Peran Kelembagaan Kearifan Lokal Sebagai

Peran Kelembagaan Kearifan Lokal Sebagai Sarana Peningkatan Gizi
Protein di Komunitas Madura dan Jawa
The Role of Institutional Local Wisdom as a Medium of Increasing
Protein Nutrition in Madura and Java Community
Moch. Agus Krisno B, Rofidah Ummul H., Aulia Risqi R., Siti Mustainah,
Adelia Kandari.
Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318
Abstract
Local wisdom is a foundation to take a policy in local level of sector
of health, agriculture, education, natural resources management and
certain community’s activity. Protein nutrition is an important nutrition
amount for living thing in their whole life and it is also the biggest
composer of body after water. Protein nutrition accomplishment, which is
one of the government’s programs which is stated in Intermediate Phase
Development National Program (RPJMN) in 2005-2009, is an indicator of
Strategy Program of Health Ministry 2010-2014. The community institute
has an important role to accomplish protein nutrition in a community.
Key word: Local wisdom, Protein nutrition accomplishment, Role of

institute
Abstraksi
Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakan pada
level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan
sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan tertentu. Gizi
protein adalah kadar gizi yang penting bagi makhluk hidup semasa
hidupnya dan merupakan bahan penyusun tubuh terbesar setelah air.
Pemenuhan gizi protein termasuk salah satu program pemerintah yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2005-2009, hal ini merupakan indikator keluaran Rencana
Strategi Kementerian Kesehatan 2010-2014. Lembaga kemasyarakatn
memiliki peran cukup penting dalam usaha pemenuhan gizi protein di
dalam masyarakat. Kearifan lokal di komunitas Madura Desa Muharto RT.
10 RW. 10, Kecamatan Kedungkandang, Malang berupa tahlilan yang
dapat membantu pemenuhan gizi protein dikomunitas tersebut.
Sedangkan komunitas Jawa yang berada di Desa Sumber sari Gang 5
RT. 5 RW. 2, Malang memiliki kearifan lokal berupa kegiatan PKK dan
ternak ayam untuk konsumsi pribadi sehingga gizi protein dapat terpenuhi.
Kata kunci:Kearifan lokal, pemenuhan gizi protein, peran kelembagaan


PENDAHULUAN
Kearifan lokal merupakan
suatu sumber pengetahuan yang
diselenggarakan secara dinamis,
berkembang dan diteruskan oleh
populasi tertentu yang terintegrasi
dengan
pemahaman
mereka
terhadap alam dan budaya
sekitarnya. Kearifan lokal adalah
dasar
untuk
pengambilan
kebijakan pada level lokal dalam
bidang
kesehatan,
pertanian,
pendidikan, pengelolaan sumber
daya

alam
dan
kegiatan
masyarakat pedesaan tertentu
yang ingin dikembangkan (Jawet,
dkk, 2001).
Kearifan budaya lokal sendiri
adalah pengetahuan lokal yang
sudah menyatu dengan sistem
kepercayaan, norma, dan budaya
serta diekspresikan dalam tradisi
dan mitos yang dianut dalam
jangka waktu yang lama.
Protein merupakan senyawa
organik kompleks yang berbobot
molekul tinggi berupa polimer dari
monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain
dengan
ikatan

peptida
(Anonimous, 2011).
Gizi protein adalah kadar gizi
yang penting bagi makhluk hidup
semasa hidupnya dan merupakan
bahan penyusun tubuh terbesar
setelah air (Zoven, 2009).
Menurut Menteri Pertanian
Anton Apriyantono pada seminar
Hari Pangan Sedunia di Bogor
Rabu (21/11), standar kecukupan
masyarakat
Indonesia
dalam
memenuhi
konsumsi
protein,
pangan dan gizi yang berimbang
dari pangan hewani masih rendah
yaitu 6 gram/ kapita/ hari atau

setara dengan 10,3 kg daging/
kapita/ tahun telur 6,5 kg/ kapita/

tahun dan susu 7,2 kg/ kapita/
tahun (Kompas, 2010).
Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan
suatu bentuk kearifan lingkungan
yang terdapat dalam kehidupan
bermasyarakat di suatu tempat
atau daerah. Jadi kearifan lokal
merujuk pada lokalitas dan
komunitas tertentu.
Menurut Putu Oka Ngakan
dalam Andi M. Akhmar dan
Syarifudin (2007) kearifan lokal
adalah tata nilai atau perilaku
hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan
tempat tinggalnya secara arif.

Maka karena itu kearifan lokal
tidak sama pada tempat dan
waktu yang berbeda dan suku
yang berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh tantangan alam
dan kebutuhan hidup yang
berbeda-beda, sehingga dalam
pengalaman untuk memenuhi
kebutuhan
hidupnya
muncul
berbagai pengetahuan baik yang
berhubungan dengan lingkungan
maupun sosial.
Sebagai salah satu bentuk
perilaku manusia, kearifan lokal
bukan suatu hal yang statis. Tapi
kearifan lokal tersebut berubah
sejalan dengan waktu, tergantung
dari tatanan dan ikatan sosial

budaya yang ada di dalam
masyarakat. Sedangkan menurut
Keraf (2002) kearifan lokal adalah
semua
bentuk
pengetahuan,
keyakinan,
pemahaman
atau
wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku
manusia dalam kehidupan di
dalam komunitas ekologis. Semua
bentuk kearifan lokal tersebut
dihayati,
dipraktekkan,
dan
diajarkan serta diwariskan dari

generasi ke generasi sekaligus

membentuk pola perilaku manusia
terhadap sesama manusia, alam
maupun gaib.
Selanjutnya Francis Wahono
(2005)
berpendapat
bahwa
kearifan lokal adalah kepandaian
dan strategi-strategi pengelolaan
alam semesta dalam menjaga
keseimbangan
ekologis
yang
sudah berabad-abad teruji oleh
berbagai bencana dan kendala
serta
keteledoran
manusia.
Kearifan lokal tidak hanya berhenti
pada etika, tetapi sampai pada

norma dan tindakan serta tingkah
laku, sehingga kearifan lokal
dapat menjadi seperti religi yang
memedomani manusia dalam
bersikap dan bertindak, baik
dalam konteks kehidupan seharihari atau untuk menentukan
peradaban manusia yang lebih
jauh.
Adanya perubahan gaya
hidup masyarakat yang konsumtif
dapat mengikis norma-norma
kearifan lokal. Untuk menghindari
hal tersebut, maka norma-norma
yang sudah berlaku di suatu
masyarakat yang sifatnya sudah
turun temurun dan berhubungan
erat
dengan
kelestarian
lingkungan perlu dilestarikan.

Kearifan lokal memiliki 4
fungsi, yaitu:
1. Kearifan lokal berfungsi untuk
konservasi dan pelestarian
sumberdaya alam.
2. Kearifan lokal berfungsi untuk
mengembangkan sumber daya
manusia.
3. Kearifan lokal berfungsi untuk
pengembangan
kebudayaan
dan ilmu pengetahuan.
4. Kearifan lokal berfungsi untuk
dijadikan petuah, kepercayaan,

sastra,
dan
(Qandhi,F.F.2012).

pantangan


Pemenuhan Gizi Protein
Setiap harinya, manusia
makan
untuk
mencukupi
kebutuhan tubuh akan nutrisi.
Selain faktor kuantitas, kualitas
makanan merupakan hal yang
sangat penting agar tubuh dapat
tumbuh dengan optimal. Makanan
yang
berkualitas
tentu
mengandung bermacam-macam
gizi. Salah satu gizi yang sangat
diperlukan oleh tubuh adalah
protein. Protein berfungsi untuk
pertumbuhan dan perkembangan
tubuh disamping untuk perbaikan
sel-sel yang rusak.
Jika dibandingkan dengan
negara-negara lain, konsumsi
protein masyarakat Indonesia
masih tergolong rendah. Idealnya,
kebutuhan gizi protein di dalam
tubuh yang harus dipenuhi yaitu
10-15%. Persentase tersebut
terkadang masih belum bisa
dipenuhi dalam konsumsi pangan
sehari-hari masyarakat.
Sementara
itu,
protein
mempunyai fungsi khas yang tidak
bisa digantikan oleh zat gizi lain
untuk
membangun
dan
memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh.
Pemenuhan
gizi
protein
termasuk salah satu program
pemerintah yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN)
tahun
2005-2009,
hal
ini
merupakan indikator keluaran
Rencana Strategi Kementerian
Kesehatan
2010-2014
(Rudi,
2011).
Untuk
optimalisasi
penggunaan
protein
maka
konsumsi
makanan
sumber

protein juga harus optimal, artinya
bahwa asupan protein sesuai
dengan kebutuhan, tidak kurang
tidak
lebih.
Penghitungan
kebutuhan protein dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Berdasarkan kebutuhan kalori
perhari yaitu berkisar antara
500 – 650 kal/orang/hari, atau
2. Berdasarkan
Kandungan
Makanan,
yang
akan
dibicarakan kali ini adalah
kebutuhan protein hewani.
Kebutuhan protein hewani
bagi tubuh adalah 1 g/BB/hari
dengan perbandingan, Protein
nabati 3/4 bagian, hewani 1/4
bagian, dari 3/4 bagian tersebut,
1/3 berasal dari hewan dan 2/3
dari ikan (Miharrdjo. 2010).
Dalam surah An-Nahl ayat 5,
Allah berfirman:

Artinya :
“Dan Dia telah menciptakan
binatang ternak untuk kamu;
padanya
ada
(bulu)
yang
menghangatkan dan berbagaibagai
manfaat,
dan
sebahagiannya kamu makan”.
Dari ayat diatas Allah telah
menjelaskan bahwa Allah telah
menyiapkan hewan ternak untuk
umat
manusia
agar
dapat
dinikmati dan dikonsumsi oleh
manusia.
Peran Kearifan Lokal dalam
Memenuhi
Kebutuhan
Gizi
Protein

Indonesia
merupakan
negara yang terdiri dari kepulauan
yang banyak. Indonesia memiliki
keanekaragaman
penduduk
dengan bermacam budaya dan
suku. Allah berfirman dalam AlQur’an surah Al-Hujrot ayat 49,
yang berbunyi :
Artinya
:
“Hai
manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan
seorang
perempuan
dan
menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.

Dari ayat tersebut Allah
telah
menerangkan
bahwa
manusia
diciptakan
dengan
berbagai suku dan bangsa. Dalam
artikel ini kami akan mencoba
menjelaskan tentang kearifan
lokal
masyarakat
komunitas
Madura dan Jawa.
a). Komunitas Madura
Kearifan
lokal
yang
berkembang
di
masyarakat
Indonesia dapat menjadi salah
satu cara untuk memenuhi
kebutuhan gizi protein di kalangan

masyarakat menengah kebawah.
Di
kalangan
masyarakat
komunitas
Madura
telah
berkembang bentuk kearifan lokal
untuk memenuhi kebutuhan gizi
protein mereka dalam bentuk
tahlilan. Kegiatan rutin dalam
kegiatan tahlilan dilakukan setiap
minggu sekali yang didalamnya
akan berlangsung perjamuan
makan yang disiapkan oleh tuan
rumah. Menu makanan pada
kegiatan rutin ini biasanya soto,
dan kue-kue yang terbuat dari
telur yang merupakan sumber
protein hewani.

Gambar ketika wawancara di komunitas
Madura

Dari
keterangan
para
warga yang tinggal di desa
Muharto RT. 10 RW. 10
Kecamatan
Kedungkandang
bahwasanya sering diadakannya
kegiatan rutin warga yaitu tahlilan
dimana dalam kegiatan tersebut
dihidangkan makanan-makanan
untuk para tamu tahlilan. “Pada
saat tahlilan yang diadakan setiap
satu minggu sekali, biasanya tuan
rumah
akan
menghidangkan
makanan untuk para tamu,
biasanya makanan berupa soto,
nasi campur, rawon, atau roti dan
kopi,” terang Juariyah warga
setempat.

Pemenuhan gizi protein
juga dilakukan oleh warga setiap
hari dengan cara mencampur dan
megkombinasi lauk-pauk untuk
makan sehari-hari. “Biasanya
kami makan sup dan ditambah
ikan goreng seperti pindang,
tongkol, mujair, karena kami
sekeluarga yang asli Madura
gemar dengan ikan,” terang
Khusnul ibu yang juga bekerja
menjadi pedagang tersebut.
Kearifan lokal yang lain
yang dapat meningkatkan gizi
protein dimasyarakat komunitas
Madura yaitu posyandu yang ada
disetiar lingkungan penduduk.
Posyandu yang ada disekitar
lingkungan warga melakukan
kegiatan pemenuhan gizi protein
dengan membagikan sup, susu,
dan bubur kacang hijau pada
minggu ke tiga setiap bulannya.
Tentunya menu makanan tersebut
dapat meningkatkan kebutuhan
protein yang dibutuhkan warga
sekitar. “Kegiatan yang dilakukan
oleh posyandu setempat amat
membantu pemenuhan gizi warga
setempat, karena rata-rata warga
sini mengalami gizi kurang,
sehingga angka kematian bayi
dan ibu hamil cukup tinggi disini,”
jelas Murti selaku ibu RW. 10
tersebut.
Didalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010–
2014 telah ditetapkan tujuan
pembangunan
kesehatan,
diantaranya menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 118
per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan target MDG’s pada
goal 5 adalah penurunan AKI
sebesar
102
per
100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015
(Bappenas, 2010).

Dengan kegiatan kearifan
lokal yang dilakukan oleh warga
setempat secara rutin, hal ini
dapat memenuhi kebutuhan gizi
protein
yang
relatif
kurang
dikalangan masyarakat komunitas
Madura yang cenderung memiliki
perekonomian lemah. Hal tersebut
tentunya juga akan ikut membantu
dalam proses penurunan angka
kematian ibu hamil dan balita.
Kearifan lokal bisa saja
menjadi jawaban tersendiri atas
pemenuhan kebutuhan pangan.
Presiden kita menyatakan dengan
kearifan lokal, Indonesia bisa
mewujudkan swasembada dan
kemandirian pangan. “Di tengahtengah
permasalahan
dunia
seperti krisis pangan dan energi,
kita harus mencari apa yang bisa
kita lakukan secara domestik
untuk meningkatkan ketahanan
pangan dan energi di dalam
negeri,” kata Presiden pada
pembukaan konferensi nasional
dan pameran bertema Kearifan
Lokal
Perempuan
Indonesia
Menuju Ketahanan Pangan di
Jakarta,
tahun
2008
silam
(Kompas, 2011)
.
b). Komunitas Jawa
Komunitas Jawa memiliki
kearifan
lokal
yang
sedikit
berbeda
dengan
komunitas
Madura. Masyarakat komunitas
Jawa
yang
ada
di
Desa
Sumbersari Gang 5 RT. 5 RW. 2
memenuhi kebutuhan gizi protein
dengan cara Mengkombinasikan
makanan, namun kebanyakan dari
warga komunitas Jawa memiliki
ternak ayam sehingga hal tersebut
lebih membantu dalam proses
pemenuhan
gizi
protein
dilingkungan setempat.

Kearifan lokal yang dimiliki
oleh komunitas kampung Jawa
terletak pada kegiatan ibu PKK.
Kegiatan PKK dilakukan setiap
bulan pada minggu kedua.
Didalam kegiatan PKK tersebut
biasanya disediakan makananmakanan seperti kue-kue dan
makanan seperti soto, rawon dan
juga nasi campur. Dalam kegiatan
PKK tersebut juga dilakukan
sosialisasi tentang pentingnya
pemenuhan gizi dalam keluarga
serta
penjelasan
mengenai
pentingnya menjaga asupan gizi
pada balita dan ibu hamil.
“Kegiatan
PKK
rutin
dilakukan,
kadangkala
juga
diberikan
materi
tentang
pemenuhan
gizi
dan
cara
menyiasati
menu
makanan
sehingga ibu-ibu bisa memenuhi
gizi keluarganya,” terang Aminah
warga setempat.
Keterangan serupa juga
didapatkan dari ibu Ah selaku ibu
RT. setempat yang mengatakan
bahwa ibu-ibu PKK akan lebih
mengerti
ketika
dilakukan
penyuluhan
secara
langsung
tentang pentingnya pemenuhan
gizi
tersebut,
sehingga
pemenuhan gizi bisa merata tanpa
ada warga yang mengalami
kekurangan gizi.
“Selain kegiatan tersebut,
kebanyakan warga disini juga
memelihara
ayam
yang
kebanyakan untuk dikonsumsi
keluarga
sendiri,
sehingga
pemenuhan gizi khususnya gizi
protein bisa maksimal,” terang bu
RT.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surah Almu’minuun ayat 21 yang
berbunyi :
Artinya : “ Dan sesungguhnya
pada binatang-binatang ternak,
benar-benar terdapat pelajaran
yang penting bagi kamu, Kami
member minum kamu dari susu
yang ada didalam perutnya, dan
(juga) pada binatang-binatang
ternak itu terdapat faedah yang
banyak untuk kamu dan sebagian
dari padanya kamu makan.”
Dari ayat tersebut kita
dapat surah tersebut mengetahui
bahwa Allah telah member umat
manusia sumber protein hewani
berupa susu yang dapat diminum
sehingga kebutuhan gizi protein
hewani manusia dapat terpenuhi.
Didaerah tersebut juga
terdapat posyandu yang aktif
memantau
kesehatan
warga
setempat. Posyandu di daerah
tersebut tidak hanya melayani ibu
hamil dan balita, namun juga
melayani warga yang sedang
sakit.
Kegiatan
rutin
yang
dilakukan oleh posyandu adalah
pembagian bubur kacang hijau
dan susu kedelai secara gratis
setiap bulannya pada minggu keempat.
Kearifan
lokal
yang
menonjol di komunitas Jawa
adalah kegiatan PKK yang
dilakukan oleh ibu-ibu yang
didalam
kegiatan
tersebut
diberikan penyuluhan tentang
pentingnya
pemenuhan
gizi
protein serta cara-cara untuk
memenuhi gizi protein didalam
keluarga, sehingga pengetahuan
tersebut didapatkan oleh warga
dengan mudah.

Salah satu upaya nyata
untuk meningkatkan percepatan
gerakan
penganekaragaman
konsumsi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan
adalah dengan mengembalikan
pola
penganekaragaman
konsumsi pangan yang telah
mengakar sebagai kearifan lokal
dalam kehidupan masyarakat
sejak
dahulu.
Masyarakat,
terutama
yang
tinggal
di
perdesaan memiliki tradisi dan
pola konsumsi aneka ragam
sumber makanan yang sangat
mendukung
dalam
upaya
peningkatan ketahanan pangan
daerah.
Di daerah pedesaan yang
masyarakatnya sebagian besar
hidup dari pertanian, maka
kearifan lokal tersebut juga
terinternalisasi
secara
sadar
dalam
tata
cara
bertani.
Kehidupan sehari-hari masyarakat
petani pun tidak lepas dari
kearifan lokal pertanian tersebut.
Dapat dikatakan bahwa tata cara
bertani yang berlandaskan pada
kearifan lokal tersebut merupakan
bentuk-bentuk
local
genius.
Misalnya, pada masyarakat petani
tradisional di beberapa wilayah
Pulau Jawa dan di Pulau Bali,
masih
sangat
mempercayai
pengaruh
pemilihan
hari-hari
tertentu sebagai hari-hari yang
paling baik untuk melakukan
penyemaian benih, mengolah
lahan sawah, pindah tanam, dan
sebagainya. Di Bali, masyarakat
petani juga mengenal tata kelola
pengairan
sawah
secara
tradisional yang disebut dengan
Subak. Lumbung-lumbung desa
yang hingga awal 1980-an masih
banyak
terdapat
di
setiap
pedesaan di Pulau Jawa, Bali,

Sumatera,
dan
Sulawesi
merupakan bentuk lain dari
kearifan lokal untuk menjaga
ketahanan
pangan
tersebut
(Admin, 2012).

peningkatan ketahanan pangan
daerah.

KESIMPULAN

Admin.
2012.
(Online).
http://www.patikab.go.id/artik
el/ketahanan-pangankearifan-lokal-dan-investasidi-desa#.
(Diakses
10
Desember 2012).

Dari uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa setiap
komunitas
yang
berbeda
kebiasaan memiliki kearifan lokal
yang
berbeda-beda.
Namun,
kearifan lokal tersebut dapat
menjadi jalan untuk memenuhi gizi
protein warga setempat. Misalnya
pada komunitas Madura yang
memiliki kearifan lokal tahlilan dan
kegemaran memakan ikan laut
serta kegiatan posyandu yang
aktif,
sedangkan
masyarakat
komunitas Jawa yang lebih
menonjolkan kegiatan PKK yang
didalamnya dilakukan penyuluhan
tentang pentingnya pemenuhan
gizi
protein
dan
cara-cara
memenuhi kebutuhan gizi dalam
keluarga, dan kebanyakan warga
setempat memiliki ternak ayam
untuk dikonsumsi sebagai cara
alternatif untuk memenuhi gizi
protein dalam keluarga.
Salah satu upaya nyata
untuk meningkatkan percepatan
gerakan
penganekaragaman
konsumsi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan
adalah dengan mengembalikan
pola
penganekaragaman
konsumsi pangan yang telah
mengakar sebagai kearifan lokal
dalam kehidupan masyarakat
sejak
dahulu.
Masyarakat,
terutama
yang
tinggal
di
perdesaan memiliki tradisi dan
pola konsumsi aneka ragam
sumber makanan yang sangat
mendukung
dalam
upaya

Daftar Pustaka

Anonimous. 2011. (Online).
http://id.wikipedia.org/wiki/
protein.
(Diakses
8
Desember 2012)
Anonimous. 2012. (Online).
http://kulinologi.biz/
index1.php?
view&id=987767. (Diakses 7
Desember 2012)
Kompas.
2011.
(Online)
http://sosbud.kompasiana.co
m/2011/03/30/pribumisasipangan-diversifikasi-pangankearifan-lokal-dan-strategiketahanan-panganindonesia/
(Diakses
10
Desember 2012)
Mihardjo.
2010.
(Online).
http://mihardjo.wordpress.co
m/2010/05/12/kebutuhanprotein-tubuh/ (Diakses 7
Desember 2012).
Qandhi, F. F. (Online). http://fikafatia.blogspot.com/2012/05/p
entingnya-kearifan-lokalmasyarakat_07.html.
(Diakses 7 Desember 2012)
Zoven.
2009.
(Online).
Http://zoven.wordpress.com/
2009/04/21/Makalah-giziprotein.
(Diakses 8 Desember 2012)

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

MANAJEMEN BERITA TELEVISI PADA MEDIA NUSANTARA CITRA (MNC) NEWS CENTER BIRO SURABAYA (Studi Pada Pengelola Berita Lokal di RCTI, TPI, dan Global TV

2 40 2

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17