Pengenalan Alat alat Kehutanan Biometri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Penelitian di bidang kehutanan merupakan salah satu penelitian yang
memiliki cakupan yang luas. Luas dalam hal ini mengacu pada fakta bahwa dalam
meneliti suatu hutan, tidak mungkin hanya merujuk pada satu pohon
saja.

Diperlukan disiplin ilmu yang memungkinkan untuk mengambil data

beberapa sampel pohon sekaligus agar kerja dapat lebih efisien. Oleh karena itu,
ilmu biometri sangat berperan dalam bidang kehutanan.
Ilmu biometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran secara matematis
dalam ilmu biologi (Untara, 2014).

Dalam bidang kehutanan, ilmu biometri

sangatlah penting untuk memperoleh data kuantitatif dari pohon, mulai dari
diameter, tinggi pohon, serta luas bidang dasar pohon.

Dengan mengetahui


variabel-variabel tersebut, dapat diduga potensi suatu tegakan ataupun suatu
komunitas pohon tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara
penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang berpengaruh pada
keakuratan data-data. Hasil pengukuran yang didapatkan selain tergantung pada
alat, juga tergantung pada kemampuan dan ketepatan dalam pengukuran (Muchlis,
2015). Penguasaan bidang biometri esensial bagi seseorang yang beroperasi di
bidang kehutanan, karena dengan adanya biometri dapat mempermudah pemetaan
suatu hutan secara detail dan menyeluruh.
Pada praktikum kali ini, aspek yang diteliti berupa cara kerja alat-alat
pengukuran variabel pohon. Alat-alat tersebut memiliki variasi mulai dari variabel
yang diukur, prinsip dalam penggunaan serta cara penggunaannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.

Menentukan alat-alat apa saja yang digunakan dalam praktek biometri
kehutanan.


2.

Menentukan fungsi, prinsip, serta cara kerja alat-alat tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengukuran
Menurut Cangelosi (1991), pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris. Menurut Wiersma dan Jurs (1990) pengukuran adalah
penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari objek yang hendak diukur dengan
kriteria dan satuan tertentu.

2.2 Prinsip Pengukuran dalam Biometri
Karena mahluk hidup memiliki kecenderungan untuk berbeda secara
bentuk, ukuran dan juga fungsi, disiplin ilmu yang fokus pada perbedaan-perbedaan
tersebut membutuhkan metode pendekatan statistika. Secara definisi, biometri
dapat disamakan dengan biostatistika. Namun perbedaannya dengan ilmu statistika
pada umumnya, biometri lebih memerhatikan aspek biologi ketimbang aspek
statistika, terutama dalam prinsip pengukurannya (Marutirao).


2.3 Aspek-aspek yang diukur di Hutan
Aspek-aspek yang diukur dalam bidang kehutanan meliputi, berbagai
parameter seperti pertumbuhan diameter, tinggi, luas tajuk, volume dan sebagainya.
Pertumbuhan dapat diukur dalam unit-unit fisik seperti volume, luas bidang dasar
dan berat. Selain itu juga dapat diukur dalam bentuk nilai variable of interest
(Davis and Jhonson, 1987).

2.4 Kegunaan Alat Ukur dibidang Kehutanan
Dalam prakteknya, alat ukur kehutanan memiliki kegunaan yang bervariasi
tergantung pada aspek yang diukurnya, salah satunya yang paling umum adalah
variabel diameter pohon. Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon
yang mudah untuk diukur, dan melalui diameter pohon pula, kita dapat mengetahui
potensi tegakan suatu komunitas hutan. Variabel-variabel lain seperti tinggi dan
LBDS juga berpengaruh dalam menentukan potensi tegakan, yang nantinya akan
berguna untuk pemetaan hutan secara keseluruhan.

Dalam prakteknya, alat ukur kehutanan memiliki kegunaan yang bervariasi
tergantung pada aspek yang diukurnya, salah satunya yang paling umum adalah
variabel diameter pohon. Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon
yang mudah untuk diukur, dan melalui diameter pohon pula, kita dapat mengetahui

potensi tegakan suatu komunitas hutan. Variabel-variabel lain seperti tinggi dan
LBDS juga berpengaruh dalam menentukan potensi tegakan, yang nantinya akan
berguna untuk pemetaan hutan secara keseluruhan (Pilatus dkk, 2015)

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi
Praktikum Pengenalan Alat Biometri dilakukan pada hari Rabu, 25 Januari
2017 pukul 13.00 sampai 16.00 di Laboratorium Instruksional Labtek VA.

3.2 Alat dan Bahan
Alat :


Biltmore Stick



Cristen Meter




Haga Hypsometer



Kompas Brunton



Pita Ukur



Spiegel Relascope Bitterlich (SRB)



Walking Stick


3.3 Metode
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini ialah adalah metode
deskriptif yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai aspek pengukuran, fungsi
alat ukur, prinsip kerja dan cara penggunaan alat ukur dibidang kehutanan.

BAB IV
PRINSIP DAN CARA KERJA ALAT

4.1 Pita Ukur
Pita ukur mengukur keliling pohon dan hasilnya dibagi dengan PI untuk
mendapatkan angka diameter. Hubungan antara jari-jari (r), diameter (D) dan
keliling adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2013) :
D = 2r

dengan π = 3.141593

Keliling = π × d

4.2 Biltmore Stick

Biltmore stick digunakan untuk menaksir diameter suatu pohon dengan
cepat. Karena tujuan utamanya untuk menaksir, maka sebaiknya alat ini bukan
digunakan untuk mengukur diameter dalam rangka penaksiran potensi, namun lebih
digunakan untuk mengukur kelas diameter.
Cara Menggunakan Biltmore Stick:

Biltmore Stick dipegang dengan

sebelah tangan, tegak lurus lurus dan menempel pada batang pohon yang akan
diukur. Jarak mata dengan alat sejauh jangkauan tangan si pengukur. Besarnya
diameter batang pohon dibaca dari skala diameter pada alat yang berimpit dengan
bagian sisi batang pohon.
Prinsip kerja Biltmore stick

menggunakan prinsip segitiga sebangun

(geometri) (Kemendikbud, 2013).

Gambar 4.2 Biltmore stick


4.3 Bitterlich stick
Bitterlich stick merupakan alat sederhana berupa mistar sepanjang 1 meter,
pada salah satu ujungnya terdapat plat berlobang dan yang lain merupakan plat
berlekuk ukuran 2 cm. Alat ini biasa digunakan untuk mengukur jumlah luas bidang
tegakan persatuan luas / kerapatan pohon (Kemendikbud, 2013)
Cara kerja Bitterlich stick adalah sebagai berikut :

𝑎2

a. Tentukan BAF dengan rumus : 2500 × 𝑏2 , dengan a adalah lebar celah dan
b adalah panjang tongkat.

b. Kemudian bidik batang pohon-pohon di keliling yang plotnya sudah
ditentukan
c. Hitung N dengan melihat pohon pada celah bidik :
d. Pohon yang lebih besar dari lebar plat dihitung 1
e. Pohon yang sama dengan lebar plat dihitung ½
f. Pohon yang lebih kecil dari lebar plat dihitung 0
g. Setelah N dihitung masukan pada rumus


Lbds
ha

= BAF × N

Berikut prinsip kerja Bitterlich stick :

Gambar 4.3 Bitterlich stick

4.4 Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB)
Spiegel Relaskop merupakan salah satu alat untuk mengukur jarak
horizontal, tinggi pohon total, diameter batang atas, dan volume pohon tegak
(Bitterlich, 1952). Prinsip pengukuran Spiegel Relaskop adalah mengukur besarnya
skala area (Based Area Factor) pada alat yang berimpitan terhadap penampakan
batang pohon. BAF yang biasa digunakan ada tiga jenis, yaitu BAF 1, BAF 2 dan

BAF 4. Pengukuran diameter diukur berdasarkan perbandingan antara diameter dan
jarak dari skala BAF yang digunakan. Rumusan yang biasa digunakan untuk
menentukan besaran diameter adalah:
BAF = 1 → ∅ ÷ S = 1 ÷ 50


BAF = 2 → ∅ ÷ S = 1 ÷ 25√ 2

BAF = 4 → ∅ ÷ S = 1 ÷ 25

dengan :
BAF

= Based area factor;



= Diameter

S

= Jarak pengukuran

Spiegel relaskop dapat digunakan untuk mengukur diameter pohon setinggi
dada atau diameter pohon pada bebas cabang. Cara menggunakan spiegel relaskop

adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2013) :
a. Tentukan skala BAF yang akan digunakan sebelum dilakukan pembidikan.
b. Bidik sasaran, selanjutnya lihat skala BAF tersebut dan himpitkan dengan
batang pohon yang akan diukur diameternya.
c. Sesuaikan jarak pengukuran hingga penampang pohon masuk kedalam skala
pengukuran BAF.
d. Hitung berapa bagian skala yang masuk dari besaran batang tersebut
e. Selanjutnya dihitung nilai diameter untuk satu bagian skala
f. Besarnya diameter diketahui dengan mengalikan besar bagian skala dari bagian
batang yang terbidik dengan nilai diameter untuk satu bagian skala

4.5 Walking Stick
Walking stick merupakan alat ukur tinggi sederhana berbentuk tongkat.
Selain komponennya sederhana juga dapat dibuat dengan mudah. Panjang tongkat
kurang lebih 30 – 50 cm, yang terbagi menjadi dua bagian panjang.
Prinsip

kerja

walking

stick

menggunakan

prinsip

geometrik,

berdasarkan perbandingan antara dua buah segitiga sebangun (gambar 4.5.1)
(Kemendikbud, 2013)

Gambar 4.5.1 Pengukuran dengan Walking stick

Keterangan :


Bentuk segitiga OA’C’ sebangun dengan segitiga OAC



A’B’ adalah skala pendek pada walking stick



A’C’ adalah panjang walking stick



Skala panjang A’B’ dan A’C’ dapat ditentukan sekehendak pembuat alatnya.
Menggunakan persamaan sebangun, maka tinggi pohon dapat dicari sebagai

berikut:

A’B’ ÷ A’C’ = AB ÷ AC

Cara Mengunakan Walking stick (gambar 4.5.2) :


Walking stick dipegang tegak lurus setinggi mata pengukur dibidikan ke arah
pohon yang hendak diukur tingginya.



Bagian pangkal dan ujung pohon diarahkan sedemikian rupa sehingga tepat
berimpit dengan skala bawah dan skala atas pada walking stick, skala A’C’ tepat
dengan AC (tinggi pohon)



Selanjutnya bidikan mata ke arah tanda skala pendek (B’) pada alat sejajarkan
dengan pohon.



Tandai titik bidikan B’ sehingga menjadi titik B pada pohon, dengan dibantu
seorang pembantu yang sebelumnya sudah berdiri dekat pohon yang sedang
diukur,



Ukur tinggi titik B dari pangkal pohon, sehingga didapat tinggi AB.



Tinggi pohon adalah tinggi AB dikalikan dengan persamaan skala alat yang
dibuat.
10 : 50 = AB : AC,



Tinggi pohon adalah (AC) = 5 x AB

Gambar 4.5.2 Cara menggunakan walking stick

4.6 Kompas Brunton
Kompas Brunton digunakan dalam pemetaan dan pengukuran bagian
stratigrafi, sudut vertikal, ketinggian, dan lain-lain (Babaie, 2001). Dalam
kehutanan, ala ini dipakai untuk mengukur tinggi pohon dengan prinsip
trigonometri.
Cara mengukur tinggi pohon :


Buka kompas sedemikian rupa hingga membentuk permukaan horizontal



Dekatkan ujung kompas kepada permukaan



Putar kompas hingga bullseye bubble sudah seimbang, ini akan menentukan
strike-nya.



Posisikan kompas secara vertikal, atau tegak lurus dengan posisi strike yang
sudah diperoleh



Atur jarum clamometer hingga clamometer bubble sudah dalam keadaan
seimbang, dari sinilah akan diperoleh dip angle yang sesungguhnya.



Untuk mengukur sudut vertikal, lipat tutup kompas dan gunakan kompas
sebagaimana mengukur garis (menggunakan clinometer).



Sudut vertikal (q) dapat digunakan untuk mengukur ketinggian pohon juga,
dengan persamaan 𝐻 = 𝑥 tan 𝑞 dengan x merupakan jarak objek.

4.7 Haga Hypsometer
Haga merupakan salah satu alat ukur tinggi dengan prinsip Trigonometri
yang mempunyai skala tinggi langsung dapat dibaca pada alat. Besarnya sudut
pembidikan terhadap bidang datar ditunjukkan oleh pergerakan jarum yang
langsung menunjukkan berapa tinggi hasil pembidikan yang sudah dihitung
berdasarkan perkalian jarak datar dengan tangen sudut (Kemendikbud, 2013). Cara
menggunakan alat :


Pengukur berdiri pada jarak tertentu sesuai dengan pengaturan jarak pada alat
mengarah ke pohon yang akan diukur tingginya, misalnya jarak 15 m, 20 m,
25 m, atau 30 m. Jarak antara pohon dengan pengukur merupakan jarak datar.



Pegang alat dan bidikkan ke arah ujung pohon, tunggu jarum penunjuk skala
sampai berhenti kemudian tekan tombol penguncinya.



Catat skala yang ditunjukkan oleh jarum sebagai data 1.



Lepas knop pengunci jarum dengan menekan knop pelepas kunci sehingga
jarum penunjuk skala bergerak bebas.



Lakukan hal yang sama untuk membidik pangkal pohon.



Catat skala yang ditunjukkan oleh jarum sebagai data 2.



Tinggi pohon adalah jumlah atau selisih dari kedua pembacaan itu bergantung
pada apakah pangkal pohon lebih rendah atau lebih tinggi dari mata pengukur.

4.8 Cristen meter (Cristen hypsometer)
Cristen hypsometer adalah alat untuk mengukur ketinggian berdasarkan
prinsip geometri (Hush et al., 2002). Prinsip kerjanya menggunakan perbandingan
dua segitiga sebangun. Prinsip kerja (Gambar 4.8.1) :

Gambar 4.8.1 Prinsip kerja Christen meter

Prinsip kerja Cristen Meter berdasarkan perbandingan dua segitiga sebangun.
Perhitungannya sebagai berikut (Kemendikbud, 2013) :


Segitiga OA’C’ sebangun dengan segitiga OAC.



Sehingga A’B’ : A’C’=AB : AC



A’B’ =

A’C’ × AB
𝐴𝐶

Misal, Cristen Meter dibuat dengan panjang (A’C’) 30 cm, dan galah
panjangnya (AB) 4m, maka :
A’B’ ÷ A’C’ = AB ÷ AC

A’B’ ÷ 30 = 400 ÷ AC
AC =

1.200
A’B’

Dengan :
A’B’ = pembagian skala tinggi pada alat (cm)
AC = Tinggi Pohon (m) Cara membuat skala pada alat Christen Meter


Berdasarkan perhitungan diatas dengan ketentuan alat dibuat panjangnya 30
cm dan galah yang digunakan panjangnya 4 meter perhitungan dan
pengeplotan skalanya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Tabel skala Alat Cristen Meter

Keterangan:


Pada skala alat (A’B’) 30 cm atau sama dengan panjang alat, maka tinggi pohon
(AC) adalah 4 m atau sama dengan panjang galah.



Pada skala alat (A’B’) 12 cm, maka tinggi pohon (AC) adalah 10m.



Semakin tinggi pohon yang diukur maka skala pengukurannya semakin kecil.

Gambar 4.8.2 Pembagian skala pada Cristen Meter

Cara menggunakan alat :


Pengukur berdiri dengan jarak tertentu mengarah ke pohon yang akan diukur
tingginya.



Pegang alat pada bagian benang sehingga alat bergantung dan dapat bergerak
bebas



Alat dibidikkan ke pohon yang akan diukur tingginya sedemikian rupa
sehingga pangkal dan ujung pohon tersebut berimpitan dengan skala bawah
dan atas alat (A’C’ berimpit dengan AC).



Berdirikan galah pada pohon yang akan diukur tingginya.



Mata diarahkan pada ujung galah sambil membaca berapa angka tinggi pada
pembagian skala alat yang berimpit dengan garis pandang antara mata dan
ujung galah tersebut.

4.9 Haglof Vertex IV Hypsometer
Vertex IV adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi objek berdiri,
utamanya tinggi pohon. Alat ini juga ini juga digunakan untuk mengukur jarak
horizontal, sudut, dan kemiringan (AB, 2007). Prinsip kerja dari alat digital ini
dengan sinyal ultrasonik. untuk mengukur tinggi pohon bisa digunakan
transponder, bagian alat yang berwarna kuning bulat (lihat gambar 4.9). Cara
menggunakan Vertex IV (Kemendikbud, 2013) :

Gambar 4.9 Haglof Vertex IV
(www.forestry-suppliers.com)



Tempatkan transponder ke titik tembak pada pohon



Tekan tombol ON pada Vertex dan bidik transponder. Tetap tekan ON hingga
muncul tanda bidik merah



Lepaskan tombol ON. Vertex telah mengukur alat jarak, sudut, dan jarak
horizontal ke transponder



Bidikkan Vertex ke ujung pohon dengan tanda bidik merah. tekan ON hingga
tanda bidik merah menghilang. Tinggi pertama berhasil di rekam dan
ditampilkan. Ulangi hingga semua tinggi pada objek terukur.



Rata-ratakan tinggi yang diperoleh pada Vertex

4.10 Kaliper Pohon
Kaliper adalah mistar yang mempunyai skala (satuan ukur) yang dilengkapi
dengan lengan geser. Lengan geser ini memiliki fungsi sebagai pembaca skala pada
mistar. Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan satuan ukur terkecil dalam
mm (Kemendikbud, 2013).
Cara pengukuran diameter batang pohon menggunakan kaliper adalah :


Apitkan kedua lengan pada ketinggian dada = 130 cm.



Tentukan bagian lingkar batang yang terpendek (d1) sebagai pengukuran
diameter yang pertama.



Pengukuran diameter yang kedua (d2), tegak lurus pengukuran diameter yang
pertama atau diameter terpanjang.



Diameter batang pohon adalah rataan keduanya, yaitu : d = (d2 + d1)

Gambar 4.10 Kaliper pohon

4.11 Garpu Pohon
Bentuk fisik garpu pohon adalah mistar yang bercagak dan mempunyai
skala. Skala garpu pohon pada awalnya berupa selang diameter, kini telah diubah
ke dalam satuan ukur. Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan satuan ukur
terkecil dalam mm.
Cara penggunaan garpu pohon adalah :


Apitkan kedua lengan pada batang dan cari/tentukan bagian lingkar batang
yang terkecil (d1); sebagai pengukuran diameter yang pertama.



Upayakan kedua lengan sama tinggi dari permukaan tanah (setinggi dada = 130
cm).



Pengukuran diameter yang kedua (d2), tegak lurus pengukuran diameter yang
pertama atau diameter terpanjang.



Diameter batang pohon adalah rataan keduanya, yaitu d = ½ (d1 − d2).

Gambar 4.11 Garpu pohon

4. 12 Abney Level
Abney Level sebenarnya adalah alat untuk mengukur kelerengan, namun
seringkali digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Hasil pembacaan sudut berupa
derajat dan persen yang dihitung dari bidang datar. Interval besaran skala sudut
bidik untuk (Kemendikbud, 2013) :
i.

skala derajat dari –90o s/d +90o.

skala persen dari –100% s/d +100%.

ii.

Gambar 4.12 Abney level

Cara penggunaan Abney Level:


Buka kunci K agar penunjuk skala S dapat bergerak bebas.



Bidik bagian atas batang (C) dan ke pangkal pohon (A). Saat sasaran
ditemukan; perhatikan apakah gelembung udara apakah masih terletak
ditengah-tengah. Jika tidak, maka pembidikan di ulang.



Ukur jarak antara si pengukur dan pohon yang dibidik (Jd). (4) Tinggi pohon
(T = AC) dihitung dengan rumus di atas.

Dasar kerja alat berdasarkan Rumus Dasar Tinggi, yaitu :
T = Jd x (tg α – tg β)

T = Jd x (%MC − %MA): 100
4.13 Clinometer
Clinometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kelerengan,
namun seringkali digunakan untuk mengukur tinggi pohon di hutan. Keluaran dari
alat ini sudut berupa sudut (sudut bidik) dengan skala derajat dan persen yang
dihitung dari bidang datar (Gambar 56). Interval nilai skala sudut adalah –90o s.d.
+90o, sedangkan untuk skala persen dari –150% s.d. +150%. Kesamaan nilai skala
sudut pada rentangan 0o ~ 45o = 0% ~ 100% (Kemendikbud, 2013).

Gambar 4.13Clinometer

Dasar kerja alat berdasarkan Rumus Dasar Tinggi, yaitu :
T = Jd x (tg α – tg β)

T = Jd x (%MC − %MA): 100

Cara penggunaan Abney Level adalah


Bidik ke bagian atas batang dan baca skala sudut α (derajat) atau % sudut (sudut
dalam persen).



Arahkan ke pangkal batang (A) dan baca besaran sudut β (derajat) atau %sudut.



Ukur jarak (lapangan) antara pengukur/pembidik terhadap pohon yang dibidik
(Jm).



Tinggi pohon dengan persamaan T = AC = (t1 + t2).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktik biometri kehutanan diantara lain
adalah pita ukur, biltmore stick, bitterlich stick, Spiegel Relaskop Bitterlich,
Walking stick, kompas Brunton, Haga Hypsometer, Cristen meter, Haglof
Vertex IV Hypsometer, Kaliper Pohon, Garpu pohon, Abney level, dan
Clinometer.
2. Diantara alat-alat berikut, yang menggunakan prinsip geometri adalah
biltmore stick, bitterlich stick, walking stick, Cristen Meter dan Garpu
pohon, sementara SRB, kompas Brunton, Haga Hypsometer, Haglof Vertex
IV Hypsometer, Abney level dan Clinometer. Alat-alat untuk mengukur
diameter pohon adalah pita ukur, biltmore stick, Spiegel Relaskop
Bitterlich, kaliper pohon dan garpu pohon. Untuk mengukur ketinggian
dapat menggunakan kompas Brunton, Cristen meter, Walking stick, Spiegel
Relaskop Bitterlich, Haga Hypsometer, Vertex IV, Abney level dan
Clinometer. LBDS dapat diukur dengan Spiegel Relaskop Bitterlich dan
Bitterlich stick, dan kelerangan dapat diukur dengan kompas Brunton,
Abney level dan Clinometer.

5.2 Saran
1. Alat-alat yang di pelajari lebih modern dan lengkap bisa di pelajari di
praktikum ini.
2. Diharapkan adanya softcopy modul.

DAFTAR PUSTAKA
AB, Haglof Sweden. 2007. Users Guide Vertex IV and Transponder T3. Sweden :
Haglof.
Babaie, Hassan A., 2001. The Brunton® Compass and Geological Objects. Georgia
Bitterlich, W., 1952. Das Spiegel-Relaskop. Oesterriechs Forst-ude
Holzwirtshcafliche Book Company.
Davis, L.S and K. N. Jhonson. 1987. Forest Management. New York : Mc GrawHill Geological Society Guidebooks, v. 21, No. 1, October, p.55-60.
Husch, Bertram, dkk. 2002. Forest Mensuration. Canada : John Wiley & Sons.
Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Prof. Dr. Hj. Djaali dan Dr. Pudji Muijono. 2007. Pengukuran dalam bidang
pendidikan. Pustaka Utama.
Tim Kemendikbud. (2013). Buku Teks Bahan Ajar Siswa: Ilmu Ukur Kayu. Jakarta
: Kemendikbud.
Tim Kemendikbud. (2013). Buku Teks Bahan Ajar Siswa: Inventarisasi Hutan.
Jakarta: Kemendikbud
Umar, H. 1991. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia
Zeitung. Austria : Relaskop-Technik Vertriebsges.M.B.H.

LAMPIRAN