Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Melalui Penerapan Metode Diskusi Di Kelas Vi A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN PKN

MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI

di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda

Kebagusan Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi

S1 Kependidikan Islam dan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Junaedi

NIM. 809018300451

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Junaedi

NIM : 809018300451

Jurusan : PGMI

Alamat : Kebagusan IV Rt. 010 Rw. 04 No. 32 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Dindin Ridwanudin, M. Pd.

NIP : NIP: 197711212011011001

Jurusan/Program Studi : Kependidikan/PGMI

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, April 2012

Yang Menyatakan,

Junaedi


(4)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan disusun oleh Junaedi, NIM. 809018300451, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 22 April 2012 Yang mengesahkan,

Dindin Ridwanudin, M. Pd NIP: 197711212011011001


(5)

ABSTRAK

Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.

Kata Kunci: Pembelajaran Aktif, Pembelajaran PKn, Metode Diskusi.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: bagaimana peningkatan aktivitas siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui penerapan metode diskusi dalam pelajaran PKn. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. PTK dilakukan dalam dua siklus. Satu siklus terdiri atas tiga tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan/alternatif solusi dalam proses diskusi. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui perolehan skor nilai rata-rata yang diperoleh siswa setiap siklus baik dalam observasi maupun angket.

Dengan demikian, penerapan metode diskusi dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas siswa.


(6)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu, karena tanpa-Nya upaya apapun mustahil dapat diraih.

Menyadari akan kewajiban sebagai seorang mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir studi, maka penulis berusaha sekuat tenaga mencurahkan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh selama mengikuti pendidikan untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan empirik. Oleh karena itu, sebagai seorang guru disalah satu madrasah di bilangan Jakarta Selatan, penulis merasa penting untuk memfokuskan diri dalam penelitian tindakan kelas agar hasilnya kelak lebih bermakna dan menjadi rujukan untuk tugas mengajar selanjutnya.

Dengan terselesaikannya skripsi penelitian tindakan kelas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi terutama:

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik Rektor, Dekan FITK, Kepala Jurusan, Kepala Program Studi, Bagian Administrasi, dan lain-lain yang bekerjasama dengan Kementerian Agama mengakomodir harapan guru Madrasah untuk mengenyam pendidikan tinggi (S1),

2. Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan kesabaran membimbing dan mengarahkan,

3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan untuk bekal mengajar di sekolah,

4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan yang memberi waktu dan prioritas kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan hingga penelitian,


(7)

6. Seluruh sahabat di kampus yang ikut membantu secara moral dan material.

Semoga Allh SWT melimpahkan pahala untuk segala kebaikan yang diberikan. Amin.

Sebagai kata akhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah cukup sempurna. Oleh karenanya kritik, saran dan masukan ditampung demi perbaikan di masa-masa mendatang.

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... IV KATA PENGANTAR ... V DAFTAR ISI ... VII BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6

A. Deskripsi Teori ... 6

B. Kerangka Berpikir ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Instrumen Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Prosedur Pengolahan Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN. 40 A. Deskripsi Data ... 42

B. Analisis Data ... 45


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59 A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1

Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar para siswa/peserta didik diharapkan akan adanya perubahan perilaku. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Oleh karena itu lingkungan pendidikan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan.

Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pada prinsipnya, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan dua entitas yang membentuk satu kesatuan, ibarat suatu koin mata uang yang berisi dua sisi berbeda yang tak dapat dipisahkan. Belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan pecapaian tujuan pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, evaluasi, guru, dan siswa. Guna mencapai tujuan pembelajaran, biasanya guru memilih salah satu atau beberapa metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Pemilihan metode pembelajaran ini merupakan strategi awal untuk menentukan dan merancang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, guru sebagai tenaga pengajar mempunyai kewajiban menyampaikan materi pelajaran secara baik.


(11)

Kegiatan ini secara rutin dikerjakan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan cara atau metode.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana menentukan dan memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa secara aktif dan mandiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap metode pembelajaran memiliki implikasi strategis untuk pengembangan potensi siswa. tetapi pada umumnya para guru masih memiliki kelemahan dalam menentukan metode yang terbaik untuk dipilih dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya di kelas. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan guru harus benar-benar memperhatikan karakteristik siswa sehingga dengan metode tersebut guru mampu memancing emosi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Metode diskusi merupakan salah satu metode yang dapat menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan, dan mampu membentuk kerjasama yang baik antar guru dan siswa, antar siswa dengan siswa yang lain. Dalam hal ini tentu saja metode diskusi memudahkan siswa atau peserta didik menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan cara mendiskusikannya dengan siswa yang lain. Sebab metode diskusi, dengan sendirinya akan melahirkan keaktifan dan kerjasama kelompok yang besar manfaatnya untuk membentuk suasana kebersamaan dalam pembelajaran, khususnya di dalam kelas.

Metode diskusi merupakan suatu metode yang dapat melahirkan interaksi yang aktif antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain dan bertukar pendapat sehingga mampu membentuk suatu gagasan/ide-ide yang cemerlang dan dapat dijadikan landasan untuk memecahkan suatu masalah.

Dengan demikian, metode diskusi merupakan metode yang memiliki kedudukan yang cukup signifikan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan aplikatif dalam kelas agar tercipta suasana kelas yang penuh dengan kebersamaan, keaktifan, dan menyenangkan. Maka pelaksanaan metode pembelajaran inilah yang akan diteliti oleh peneliti di Madrasah


(12)

Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan, terutama dalam pembelajaran PKn.

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan ini telah banyak menerapkan metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode bermain peran, dan metode tanya jawab. Dari berbagai metode yang telah dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan, metode diskusi merupakan metode yang sering dilaksanakan oleh guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan khususnya guru PKn. Namun demikian, dalam pelaksanaannya banyak guru yang belum mampu melaksanakan metode diskusi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menjadikan siswa aktif, bekerjasama, saling menukar pengalaman, informasi, dan mampu memecahkan masalah. Pelaksanaan metode diskusi itulah yang masih menjadi kendala dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Hal inilah yang masih menyebabkan pembelajaran terkesan konvensional dan belum mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi perlu dilakukan penelitian dan analisa yang mendalam untuk diketahui keberhasilannya dalam membentuk siswa yang aktif, mandiri, dan memiliki kerjasama yang baik dengan guru dan antara siswa dengan siswa yang lain.

Uraian di atas merupakan gambaran betapa pentingnya menciptakan belajar siswa yang aktif dan menyenangkan. Penulis merasa tertarik untuk

melakuakan penelitian mengenai “Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan efektivitas metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode diskusi belum mampu mejadikan siswa aktif.


(13)

2. Guru belum mampu menerapkan metode diskusi dengan tepat dalam proses pembelajaran.

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka dibuat batasan masalah yaitu:

Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn.

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalahnya adalah:

Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan dalam mata pelajaran PKn?

E.TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis kepada berbagai pihak yaitu:

1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan pelaksanaan metode diskusi yang selama ini masih terjadi kontraversi.


(14)

2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi:

a. Guru PKn sebagai bahan masukan dan pedoman dalam pelaksanaan metode diskusi.

b. Siswa sebagai penerima ilmu dapat menjadikan metode diskusi ini untuk mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.

c. Sekolah sebagai umpan balik (feed back) agar terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan metode diskusi.

d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran PKn melalui metode diskusi.


(15)

6 A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Pembelajaran Aktif

Menurut Melvin L. Silberman dalam bukunya active Learning

berpendapat, What I hear, I forget. What I hear see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master. (Apa yang saya dengar, saya lupa), Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit), (apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham), (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan), (Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya).1

Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran yang di dalamnya mengandung unsur mendengar, melihat, mendiskusikan, mempraktekkan, dan mengajarkannya kepada orang lain. Sedangkan kata aktif berarti setiap orang/individu terlibat dalam interaksi yang membahas sebuah persoalan atau pembelajaran.

Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktekkan keterampilan-keterampilan, mendorong adanya

1

Silberman, Melvin L., Active Learning(terjemahan). (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Cet. 6, h. 2


(16)

pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain.

Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihar orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya.

Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang.

Aktivitas-aktivitas belajar itu menurut Syaiful Bahri Djamarah meliputi: mendengarkan, memandang, meraba, membau, mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar atau rangkuman dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, digram-diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, serta latihan atau praktek.2

Dalam kalimat bijak terungkap “Anda dapat memberitahu para peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui dengan sangat cepat. Tetapi mereka bahkan akan lebih cepat melupakan apa yang anda beritahu kepada mereka”. Ada banyak hal yang dapat diajarkan, bukan diberitahukan! Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke kepala seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Penjelasan dan peragaan oleh mereka sendiri tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Hanya belajar aktif saja yang akan mengarah kepada pengertian ini.

2


(17)

b. Inti dan Kerangka Belajar Aktif

Suatu kebutuhan manusia dalam merespon yang lain dan secara bersama-sama terlibat dalam mencapai tujuan disebut reciprocity.

Reciprocity merupakan sumber motivasi yang setiap pengajar dapat mengalirkan stimulasi untuk belajar dan keterlibatan yang diperlukan.

Reciprocity diperlukan bagi kelompok untuk mencapai tujuan, kemudian terdapat proses yang menyebabkan individu terlibat dalam belajar, mengantarkannya pada kemampuan yang diperlukan dalam menyusun kelompok.3

Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka. Mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Seringkali, peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras.

Metode mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang paling bagus untuk peserta didik sekarang. Mereka hidup di dunia di mana hal-hal terjadi secara cepat dan banyak pilihan. Objek-objek, baik yang riil maupun virtual lebih cepat. Kesempatan untuk mengubah sesuatu dari satu keadaan pada keadaan yang lain terjadi dimanapun. Agar efektif, pendidik hendaknya menggunakan hal-hal berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian), presentasi kelas dan berdebat, latihan pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi dan studi kasus.

2. Pembelajaran PKn

a. Pengertian Pembelajaran PKn

Ada banyak pengertian yang diberikan oleh ahli Pendidikan dan teori belajar terhadap arti belajar itu sendiri. Hal demikian merupakan suatu yang wajar dalam perkembangan keilmuan, karena

3

Silberman, Melvin L., Active Learning(terjemahan). (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Cet. 6, h. 9.


(18)

masing dari mereka mempunyai metode, pendekatan, dan latar belakang yang berbeda, serta lingkungan sosio-kultural yang mengitarinya juga berbeda pula. Namun diantara mereka masih terdapat titik singgung atau titik temu mengenai apa belajar itu sendiri dan juga apa hakikat dari belajar.

Menurut Muhibbin Syah, “Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif”.4

Sedangkan Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito mengartikan kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata bahasa Inggris instruction yang mempunyai pengertian lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid dikelas (ruang) formal, pembelajaran atau

instruction mencakup kegiatan belajar mengajar yang dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.5

Dalam beberapa kutipannya, Muhibbin Syah mendefinisikan makna belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. …

acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya process of acquiring responses as a result of special practice, belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Learning is a change in

organism due to experience which can affect the organism’s behavior.

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Any relatively

permanent change in an organism’s behavioral repertoire that accurs

as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h. 92.

5

Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidika: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekom. Dikbud. dan PT. RajaGrafindo, 2010), cet. 14 h. 7


(19)

organisme sebagai hasil pengalaman. The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.6

Menurut Udin Syaefudin Saud, kini mengajar lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara integrative sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.7

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran hampir sama dengan mengajar, namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar, dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Jadi pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran juga merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.

Setelah memahami definisi dari pembelajaran di atas, selanjutnya akan dipaparkan mengenai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(UU No 20/2003 pasal 1 ayat 1) menyatakan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

6

Muhibbin Syah, Psikologi... h. 91.

7

Udin Syaefudin Saud., Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010). Cet. 4 . h. 55.


(20)

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Konsep pendidikan dalam era globalisasi tidak boleh terlepas dari pendidikan nilai (afektif), begitupun dengan aspek pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomor). Pendidikan tidak sekedar terfokus pada alih pengetahuan (transfer of knowledge), namun disertai pula signifikansi alih sikap (transfer of attitude). Hal ini seiring dengan pendapat Adimihardja bahwa fungsi pendidikan yang dibangun dan dikembangkan oleh suatu Negara adalah untuk meningkatkan peradaban civilization anak bangsa, agar memiliki nilai-nilai budaya yang lebih tinggi. Melalui peningkatan peradaban, diharapkan manusia akan berprilaku lebih arif dalam memelihara keseimbangan hubungan antara sesama manusia, lingkungan di mana mereka hidup, dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.8

Konsep Dewey dalam Somantri yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim menyebutkan bahwa, perlunya rekonstruksi kewarganegaraan dengan prinsip-prinsip filsafat pendidikan, yaitu: (a) prinsip pendidikan harus mempunyai tujuan (perennialism), (b) prinsip kesinambungan pengalaman kebudayaan (essensialism), (c) prinsip bahwa proses perubahan budaya dimungkinkan oleh tindakan

intelligent reflectifve thinking, dan harus merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan proses perubahan social (progressivism),

serta (d) reconstrucsionism, proses membangun makna pendidikan.9 Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) atau Civics yang mengemban misi pendidikan demokrasi dan HAM telah banyak dilakukan pemerintah diantaranya adalah: pelajaran Civics Pendidikan Kemasyarakatan, Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum, Pendidikan Moral Pancasila, di perguruan tinggi, Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945, Pendidikan Kewiraan, dan Filsafat Pancasila.

Menurut Muhammad Numan Somantri yang kutip A. Ubaedillah dan Abdul Rozak “bahwa Civic sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan: (a) manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi [organisasi social, ekonomi, politik]; (b) individu-individu dengan negara. Dan

8

Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. h. 10.

9


(21)

Edmonson menyatakan bahwa makna Civics selalu didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang terkait dengan kewajiban, hak, dan hak-hak istimewa warga Negara”.10

Sedang Azyumardi Azra yang dikutip A. Ubaedillah dan Abdul Rozak mengemukakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal, seperti pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga Negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga Negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi public dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif dan sebagainya.11

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang di dalamnya memuat berbagai nilai dan norma sendi-sendi kehidupan universal manusia baik individu, kelompok, bahkan masyarakat secara umum terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.

Dan konsep pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan nilai, sikapnya, serta keterampilannya.

Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Menurut Sikun Pribadi yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim berpendapat, “mendidik yaitu suatu usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lain. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Melatih merupakan suatu usaha untuk memberi sejumlah keterampilan tertentu, yang dilaksanakan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak”.12

10

A. Ubaedillah & Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).

(Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2008). Cet. 3. h. 5.

11

A. Ubaedillah & Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 7.

12


(22)

Lebih dasar dari pengertian PKn secara umum, maka pembelajaran PKn di tingkat sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP.

Dan jika dilihat dari fungsinya, mata pelajaran PKn memiliki tiga misi besar. Pertama, misi conservation education, yakni, mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila. Kedua, social and moral development, yakni, mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur. Dan ketiga, fungsi socio-civic development, yakni membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio cultural, usia, dan suku bangsa,untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

Materi kewarganegaraan bertujuan mengembangkan kemampuan sebagai berikut:

- Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

- Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

- Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.


(23)

- Berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung , dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.13

b. Tujuan Pembelajaran PKn

Setiap kegiatan belajar-mengajar, apapun materinya selalu memiliki sasaran (target). Sasaran yang juga lazim disebut tujuan itu pada umumnya tertulis. Akan tetapi, ada juga sasaran yang tak tertulis dan dikenal dengan objective in mind.

Sasaran yang dituju oleh kegiatan belajar mengajar bersifat bertahap dan meliputi beberapa jenjang yang konkret dan langsung dapat dilihat dan dirasakan sampai yang bersifat nasional dan universal. Ditinjau dari sudut waktu pencapaiannya, sasaran KBM dapat dikategorikan dalam tiga macam.

1. Sasaran-sasaran jangka pendek, seperti TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus).

2. Sasaran-sasaran jangka menengah, seperti tujuan pendidikan dasar, yakni untuk mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah.

3. Sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan nasional.

Tujuan khas yang menjadi tanggung jawab guru sekolah adalah tujuan instruksional dan tujuan kurikuler.

Sedangkan tujuan pedidikan secara nasional sebagaimana telah dijabarkan dalam undang-udang dan peraturan menteri sebagai berikut:

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional menyatakan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengermbangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

13


(24)

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.14

Keputusan tentang tujuan pendidikan diambil pada berbagai tingkatan. Tujuan pendidikan nasional biasanya ditentukan oleh instansi tertinggi dalam pemerintahan yaitu parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat karena bertalian dengan sifat warga negara yang diinginkan untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara.Tujuan kurikulum yang bersifat umum dapat merupakan wewenang kementerian pendidikan dan pengajaran beserta aparatnya. Dalam usaha itu dapat diminta bantuan para ahli dalam bidang pendidikan dan ahli-ahli dalam tiap disiplin ilmu.Tujuan yang spesifik biasanya dipercayakan kepada guru dalam mempersiapkan tiap pelajaran yang akan diberikannya. Ada kemungkinan guru itu juga melibatkan orang tua atau murid-murid walaupun belum merupakan kelaziman di sekolah kita. Tentu saja tujuan pada tingkat rendah tidak boleh bertentangan dengan tujuan yang lebih tinggi, bahkan harus memberikan sumbangan untuk merealisasikannya. Penentuan tujuan kurikulum menurut nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat berrkenaan dengan asas filosofis dalam pengembangan kurikulum.15

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 4 Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan: Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.16

Bagi tingkat dasar, guru sebagai pedidik memiliki wewenang untuk merancang tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran tersebut sebenarnya tercermin dalam indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya. Di samping itu, indikator sebagai tujuan yang disusun mengacu pada kurikulum yang menjadi pedomannya.

14

Abd. Rozak., Fauzan., H. Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang Pendidikan. (Jakarta: FITK Press, 2010), h. 6.

15

S. Nasution., Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990). Cet. 3. h. 48.

16


(25)

3. Metode Diskusi

a. Pengertian Metode Diskusi

Muhibbin Syah mendefinisikan metode diskusi sebagai berikut: Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).

Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.17

Menurut Masitoh, “Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama”.18

Sedangkan Abdul Majid berpendapat bahwa “Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya”.19

Heris Hermawan menyatakan bahwa “Metode diskusi yaitu suatu

cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan dan menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu

masalah”.20

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem

17

Muhibbin Syah, Psikologi... h. 205.

18

Masitoh, Strategi Pembelajaran,(Jakarta: Ditjend. Pendidikan Islam Depag. RI., 2009), h. 118.

19

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, ((Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 7, h. 141.

20

A. Heris Hermawan., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Ditjen. Pendais. 2009). h. 259.


(26)

kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus

dikuasai secara mendalam”.21

Sedangkan menurut H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As.

Yusuf, “Metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari

bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tigkah

laku murid”.22

Oleh karena itu dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi yaitu salah satu cara atau teknik belajar yang di dalamnya mengandung proses interaksi antara dua orang atau lebih yang dilakukan seorang guru dalam menyelesaikan masalah dan mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal sehingga menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar.

Menurut Muhibbin Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:

1) Mendorong siswa berpikir kritis;

2) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas; 3) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk

memecahkan masalah bersama;

4) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.23

Dan karakteristik dalam metode diskusi menurut Masitoh & Laksmi Dewi adalah:

1) Bahan pelajaran dengan topik permasalahan/persoalan. 2) Adanya pembentukan kelompok.

3) Ada yang mengatur pembicaraan. 4) Aktivitas siswa berpendapat.

21

Syaiful Bahri Djamarah., Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000). h. 198.

22

H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Surabaya: Usaha Nasional, 1983). h. 89.

23


(27)

5) Mengarah pada suatu kesimpulan/pendapat bersama. 6) Guru lebih berperan sebagai pembimbing/motivator. 7) Siswa sebagai objek dan subjek dalam pembelajaran. 8) Melatih sistematika dan logika berpikir.

9) Melatih bahasa lisan.24

Di dalam metode diskusi juga mengandung pengalaman belajar bagi siswa,

1) Pemahaman terhadap persoalan.

2) Belajar bersama (cooperative learning).

3) Pemahaman pendapat oramg lain. 4) Pembentukan rasa solidaritas.

5) Pemahaman terhadap pengambilan keputusan. 6) Menerapkan cara penyelesaian persoalan. 7) Menerapkan cara menyampaikan pendapat.25

Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf berpendapat metode diskusi dapat dipergunakan:

1) Apabila ada soal-soal (masalah) yang sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada murid-murid.

2) Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama mengenai sesuatu masalah.

3) Untuk menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain.

4) Untuk membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain, sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri; membiasakan sikap terbuka/toleran.26

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan siswa sebagai objek dan subjek dalam metode diskusi akan menjadikan mereka lebih percaya diri, termotivasi untuk mampu menuangkan gagasan, fleksibel dalam pergaulan, dan dapat mengendalikan diri, serta berpikir realistis, dan toleran.

Menurut Masitoh & Laksmi, kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan diskusi diantarnya adalah:

24

Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118.

25

Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118.

26


(28)

1) Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2) Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan. 3) Mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan

permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa. 4) Mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi. 5) Menguasai permasalahan yang didiskusikan.27

Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang pelaksanaan diskusi diantaranya adalah:

1) Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi. 2) Mampu melaksanakan diskusi.

3) Mampu belajar secara bersama.

4) Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide. 5) Mampu memahami pedapat orang lain.28

Saran-saran pelaksanaan diskusi sebagai berikut: 1) Hendaknya diusahakan agar supaya setiap murid mendapat giliran berbicara dan menyatakan pendapatnya. 2) Hendaknya setiap murid belajar mendengarkan pendapat orang lain.29

Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa ketika pelaksanaan diskusi akan dijalankan, maka menjadi keharusan bagi guru sebagai pelaksana untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar proses diskusi berjalan dengan dinamis dan antusias yang tinggi. Begitu pula bagi peserta, dalam hal ini para siswa, mereka pun harus mempersiapkan diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya untuk larut dan aktif di dalam perdebatan diskusi yang akan terjadi nantinya.

Setiap metode pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, demikian pula dengan metode diskusi.

Kelebihan/keunggulan metode diskusi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah:

27

Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118.

28

Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118.

29


(29)

1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja). 2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan sikap toleran.

Adapun kekurangannya adalah:

1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. 3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.30 Sedangkan segi positifnya adalah:

1) Suasana kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengarahkan perhatian/pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi anak dalam metode ini lebih baik. 2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti:

toleransi, demokratis, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.

3) Kesimpulan hasil diskusi mudah difahami anak, karena anak-anak mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.

4) Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.

Segi negatifnya:

1) Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.

2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.31

Menurut Masitoh & Laksmi, Keunggulan metode diskusi: 1) Siswa bertukar pikiran.

2) Siswa dapat menghayati permasalahan. 3) Merangsang siswa untuk berpendapat.

4) Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab/solidaritas.

30

Syaiful Bahri Djamarah., Guru dan... h. 199.

31


(30)

5) Membina kemampuan berbicara.

6) Siswa belajar memahami pikiran orang lain. 7) Memberikan kesempatan belajar.

Kelemahan:

1) Relatif waktu yang banyak.

2) Apabila siswa tidak memahami kosep dasar, diskusi tidak efektif.

3) Terdapat perbedaan kemampuan perbendaharaan bahasa.

4) Apabila guru tidak dapat membimbing diskusi tidak efektif.32

Jika ditarik kesimpulan dari pendapat tersebut bahwa kelebihan dari metode diskusi bagi siswa dapat menumbuhkan sifat bijak, kritis, toleran, memiliki pandangan yang luas terhadap sebuah persoalan, dan bisa menghargai orang lain.

Sedangkan disisi lain bila ditinjau dari segi negatifnya siswa yang pendiam akan cenderung kesulitan dalam berinteraksi dan minim informasi yang semestinya didapatkan dari guru.

b. Tujuan Diskusi

Menurut Mulyani Sumantri sebagaimana dikutip Abdul Majid, metode diskusi bertujuan untuk: 1) melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan bahasan; 2) melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; 3) megembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif; 4) mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pedapat; 5) mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial; dan 6) melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah.33

Menururt Muhibbin, “Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi

32

Masitoh.... h. 118.

33


(31)

(rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam

(reflective thinking)”.34

Menurut H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf,

“Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak

kemungkinan-kemungkinan jawaban”.35

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari metode diskusi itu adalah cukup potensial untuk menggali potensi yang ada pada diri siswa, membantu siswa berpikir secara kritis dan juga untuk mengembangkan motivasi belajar.

c. Jenis-jenis Diskusi

Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya, Muhibbin Syah menggolongkan diskusi menjadi empat macam:

1) Diskusi Informal. Biasanya hanya kelompok-kelompok kecil yang salah seorang diantaranya tampil sebagai pemimpin tanpa pembantu atau wakil.

2) Diskusi Formal. Dua diantara peserta dipilih atau ditunjuk sebagai pemimpin dan wakilnya.

3) Diskusi Panel. Kata “panel” sendiri berarti kelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara. Tugas utama mereka ini menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta.

4) Diskusi Simposium. Agenda masalah dalam simposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya lebih). Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu aspek dari topik yang sama tersebut.36

34

Muhibbin.... h. 205.

35

H. Zuhairini... h. 89.

36


(32)

Sedangkan ditinjau dari sudut pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi menjadi dua:

1. Pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru).

Peran guru:

1) Indikator, yakni yang menampilkan agenda masalah sebagai topik diskusi.

2) Direktur, yang mengarahkan pembicaraan.

3) Moderator, yang berwenang mengatur lalu lutas pembicaraan. 4) Evaluator, penilai kemajuan dan partisipasi para partisipan.

Peran siswa (partisipan):

1) Kontributor, penyumbang saran dan pemikiran

2) Evaluator, penilai taraf keberhasilan upaya pemecahan masalah.

2. Pola diskusi student centrality (terpusat pada siswa).

Peran guru:

1) Indikator;

2) Konsultan (penasehat);

3) Encourager (pendorong semangat);

4) Observer dan Evaluator (peninjau dan penilai partisipan).

Peran siswa (partisipan):

1) Moderator; 2) Kontributor;

3) Encourager; 4) Evaluator.37

Pelaksanaan diskusi menurut H. Zuhairin, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf dapat dengan:

1. Diskusi kelas (class discussion)

langsung dipimpin oleh guru, dengan melontarkan bahan pokok bahasan diskusi kepada semua anak, dan setiap anak diharapkan partisipasinya untuk memecahkannya bersama-sama.

2. Diskusi kelompok (small group discussion)

Dengan jalan membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan beberapa pokok bahasan diskusi yang berbeda-beda. Tahap pertama pokok bahasan tersebut didiskusikan dalam

37


(33)

kelompok masing-masing, yang kemudian tahap terakhir dikemukakan dalam diskusi kelas.38

Dari beberapa jenis diskusi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis diskusi pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam jenis formal dan informal. Di mana diskusi formal adalah jenis diskusi yang terkait dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan juga semua anggota kelompok diskusi dapat ikut aktif dengan catatan setelah terlebih dahulu diberi waktu oleh pimpinan diskusi.

Sedangkan diskusi dalam jenis informal adalah jenis diskusi yang tidak terlalu terikat dengan peraturan-peraturan yang ada, semua anggota kelompok diskusi juga ikut aktif tanpa harus diberi waktu terlebih dahulu oleh pimpinan diskusi.

Jenis apapun diskusi yang digunakan, dalam pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar:

1) Siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi.

2) Siswa mampu melaksanakan diskusi. 3) Siswa mampu belajar secara bersama.

4) Siswa mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide. 5) Siswa mampu memahami pendapat orang lain.39

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah dan mendorong siswa untuk dapat meningkatkan cara berpikir ilmiah dan mengembangkan pengetahuannya yang mengutamakan kelompok dibandingkan individual.

d. Langkah Langkah Pelaksanaan Diskusi

1. Langkah perencanaan

38

H. Zuhairin... h. 92.

39


(34)

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, diskusi yang baik dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin dan intim. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:

1) Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Yang harus diperhatikan: (1) minat anak didik; (2) kemampuan anak didik; (3) bermakna.

2) Dapat memastikan bahwa guru dan anak didik telah memiliki latar belakang informasi untuk mendiskusikan topik secara baik.

3) Diskusi dipersiapkan secara baik; nara sumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi. 4) Ditetapkan besarnya kelompok.

5) Pengaturan tempat duduk.40

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan persiapan diskusi dapat dilakukan dengan langkah mempersiapkan topik masalah, kesiapan siswa, nara sumber, dan pengaturan tempat duduk agar ketika diskusi dilaksanakan dapat berjalan dengan baik, tertib dan tercapai tujuan yang diharapkan.

2. Pelaksanaan diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:

a) Pemusatan perhatian; b) Mengklasifikasi masalah;

c) Menganalisis pandangan anak didik; d) Meningkatkan kontribusi;

e) Membagi partisipasi.41

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan pelaksanaan diskusi yag berhasil dapat dilakukan dengan perhatian yang baik, memberi informasi penjelas, melokalisasi pandangan, dan memberi kesempatan yang sama dalam sumbangan pemikiran/berpendapat.

3. Menutup Diskusi

40

Syaiful... h. 160.

41


(35)

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hendaklah dilakukan sebagai berikut:

1) Merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal yang penting, atau dengan formulasi yang dimiliki siswa, atau dengan menarik kesimpulan.

2) Menyebutkan kerja tidak lanjut.

3) Mengevaluasi hasil atau proses diskusi.42

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan menutup diskusi dapat dilakukan dengan merangkum hasil diskusi, menarik kesimpulan, dan mengevaluasi agar hasil diskusi yang dicapai berhasil dengan efektif.

e. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Menurut Syaiful Bahri Djamarah keterampilan membimbing diskusi yaitu:

1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. 2) Mengklasifikasi masalah.

3) Menganalisis pandangan siswa. 4) Meningkatkan kontribusi. 5) Membagi partisipasi. 6) Menutup diskusi.

7) Hal-hal yang perlu diperhatikan.43

Dari beberapa komponen keterampilan yang harus dimiliki guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil dapat disimpulkan, pertama memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi hal ini dapat dilakukan dengan merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi, kemukakan masalah-masalah khusus, catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan, rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi. Kedua mengklasifikasi masalah dapat dilakukan dengan menyusun kembali atau merangkum sumbangan

42

Syaiful... h. 160.

43


(36)

pikiran siswa yang agak membingungkan sehingga menjadi jelas, menggunakan pertanyaan melacak terhadap komentar siswa sehingga membantu kelompok mengklasifikasikan masalah, menguraikan sumbangan pemikiran siswa dengan jalan memberi informasi atau contoh yang sesuai sehinngga memperjelas pemahaman.

Ketiga menganalisis pandangan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru melokalisasi pendapat yang disetujui maupun yang tidak disetujui, dan mencari alasan mengapa peserta sampai pada pandangan seperti itu, ini berguna untuk mengeksplorasi nilai-nilai yang memberi harapan untuk membuat keputusan atau sampai pada konsensus (kesepakatan).

Keempat meningkatkan kontribusi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan diskusi, menggunakan stimulasi berupa contoh-contoh verbal maupun nonverbal, memancing dengan membuat komentar bertentangan (kontroversi), menunggu dengan tenang, tetapi juga mengharapkan sumbangan pikiran siswa daripada hanya mengisi dengan pembicaraan yang asal bicara, memberi dukungan terhadap sumbangan pikiran siswa dengan mendengarkan penuh perhatian, pemberian komentar positif, dengan gerak badan, dan secara akrab.

Kelima membagi partisipasi dengan cara hati-hati meminta pandangan siswa yang kurang berpartisipasi tanpa harus memalukan atau tanpa mengejek, mencegah kegaduhan sehingga pembicaraan seseorang dapat didengar oleh semua anggota, mencegah siswa yang yang cenderung memonopoli diskusi, meminta persetujuan sementara untuk tidak menemui jalan buntu dan memperluas wawasan, meningkatkan pemberian komentar siswa terhadap pendapat siswa lainnya sehingga interaksi dapat ditampilkan.


(37)

Keenam menutup diskusi. Hal ini menyangkut soal merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal yang penting, atau dengan formulasi yang dimiliki siswa, atau dengan mearik kesimpulan, memberikan topik diskusi berikutnya, atau menyebutkan kerja tindak lanjut untuk kelompok, guru melibatkan diri dalam mengevaluasi hasil atau proses diskusi kelompok kecil.

Dan ketujuh hal-hal yang perlu diperhatikan, hendaknya guru tidak mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan, membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan pembicaraan yang tidak relevan, membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi, tidak memperjelas atau mendukung kemampuan pikir siswa dan gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

B.Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori maka peneliti berasumsi bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya pendidik mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam proses pembelajaran seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang akan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peneliti memilih salah satu metode yaitu metode diskusi.

Metode diskusi merupakan salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat dan saling tukar menukar pengalaman serta kerjasama antar siswa sehingga mampu memecahkan suatu masalah. Selain itu dengan metode diskusi siswa diharapkan mampu belajar mandiri, aktif, dan menyenangkan.


(38)

Tujuan dari metode diskusi adalah agar siswa belajar berpartisipasi dalam memecahkan suatu masalah bersama. Ciri-ciri metode diskusi itu dapat mempertinggi partisipasi siswa secara idividual, memperluas pandangan, mengembangkan kepemimpinan, dan siswa dapat berpikir aktif.

Tujuan: Metode diskusi Ciri-ciri metode diskusi:

Proses Pembelajaran

Siswa Aktif

Gambar 2.1. kerangka berpikir

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti berasumsi bahwa diduga metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan terhadap mata pelajaran PKn.


(39)

30

Fokus penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui secara mendalam proses bembelajaran siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui metode diskusi pada mata pelajaran PKn. Sasaran yang ingin dicapai adalah sejauhmana keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut. Maka dalam hal ini jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang biasa dikenal dengan Classroom Action Reasearch (CAR).

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.44

Karena Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas, menjadi sangat relevan jika dilakukan peneliti yang juga merupakan guru di sekolah tersebut.

B. Subjek Penelitian

Penelitian tentang peningkatan aktifitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn melalui metode diskusi ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI A sebanyak 36 orang yang terdiri dari 19 putera dan 17 puteri. Sedangkan mengenai waktu pelaksanaan PTK ini adalah bulan Maret 2012.

44

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara., 2009), h. 3.


(40)

C. Instrumen Penelitian

Mengacu pada judul yang dikemukakan di atas, maka instrumen yang paling tepat digunakan dalam PTK ini adalah observasi dan penyebaran angket.

Pada tahap observasi, peneliti melakukan pengamatan dengan seksama terhadap pelaksanakan metode diskusi di kelas untuk mengetahui sejauhmana efektifitas pembelajaran dilaksanakan dengan metode tersebut hingga pada saat teridentifikasi suatu masalah/kendala dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya.

Sedangkan angket yang berisi butir-butir pertanyaan/kuisioner yang disebarkan kepada siswa untuk diisi merupakan bagian/komponen yang dapat menjelaskan, menggambarkan dan atau membanding dari proses observasi yang dilakukan. Oleh karena itu, dengan kedua instrumen tersebut dapat teridentifikasi hal-hal yang akan di PTK kan.

D. Prosedur Penelitian

Dalam PTK ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari empat tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa persiapan awal yaitu:

a. Mengajukan proposal sekaligus judul penelitian yang ditujukan kepada kepala program Peningkatan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Konsultasi kepada dosen pembimbing yang sudah ditentukan secara terstruktur oleh kepala program.

c. Menyusun kisi-kisi instumen penelitian.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). e. Konsultasi kepada dosen pembimbing.


(41)

g. Konsultasi kepada kepala sekolah. h. Melaksanakan penelitian.

i. Konsultasi kepada dosen pembimbing. j. Membuat laporan penelitian (skripsi).

2. Tindakan (action)

Tahapan kedua ini merupakan pelaksanaan atau implementasi dari isi rancangan yang telah disusun yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi yang di desain sebagai berikut:

Alteratif pelaksanaan Permasalahan pemecahan tindakan I

S i k l u s I

Refleksi I analisis data observasi I

Alternatif pemecahan pelaksanaan Belum (rencana tindakan) tindakan II

S i k l u s II

Refleksi II analisis data observasi II


(42)

Adapun tindakan yang akan dilakukan dalam kedua siklus tersebut adalah sebagai berikut:

NO.

1.

TAHAPAN

Perencanaan Ide

Temuan awal

Diagnosa

KEGIATAN

Peningkatan aktivitas pembelajaran siswa pada mata pelajaran PKn

 Observasi pembelajaran sehari-hari a. Mengamati kegiatan belajar

mengajar PKn di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan. b. Kurang aktifnya siswa dalam

kegiatan pembelajaran PKn.

Aktivitas siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode diskusi

Ssiklus I

Perencanaan 1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran PKn dengan metode diskusi.

2. Mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai tata cara diskusi.

3. Membentuk kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor, mengatur tempat duduk, dan lain-lain


(43)

2. Tindakan

3. Pengamatan

4. Refleksi

1. Siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, dan guru berkeliling mejaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif.

2. Siswa mencatat hasil diskusi.

3. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tersebut. 4. Guru memberikan penjelasan

tambahan terhadap laporan-laporan tersebut.

5. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi

Memantau atau mengamati jalannya proses diskusi, mengisi lembar observasi.

a. Mengumpulkan catatan pengamatan dan hasil observasi serta melakukan analisis.

b. Menemukan dan menyimpulkan hasil sementara.

c. Merencanakan siklus II dan memperbaiki kelemahan yang ditemukan pada siklus I dan memberi alternatif solusi.


(44)

Siklus II dan seterusnya

Penyusunan Laporan Penelitian

Tabel 3.2. Intervensi Tindakan

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan seiring dilaksanakannya tindakan di kelas yang menjadi fokus dari penelitian ini. Di dalam pengamatan ini peneliti selain mengamati jalannya proses pembelajaran dalam tindakan juga melengkapi diri dengan perangkat pendukung pengamatan seperti mengisi lembar observasi, kamera, catatan lapangan, dan lain-lain.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahapan ini, data dan semua dokumen yang diperoleh dari hasil penelitian pada siklus I dianalisis untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II.

Sedangkan refleksi yang dilakukan pada siklus II merupakan kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian yang dilaksanakan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan penelitian.

E. Teknik atau Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pengamatan berperanserta lengkap, pemeranserta sebagai pengamat, pengamat sebagai pemeranserta, dan dokumentasi.

1. Pengamatan Berperanserta (participant observation)

Pengamat/peneliti dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati untuk memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkan, termasuk yang paling rahasia.


(45)

2. Pemeranserta Sebagai Pengamat

Pengamat/peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Pengamat sebagai anggota pura-pura jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya.

3. Pengamat Sebagai Pemeranserta

Pengamat secara terbuka diketahui oleh peserta dan segala macam informasi mudah diperoleh.

4. Dokumentasi

Data dalam PTK ini diperoleh dari proses pelaksanaan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui observasi, pengamatan langsung, dan penyebaran angket.

F. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah dilaksanakan tindakan yang menjadi fokus PTK dengan dua siklus. Siklus I untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan metode yang digunakan. Setelah diketahui hasilnya, maka dilanjutkan pada siklus II yang memberikan alteratif solusi di dalamnya.

Di dalam melaksanakan tindakan yang dibagi menjadi dua siklus tersebut, observasi dan penyebaran angket mejadi alat utama yang memiliki fungsi strategis untuk dapat mengidentifikasi masalah. Oleh karenanya dari hasil observasi dan angket yang dikumpulkan maka akan dapat dideskripsikan berhasil atau tidaknya metode yang ditawarkan.

c. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,


(46)

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.45

Adapun alasan digunakannya observasi karena pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung sehingga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

Pedoman Observasi Praktik Diskusi

A B C D E

1 Tahap persiapan:

a. perhatian terhadap penjelasan guru b. pemahaman terhadap tujuan

c. pemahaman terhadap pokok masalah 2 Tahap pelaksanaan:

a. mengemukakan pendapat b. mencatat hasil diskusi

c. mempresentasikan hasil diskusi d. Kejelasan bahasa

3 Tahap kulminasi:

a. membuat rangkuman

b. berpendapat sebagai umpan balik c. memberi penilaian

Aspek-aspek yang diobservasi Skala nilai %

No.

Keterangan:

Bobot Nilai

A = 5; sangat baik

45

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosda, 2010), cet. 2, h. 153.


(47)

B = 4; baik

C = 3; cukup baik

D = 2; kurang

E = 1; sangat kurang

Tabel 3.3. Pedoman Observasi

d. Angket

Angket memiliki kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan.

Digunakannya angket dalam PTK ini karena 1) responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin 2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen 3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.46

Angket

Berilah tanda centang (√ ) pada kolom SS, S, TT, TS, dan STS Dari pernyataan di bawah ini yang kamu anggap sesuai!

Nama siswa :

Kelas : VI A.

No. Pernyataan SS S TT TS STS

1. Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran PKn.

46


(48)

2. Saya menyukai pelajaran PKn. 3. Saya menyukai guru PKn mengajar

4. Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn 5. Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi 6. Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah 7. Saya harus mengajukan pendapat pada saat

diskusi

8. Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi 9. Saya selalu siap menjadi ketua diskusi 10. Saya tidak ingin hanya menjadi anggota saja

dalam diskusi

Keterangan:

SS : Sangat Setuju : poin 5

S : Setuju : poin 4

TT : Tidak Setuju : poin 3

TS : Tidak Setuju : poin 2

STS : Sangat Tidak Setuju : poin 1


(49)

40 Gambaran Umum Objek PTK

Profil Madrasah

Madrasah tempat dilaksanakannya penelitian/PTK oleh penulis adalah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda uang beralamat di Jalan Kebagusan IV Rt. 010/04 No. 88 Kelurahan Kebagusan Kecamatan Minggu Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta dengan nomor telepon 021-78836348, nomor statistik 111231740059 dan terakreditasi A, bernomor pokok wajib pajak 01.546428.2-07.000. Kepala madrasah bernama Amir Machmud, S.Ag. Madrasah tersebut berada di bawah Yayasan Yapinda dengan nomor telepon 021-7829401. Madrasah seluas 985 M2 itu berdiri di atas tanah wakaf seluas 1285 M2.

Data Siswa

Data terakhir/tahun pelajaran (2011/2012) siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan berjumlah empat ratus empat puluh delapan terdiri atas: - siswa kelas 1 sebanyak 89 dibagi menjadi dua kelas.

- siswa kelas 2 sebanyak 85 dibagi menjadi tiga kelas. - siswa kelas 3 sebanyak 52 dibagi menjadi dua kelas. - siswa kelas 4 sebanyak 89 dibagi menjadi tiga kelas. - siswa kelas 5 sebanyak 81 dibagi menjadi tiga kelas. - siswa kelas 6 sebanyak 72 dibagi menjadi tiga kelas.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan terdiri dari:

6 unit ruang belajar. 1 unit perpustakaan.

1 unit ruang laboratorium IPA. 1 unit ruang pimpinan.


(50)

1 unit ruang guru. 1 unit mushalla. 1 unit ruang UKS. 2 unit jamban/toilet 1 unit gudang.

1 unit lapangan olah raga.

Tenaga Pendidik dan Kependidikan

3 orang guru PNS yang diperbantukan. 19 orang guru tetap yayasan.

1 orang tata usaha

Data Guru

Jumlah seluruh guru yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan sebanyak 22 orang dan 1 orang tata usaha, mereka adalah:

1. Amir Machmud, S.Ag. Kepala Madrasah 2. Abdurrahman, S.Ag. wakil Kepala Madrasah 3. Sarimah, S.Pd.I.

4. Adriansyah 5. Wangnih, S.Pd. 6. Atmawati, S.Ag. 7. H. Rizal Ibrahim, S.Pd. 8. Junaedi

9. Mutiah, S.Ag. 10.Saidah Arpah, S.Ag. 11.Mansuroh, S.Ag. 12.Nurjanah, S.Ag. 13.Charirioh, S.Ag. 14.Anita, S.Ag.

15.Hj. Nasyuroh, S.Ag. 16.Rini Wuryandari, S.Ag.


(51)

17.Linah, S.Ag.

18.H. Imam Saparuddin, S.Sos.I. 19.Acep, S.Pd.

20.Siti Najah, S.Ag. 21.Ina Nopiana, S.Pd. 22.Nurlaela

23.Elsa Safitri. Tata Usaha.

A. Deskripsi Data

1. Intervensi Tindakan

A. Perencanaan

a. Pelaksanaan metode diskusi.

Diskusi merupakan proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna menampung pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.

b. Mengemukakan masalah dan memberi penjelasan seperlunya. Dalam hal mengemukakan masalah, setiap kelompok diminta untuk membuka, membaca, dan memahami isi bab empat buku PKn kelas enam yaitu tentang Peran Indonesia di Dunia Internasional. Sedangkan dalam hal memberi pejelasan, peneliti mengemukakan tata cara pelaksanaan diskusi yang akan dilaksanakan.

c. Membentuk kelompok, memilih pemimpin, mengatur tempat duduk. Setelah menjelaskan tata cara diskusi, peneliti membentuk kelompok diskusi dengan pengklasifikasian pembagian anggota berdasarkan tingkat pengetahuan yang sesuai. Artinya, siswa yang dianggap lebih pandai dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian


(52)

diikuti dengan memasukkan siswa yang dianggap kurang pandai ke dalam bagiannya. Setelah mereka berkumpul di dalam kelompok masing-masing, peneliti meminta untuk memilih ketua, sekretaris, dan pelapor. Usai proses pemilihan pimpinan diskusi oleh anggota kelompok masing-masing, peneliti dibantu siswa mengatur tempat duduk yang diformulasikan saling berhadap-hadapan dengan bentuk persegi empat dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 6 orang.

B. Tindakan

a. Siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing dengan fokus masalah yang diambil dari sub-sub bab empat buku PKn kelas enam yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti berkeliling menjaga ketertiban proses diskusi yang sedang berlangsung dengan cara mengingatkan setiap anggota kelompok tetap fokus pada pokok masalah, memberi bantuan yang diperlukan bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami fokus masalah yang dibahasnya, dan memotivasi setiap anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya diskusi dengan memberi masukan atau pendapat.

b. Siswa mencatat hasil diskusi. Dalam penjelasan umum di awal, peneliti mengungkapkan bahwa semua anggota diskusi harus mencatat hasil yang dicapai pada saat pelaksanaan diskusi, poin-poin apa saja yang penting karena hasil tersebut akan dipresentasikan di depan kelas dan harus siap menjawab pertanyaan dari kelompok lain.

c. Melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa setiap kelompok harus melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Pada tahap ini semua ketua kelompok yang ditunjuk oleh anggotanya melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi di kelompoknya masing-masing di depan kelas. Dari rangkaian


(53)

kegiatan diskusi yang dilakukan hal ini merupakan momentum atau peristiwa yang paling menarik, karena hampir seluruh siswa terlibat aktif mengajukan pertanyaan terhadap kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya.

d. Guru memberikan penjelasan tambahan terhadap laporan hasil diskusi siswa. Pada tahap ini peneliti menjelaskan pokok masalah yang dibahas oleh setiap kelompok sebagai tambahan dan penguatan sehingga seluruh anggota atau siswa merasa puas terhadap seluruh jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan. e. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi. Sebagai tahap akhir

dari pelaksanaan sebuah diskusi adalah membuat kesimpulan. Dalam hal ini peneliti merangkum seluruh kegiatan diskusi yang dilaksanakan semua kelompok menjadi sebuah kesimpulan yang dapat mewakili segala pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang disampaikan siswa dalam proses diskusi yang berlangsung yang pada dasarnya merupakan intisari dari bab empat buku PKn kelas enam yang dipelajari.

C. Pengamatan

Dalam proses pengamatan, peneliti memantau dan

mengamati pelaksanaan diskusi yang dilakukan seluruh kelompok dengan seksama. Tidak hanya mengamati, peneliti juga membekali diri dengan lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan yang telah dipersiapkan untuk diisi dan dicatat mengenai segala peristiwa yang terjadi dalam proses diskusi tersebut. Lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan dibutuhkan untuk mengungkapkan temuan dan menghindari kealpaan jika hanya mengandalkan kemampuan melihat dan mendengar semata pada saat pendeskripsian dilakukan. Jadi, lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan mutlak peneliti butuhkan untuk bahan kajian.


(54)

D. Refleksi

a. Mengumpulkan catatan pengamatan, angket, dan lembar hasil observasi kemudian menganalisisnya. Seluruh catatan pengamatan, angket, dan isian lembar observasi terhadap pristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses diskusi dilaksanakan dikumpulkan. Setelah terkumpul, seluruh komponen yang terkait dengan proses pengamatan pelaksanaan diskusi selanjutnya dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya metode diskusi yang diterapkan (lihat analisis data).

b. Menemukan dan menyimpulkan hasil sementara. Setelah dikumpulkan catatan penelitian, angket, dan lembar isian observasi kemudian dilakukan analisis, maka ditemukan hasil. Dari hasil yang didapatkan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah yang harus dilakukan pada kegiatan atau siklus berikutnya. c. Merencanakan siklus II, memperbaiki kelemahan yang ada pada siklus I dan memberi alternatif solusi. Dari hasil sementara yang didapat dari proses analisis data pada siklus I, peneliti mengambil langkah-langkah berikutnya kemudian diformulasikan dalam pelaksanaan siklus II. Adapun langkah yang diambil sebagai alternatif solusi untuk perbaikan pada siklus II adalah menjelaskan lebih rinci lagi, memberikan nilai kepada siswa yang aktif dengan cara terbuka, memotivasi, dan memberikan reward bagi yang dianggap terbaik.

B. Analisis Data

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa data yang diperoleh dari pelaksanaan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan terdiri atas tiga sumber yaitu: 1) observasi, 2) angket, dan 3) catatan pengamatan.


(55)

Dari hasil observasi, angket, dan catatan pengamatan pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

1. Hasil observasi siklus I

A B C D E

1 Tahap persiapan:

a. perhatian terhadap penjelasan guru 1 13,9

b. pemahaman terhadap tujuan 1 8,3

c. pemahaman terhadap pokok masalah 1 8,3

2 Tahap pelaksanaan:

a. mengemukakan pendapat 1 8,3

b. mencatat hasil diskusi 1 8,3

c. mempresentasikan hasil diskusi 1 8,3

d. Kejelasan bahasa 1 8,3

3 Tahap kulminasi:

a. membuat rangkuman 1 5,6

b. berpendapat sebagai umpan balik 1 5,6

c. memberi penilaian 1 2,8

Aspek-aspek yang diobservasi Skala nilai %

No.

Tabel 4.1. Data hasil observasi Analisis:

1. Tahap Persiapan.

a. Perhatian terhadap penjelasan guru.

Poin/nilai A/5 (13,9%) diberikan karena seluruh siswa/anggota kelompok memperhatikan dengan seksama penjelasan yang disampaikan.

b. Pemahaman terhadap tujuan.

Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa/anggota kelompok memahami tujuan dari pelaksanaan diskusi.

c. Pemahaman terhadap pokok masalah.

Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa/kelompok memahami pokok masalah yang diberikan.

2. Tahap Pelaksanaan.


(1)

STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS SS S TT TS

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1

1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1

1 1 1

1 1 1

1 1

1 1 1

1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

1 1 1

15 13 6 7 15 6 6 1 5 8 11 7

0.0 41.7 36.1 16.7 0.0 0.0 19.4 41.7 16.7 16.7 2.8 13.9 22.2 30.6 19.4 NO. ANGKET


(2)

STS SS S TT TS STS SS S TT TS STS

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 9 0.60

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 1 10 0.67

1 1 9 0.60

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.67

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 9 0.6

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 1 10 0.66667

1 0.06667

1 1 10 0.66667

1 1 9 0.6

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 9 0.6

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

1 1 10 0.66667

2 5 7 10 10 3 4 15 3 9 4 346 23.07

5.6 13.9 19.4 27.8 27.8 8.3 11.1 41.7 8.3 25.0 11.1 961.1 64.1 JUMLAH RATA2


(3)

REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Abdul Kodir Jaelani 4 4 4 3 3 5 2 3 2 2 32 3.2

2 Agung Setiawan 3 5 4 4 5 5 5 5 3 5 44 4.4

3 Ahmad Haidar Muzaki 4 5 4 0 3 3 2 5 4 3 33 3.3

4 Ahmad Rifai 4 5 3 2 4 4 5 2 2 5 36 3.6

5 Annisa Magda 4 4 5 3 4 5 4 4 2 2 37 3.7

6 Arestian Ichwanul Hakim 2 4 3 2 4 4 4 3 2 2 30 3

7 Ariyansyah 5 3 4 3 4 5 4 4 2 5 39 3.9

8 Axsal Hambali 3 3 4 3 2 3 4 1 3 4 30 3

9 Bima Haria Firmansyah 4 4 3 3 3 5 3 0 4 4 33 3.3

10 Daffahul Jannah 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 41 4.1

11 Desa Yusvia Nanda 4 4 5 4 2 4 4 4 2 1 34 3.4

12 Dheahul Jannah 3 3 4 3 4 5 4 4 2 4 36 3.6

13 Fadhilah Saputri 4 4 4 5 3 5 5 4 3 4 41 4.1

14 Faiza Umami 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 22 2.2

15 Fatimah Rahmasari 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 36 3.6

16 Hilda Kencana Dewi 2 3 4 1 4 3 5 2 4 4 32 3.2

17 Hilmy Maulana Ikhsan 3 3 3 3 2 3 3 2 1 1 24 2.4

18 Intan Wulandari 4 4 4 3 4 4 2 5 3 2 35 3.5

19 Itsna Zulva Badawi 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 44 4.4

20 Maulana Erix 4 3 5 4 3 5 4 0 2 4 34 3.4

21 Mieke Kusherawati 3 3 5 2 5 5 5 2 3 4 37 3.7

22 Mochamad Fariz Lutfian 2 3 4 3 2 5 4 2 4 2 31 3.1

23 Mohamad Luthfi 3 2 3 1 4 4 1 1 2 1 22 2.2

24 Muhamad Dafa 5 3 4 4 5 5 4 5 5 1 41 4.1

25 Muhamad Rifaldi 4 4 5 5 4 0 3 5 5 2 37 3.7

26 Muhammad Fachrul Razi 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 31 3.1

27 Muhammad Fahry Syahlansyah 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 38 3.8

28 Muhammad Maulana Zidan 3 2 4 3 5 5 4 3 3 4 36 3.6

29 Nabillah Hurriyah 4 4 0 3 4 4 4 3 3 4 33 3.3

30 Nadya Widyaningsih 3 3 4 3 2 5 2 3 1 2 28 2.8

31 Rafif Saputra 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 44 4.4

32 Rantinah 4 3 4 3 2 4 3 3 5 4 35 3.5

33 Setiya Mawarni 4 2 3 3 2 5 4 3 4 2 32 3.2

34 Soffi Sundari Syahrizal 4 5 4 3 4 3 3 3 3 3 35 3.5

35 Umair Abdul Azis 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 35 3.5

36 Yuanita Oktafyani 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 34 3.4

127 130 139 108 126 149 129 109 111 114 1242 124.2 3.528 3.611 3.861 3 3.5 4.139 3.583 3.028 3.083 3.167 34.5 3.45 Rata2

NO NAMA SISWA Nomor Angket Jumlah Rata2


(4)

REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Abdul Kodir Jaelani 5 4 3 3 3 5 3 3 3 3 35 3.5

2 Agung Setiawan 4 4 4 4 4 4 4 4 5 0 37 3.7

3 Ahmad Haidar Muzaki 4 5 4 5 5 5 5 3 3 5 44 4.4

4 Ahmad Rifai 5 5 5 4 4 4 5 3 5 5 45 4.5

5 Annisa Magda 3 1 2 2 2 4 1 2 3 1 21 2.1

6 Arestian Ichwanul Hakim 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 34 3.4

7 Ariyansyah 4 4 5 2 2 4 4 4 2 1 32 3.2

8 Axsal Hambali 4 4 4 4 4 5 4 4 2 1 36 3.6

9 Bima Haria Firmansyah 4 3 4 2 4 3 4 2 3 4 33 3.3

10 Daffahul Jannah 4 3 5 2 5 5 1 2 2 4 33 3.3

11 Desa Yusvia Nanda 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 43 4.3

12 Dheahul Jannah 4 4 4 4 5 4 2 4 4 2 37 3.7

13 Fadhilah Saputri 4 4 3 2 4 5 2 4 1 1 30 3

14 Faiza Umami 4 2 4 3 4 4 4 4 3 5 37 3.7

15 Fatimah Rahmasari 3 1 4 1 5 4 5 5 1 4 33 3.3

16 Hilda Kencana Dewi 2 2 5 4 4 3 2 4 2 4 32 3.2

17 Hilmy Maulana Ikhsan 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 45 4.5

18 Intan Wulandari 4 3 4 5 4 5 3 4 3 3 38 3.8

19 Itsna Zulva Badawi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4

20 Maulana Erix 2 4 4 4 2 5 4 3 4 2 34 3.4

21 Mieke Kusherawati 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 33 3.3

22 Mochamad Fariz Lutfian 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 45 4.5

23 Mohamad Luthfi 3 5 4 3 3 0 2 3 5 3 31 3.1

24 Muhamad Dafa 4 2 3 3 5 5 4 3 5 3 37 3.7

25 Muhamad Rifaldi 4 3 3 4 5 5 4 3 3 2 36 3.6

26 Muhammad Fachrul Razi 4 4 4 4 4 5 0 3 4 3 35 3.5

27 Muhammad Fahry Syahlansyah 4 4 4 3 4 5 4 3 3 4 38 3.8

28 Muhammad Maulana Zidan 4 4 4 4 4 5 0 3 1 2 31 3.1

29 Nabillah Hurriyah 2 5 4 2 4 4 4 2 2 4 33 3.3

30 Nadya Widyaningsih 4 5 5 3 5 4 4 4 4 5 43 4.3

31 Rafif Saputra 4 4 4 5 4 0 2 2 2 4 31 3.1

32 Rantinah 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 37 3.7

33 Setiya Mawarni 5 3 2 5 5 5 4 5 2 1 37 3.7

34 Soffi Sundari Syahrizal 4 4 4 3 5 4 3 3 5 4 39 3.9

35 Umair Abdul Azis 4 4 5 3 3 4 4 2 2 4 35 3.5

36 Yuanita Oktafyani 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 39 3.9

140 133 141 124 147 148 120 123 110 113 1299 129.9 3.889 3.694 3.917 3.444 4.083 4.111 3.333 3.417 3.056 3.139 36.08333 3.608333

Rata2

Jumlah Rata2


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa arab di madrasah ibtidaiyah

0 12 14

Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah : penelitian tindakan kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta

2 42 160

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui metode eksperimen: penelitian tindakan kelas di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Mukhlisin Pasar Minggu Jakarta Selatan

0 12 182

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

Upaya meningkatkan hasil belajar fiqih melalui penerapan metode demonstrasi di kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan : penelitian tindakan kelas

3 9 87

Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Outdoor Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan

29 303 156

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR PKn KELAS IV MELALUI PENERAPAN METODE THINK- Peningkatan Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar PKn Kelas IV Melalui Penerapan Metode Thinkpair-Share Di SDN Sugiharjo 02 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 0 17

PENINGKATAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE QUANTUM LEARNING Peningkatan Motivasi Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Quantum Learning Pada Siswa Kelas VI SD IT Hidayah Klaten Tahun 2012/2013.

0 1 15

PENINGKATAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE QUANTUM LEARNING Peningkatan Motivasi Dalam Pembelajaran PKn Melalui Metode Quantum Learning Pada Siswa Kelas VI SD IT Hidayah Klaten Tahun 2012/2013.

0 1 14

UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI SKI MELALUI METODE PEMBELAJARAN SARAPAN PAGI PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA 2 BONDOWOSO TAHUN 2008 - Test Repository

0 1 52