Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui Metode Diskusi di Kelas VI SDN No. 2 Rano

  

Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui

Metode Diskusi di Kelas VI SDN No. 2 Rano

Norman, Efendi, Sahrudin Barasandji

  Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

  

ABSTRAK

  Norman (2016), Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melalui Metode Diskusi di kelas VI SDN NO.2 Rano. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.Pembimbing (I) Efendi dan Pembimbing (II) Sahrudin Barasandji.

  Permasalahan penelitian ini “Apakah melalui metode diskusi kemampuan siswa memahami isi cerita dapat meningkat di kelas VI SDN NO.2 Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala?” Tujuan Penelitian ini untuk menigkatakan kemampuan siswa memahami isi cerita melalui metode diskusi di kelas VI SDN NO.2 Rano Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap siklus melalui empat tahap yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN NO.2 Rano tahun ajaran 2014/2015. Sukjek penelitian adalah 15 siswa ditambah 1 orang guru sebagai pengamat. Pada siklus pertama diperoleh kektuntasan klasikal sebesar 33,33% dan rata-rata daya serap 60%,, masih kategori belum berhasil. Oleh karena itu dilanjutkan pada siklus kedua dan hasilnya ketuntasan klasikal 100% dan rata-rata daya serap meningkat menjadi 85.33% dalam kategori baik karena presentasekeberhasilan siswa sudah tercapai. Dengan demikian tindakan selanjutnya tidak dilaksanakan lagi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa memahami isi cerita di kelas VI SDN NO.2 Rano dapat ditingkatkan melalui metode diskusi.

  Kata kunci : Memahami Isi Cerita; Metode Diskusi

I. PENDAHULUAN

  Memahami isi cerita merupakan kepotensi yang harus dicapai dan dikuasai oleh siswa sekolah dasar kelas VI. Kemampuan memahami sebuah cerita merupakan salah satu jenis kemampuan yang sangat penting bagi siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada setiap saat siapapun akan memahami berbagai informasi. Salah satu informasi tersebut adalah cerita. Jadi, betapa pentingnya siswa memiliki kemampuan memahami cerita.

  Pembelajaran memahami isi cerita telah peneliti lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut peneliti menyuruh siswa membaca sebuah cerita yang diambil dari buku pegangan siswa. Siswa secara perorangan ditugasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain mencatat tokoh cerita, alur cerita, latar cerita, sebab-sebabb terjadinya konflik, dan ringkasan isi cerita. Hasil pembelajaran tersebut ternyata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal.

  Hasil refleksi diperoleh data bahwa selama proses pembelajaran para siswa banyak yang mengeluh dan munculnya rasa tidak percaya diri. Mereka sangat kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Ini merupakan gambaran kegagalan proses pembelajaran.

  Demikian halnya di kelas VI SDN NO.2 Rano hasil belajar siswa perlu adanya peningkatan prestasi beajar dalam hal ini memahami isi cerita. Secara keseluruhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang merupakan hasil belajar merupakan wujud prestasi yang dicapai oleh siswa. Hal ini perlu segera ditangani dengan seksama dengan mengadakan perbaikan seperlunya karena menurut Winkel (1984) menyebutkan bahwa prestasi adalah bukti suatu keberhasilan usaha yang dicapai.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah merupakan faktor yang berasal dari diri individu yang bersangkutan, antara lain jasmani (fisik) dan rohani (psikis). Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu vang bersangkutan atau sering disebut sebagai faktor lingkungan.

  Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah : Siswa kurang motivasi dalam belajar, media pembelajaran yang kurang lengkap, penggunaaan media pembelajaran yang tidak tepat, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, kepedulian orang tua terhadap anak di rumah kurang, kurangnya melaksanakan percobaan dan demontrasi, sarana dan prasarana yang kurang mendukung serta metode pembelajaran yang kurang tepat.

  Dari permasalahan yang ada penggunaan metode pembelajaran merupakan prioritas utama yang harus diperbaiki. Karena penerapan metode yang tepat akan berdampak pada hasil belajar pada siswa. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode diskusi.

  Metode diskusi dipilih dengan pertimbanngan metode ini akan membangkitkan semangat siswa dengan cara siswa belajar dengan temannya yang merupakan tutor sebaya. Disamping itu siswa akan terbiasa berfikir kritis, kreatif dan mampu berpendapat sehingga dapat meningkatkan pemahamannya. Dengan meningkatnya pemahaman maka hasil belajar juga akan meningkat. Penerapan metode ini tentunya tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan metode yang lain, hanya prioritas tetap pada metode diskusi.

  Sebaliknya pembelajaran tanpa menggunakan metode pembelajaran vang tepat maka akan berdampak pada pemahaman siswa kesulitan dalam memahami konsep yang dipelajari. Akibatnya hasil belajar siswa mengecewakan.

  Oleh karena itu dalam pembelajaran ini menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan memperhatikan masalah diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan j udul “Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Cerita Melaui Metode Di skusi di Kelas VI SDN NO.2 Rano”.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

  Untuk memperoleh pengertian belajar secara obyektif, dan lengkap maka perlu dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli yang telah memberikan definisi tentang belajar. Menurut Purwanto(1990) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah lakuyang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Selain itu belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi karena latihan tau pengalaman.

  Gagne dan din Wahyudin (2007) berpendapat bahwa seperangkat yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengelohan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru (Margaret G. Bell). Oleh sebab itu proses belajar selalu bertahap mulai belajar malalui tanda (signal), kemudian melaui ransangan-reaksi (stimulus respon), belajar berangkai (Chining), belajar secara verbal, belajar prinsip dan belajar untuk memecahkan masalah. Hasilnya berupa kapabilitas, baik berupa sikap, ataupun pengetahuan tertentu.

  Udin S. Winataputra (2007) mengemukakan bahwa belajar tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan saja tetapi juga meliputi seluruh kemampuan siswa. Sehingga belajar memusatkan kepada tiga hal, yaitu :

  Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinva perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta ketrampilan (psikomotor).

  Kedua, perubahn itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinva dengan lingkungan.

  Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap. Perubahan yang merupakan hasil belajar relatif permanen karena diperoleh dengan cara yang wajar, lain dengan yang diperoleh secara tidak wajar misalnva obat-obatan (dopping) dapat berubah-rubah. Selanjutnya pengertian hasil menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1995) sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar individu kearah perubahan yang lebih baik atau vang lebih maju.

III. METODE PENELITIAN

  Desain atau model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitia Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam bentuk sikulus dan direncanakan dalam dua siklus jika seandainya pada siklus pertama belum mencapai ketuntasanyang dtentukan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yang mengacu pada model Kemmis dan MC Taggart (dalam Kasbullah, K.1998) yaitu rencana tindakan, Pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dilaksanakan dikelas VI SDN NO.2 Rano sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 1 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran

  2014/2015. Rencana penelitian tindakan kelas ini pada persiapan awal peneliti merencanakan kegiatan dengan menyusun Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP), penetapan waktu, cara penyajian, perangkat pembelajaran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan partisipasi siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, mencantumkan alternatif tindakan yang hendak dicapai. Data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantiatif. Dimana data kualitatif adalah peningkatan kemampuan siswa dan cara penyampaian guru dalam mengajar, dan hasil observasi siswa dan guru. Sedangkan kuantitaif adalah hasil evaluasi belajar siswa pada akhir tindakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Adapun data yang dperoleh dalam penelitian ini, yaitu berupa data hasil observasi guru, observasi kegiatan siswa, dan hasil evaluasi belajar siswa melalui penerapan metode diskusi. Hasil penelitian yang terdiri dari test awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  Kegiatan Ketuntasan Belajar Aktifitas Mengajar Aktivitas Belajar Klasikal (%) Guru siswa (%)

  • Tes Awal 15, 38 % 40 % Kurang Siklus I 33,33 % Cukup 60 % Cukup Sangat Siiklus II 100 % Sangat Baik 85,,33 % Baik Berdasarkan tabel diatas, bahwa penggunaan metode diskusi untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi memahami isi cerita sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar klasikal, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas mengajar guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 17% pada siklus I dari sebelumnya hanya 15,38% pada tes awal siswa menjadi 33,33 % pada siklus I dan aktivitas belajar belajar siswa meningkat sebesar 20% dari sebelumnya 40% hanya pada tes awal siswa menjadi 60% pada siklus I dimana masih berada dalam kategori cukup. Dan untuk ativitas guru pada tes awal
siswa yang dinilai berdasarkan 10 aspek penilaian berada dalam kategori cukup pada siklus I. Dan hal itu mengalami peningkatan pada siklus II dimana ketuntasan belajar klasikal sebesar 100% , aktivitas belajar siswa sebesar 85,33% sedangkan aktivitas mengajar guru sudah berada pada kategori sangat baik.

  Pembahasan

  Berdasarkan penelitian kurang maksimalnya aktivitas guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar sangat terlihat pada peningkatan kemampuan siswa yang dilihat pada hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan merupakan salah satu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang setelah menempuh kegiatan belajar disekolah dengan menggunakan penilaian berupa tes. Peningkatan kemampuan mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Peningkatan kemampuan dapat diamati setelah kegiatan pembelajaran selesai dilakukan.

  Berdasarkan penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan bahwa dengan menerapkan metode diskusi bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, karena bisa berani untuk berbicara, berani untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran guru seharusnya menggunakan model pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif, sehingga siswa tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembelajaran yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan pasif.

  Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II, aktivitas guru dan siswa serta hasil analisis tes akhir siklus I dan II, terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus I, aktivitas guru menunjukan bahwa guru kurang maksimal dalam mengorganisasikan siswa dalam belajar, membimbing siswa belajar dan memberikan pengarahan pada siswa. Begitu aktivitas pada siklus I dapat diketahui bahwa aspek menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, mengerjakan lembar kegiatan secara kooperatif dan membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan masih belum optimal dan perlu ditingkatkan, hasil analisis tes akhir yang peroleh pada siklus I ketuntasan klasikal mencapai 33,33% dengan nilai rata-rata siswa 60.

  Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, dapat dikatakan bahwa penelitian ini belum berhasil karena masih ada 10 orang siswa belum tuntas yang memperoleh nilai kurang dan 5 orang yang memperoleh nilai baik dengan nilai rata- rata 60%, atau mendapatkan nilai 60. Hal ini disebabkan karena siswa masih terbiasa dengan metode konvensional, yang kurang menuntut aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa yang belum optimal dalam mendiskusikan lembar kegiatan dan bekerja sama, kebanyakan siswa dalam menyimpulkan materi.

  Pada saat siswa mengerjakan lembar kegiata, guru kurang merata dalam melakukan bimbingan kepada siswa, akibatnya ada beberapa siswa yang bermain dan tidakmenyelesaikan LKS dengan serius. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru tampil dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberikan bimbingan yang merata pada semua siswa sehingga tidak ada siswa dalam diskusi yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara aktifbaik dalam mengajukan pertanyaan, berdiskusi maupun mengerjakan lembar kegiatan. Guru harus lebih memotivasi siswa agar lebih berani berbicara dan mengeluarkan pendapat serta lebih baik dalam memberikan penghargaan pada siswa dengan kinerja baik. Saat menyimpulkan materi siswa masih bingung, hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa untuk melakukannya. Untuk menghindari kesalahan tersebut pada siklus berikutnnya guru harus lebih memotivasi dan membimbing siswa untuk bisa menyimpulkan materi walaupun dengan bahasa yang sederhana. Ini semua dapatdimaklumi karena siswa jarang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi.

  Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti melanjutkan tindakan kesiklus II. Pada siklus II terlihat adanya peningkatan - peningkatan dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan pada siklus I. Hasil observasi aktivitas guru mengalami peningkatan. Pada lembar observasi guru siklus I skor yang diperoleh 37 (92,5%) dan skor yang dicapai pada siklus II sebesar 40 (100%). Dilihat dari pencapaian skor tersebut, dapat diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah maksimal. Hal ini karena ada siklus I belum terbiasa dan masih dalamm tahap penyesuaian, sedangkan pada siklus II guru sudah mulai terbiasa mengajar dan menggunakan metode pembelajaran ini sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik.

  Pada sikulus I diperoleh skor lember observasi siswa 23 (63,89%) dan pada siklus II skor yang diperoleh meningkat sebesar 40 (100%). Peningkatan tersebut dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan vang diajukan oleh guru, memperhatikan penjelasan materidan mampu menentukan hal-hal vang berhubungan dengan cerita vang disampaikan, mengerjakan lembarkegiatan secara kooperatif , dan membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan. Hal ini karena pada siklus I siswa masih dalam tahap penyesuaian, mereka belum terbiasa dengan metode pembelajaran ini, apalagi saat melakukan diskusi. Sehingga kegiatan pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Pada siklus II aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah meningkat, karena pada siklus II siswa sudah terbiasa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, memperhatikan penjelasan materi, menentukan hal-hal yang berhubungan dengan cerita vang disampaikan, mengerjakan lembar kegiatan dan menyimpulkan materi yang telah diberikan. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dari siklus I ke siklus II.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan bahwa dengan menerapkan metode diskusi bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena berani untuk berbicara, berani mengajukan dan menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran guru seharusnya metode pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif, sehingga siswa tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif, sehingga siswa tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembelajaran yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan pasif. Pelaksanaan metode diskusi kelompok yang dilakukan secara lanjut (dalam hal ini dua siklus) menambah ketrampilan guru dalam mengajar sehingga siswa lebih mampu meyerap dan memahami materi pelajaran.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan hasil belajar siswa pada siklus I dengan materi cerita memperoleh nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 33,33% dan hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi pada cerita rakyat mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai sebesar 85,33 dan ketuntasan belajar secara klasikal 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa melaui metode diskusi dapat meningkatakan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita di kelas VI SDN No.2 Rano

  Saran 1.

  Untuk melatih siswa berdiskusi, bekerjasama, terbiasa dalam menyampaikan ide dan gagasannya, serta dapat meningkatkan kemampuannya, metode yang tepat adalah metode diskusi 2. Metode diskusi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

  

DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud, (2005). Evaluasi Pendidikan. Dirjen dikdasmen, Jakarta.

  Din Wah yudin. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995). Jakarta : Balai Pustaka. Purwanto, N. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebuda yaan.

  Mulyana Sumantri dan Johan Purnama, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana. Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sri Anitah, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Winataputra, (2007). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka Winarno Surakhmad, (1978). Dasar dan tehnik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah .

  Bandung : Tarsito. Winkel, WS, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia TIM penyusun Kamus, (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Membaca Menggunakan Metode Global Bermedia Cerita Bergambar Siswa Kelas I SDN Dadaprejo 02 Batu.

1 9 25

Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Melalui Penerapan Metode Diskusi Di Kelas Vi A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan

0 5 95

Pengaruh Metode Membaca Cepat Terhadap Kemampuan Memahami Isi Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDI Al Ihsan Jakarta Barat

3 23 148

Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Penerapan Metode Kerja Kelompok di Kelas V SDN Pisangan 03

0 87 0

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Media Gambar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 1 Cimanuk Kecamatan Waylima Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011-2012

2 35 77

Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan Kunjungan Melalui Teknik Diskusi pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Sinar Semendo Talangpadang Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

0 7 55

Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Anak Melalui Teknik Discovery pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Sukarame Talangpadang Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

0 5 45

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar PAI Menggunakan Model Jigsaw Siswa Kelas VI SDN Blitar

0 1 13

Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Metode Bermain Jawaban Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III SDN 06 Kampung Baru Pariaman

0 0 9

Hasil Analisis Belajar Siswa dalam Pembelajaran Puisi Melalui Metode Latihan di Kelas III SDN Inti No. 1 Tulo

0 1 13