNBK dengan
mengikutsertakan sebanyak 556
sekolah yang terdiri dari 42
SMP/MTs, 135 SMA/MA, dan 379
SMK di 29 Provinsi dan Luar
Negeri.
Penyelenggaraan UNBK saat ini
menggunakan sistem semi-online
yaitu soal dikirim dari server pusat
secara online melalui jaringan
(sinkronisasi)
ke
server
lokal
(sekolah), kemudian ujian siswa
dilayani oleh server lokal (sekolah)
secara ofine. Selanjutnya hasil
Road Map
Peta
Jalan
Perubahan
[2]
sebagai berikut :
UN untuk membentuk generasi
pembelajar yang berintegritas
UN
menjadi
kebutuhan
pemetaan
[diagnostik]
bagi
siswa, orangtua, guru, sekolah,
pemerintah dan masyarakat.
Tahun 2015 :
UN tidak untuk kelulusan
UN dapat diulang pada tahun
berikutnya
SKHUN yang lebih bermakna
Pengenalan CBT
Tahun 2016-2018 :
UN
dilakukan
pada
awal
semester akhir
UN dapat diulang pada tahun
yang sama
Tahun 2019-2020 :
Sekolah
dan
guru
dapat
mengarahkan
potensi
siswa
secara lebih baik
UN CBT dilakukan secara luas
dan terbentuk testing center di
daerah
Dapat dilakukan dengan jadwal
yang lebih feeibel
B.
8. Jumlah server mengikuti
rasio 1 : 40 (1 server
maksimal untuk 40 client)
9. Cadangan 1 server.
Langkah-langkah Kebijakan
UNBK
UNBK bermanfaat untuk:
meningkatkan mutu, feksibilitas
dan kehandalan Ujian Nasional
memperlancar
proses
pengadaan Ujian Nasional
hasil yang lebih cepat dan detail
kepada siswa, orangtua dan
sekolah
b. Client
(utama
dan
cadangan):
1. PC atau Laptop
2. Monitor minimal 12 inch
3. Processor minimal dual core
4. RAM minimal 512 MB
5. Operating System: Windows
XP/ Windows 7/ Windows 8/
LINUX
6. Web
Browser:
Chrome/Mozilla
Firefoe/Xambro
7. Hardisk minimal tersedia 10
GB (free space)
8. LAN Card
9. Jumlah
client
mengikuti
rasio 1 : 3 (1 client untuk 3
peserta)
10. cadangan minimal 10%.
11. Headset/earphone
(untuk
ujian listening SMA/MA dan
SMK)
Pada tahun 2015 akan dilakukan
perintisan/piloting
Ujian
Nasional – CBT dengan target
beberapa sekolah pada setiap
jenjang di setiap propinsi.
Pada tahun-tahun berikutnya
CBT akan dilakukan dengan
cakupan lebih luas di 34
propinsi
pada
jenjang:
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, Paket
B dan C
Adapun soal UNBK sama/setara
dengan UN berbasis kertas.
C.
Syarat-syarat
Sekolah
Peserta UNBK
Adapun syarat-syarat perangkat
ICT yang dibutuhkan untuk
UNBK [3] :
1. Tersedia petugas laboratorium
komputer (minimal 1 proktor
dan 1 teknisi);
2. Dapat
menyediakan
sarana
komputer dengan spesifkasi
(minimal) sebagai berikut:
a. Server (utama dan cadangan):
1. PC/Tower/Desktop
(bukan
laptop)
2. Processor Xeon atau i5
3. RAM 8 GB, DDR 3
4. Harddisk 250 GB
5. Operating System (64 bit):
Windows Server/7/8/Ubuntu
14.
6. LAN CARD, dua unit
7. UPS (tahan 15 menit)
c.
Jaringan internet dengan
band-width minimal 1 Mbps
d. Jaringan area lokal (Local
Area Network – LAN
e. Jaringan
Listrik
yang
memadai.
II. Masalah
1. Apakah
regulasi persyaratan
teknis sekolah siap UNBK bisa
terpenuhi ?
2.
Perlukah dilakukan perubahan
atau pun penyesuaian pada
regulasi tersebut ?
III.
Pelaksanaan UNBK
Peserta didik tingkat menengah atas
telah menjalankan Ujian Nasional
(UN) pada tanggal 13-15 April 2015,
Ada yang berbeda dengan UN pada
tahun
ini.
Pada
tahun-tahun
sebelumnya, biasanya di televisi
maupun di surat kabar dipenuhi
dengan berita kecurangan UN,
kebocoran soal, dan hambatanhambatan dalam pendistribusian
soal.
Pada tahun ini berita tentang UN
ditambah dengan hal baru, yaitu
mengenai UN Online atau yang
disebut dengan UN Computer Based
Test
(UN
CBT).
Pemerintah
membuat sebuah peta jalan (Road
Map) untuk mengubah sistem UN di
Indonesia. Road Map ini dimulai
dari tahun 2015 dan berakhir pada
tahun 2020. Terdapat tiga tahapan
yang dibuat dalam Road Map ini,
yakni tahun 2015, tahun 2016-2018,
dan tahun 2019-2020.
Langkah pertama yang dibuat dan
sudah dijalankan pemerintah pada
tahun 2015 ini adalah dengan tidak
menjadikan UN sebagai standar
kelulusan.
Langkah
keduanya
adalah
melakukan uji coba pelaksanaan UN
Online atau CBT. Untuk tahapan
kedua yang akan dilaksanakan pada
tahun
2016-2018
adalah
UN
dilakukan pada awal semester akhir
serta dapat diulang pada tahun
yang sama.
Kemudian tahap ketiga dijadwalkan
pada 2019-2020. Pada tahapan
akhir ini, sekolah dan guru dapat
mengarahkan potensi siswa secara
lebih baik.
Selain itu, UN CBT akan dilakukan
secara luas dengan terbentuknya
pusat pelaksanaan tes di daerah.
Sistem
tersebut
juga
memungkinkan
UN
dilakukan
dengan jadwal yang lebih feksibel.
UN CBT merupakan solusi terhadap
salah satu masalah dalam UN pada
tahun-tahun
sebelumnya,
yakni
pendistribusian soal. UN CBT juga
dinilai lebih ramah lingkungan dan
lebih
hemat,
karena
tidak
menggunakan
kertas
dalam
pelaksanaannya.
Selain itu, dengan dilaksanakannya
UN CBT ini, pemerintah juga
berusaha
untuk
memanfaatkan
kemajuan teknologi dalam dunia
pendidikan. Tidak semua sekolah
bisa melaksanakan UN CBT pada
tahun ini karena kurangnya sarana
dan prasarana yang ada.
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan (Mendikbud) hanya
meminta atau menunjuk sekolah
yang
mempunyai
sarana
dan
prasarana yang memadai untuk
melaksanakan UN CBT. Tahun ini
terdapat kurang lebih 500 sekolah
di Indonesia yang melaksakan ujian
berbasis komputer. Provinsi dengan
jumlah sekolah pelaksana UN CBT
terbanyak adalah Jawa Timur, yakni
sebanyak 159 sekolah, sedangkan di
DKI Jakarta hanya 30 sekolah.
Sekolah yang melaksakan UN CBT
rata-rata adalah sekolah kejuruan
yang memang mempunyai sarana
komputer yang lengkap.
Pemerintah
telah
melakukan
persiapan untuk UN CBT. Bentuk
persiapan yang dilakukan oleh
pemerintah
meliputi
persiapan
assesmen aplikasi, fnalisasi buku
panduan
dan
petunjuk
teknis,
verifkasi sekolah, pelatihan untuk
tim dan teknis
sekolah. Tak
tertinggal pula, persiapan risk
management dan help desk yang
terkait
CBT.
dengan
pelaksanaan
UN
UN CBT berjalan lancar tanpa
adanya hambatan yang berarti. UN
CBT juga dinilai dapat mengurangi
kecurangan yang biasa terjadi pada
pelaksanaaan
UN
sebelumnya.
Pihak sekolah juga tidak perlu
mengkhawatirkan
pemadaman
listrik karena pemerintah telah
berkoordinasi dengan Perusahaan
Listrik
Negara
(PLN)
agar
meminimalisir pemadaman listrik
pada saat UN CBT berlangsung.
Sekalipun
terjadi
pemadaman,
dipastikan bahwa jawaban yang
telah dijawab oleh peserta UN CBT
akan tersimpan, sehingga tidak ada
yang perlu dikhawatirkan.
Untuk waktu pengerjaan ujian,
waktu yang dihitung benar-benar
waktu yang digunakan siswa dalam
mengerjakan soal. Jika terjadi
masalah
di
tengah-tengah
pelaksanaan, maka sistem tidak
akan
menghitung
waktu
yang
terbuang selama masalah terjadi.
Masalah hacker juga tidak perlu
dikhawatirkan,
karena
pada
dasarnya,
UN
CBT
tidak
menggunakan
koneksi
internet,
melainkan menggunakan software
yang dikendalikan oleh sekolah.
Meskipun
pemerintah
telah
meminimalisir
masalah
yang
mungkin
muncul,
pada
tahap
pelaksanaan masih terjadi sedikit
masalah yang mengganggu proses
UN
CBT.
Namun,
pemerintah
mengklaim bahwa kendala yang
terjadi di lapangan hanyalah 1%,
sehingga dapat dipastikan bahwa
UN CBT akan dilaksanakan pada
tahun berikutnya.
Peserta didik menanggapi UN CBT
ini dengan berbagai pendapat,
sebagian pro terhadap pelaksanaan
UN CBT dan sebagian lagi kontra.
Mereka yang pro melihat efsiensi
dalam
pelaksanaan
UN
CBT,
terutama masalah penghematan
waktu,
waktu
yang
biasanya
digunakan untuk mengarsir jawaban
bisa digunakan untuk memahami
soal lebih dalam. Mereka yang
kontra lebih melihat dari keamanan
UN CBT ini, baik keamanan dari
kebocoran,
maupun
keamanan
dengan tidak adanya gangguan
sistem pada saat pelaksanaannya.
Pada dasarnya, UN CBT ini tidak
terlalu memberatkan peserta didik,
karena dipastikan bahwa pihak
sekolahlah yang mengatur semua
keperluan sebelum ujian. Banyak
sekolah yang mengklaim bahwa
sekolah mereka siap melaksakan
UN
CBT
jika
sarana
dan
prasarananya
lengkap.
Namun,
karena ketidaksiapan sarana dan
prasarana, maka banyak sekolah
yang belum bisa menyelenggarakan
UN CBT. Maka dari itu, mereka
menyarankan pemerintah untuk
menyamakan standar sarana untuk
sekolah-sekolah di Indonesia, agar
UN CBT bisa dilaksakan secara
serentak di seluruh Indonesia.
Dari segi kebermanfaatan teknologi,
UN CBT bisa dikatakan sebagai
perubahan untuk sistem ujian tanah
air. Selain itu, anggaran yang
dihemat dengan pelaksanaan UN
CBT juga disambut baik oleh
berbagai pihak. Meski demikian, sisi
positif UN CBT tidak hanya dilihat
dari kedua hal di atas, Jika dengan
dilaksakannya UN CBT peserta
didik terbantu dan dimudahkan,
maka bisa dikatakan bahwa UN CBT
merupakan solusi dari berbagai
masalah terkait UN yang selama ini
terjadi. Pihak sekolah juga haruslah
merasakan dampak pelaksanaan UN
CBT, baik dari segi meminimalisir
kecurangan,
kemudahan
akses,
maupun dalam pelaksanaannya.
Dilihat dari sistem kerja UN CBT,
UN CBT termasuk aman untuk
Peserta didik berkebutuhan khusus.
Terutama
untuk
peserta didik
dengan hambatan pengelihatan,
hambatan
pendengaran,
dan
hambatan fsik. Untuk peserta didik
dengan hambatan pengelihatan bisa
menggunakan aplikasi George yang
dirancang
untuk
membaca/melisankan tulisan yang
ada di komputer.
Untuk
peserta
didik
dengan
hambatan
pendengaran,
pada
dasarnya UN tertulis maupun UN
CBT tidak terlalu bermasalah,
namun UN CBT bisa dikata-kan
lebih efektif dan efsien dalam
pelaksanaannya. Peserta didik yang
mengalami hambatan fsik bisa dikatakan
diuntungkan
dengan
adanya
UN
CBT
ini,
karena
kebanyakan dari mereka mengalami
hambatan dalam menulis (apalagi
untuk mengarsir jawaban). Jadi
dengan diadakannya UN CBT ini
sangatlah
membantu
mereka.
Namun untuk peserta didik dengan
hambatan fsik, komputer yang
digunakan haruslah dimodifkasi
seperlunya
untuk
memfasilitasi
kebutuhan peserta didik.
Jika pemerintah berencana untuk
menerapkan UN CBT untuk tahun
berikutnya, maka banyak Pekerjaan
Rumah
(PR)
yang
harus
diselesaikan. Salah satunya adalah
masalah sarana dan prasarana di
sekolah
haruslah
ada
distandardisasi.
Di luar tata cara pelaksanaan UN,
hal
yang
terpenting
adalah
pemerintah haruslah memastikan
bahwa dengan adanya ujian ini
dapat
mengukur
kemampuan
peserta
didik
sebagai
bahan
evaluasi di tahun berikutnya.
Ujian
Nasional
tidaklah
ada
dampaknya jika pemerintah tidak
menindaklanjuti hasil evaluasi yang
telah dilakukan. Apalagi mengingat
bahwa pada tahun ini pemerintah
mengklaim bahwa UN diadakan
sebagai alat pemetaan pendidikan
nasional.
Semoga
selain
melakukan
pembaruan cara pengerjaan Ujian
Nasional dengan sistem komputer,
pemerintah
juga
bisa
segera
menyiapkan
tes
yang
terstandardisasi,
dan
mengukur
segala aspek, baik itu kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Karena
pada kenyataannya, tes yang ada
saat
ini,
hanyalah
mengukur
kemampuan kognitif peserta didik
saja. Tak heran jika dikatakan
bahwa sekolah hanya menguji daya
ingat
peserta
didik,
bukan
kemampuannya secara keseluruhan.
IV.
Metodologi
SWOT
A.
dan
Analisis
Metodologi yang digunakan :
1. Studi Literatur :
a. Berita Online
b. Petunjuk Teknis UN CBT TP
2014-2015
c. Road Map Kemendikbud
tentang Ujian Nasional
d. Jumpa Pers Mendikbud Tgl
23 Januari 2015
2. Analisa :
a. Analogi Pelaksanaan UN
dengan Pelaksanaan CBT
UTS di SMK Bekasi
b. Analogi Pelaksanaan Ujian
Praktikum TIK di SMK
3. Diskusi
Mengkompilasi semua data dan
melakukan analisa SWOT
B.
Analisa SWOT :
1. Mengunakan model manajemen
SWOT
Metode ini dipakai karena dapat
digunakan sebagai alat untuk
merancang dan memilih strategi
dan dapat diaplikasikan dalam
setiap
situasi
untuk
pengambilan keputusan.
2. Langkah-langkah
yang
dilakukan adalah :
a. Mengidentifkasi
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman melalui pengamatan
lingkungan
internal
dan
eksternal.
Kekuatan :
Siswa melakukan uji coba
atau gladi bersih sebelum
pelaksanan un cbt
siswa sudah menjalani ujian
percobaan atau tryout.
UN CBT tidak pakai kertas
Soal
diacak
dapat
menghindari menyontek
Tidk ada urek-urek data siswa
Hasil yang cepat dan akurat
Mampu
menghasilkan
skor/nilai/umpan balik segera
Dapat memberikan laporan
secara detil
Memiliki kelebihan dalam
melakukan analisis
Meningkatkan keamanan tes
Lebih tepat untuk soal pilihan
ganda
Lebih luwes/feksibel untuk
tes secara individu
Kelemahan :
Server
komputer
yang
bermasalah sehingga tidak
dapat masuk ke sistem
Lamanya perbaikan
koneksi server lokal ke server
pusat mengalami sejumlah
gangguan sehingga paket soal
dan token tidak bisa diunduh
sesuai waktu
terkendalanya sistem komputerisasi,
maka
sekolah
tersebut
baru
bisa
mendapatkan unduhan paket
soal UN dari server pusat
pada pukul 11.00. Padahal
gladi bersih sebelumnya akan
dilakukan pukul 08.00.
sulitnya proses mengunduh
karena banyaknya sekolah
yang
hendak
mengunduh
paket soal dari pusat.
Biaya
besar
pada
awal
pengembangan
Hardware,
software, personnel
Biaya
besar
dalam
pengelolaan (maintenance)
Perlu staf handal untuk setiap
penyelenggaraan tes
Perlu
kemampuan/keterampilan
peserta
tes
dalam
menggunakan komputer
Pada kondisi tertentu ada
keterbatasan
dukungan
sarana/prasarana teknologi.
Bergantung pada Listrik dan
Jaringan Komputer
Peluang :
Jumlah pc bertambah
Kemampuan siswa meningkat
Terbentuk jaringan computer
Mengganti
perangkat
komputer dengan Tablet atau
HP
Menjadi learning dan testing
center
Ancaman :
Keamanan data
Listrik mati
tak bisa login
tiba-tiba logout.
Sumber daya listrik yang
tidak
selalu
tersedia
di
beberapa daerah
Regulasi
yang
tidak
berkelajutan.
Munculnya
aplikasi
yang
lebih komprehensif menguji
siswa
(perkembangan
teknologi)
Munculnya
sekolah
lain
sebagai learning dan testing
center
b. Menempatkan hasil identifkasi
diatas
ke
dalam
matrik
konfrontasi
c. Menentukan strategi apakah
menggunakan strategi SO, WT,
WO, atau ST.
3. Implementasi
dan
pantau
strategi.
V.
A.
1.
2.
B.
1.
2.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
UNBK sebagai produk regulasi
dari SOP Pelaksanaan UJian
Nasional c.q. Permen Dikbud
harus feksibel menyesuaikan
kemampuan
daerah
menggunakan ICT.
Penggunaan
smartphone
sebagai
pengganti
pesonal
komputer
sangat
perlu
diwujudkan.
Saran
Pemerintah harus memberikan
ban-tuan blokgran perangkat
lunak dan keras komputer
penunjang.
Pemerintah harus memberikan
akses internet gratis untuk
pelaksanaan UN
Daftar Pustaka
[1] Kementrian
Pendidikan
dan
Kebu-dayaan, Permen Nomor 57
Tahun 2015, Jakarta
[2] Kementrian
Pendidikan
dan
Kebu-dayaan,
Renstra
Perubahan
Ujian
Nasional
(2015), Jakarta
[3] Kementrian
Pendidikan
dan
Kebu-dayaan,
Syarat-syarat
Sekolah Peserta UNBK, 2015,
Jakarta
[4] BSNP,
Peraturan-BSNP-No0034-POS-UN-TP-2015-2016,
Jakarta
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57
Tahun 2015 Pasal 14 tentang Pelaksanaan Ujian
Nasional Berbasis Komputer
Adji Pramudyo
55415110006
Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
e-mail : [email protected]
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Abstrak
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK/ICT) dalam
berbagai bidang saat ini menjadi suatu yang niscaya. Mengingat saat ini
begitu mudah mendapatkan akses informasi dan aplikasi yang dapat
membantu mempermudah ataupun menyelesaikan berbagai persoalan.
Termasuk pemanfaatan TIK/ICT ini pada pelaksanaan Ujian Nasional Tingkat
SMA yang kini berbasis komputer (UNBK). Permendikbud Nomor 57 Tahun
2015 pasal 14 melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan UNBK yang terlampir pada Prosedur
Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional, yang mengatur
tentang detail teknologi yang digunakan. Makalah ini memaparkan review
pelaksanaan regulasi ini terkait kesiapan sekolah di daerah tertinggal (minim
sumber daya)dalam melaksanakan UNBK.
Kata Kunci : ICT, UNBK, Regulasi UNBK.
I.
Pendahuluan
Ujian Nasional biasa disingkat UN /
UNAS
adalah
sistem
evaluasi
standar pendidikan dasar dan
menengah secara nasional dan
persamaan mutu tingkat pendidikan
antar daerah yang dilakukan oleh
Pusat
Penilaian
Pendidikan,
Kemendikbud
di
Indonesia
berdasarkan
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa dalam
rangka
pengendalian
mutu
pendidikan
secara
nasional
dilakukan evaluasi sebagai bentuk
akuntabilitas
penyelenggara
pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Lebih
lanjut
dinyatakan
bahwa
evaluasi
dilakukan
oleh
lembaga
yang
mandiri
secara
berkala,
menyeluruh,
transparan,
dan
sistematik untuk menilai pencapaian
standar nasional pendidikan dan
proses
pemantauan
evaluasi
tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan.
Bentuk ujian nasional sebagai alat
evaluasi tadi juga berubah yang
semula berbasis kertas kemudian
menjadi berbasis komputer [1].
ujian dikirim kembali dari server
lokal (sekolah) ke server pusat
secara online (upload).
A.
Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) disebut juga Computer
Based Test (CBT) adalah sistem
pelaksanaan ujian nasional dengan
menggunakan komputer sebagai
media
ujiannya.
Dalam
pelaksanaannya, UNBK berbeda
dengan
sistem
ujian
nasional
berbasis kertas atau Paper Based
Test (PBT) yang selama ini sudah
berjalan.
Penyelenggaraan UNBK pertama
kali dilaksanakan pada tahun 2014
secara online dan terbatas di SMP
Indonesia Singapura dan SMP
Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).
Hasil penyelenggaraan UNBK pada
kedua sekolah tersebut cukup
menggembirakan
dan
semakin
mendorong untuk meningkatkan
literasi
siswa
terhadap
TIK
(Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi). Selanjutnya secara
bertahap
pada
tahun
2015
dilaksanakan rintisan UNBK dengan
mengikutsertakan sebanyak 556
sekolah yang terdiri dari 42
SMP/MTs, 135 SMA/MA, dan 379
SMK di 29 Provinsi dan Luar
Negeri.
Penyelenggaraan UNBK saat ini
menggunakan sistem semi-online
yaitu soal dikirim dari server pusat
secara online melalui jaringan
(sinkronisasi)
ke
server
lokal
(sekolah), kemudian ujian siswa
dilayani oleh server lokal (sekolah)
secara ofine. Selanjutnya hasil
Road Map
Peta
Jalan
Perubahan
[2]
sebagai berikut :
UN untuk membentuk generasi
pembelajar yang berintegritas
UN
menjadi
kebutuhan
pemetaan
[diagnostik]
bagi
siswa, orangtua, guru, sekolah,
pemerintah dan masyarakat.
Tahun 2015 :
UN tidak untuk kelulusan
UN dapat diulang pada tahun
berikutnya
SKHUN yang lebih bermakna
Pengenalan CBT
Tahun 2016-2018 :
UN
dilakukan
pada
awal
semester akhir
UN dapat diulang pada tahun
yang sama
Tahun 2019-2020 :
Sekolah
dan
guru
dapat
mengarahkan
potensi
siswa
secara lebih baik
UN CBT dilakukan secara luas
dan terbentuk testing center di
daerah
Dapat dilakukan dengan jadwal
yang lebih feeibel
B.
8. Jumlah server mengikuti
rasio 1 : 40 (1 server
maksimal untuk 40 client)
9. Cadangan 1 server.
Langkah-langkah Kebijakan
UNBK
UNBK bermanfaat untuk:
meningkatkan mutu, feksibilitas
dan kehandalan Ujian Nasional
memperlancar
proses
pengadaan Ujian Nasional
hasil yang lebih cepat dan detail
kepada siswa, orangtua dan
sekolah
b. Client
(utama
dan
cadangan):
1. PC atau Laptop
2. Monitor minimal 12 inch
3. Processor minimal dual core
4. RAM minimal 512 MB
5. Operating System: Windows
XP/ Windows 7/ Windows 8/
LINUX
6. Web
Browser:
Chrome/Mozilla
Firefoe/Xambro
7. Hardisk minimal tersedia 10
GB (free space)
8. LAN Card
9. Jumlah
client
mengikuti
rasio 1 : 3 (1 client untuk 3
peserta)
10. cadangan minimal 10%.
11. Headset/earphone
(untuk
ujian listening SMA/MA dan
SMK)
Pada tahun 2015 akan dilakukan
perintisan/piloting
Ujian
Nasional – CBT dengan target
beberapa sekolah pada setiap
jenjang di setiap propinsi.
Pada tahun-tahun berikutnya
CBT akan dilakukan dengan
cakupan lebih luas di 34
propinsi
pada
jenjang:
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, Paket
B dan C
Adapun soal UNBK sama/setara
dengan UN berbasis kertas.
C.
Syarat-syarat
Sekolah
Peserta UNBK
Adapun syarat-syarat perangkat
ICT yang dibutuhkan untuk
UNBK [3] :
1. Tersedia petugas laboratorium
komputer (minimal 1 proktor
dan 1 teknisi);
2. Dapat
menyediakan
sarana
komputer dengan spesifkasi
(minimal) sebagai berikut:
a. Server (utama dan cadangan):
1. PC/Tower/Desktop
(bukan
laptop)
2. Processor Xeon atau i5
3. RAM 8 GB, DDR 3
4. Harddisk 250 GB
5. Operating System (64 bit):
Windows Server/7/8/Ubuntu
14.
6. LAN CARD, dua unit
7. UPS (tahan 15 menit)
c.
Jaringan internet dengan
band-width minimal 1 Mbps
d. Jaringan area lokal (Local
Area Network – LAN
e. Jaringan
Listrik
yang
memadai.
II. Masalah
1. Apakah
regulasi persyaratan
teknis sekolah siap UNBK bisa
terpenuhi ?
2.
Perlukah dilakukan perubahan
atau pun penyesuaian pada
regulasi tersebut ?
III.
Pelaksanaan UNBK
Peserta didik tingkat menengah atas
telah menjalankan Ujian Nasional
(UN) pada tanggal 13-15 April 2015,
Ada yang berbeda dengan UN pada
tahun
ini.
Pada
tahun-tahun
sebelumnya, biasanya di televisi
maupun di surat kabar dipenuhi
dengan berita kecurangan UN,
kebocoran soal, dan hambatanhambatan dalam pendistribusian
soal.
Pada tahun ini berita tentang UN
ditambah dengan hal baru, yaitu
mengenai UN Online atau yang
disebut dengan UN Computer Based
Test
(UN
CBT).
Pemerintah
membuat sebuah peta jalan (Road
Map) untuk mengubah sistem UN di
Indonesia. Road Map ini dimulai
dari tahun 2015 dan berakhir pada
tahun 2020. Terdapat tiga tahapan
yang dibuat dalam Road Map ini,
yakni tahun 2015, tahun 2016-2018,
dan tahun 2019-2020.
Langkah pertama yang dibuat dan
sudah dijalankan pemerintah pada
tahun 2015 ini adalah dengan tidak
menjadikan UN sebagai standar
kelulusan.
Langkah
keduanya
adalah
melakukan uji coba pelaksanaan UN
Online atau CBT. Untuk tahapan
kedua yang akan dilaksanakan pada
tahun
2016-2018
adalah
UN
dilakukan pada awal semester akhir
serta dapat diulang pada tahun
yang sama.
Kemudian tahap ketiga dijadwalkan
pada 2019-2020. Pada tahapan
akhir ini, sekolah dan guru dapat
mengarahkan potensi siswa secara
lebih baik.
Selain itu, UN CBT akan dilakukan
secara luas dengan terbentuknya
pusat pelaksanaan tes di daerah.
Sistem
tersebut
juga
memungkinkan
UN
dilakukan
dengan jadwal yang lebih feksibel.
UN CBT merupakan solusi terhadap
salah satu masalah dalam UN pada
tahun-tahun
sebelumnya,
yakni
pendistribusian soal. UN CBT juga
dinilai lebih ramah lingkungan dan
lebih
hemat,
karena
tidak
menggunakan
kertas
dalam
pelaksanaannya.
Selain itu, dengan dilaksanakannya
UN CBT ini, pemerintah juga
berusaha
untuk
memanfaatkan
kemajuan teknologi dalam dunia
pendidikan. Tidak semua sekolah
bisa melaksanakan UN CBT pada
tahun ini karena kurangnya sarana
dan prasarana yang ada.
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan (Mendikbud) hanya
meminta atau menunjuk sekolah
yang
mempunyai
sarana
dan
prasarana yang memadai untuk
melaksanakan UN CBT. Tahun ini
terdapat kurang lebih 500 sekolah
di Indonesia yang melaksakan ujian
berbasis komputer. Provinsi dengan
jumlah sekolah pelaksana UN CBT
terbanyak adalah Jawa Timur, yakni
sebanyak 159 sekolah, sedangkan di
DKI Jakarta hanya 30 sekolah.
Sekolah yang melaksakan UN CBT
rata-rata adalah sekolah kejuruan
yang memang mempunyai sarana
komputer yang lengkap.
Pemerintah
telah
melakukan
persiapan untuk UN CBT. Bentuk
persiapan yang dilakukan oleh
pemerintah
meliputi
persiapan
assesmen aplikasi, fnalisasi buku
panduan
dan
petunjuk
teknis,
verifkasi sekolah, pelatihan untuk
tim dan teknis
sekolah. Tak
tertinggal pula, persiapan risk
management dan help desk yang
terkait
CBT.
dengan
pelaksanaan
UN
UN CBT berjalan lancar tanpa
adanya hambatan yang berarti. UN
CBT juga dinilai dapat mengurangi
kecurangan yang biasa terjadi pada
pelaksanaaan
UN
sebelumnya.
Pihak sekolah juga tidak perlu
mengkhawatirkan
pemadaman
listrik karena pemerintah telah
berkoordinasi dengan Perusahaan
Listrik
Negara
(PLN)
agar
meminimalisir pemadaman listrik
pada saat UN CBT berlangsung.
Sekalipun
terjadi
pemadaman,
dipastikan bahwa jawaban yang
telah dijawab oleh peserta UN CBT
akan tersimpan, sehingga tidak ada
yang perlu dikhawatirkan.
Untuk waktu pengerjaan ujian,
waktu yang dihitung benar-benar
waktu yang digunakan siswa dalam
mengerjakan soal. Jika terjadi
masalah
di
tengah-tengah
pelaksanaan, maka sistem tidak
akan
menghitung
waktu
yang
terbuang selama masalah terjadi.
Masalah hacker juga tidak perlu
dikhawatirkan,
karena
pada
dasarnya,
UN
CBT
tidak
menggunakan
koneksi
internet,
melainkan menggunakan software
yang dikendalikan oleh sekolah.
Meskipun
pemerintah
telah
meminimalisir
masalah
yang
mungkin
muncul,
pada
tahap
pelaksanaan masih terjadi sedikit
masalah yang mengganggu proses
UN
CBT.
Namun,
pemerintah
mengklaim bahwa kendala yang
terjadi di lapangan hanyalah 1%,
sehingga dapat dipastikan bahwa
UN CBT akan dilaksanakan pada
tahun berikutnya.
Peserta didik menanggapi UN CBT
ini dengan berbagai pendapat,
sebagian pro terhadap pelaksanaan
UN CBT dan sebagian lagi kontra.
Mereka yang pro melihat efsiensi
dalam
pelaksanaan
UN
CBT,
terutama masalah penghematan
waktu,
waktu
yang
biasanya
digunakan untuk mengarsir jawaban
bisa digunakan untuk memahami
soal lebih dalam. Mereka yang
kontra lebih melihat dari keamanan
UN CBT ini, baik keamanan dari
kebocoran,
maupun
keamanan
dengan tidak adanya gangguan
sistem pada saat pelaksanaannya.
Pada dasarnya, UN CBT ini tidak
terlalu memberatkan peserta didik,
karena dipastikan bahwa pihak
sekolahlah yang mengatur semua
keperluan sebelum ujian. Banyak
sekolah yang mengklaim bahwa
sekolah mereka siap melaksakan
UN
CBT
jika
sarana
dan
prasarananya
lengkap.
Namun,
karena ketidaksiapan sarana dan
prasarana, maka banyak sekolah
yang belum bisa menyelenggarakan
UN CBT. Maka dari itu, mereka
menyarankan pemerintah untuk
menyamakan standar sarana untuk
sekolah-sekolah di Indonesia, agar
UN CBT bisa dilaksakan secara
serentak di seluruh Indonesia.
Dari segi kebermanfaatan teknologi,
UN CBT bisa dikatakan sebagai
perubahan untuk sistem ujian tanah
air. Selain itu, anggaran yang
dihemat dengan pelaksanaan UN
CBT juga disambut baik oleh
berbagai pihak. Meski demikian, sisi
positif UN CBT tidak hanya dilihat
dari kedua hal di atas, Jika dengan
dilaksakannya UN CBT peserta
didik terbantu dan dimudahkan,
maka bisa dikatakan bahwa UN CBT
merupakan solusi dari berbagai
masalah terkait UN yang selama ini
terjadi. Pihak sekolah juga haruslah
merasakan dampak pelaksanaan UN
CBT, baik dari segi meminimalisir
kecurangan,
kemudahan
akses,
maupun dalam pelaksanaannya.
Dilihat dari sistem kerja UN CBT,
UN CBT termasuk aman untuk
Peserta didik berkebutuhan khusus.
Terutama
untuk
peserta didik
dengan hambatan pengelihatan,
hambatan
pendengaran,
dan
hambatan fsik. Untuk peserta didik
dengan hambatan pengelihatan bisa
menggunakan aplikasi George yang
dirancang
untuk
membaca/melisankan tulisan yang
ada di komputer.
Untuk
peserta
didik
dengan
hambatan
pendengaran,
pada
dasarnya UN tertulis maupun UN
CBT tidak terlalu bermasalah,
namun UN CBT bisa dikata-kan
lebih efektif dan efsien dalam
pelaksanaannya. Peserta didik yang
mengalami hambatan fsik bisa dikatakan
diuntungkan
dengan
adanya
UN
CBT
ini,
karena
kebanyakan dari mereka mengalami
hambatan dalam menulis (apalagi
untuk mengarsir jawaban). Jadi
dengan diadakannya UN CBT ini
sangatlah
membantu
mereka.
Namun untuk peserta didik dengan
hambatan fsik, komputer yang
digunakan haruslah dimodifkasi
seperlunya
untuk
memfasilitasi
kebutuhan peserta didik.
Jika pemerintah berencana untuk
menerapkan UN CBT untuk tahun
berikutnya, maka banyak Pekerjaan
Rumah
(PR)
yang
harus
diselesaikan. Salah satunya adalah
masalah sarana dan prasarana di
sekolah
haruslah
ada
distandardisasi.
Di luar tata cara pelaksanaan UN,
hal
yang
terpenting
adalah
pemerintah haruslah memastikan
bahwa dengan adanya ujian ini
dapat
mengukur
kemampuan
peserta
didik
sebagai
bahan
evaluasi di tahun berikutnya.
Ujian
Nasional
tidaklah
ada
dampaknya jika pemerintah tidak
menindaklanjuti hasil evaluasi yang
telah dilakukan. Apalagi mengingat
bahwa pada tahun ini pemerintah
mengklaim bahwa UN diadakan
sebagai alat pemetaan pendidikan
nasional.
Semoga
selain
melakukan
pembaruan cara pengerjaan Ujian
Nasional dengan sistem komputer,
pemerintah
juga
bisa
segera
menyiapkan
tes
yang
terstandardisasi,
dan
mengukur
segala aspek, baik itu kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Karena
pada kenyataannya, tes yang ada
saat
ini,
hanyalah
mengukur
kemampuan kognitif peserta didik
saja. Tak heran jika dikatakan
bahwa sekolah hanya menguji daya
ingat
peserta
didik,
bukan
kemampuannya secara keseluruhan.
IV.
Metodologi
SWOT
A.
dan
Analisis
Metodologi yang digunakan :
1. Studi Literatur :
a. Berita Online
b. Petunjuk Teknis UN CBT TP
2014-2015
c. Road Map Kemendikbud
tentang Ujian Nasional
d. Jumpa Pers Mendikbud Tgl
23 Januari 2015
2. Analisa :
a. Analogi Pelaksanaan UN
dengan Pelaksanaan CBT
UTS di SMK Bekasi
b. Analogi Pelaksanaan Ujian
Praktikum TIK di SMK
3. Diskusi
Mengkompilasi semua data dan
melakukan analisa SWOT
B.
Analisa SWOT :
1. Mengunakan model manajemen
SWOT
Metode ini dipakai karena dapat
digunakan sebagai alat untuk
merancang dan memilih strategi
dan dapat diaplikasikan dalam
setiap
situasi
untuk
pengambilan keputusan.
2. Langkah-langkah
yang
dilakukan adalah :
a. Mengidentifkasi
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman melalui pengamatan
lingkungan
internal
dan
eksternal.
Kekuatan :
Siswa melakukan uji coba
atau gladi bersih sebelum
pelaksanan un cbt
siswa sudah menjalani ujian
percobaan atau tryout.
UN CBT tidak pakai kertas
Soal
diacak
dapat
menghindari menyontek
Tidk ada urek-urek data siswa
Hasil yang cepat dan akurat
Mampu
menghasilkan
skor/nilai/umpan balik segera
Dapat memberikan laporan
secara detil
Memiliki kelebihan dalam
melakukan analisis
Meningkatkan keamanan tes
Lebih tepat untuk soal pilihan
ganda
Lebih luwes/feksibel untuk
tes secara individu
Kelemahan :
Server
komputer
yang
bermasalah sehingga tidak
dapat masuk ke sistem
Lamanya perbaikan
koneksi server lokal ke server
pusat mengalami sejumlah
gangguan sehingga paket soal
dan token tidak bisa diunduh
sesuai waktu
terkendalanya sistem komputerisasi,
maka
sekolah
tersebut
baru
bisa
mendapatkan unduhan paket
soal UN dari server pusat
pada pukul 11.00. Padahal
gladi bersih sebelumnya akan
dilakukan pukul 08.00.
sulitnya proses mengunduh
karena banyaknya sekolah
yang
hendak
mengunduh
paket soal dari pusat.
Biaya
besar
pada
awal
pengembangan
Hardware,
software, personnel
Biaya
besar
dalam
pengelolaan (maintenance)
Perlu staf handal untuk setiap
penyelenggaraan tes
Perlu
kemampuan/keterampilan
peserta
tes
dalam
menggunakan komputer
Pada kondisi tertentu ada
keterbatasan
dukungan
sarana/prasarana teknologi.
Bergantung pada Listrik dan
Jaringan Komputer
Peluang :
Jumlah pc bertambah
Kemampuan siswa meningkat
Terbentuk jaringan computer
Mengganti
perangkat
komputer dengan Tablet atau
HP
Menjadi learning dan testing
center
Ancaman :
Keamanan data
Listrik mati
tak bisa login
tiba-tiba logout.
Sumber daya listrik yang
tidak
selalu
tersedia
di
beberapa daerah
Regulasi
yang
tidak
berkelajutan.
Munculnya
aplikasi
yang
lebih komprehensif menguji
siswa
(perkembangan
teknologi)
Munculnya
sekolah
lain
sebagai learning dan testing
center
b. Menempatkan hasil identifkasi
diatas
ke
dalam
matrik
konfrontasi
c. Menentukan strategi apakah
menggunakan strategi SO, WT,
WO, atau ST.
3. Implementasi
dan
pantau
strategi.
V.
A.
1.
2.
B.
1.
2.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
UNBK sebagai produk regulasi
dari SOP Pelaksanaan UJian
Nasional c.q. Permen Dikbud
harus feksibel menyesuaikan
kemampuan
daerah
menggunakan ICT.
Penggunaan
smartphone
sebagai
pengganti
pesonal
komputer
sangat
perlu
diwujudkan.
Saran
Pemerintah harus memberikan
ban-tuan blokgran perangkat
lunak dan keras komputer
penunjang.
Pemerintah harus memberikan
akses internet gratis untuk
pelaksanaan UN
Daftar Pustaka
[1] Kementrian
Pendidikan
dan
Kebu-dayaan, Permen Nomor 57
Tahun 2015, Jakarta
[2] Kementrian
Pendidikan
dan
Kebu-dayaan,
Renstra
Perubahan
Ujian
Nasional
(2015), Jakarta
[3] Kementrian
Pendidikan
dan
Kebu-dayaan,
Syarat-syarat
Sekolah Peserta UNBK, 2015,
Jakarta
[4] BSNP,
Peraturan-BSNP-No0034-POS-UN-TP-2015-2016,
Jakarta