Analisis Kebijakan Redaksional Harian Republika pada Pemberitaan Religio-Politik Masa Kampanye Presiden Tahun 2009
Analisis Kebijakan Redaksional Harian Republika pada Pemberitaan Religio-Politik Masa Kampanye Presiden Tahun 2009
Fajriannoor Fanani
(carbudit@yahoo.com) Dosen Jurusan Ilmu Komunikas Universitas Semarang
Abstract
Presidential Election in 2009 has gives us some negative phenomenon. The Hijab Campaign, Boediono Wife’s Religion, and other religio-politics issues were annoyingly interpolating the better campaigns. In one hand this is a bad phenomenon, but on the other hand this phenomenon also gives us some interesting questions about political tolerance in Indonesia. Mass media as the fourth estate surely can’t get away from their responsibility. Uniquely many of big mass media in Indonesia have affiliations with cer- tain religions. The example is Republika with their Muslim affiliations. This phenome- non become interesting to study, moreover Indonesia is one of the biggest democratic countries in the world that surely need political tolerance to strengthen their democrat- ic system. It’s become interesting to inquire the editorial policy in Republika in their news on religio- politic in presidential campaign. It’s also become interesting to under- stand the Islamic model that Republika adopted that maybe affected their editorial poli- cy. Last, it’s become interesting to find out Republika’s political tolerance, especially in the presidential campaign. All of this inquiry could be found using the gatekeeping analysis from Pamela Shoemaker that map out factors that could affect media content from five levels. Those levels are individual, organizational, communication routine, extra-media, and social system.
This research is use post-positivistic paradigm. The theories used here is gate- keeping from Pamela Shoemaker, political tolerance, and moderate Islamic concepts. After analyze using the gatekeeping Analysis, this research found that Republika’s poli- cy for the religio-politics issues have vision of moderat Islamic model that generally careful but will be serious and sensasional if when dealing with syariah policy issues. Last, Republika have a limited political tolerance policy that have tendency to be exclu- sive and difficult to accommodate the aspiration of non-Muslim peoples.
The final conclusion for this research is that Republika have an editorial policy that creates public space for Indonesian Muslim that has vision of Islamic moderate and limited political tolerance.
Key Words: Gatekeeping, Islam Moderat, Toleransi Politik
PENDAHULUAN
Kesimpulan ini kemudian juga di “Politik primordial telah mati”,
dukung oleh hasil pemilu legislatif 2009 itulah kesimpulan Lembaga Survei In-
yang menunjukkan tidak populernya donesia (LSI) pada 9 Juli 2009. Survei
partai-partai berbasis agama seperti mereka kala itu menunjukkan bahwa
PKS dan PAN. PKS misalnya hanya tokoh-tokoh ormas Islam tidak lagi
mampu meraih suara 7,88% dengan memiliki pengaruh yang berarti pada
perolehan kursi DPR 10,18 % (Mega masyarakat yang lebih memilih
Prabowo Sepakat. (15 Mei 2009). Suara berdasarkan pertimbangan rasional.
Merdeka : 1). Hal ini tentu jauh dari Merdeka : 1). Hal ini tentu jauh dari
pasangan-pasangan calon tertentu. Isu Dakwah. (30 Maret – 5 April). Tempo:
yang paling gencar saat itu adalah isu 51). Bahkan PAN sebagai partai Islam
yang mengabarkan bahwa Herawati, yang berimage paling moderat pun
istri dari Boediono, adalah seorang hanya dapat memperoleh suara 6,01%
penganut agama Katolik. Isu miring dan 43 kursi DPR (Mega Prabowo
tersebut segera saja di tampik oleh tim Sepakat. (15 Mei 2009). Suara
kampanye SBY-Boediono (Raden Merdeka : 1). Jauh dari target mereka
Trimutia Hatta. (2009). Tuduhan Istri untuk memperoleh 100 kursi (Satu
Boediono Katolik tak Bermoral . Dalam Mentari Dua Warna. (30 Maret – 5
http://www.inilah.com/ berita/ politik/ April). Tempo: 69).
2009/ 06/02/ 112012/ tuduhan-istri-boed- Fenomena ini, walaupun berakibat
katolik-tak-bermoral/ . Diunduh pada negatif pada partai-partai Islam,
tanggal 21 Juni 2009 pukul 20:55 WIB). menunjukkan gambaran yang positif
Isu keagamaan dari Boediono dan bagi tumbuhnya demokrasi di Indone-
Herawati tersebut kemudian menjadi sia. Berdasarkan survey tersebut dapat
memanas di masa kampanye karena di ambil kesimpulan bahwa masyarakat
dikomunikasikan dalam selebaran yang tidak lagi terpengaruh oleh berbagai isu
disebarkan pada saat kampanye agama dalam memilih calon yang
pasangan JK-Win.
dikehendaki baik eksekutif maupun Fenomena negatif di masa legislatif. Masyarakat beragama di In-
kampanye ini menunjukkan bahwa donesia telah dapat berperilaku toleran
toleransi politik di Indonesia tampaknya secara politik dengan menghindari
belum merasuk pada elit politik di In- kedekatan agama tertentu untuk
donesia, lalu bagaimana dalam media memutuskan pilihannya. Toleransi
massa? Media massa sebagai alat dari politik ini menjadi penting karena
komunikasi massa tidak hanya memiliki menurut Bernard Lewis ujian untuk
untuk menyebarkan melihat apakah civil society ada atau
kemampuan
informasi kepada masyarakat, mereka tidak di negara-negara Muslim adalah
juga mampu menjadi agen transmisi toleransi. Sementara itu, Schmitter
budaya yang memelihara konsensus menegaskan bahwa civil society
budaya dan selalu hadir dalam berbagai memberi kontribusi pada konsolidasi
bentuk komunikasi yang mempunyai demokrasi, karena ia membantu
dampak pada penerimaan individu menciptakan toleransi di antara warga
(Nurudin, 2004: 71). Pandangan ini negara (Mujani, 2007: 153). Toleransi
menganalogikan bahwa media massa politik dengan demikian dibutuhkan
Indonesia seharusnya lepas dari oleh semua negara demokratis, terutama
berbagai afiliasi keyakinan dan bersikap Indonesia yang tidak hanya berupaya
sebagai mediator serta ruang publik untuk menjadi demokratis, namun juga
rakyat Indonesia. memiliki masyarakat yang majemuk
bagi
seluruh
Sayangnya realitanya tidaklah demikian dan pluralistik.
karena banyak media massa di Indone- Sayangnya berbagai fenomena
sia yang memiliki latar belakang afiliasi ”miring” pada masa kampanye presiden
dengan agama tertentu dan secara 2009 tampaknya menunjukkan bahwa
terjebak dalam fenomena toleransi ini masih masih
praktik
masih
favoritisme agama afiliasi mereka. terlalu dini untuk diamini. Pada saat itu
Praktik tersebut bahkan juga terjadi mulai berkembang isu-isu politisasi
pada media-media besar umum seperti
Kompas yang memiliki afiliasi kuat tersebut juga telah secara eksplisit dengan kelompok Katolik, Suara
menunjukkan agama yang di”gosipkan” Pembaruan yang berafiliasi dengan
pada ibu Herawati, yaitu Katolik, akan umat Kristen Protestan, dan terutama
secara keseluruhan Republika yang memiliki afiliasi kuat
tetapi
pemberitaannya juga tidaklah terlalu dengan kelompok Muslim.
mencolok.
Terkait dengan Republika ini Fenomena tersebut menimbulkan mereka lebih berani dan eksplisit dalam
beberapa pertanyaan yang menarik memberitakan berbagai isu agama
untuk diteliti. Bagaimanakah kebijakan dalam kampanye politik. Pada Edisi 1
Republika saat memberitakan isu Juni
2009 misalnya, Republika religio-politik dalam masa kampanye mengeluarkan tulisan berjudul JK:
presiden dan wakil presiden tahun 2009 Jangan Suruh Istri Saya Lepas Jilbab
lalu? Apa kebijakan model ke-Islaman (Republika, 1 Juni 2009: Hal 8, kolom
sendiri? Dan 6). Pemberitaan itu terkait dengan
Republika itu
toleransi politik tudingan bahwa pasangan JK-Win
bagaimanakah
Republika dalam pemberitaan tersebut? menggunakan kedua istri mereka yang
Tujuan dari penelitian ini dengan berjilbab untuk kampanye. Republika
demikian adalah untuk memahami juga mengeluarkan pemberitaan pada
kebijakan redaksional Republika dalam edisi 9 Juni 2009 yang berjudul,
pemberitaan religio-politik, pada masa “’Ekonomi Syariah Opsi Serius’”
kampanye presiden tahun 2009. (Republika, 9 Juni 2009, hal: 1, kolom 2).
TINJAUAN PUSTAKA
mengenai pernyataan Boediono yang Republika sendiri selama ini telah bernada positif terhadap ekonomi
banyak dijadikan subyek penelitian oleh syariah dan menyatakannya sebagai
para akademisi. Penelitian Agus prosektor riil. Kemudian terkait dengan
Sudibyo misalnya mencoba untuk isu mengenai istri Boediono Republika
memahami prasangka antar umat tampaknya memberitakan dengan hati-
beragama dalam pemberitaan Republika hati. Berita tersebut mulai di muat 1 melalui analisis bahasa . Dalam
dalam koran edisi 25 Juni 2009 dengan penelitian tersebut Agus Sudibyo judul berita, “Istri Boediono Diserang”
menyimpulkan media Islam seperti (Republika, 25 Juni 2009, hal: 5, kolom
berani dalam 2). Isi pemberitannya sendiri cukup
Republika lebih
memberikan evaluasi-evaluasi yang singkat karena hanya di beri ruang satu
mensiratkan prasangka negatif tentang kolom serta sama sekali tidak
kelompok-kelompok Kristen (Sudibyo menyebutkan agama yang diisukan
dkk, 2001:173). Lalu ada juga pada istri Boediono, yaitu Katolik.
penelitian Mansyur Semma (1998) yang Republika kemudian mengikuti isu
melakukan studi gatekeeping dan tersebut
analisis isi terhadap pemberitaan pemberitaan ber judul, “Kasus Herawati
dengan
memberikan
Republika terkait isu peristiwa Timor Boediono di-Bawaslu-kan ” (Republika,
Timur dan Situbundo. Dalam penelitian
26 Juni 2009, hal: 4, kolom 1), yang tersebut ditemukan bahwa Republika, diterbitkan pada edisi 26 Juni 2009.
Pemberitaan itu berisi keinginan pihak
1 Dalam penelitiannya Agus Sudibyo
partai Demokrat untuk melaporkan isu
mengambil sampel dari empat isu
selebaran gelap tersebut pada Badan
pemberitaan, yaitu kasus Kerusuhan di
Pengawas Pemilu (Bawaslu). Berita
Kupang, Ketapang, dan Maluku serta Kasus Pengeboman Masjid Istiqlal di Jakarta.
terutama terkait peristiwa Timor Timur, itu sendiri karena demokrasi dapat cenderung meneguhkan sikap gatekeep-
berjalan dengan baik apabila terdapat er Republika yang lebih memihak pada
“penerimaan warga Negara dan para kepentingan umat Islam (Semma, 1998:
elite politik atas prinsip-prinsip yang 233 dan 244). Konsep Toleransi Politik
kebebasan berbicara, sementara itu telah banyak di teliti oleh
mendasari
berserikat, beragama, dll ” (Lipset para ilmuwan. Penelitian ini sendiri
dalam Mujani 2007: 153). Kebebasan banyak merujuk pada penelitian
tersebut dapat berjalan apabila terdapat kuantitatif Saiful Mujani mengenai
suatu toleransi politik yang signifikan hubungan antara Islam dan Demokrasi
pada civil society. Toleransi politik di Indonesia Pada penelitian itu sendiri
mengindikasikan adanya penerimaan Mujani menemukan bahwa toleransi
suatu kelompok masyarakat terhadap politik Muslim Indonesia tergolong
kelompok lain untuk berpolitik dan cukup walaupun tidak dapat dikatakan
pada akhirnya tinggi (Mujani, Saiful, 2007: 316-317).
bernegara
yang
melestarikan sistem demokrasi karena Penelitian
ini menggunakan toleransi memberikan kemampuan paradigma
untuk bersikap dan berperilaku adil bergerak dari paradigma positivistik
post-positivistik
yang
serta obyektif terhadap berbagai opini, namun tidak sama sekali menolak
tradisi, agama, nasionalisme, dll yang asumsi-asumsi paradigma tersebut
berbeda dari kita. Civil society sendiri seperti halnya paradigma interpretive
sangat terkait dengan toleransi politik dan critical. Secara ontologis paradigma
karena civil society mencerminkan post-positivistik menerima pandangan
adanya keadilan, persamaan di depan realis bahwa fenomena berlangsung
hukum, transparasi, akuntabilitas, dan secara independen dari persepsi dan
sebagai landasan teori mengenai fenomena tersebut. Post-
kejujuran
bermasyarakat. Konsep ini menjadi positivistik juga menerima pandangan
kontekstual bagi Indonesia karena social constructionist melalui dua cara.
kompleksitas bangsa ini yang tersusun Pertama, mereka meyakini bahwa
dari berbagai kelompok dan agama di proses konstruksi sosial berlangsung
mana perbedaan tersebut lebih sering di dalam pola yang tetap dan dapat diamati
politisir ketimbang dijadikan sebagai melalui cara-cara investigasi social
berkah.
scientific . Individu memiliki free will Penelitian ini akan menggunakan dan
analisis gatekeeping untuk menemukan umumnya sering berperilaku dengan
kreativitas,
namun mereka
jawaban tujuan penelitian, akan tetapi cara yang telah terpola dan mudah
sebelumnya penelitian juga akan diduga. Kedua, mereka berpandangan
melakukan analisis tekstual untuk bahwa konstruksi sosial dibentuk secara
mendapatkan data tambahan yang regular dan dijadikan sebagai tujuan
mungkin berguna sebagai pembanding. bagi para aktor dalam dunia sosial,
Analisis tekstual yang digunakan sehingga sangat dimungkinkan untuk
sendiri di ambil menurut analisis mempelajari hasil dari pembentukan
Saussure . Saussure konstruksi tersebut (Miller, 2005: 39).
semiotika
meletakkan tanda dalam konteks Indonesia yang menjadi melting
komunikasi manusia dengan melakukan pot dari berbagai kultur dan agama
pemilahan antara apa yang disebut sig- dunia memiliki potensi laten bagi
nifier (penanda) dan signified (petanda). konflik bernuansa SARA. Hal ini tentu
Signifier adalah bunyi yang bermakna bertentangan dengan konsep demokrasi
atau coretan yang bermakna (aspek ma-
terial), yakni apa yang dikatakan dan apa yang di tulis atau di baca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. (Sobur, 2004: 125). Saussure juga berpendapat bahwa makna dihasilkan melalui proses seleksi dan kombinasi tanda di sepanjang proses sintagmatis dan paradigmatik. Poros sintagmatis di bangun oleh kombinasi linear antar tanda yang membentuk kalimat. Poros paradigmatik mengacu kepada arena tanda (misalnya sinonim) yang darinya segala tanda yang ada di seleksi. Makna diakumulasikan di sepanjang poros sintagmatik, sementara seleksi dari are- na paradigmatik mengubah makna pada poin tertentu dalam kalimat (Barker, 2005: 70).
Secara kasar gatekeeping dapat dianalogikan sebagai proses dimana jutaan pesan yang tersedia di dunia ini diseleksi dan diubah menjadi ratusan pesan yang diterima oleh individu tertentu
dalam waktu tertentu (Shoemaker, 1991: 1). Ada banyak model gatekeeper yang bermunculan, seperti model Bass. Bass membagi dua tipe gatekeeper berdasarkan fungsinya. Tipe pertama adalah news gatherer yang mencari dan memperoleh berita mentah dari berbagai channel dan mengubahnya menjadi copy berita. Tipe kedua adalah news processor yang memodifikasi dan menyatukan copy berita kedalam produk jadi yang dapat ditransmisikan ke audiens (Shoemaker, 1991: 14, 15). Model Bass ini telah memadukan unsur reporter dan editor yang umum hadir dalam ruang media massa, sehingga modelnya sangat aplikatif untuk digunakan. Sementara itu Pamela Shoemaker sendiri telah merumuskan suatu analisis gatekeeping yang kompleks dan memperhatikan berbagai aspek. Analisis gatekeeping ini sendiri di ambil berdasarkan teori
Shoemaker dan Reese mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi isi media.
Faktor-faktor ini antara lain:
1. Faktor individual, yang sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, kesukuan, agama, jender, dan sikap individu terhadap peristiwa yang dilaporkannya
2. Faktor rutinitas media, yang terkait dengan rutinitas yang biasa dilakukan media untuk mengolah berita yang masuk dari berbagai pintu berita, termasuk salah satunya dari reporter
3. Faktor organisasi, yang ditentukan oleh struktur yang ditetapkan oleh poal-pola reguler perilaku yang saling bertautan
4. Faktor ekstra media yang datang dari luar media, dan
5. Faktor ideologi yang ditentukan dari kerangka berfikir atau referensi tertentu yang di pakai oleh individu untuk
melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Shoemaker and Reese, 1996: 183 dan Syahputra, 2006: 54-60)
METODOLOGI PENELITIAN
Tipe penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif dekstriptif dengan pendekatan analisis gatekeeping menurut Pamela Shoemak- er. Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar Republika. Harian ini dipilih karena dikenal luas telah menjadi representasi umat Islam terutama di daerah Jakarta. Data primer dari penelitian ini adalah hasil wawancara dari pihak-pihak yang memahami kebijakan pemberitaan dari Harian Republika . Pihak-pihak ini dapat meliputi wartawan, editor, litbang, dan pihak lainnya yang dapat menjawab pertanyaan
mengenai kebijakan pemberitaan dalam kedua harian tersebut. Redaktur senior atau pimpinan redaksi bagaimanapun juga lebih mengenai kebijakan pemberitaan dalam kedua harian tersebut. Redaktur senior atau pimpinan redaksi bagaimanapun juga lebih
data. Kita bisa sendiri. Sementara itu data sekunder
kebenaran
mendeskripsikan sesuatu sebagai valid penelitian ini adalah data teks
sejauh kita bisa menjelaskan bahwa ia pemberitaan yang terkait dengan
benar-benar merepresentasikan apa kampanye pemilihan presiden yang
yang diklaim untuk direpresentasikan bermuatan agama. Oleh karena itu surat
(Bruce and Yearley, 2006: 313). kabar yang di pilih adalah yang terbit
Kriteria terakhir yang ingin dipenuhi selama masa kampanye, yaitu mulai
dalam penelitian ini adalah kriteria tanggal 2 Juni hingga 4 Juli 2009. Akan
ketepatan data. Kriteria ketepatan data tetapi penyempitan ini tidak menutup
ini lebih mengacu pada narasumber kemungkinan untuk mengambil contoh
yang diwawancarai dimana mereka berita lain di luar masa kampanye
adalah orang-orang yang tepat bagi asalkan memiliki wacana serupa. Selain
penelitian ini, yaitu wartawan yang itu data sekunder juga diperoleh dari
menjalankan kebijakan redaksional di berbagai bacaan dan digunakan untuk
lapangan dan wakil pimpinan redaksi melengkapi data yang dibutuhkan
yang turut menentukan kebijakan penelitian ini.
redaksional harian Republika. Teknik pengumpulan data yang
Terakhir penelitian ini memiliki digunakan dalam penelitian ini adalah
keterbatasan. Pertama, wawanvara dan Studi Kepustakaan.
beberapa
penelitian ini diharapkan memperoleh Teknik wawancara ditujukan untuk
banyak data dari Republika, terutama memperoleh data langsung dari
data wawancara, akan tetapi ternyata redaksional pemberitaan surat kabar
penelitian sulit sekali Republika . Studi kepustakaan sementara
selama
mendapatkan akses pada pihak-pihak itu digunakan untuk memperoleh teks
berkepentingan, sehingga pemberitaan koran Republika serta
yang
penelitian ini harus melengkapinya memperoleh bahan-bahan analisis di
dengan data-data wawancara lain yang luar media. Sementara itu langkah-
mungkin dapat ditemukan melalui langkah penelitian akan di ambil sesuai
sumber-sumber lain seperti internet. dengan tahapan analisis gatekeeping
Berikutnya penelitian ini juga hanya Shoemaker yang akan menganalisis
melakukan pengkajian teks dan secara
produksi berita harian Republika dalam gatekeeping tersebut, yang meliputi
isu politisasi agama (religio-politik). analisis individual, organisasi, rutinitas
Artinya hasil dari penelitian ini tidak komunikasi, ekstramedia, dan sistem
dapat disamakan begitu saja terhadap sosial.
isu-isu lain yang mungkin sering Sesuai dengan paradigma post-
dengan Harian positivistik penelitian ini berpegang
dikaitkan
juga
Republika , seperti isu konflik agama. pada objektivitas perolehan data dan otentisitas serta kredibilitas data yang
PEMBAHASAN
didapat. Objektivitas adalah kualitas Sebelum analisis gatekeeping pikiran
penelitian ini memisahkan properti nyata dari
mengemukakan terlebih dahulu hasil fenomena yang diteliti dari bias dan
analisis semiotika yang telah dilakukan prasangka atau prejudice (Bloor and
pada teks pemberitaan religio-politik Wood dalam Turner, 2006: 420).
harian Republika. Ada beberapa isu Sementara itu validitas data secara
religio-politik yang muncul dalam religio-politik yang muncul dalam
26 Juni 2009 dengan judul “Kasus kampanye 2009 lalu. Secara garis besar
Herawati Boediono di-Bawaslu- isu-isu tersebut meliputi:
kan. ”
a. Isu Kampanye Jilbab. Isu tersebut
c. Isu Kebijakan Syariah. Isu tersebut diberitakan oleh Republika pada
paling terlihat pada pemberitaan tanggal 1 Juni 2009 dengan judul
Republika tanggal 9 Juni 2009 “JK: Jangan Suruh Istri Saya
dengan judul “Ekonomi Syariah Lepas Jilbab ”.
Opsi Serius ”. Isu ini juga terlihat
b. Isu Istri Boediono Nasrani. Isu pada pemberitaan tanggal 27 Juni tersebut mulai diberitakan oleh
2009 dengan judul “SBY: Peran Is- Republika pada tanggal 25 Juni
lam Penting ” dan tanggal 28 Juni 2009 dengan judul “Istri Boediono
dengan judul “Muhammadiyah Diserang ”. Kemudian di susul
Panduan Memilih dengan pemberitaan pada tanggal
Memberi
Presiden ”.
Hasil analisis semiotika dari seluruh pemberitaan ini sendiri dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut yang meringkas seluruh analisis semiotikan tersebut.
Tabel 1 Tabel Analisis Teks Berita “JK: Jangan Suruh Istri Saya Lepas Jilbab”
Sintagmatik
Rangkaian Tanda
Arti Rangkaian
Pernyataan Jusuf Kalla Sikap tegas Jusuf Kalla yang menolak isu kampanye jilbab seraya membela penggunaan jilbab istrinya karena perintah agama
Paradigmatik
Pilihan Tanda
Konsekuensi Pilihan
Kutipan Kalla Merepresentasikan Jusuf Kalla sebagai pembela agama di mana dia dengan tegas menentang ide yang bersinggungan dengan keyakinannya sebagai umat Islam
Kutipan Yuddy Menunjukkan kesalehan Mufida Kalla dan Uga Wiranto karena telah mengenakan jilbab
Tabel 2 Tabel Analisis Teks Berita “Istri Boediono Diserang”
Sintagmatik
Rangkaian Tanda
Arti Rangkaian
Keseluruhan Berita Adanya selebaran negatif yang beredar selama Jusuf Kalla melakukan kampanye di berbagai daerah. Selebaran ini menyerang pribadi istri Boediono yang di isukan sebagai non Muslim
Paradigmatik
Pilihan Tanda
Konsekuensi Pilihan
Frasa diserang Memberikan kesan stereotipis bahwa menjadi non- Muslim dalam dunia politik di Indonesia sangatlah tidak menguntungkan
Frasa bukan beragama Islam Memberikan kesan netral yang berhati-hati
Tabel 3 Tabel Analisis Teks Berita “Kasus Herawati Boediono di-Bawaslu-kan”
Sintagmatik
Rangkaian Tanda
Arti Rangkaian
Berita utama Mengikuti perkembangan dari tim kampanye SBY-Boediono yang berniat melaporkan isu kampanye negatif istri Boediono non-Muslim pada Bawaslu
Sub berita al-fatihah Kasus istri Boediono tersebut dapat diselesaikan dengan mudah dengan cara menyuruh Herawati Boediono untuk membaca surat al-Fatihah
Paradigmatik
Pilihan Tanda
Konsekuensi Pilihan
Frasa Katolik Pemilihan frasa ini dengan segera membuat keseluruhan isu menjadi lebih kultural dengan mempertemukan pertentangan klasik Islam-Nasrani
Kutipan Al-Fatihah Pemilihan kutipan tersebut membuat isu politik yang ada lebih bergeser menjadi isu agama dimana solusi yang paling mudah untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan solusi agama
Kutipan Pancasila Pemilihan kutipan ini sedikit meredakan situasi panas karena kutipan al-Fatihah dengan mengembalikan permasalahan ke spirit nasional kebangsaan yang multikultural
Tabel 4 Tabel Analisis Teks Berita “Ekonomi Syariah Opsi Serius”
Sintagmatik
Rangkaian Tanda
Arti Rangkaian
Berita secara umum Isu yang sangat penting bagi audiens bankan cenderung sensasional sehingga layak ditempatkan sebagai berita utama
Boediono Tidak terlalu digambarkan sebagai cawapres yang tengah berkampanye, namun lebih seperti pengamat ekonomi yang tengah berdiskusi
Ekonomi Syariah Sangat posistif, system yang sangat membela sektor riil, lebih unggul dari system ekonomi konvensional, dan dapat menjadi penyelamat untuk keluar dari krisis ekonomi dunia
Paradigmatik
Pilihan Tanda
Konsekuensi Pilihan
Frasa Sektor Riil dan Derivatif Memberikan argumen yang rasionil dan intelek untuk mendukung sistem ekonomi syariah sebagai sistem yang paling baik
Frasa mantan Gubernur Bank Indonesia, Membawa Boediono lebih sebagai pengamat Menteri
Menteri ekonomi dengan pengalaman yang mumpuni di Koordinator Prerekonomian
Keuangan,
dan
bidang perekonomian dan keuangan daripada sebagai calon wakil presiden
Kutipan dua pengamat ekonomi lain Mempertegas keunggulan sistem ekonomi syariah dan membawa berita lebih kepada berita ekonomi daripada berita mengenai calon wakil presiden yang sedang berkampanye
Gambar Boediono
yang
sedang Dengan jelas menunjukkan dukungan Republika
“berceramah” dan senyum redaksi terhadap segala yang diutarakan oleh Boediono,
Republika yaitu pernyataannya mengenai kebaikan sistem ekonomi syariah
Tabel 5 Tabel Analisis Teks Berita “SBY: Peran Islam Penting”
Sintagmatik
Rangkaian Tanda
Arti Rangkaian
Berita secara umum
memandang
tersebut dan ingin merepresentasikan wacana berita ini sebagai sesuatu hal yang juga penting bagi masyarakat
serius
isu
Islam Islam memang memiliki stigma yang negatif dan buruk akan tetapi Islam adalah agama yang toleran dan dapat beradaptasi dengan demokrasi, terutama di Indonesia
SBY Digambarkan secara positif sebagai muslim yang santun dan perduli terhadap kondisi dunia Islam saat ini
Paradigmatik
Pilihan Tanda
Konsekuensi Pilihan
Judul SBY: Peran Islam Penting
menunjukkan keinginan Republika untuk menonjokan peran penting Is- lam dalam dunia politik
Dengan
tegas
Kutipan kalimat Islam, demokrasi, Berusaha menginformasikan bahwa Islam dan modernitas bisa berdampingan tidaklah kuno, kolot, atau tertinggal, melainkan
selaras dengan nilai-nilai modern Frasa Harian Umum
Seolah-olah menyingkir dari peran Republika selama ini sebagai harian Islam, sehingga dengan demikian penilaian positif Islam dalam berita tersebut dapat di promosikan sebagai penilaian dari media yang umum, bukan parti- san
Tabel 6 Tabel Analisis Teks Berita “Muhammadiyah Beri Panduan Memilih Presiden”
Sintagmatik
Rangkaian Tanda
Arti Rangkaian
Umat Islam dan Muhammadiyah Kaum yang terabaikan karena aspirasi syar’i mereka telah lama diabaikan oleh pemerintah
Paradigmatik
Pilihan Tanda
Konsekuensi Pilihan
Kutipan terakhir Din Syamsudin
Seolah-olah
bahwa umat Muhammadiyah khususnya dan Islam umumnya selama ini tidak di dengar aspirasinya. Apabila dicermati maka aspirasi tersebut terkait dengan berbagai kebijakan syariah yang selama ini di dorong oleh Republika, seperti ekonomi syariah, RUU Makanan Halal, dll. Padahal telah banyak kebijakan pemerintah yang mengakomodasi syariah seperti UU APP, Sisdiknas, dll.
menunjukkan
Setelah itu, sebelum melakukan analisis gatekeeping menurut Pamela Shoemaker, penelitian ini akan menunjukkan terlebih dahulu proses dan alur produksi berita dari
harian Republika. Alur produksi ini sendiri dapat dilihat dalam gambar berikut”
Gambar 1 Diagram Alur Produksi Berita Harian Republika REDAKTUR PELAKSANA WARTAWAN/ REPORTER
NEWSROOM
KOORDINATOR KEPALA NEWSROOM
LIPUTAN
DESAIN EDITOR/ REDAKTUR QUALITY CON- TROL DAN PIMPINAN REDAKSI BAHASA PERCETAKAN
Keterangan:
Alur Berita Alur Koordinasi Berita Feedback dari Pimpinan Redaksi
Wartawan Republika berpegang proporsional dan menulisnya sebagai pada kaidah-kaidah jurnalistik yang
produk berita. Mereka menyerahkan normatif. Tidak ada arahan khusus
kepada masyarakat mengenai penilaian mengenai bagaimana cara meliput isu-
atau akibat yang mungkin muncul dari isu yang menyerempet ke arah SARA.
pemberitaan tersebut. Sementara itu Kaidah jurnalisme umum nampaknya
terkait isu-isu yang dinilai sensitif untuk dianggap telah cukup untuk memandu
Republika tetap wartawan dalam menulis pemberitaan
umat
Islam,
wartawannya untuk yang bijak, terutama saat menyerempet
mewajibkan
meliput pemberitaan tersebut selama pada isu-isu
SARA. Wartawan berita itu memang layak diketahui oleh Republika dituntut
khalayak. Akan tetapi mereka juga meletakkan peristiwa itu secara
untuk
tetap
memiliki arahan yang menarik dimana memiliki arahan yang menarik dimana
mengasosiasikan diri mereka sebagai memperkeruh suasana dan mengadu
untuk
tidak
Islam mainstream yang sepaham domba antar umat Islam. Hal inilah
dengan demokrasi dan menolak model yang mungkin membuat Republika
Islam yang terlalu radikal dan terlalu banyak dinilai lembut dan berhati-hati
liberal.
dalam memberitakan isu-isu terorisme Pimpinan Redaksi dalam struktur dan kerusuhan. Hal ini jugalah yang
Republika memiliki kuasa untuk membuat Republika terkesan sangat
menentukan apakah seluruh susunan berhati-hati dalam memberitakan isu
koran telah layak untuk dicetak setelah Istri Boediono, karena isu tersebut
seluruh layout Koran selesai disusun. Ia memiliki
dapat menolak beberapa berita untuk membenturkan umat Islam. Di lain
kecenderungan
yang
diterbitkan atau meminta koreksi dan
penambahan terhadap berita tersebut. bombastis saat memberitakan isu
pihak Republika terkesan sangat
Kebanyakan isu-isu yang dipilih Ekonomi Syariah, karena isu ini tidak
sebagai berita utama pada masa itu membenturkan umat dan malah
memang isu-isu seputar kampanye cenderung menyatukannya. presiden, menariknya peristiwa yang
Sementara itu editor atau redaktur dipilih untuk di follow-up biasanya Republika memang dituntut untuk
berhubungan dengan umat Islam. isu- menyeleksi berita sesuai dengan
isu ini dipilih karena proximity atau identitas Republika sebagai Koran umat
kedekatan peristiwa tersebut dengan Islam. Ini bukan berarti bahwa mereka
umat Islam Indonesia sebagai pasar dari sama sekali tidak memberitakan isu-isu
Republika . Alasan kedekatan ini jugalah yang tidak menyinggung umat Islam,
yang membuat wacana ekonomi syariah mereka hanya memberikan porsi dan
yang dibawakan Boediono saat highlite yang lebih besar pada peristiwa
berkunjung ke Republika dipilih sebagai atau isu yang bersentuhan dengan umat
berita utama. Fenomena yang berbeda Islam. Ini menjawab pertanyaan
ditemui saat mereka menghadapi isu mengapa berita-berita kebijakan syariah
istri Boediono non-Muslim yang dan Islam seperti berita ekonomi
berkaitan dengan umat Islam juga. syariah pada masa kampanye menjadi
Mereka memang melakukan follow-up penting untuk dimuat. Mereka juga
terhadap isu tersebut akan tetapi tegas mengatakan telah menerapkan
memilih untuk agak menjaga jarak prinsip-prinsip keberimbangan dengan
berhati-hati saat baik dengan selalu adanya cover both
denga
memberitakannya. Kemudian saat side, cek dan ricek, berhati-hati dalam
ditanya mengenai isu jilbabisasi politik menggunakan sumber yang anonym,
mereka juga menganggapnya seirama dll. Ketika disinggung bagaimana
dengan isu sebelumnya yang tidak redaksional
tulus, sarat kepentingan, dan sebenarnya pemberitaan yang memiliki potensi
mereka
menyikapi
tidak pantas untuk dijadikan berita. memecah umat, mereka menjawab
Terhadap kedua isu ini mereka memilih dengan jawaban yang hampir serupa
untuk memberitakannya secara sepintas diberikan oleh wartawan mereka.
tanpa ada highlight tertentu didalamnya. Umumnya mereka mengatakan bahwa
Setelah menelusuri alur produksi Republika adalah harian umat Islam In-
berita harian Republika penelitian ini donesia sehingga mereka selalu
analisis gatekeeping berusaha untuk berdiri ditengah-tengah
melakukan
menurut Pamela Shoemaker pada umat Islam. Akan tetapi mereka juga
redaksional Republika. Level yang redaksional Republika. Level yang
mendalam. Republika dengan demikian karakteristik, dan role conception dari
tidaklah berniat untuk menghindar dari pekerja media Republika. Berdasarkan
isu SARA, akan tetapi hanya value- nya, mayoritas pekerja media
melihatnya sebagai maneuver politik dalam tubuh Republika adalah umat Is-
praktis yang kotor.
lam, dan apabila ada umat non-Muslim Terakhir, berdasarkan role con- yang bekerja di sana maka mereka tidak
ception- nya, Republika tidak hanya ditempatkan
memandang dirinya sekedar sebagai redaksional yang dapat menentukan
dalam
posisi-posisi
penyalur informasi pada khalayak Mus- kebijakan isi media. Umat Islam yang
lim. Sebaliknya mereka juga berusaha bekerja di sana rata-rata juga
menjadi agen perubahan bagi khalayak merupakan simpatisan ormas terbesar di
dengan pemberitaan- Indoenesia, yaitu NU, walaupun
Muslim
pemberitaan yang terpilih. Mereka simpatisan ormas-ormas lain pun ada,
menjadi disseminator yang tidak hanya seperti Muhammadiyah, Persis, dan
melakukan seleksi berita namun juga Jama’ah Tabligh. Akan tetapi hal ini
“pembungkusan” berita di mana ada pun
unsur-unsur tertentu yang ditonjolkan perbedaan pandangan dalam tubuh
tidak menciptakan
sebuah
(highlight) ataupun dipendam demi Republika karena secara umum sikap
kepentingan agenda mereka. Pada isu para individu pekerja media tersebut
kebijakan syariah misalnya, mereka juga sama dengan sikap resmi
terlihat melakukan penonjolan pada Republika yang juga sama dengan sikap
berbagai keunggulan sistem syariah dan mainstream umat Islam di Indonesia,
Islam itu sendiri hal ini menunjukkan yaitu Islam Moderat.
bahwa mereka memiliki agenda untuk Kemudian
mendorong masyarakat Islam untuk karakteristiknya, secara motivasional
berdasarkan
lebih memahami khasanah dunia Islam, mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai
dan juga mendorong pemerintah untuk yang mendorong mereka untuk
lebih memperhatikan syariah Islam. mendakwahkan khasanah ke-Islaman
Sementara itu dalam isu Istri Boediono dalam setiap pemberitaan mereka. Akan
dan kampanye jilbab mereka terlihat tetapi
lebih berhati-hati dan menuliskan mengkompromikannya
mereka
juga
pemberitaan secara lebih pasif. kebutuhan dan kepentingan yang
dengan
Pada level yang berikutnya, berkembang,
organisasi, penelitian ini mencoba Boediono misalnya awak Republika
melihat perubahan visi perusahaan menghindar dari isu sensitif tersebut
mereka dari koran politik menjadi koran karena semata-mata isu tersebut di pan-
bisnis. Mereka mengaku sebagai koran dang tidak tulus, politis, dan hanya
non-partisan, akan tetapi dalam ditujukan untuk menyerang pasangan
sejarahnya, sebelum di akuisisi oleh capres-cawapres lainnya. Republika Mahaka Media , mereka selalu memiliki
sebaliknya akan dengan antusias dan sikap membela pemerintahan atau partai serius membahas permasalahan itu
tertentu. Pada saat pemerintahan apabila tidak ada niatan jelek
Soeharto mereka dengan jelas menjadi dibelakangnya, artinya isu mengenai
oposisi, setelah itu pada masa “ketidak-Islaman” istri calon wakil
pemerintahan B.J. Habibie mereka presiden, wakil presiden, atau bahkan
menjadi pendukung utama, pada saat presiden bagi Republika merupakan isu
Gus Dur memimpin mereka awalnya Gus Dur memimpin mereka awalnya
untuk memasukinya melewati agenda bahwa pada masa lalu Republika
masyarakat yang sepaham dengan tidaklah terlalu netral dan selalu
mereka. Republika dengan demikian mendukung
tidaklah menghamba 100% pada memberikan efek positif bagi umat Is-
pihak-pihak
yang
permintaan audiens Muslim mereka, lam Indonesia. Sikap Republika sebagai
malahan mereka seperti melakukan harian politik Islam ini ternyata
seleksi untuk menentukan agenda membawa
audiens mana yang sesuai dengan visi penting di akhir tahun 2000. Paska
beberapa
konsekuensi
mereka dan bisa “garap”. krisis moneter daya beli masyarakat
Pada level yang berikutnya, ekstra menurun dan pendapatan dari iklan juga
media, penelitian berusaha menyoroti turut menurun. Sikap sebagai Harian
faktor-faktor pengaruh yang datang dari Politik juga di nilai menjadi sebab
luar ruang redaksi, dalam hal ini penurun jumlah pengiklan, karena
audiens, media lain, dan pemilik. Bagi sebagian besar pemasang iklan juga
Republika audiens dan pasar menjadi memiliki kepentingan politik yang
faktor yang sangat penting untuk di berbeda (Anif Punto Utomo, 2010: 53).
kelola dengan baik. Hal ini dikarenakan
mereka memiliki pangsa pasar yang bankrut itulah Mahaka Media masuk
Pada saat Republika nyaris
sangat ter-segmented, yaitu umat Islam dan menggantikan PT. Abdi Bangsa
Indonesia dari kelas profesional sebagai pemilik. Bersamanya juga ikut
menengah ke atas. Republika bukanlah di bawa beberapa perubahan. Status
semata-mata media yang berupaya Republika sebagai koran politik di ha-
untuk memakasakan agenda ke-Islaman pus dan digantikan dengan idiom-idiom
tertentu terhadap masyarakatnya. Harian organisasi bisnis profesional. Isi harian
ini, sama seperti media bisnis lain, juga pun banyak yang diubah dengan
masih memiliki concern terhadap mengurangi
masalah ekonomi mereka yang ditandai menambah feature-feature Islami yang
dengan upaya untuk memenuhi digemari oleh pembaca. Bergesernya
keinginan pembaca mereka. Kemudian paradigma Republika dari harian politik
apabila ada pengaruh dari media besar menjadi harian bisnis juga tentunya
lain pengaruh tersebut mungkin lebih turut membawa falsafah baru dalam
bersifat antagonis dalam artian “kehidupan” mereka. Falsafah ini
pemberitaan Republika lebih bersifat adalah hukum klasik kapitalisme yang
dan memberikan wajib dimiliki oleh setiap organisasi
mengimbangi
alternatif pandangan lain terhadap suatu bisinis, yaitu hukum permintaan dan
isu yang diberitakan oleh harian lain. penawaran. Akan tetapi mesti dilihat
Hal ini lebih jelas terlihat saat isu juga bahwa walau telah menjadi
konflik agama merebak di mana lembaga bisnis Republika tetap tidak
Republika cenderung berupaya mau meninggalkan misi atau agenda
memberikan pandangan yang lebih “dakwah”nya. Agenda inilah yang tetap
membela kelompok Islam ketimbang memberikan warna
media lain. Pada isu RUU APP dan berwawasan pada isi harian tersebut.
Islam
yang
RUU Sisdiknas Republika juga terlihat Mereka berusaha mensinergikan antara
memberikan pandangan alternatif yang kepentingan bisnis dan agenda dakwah
mendukung kedua RUU tersebut mereka. Mereka mengakui bahwa
dibandingkan dengan media lain, mereka tidak bisa memaksakan agenda dibandingkan dengan media lain, mereka tidak bisa memaksakan agenda
pernyataan Habibie di masa lalu bahwa Sementara itu terkait dengan
penjualan saham Republika hanya kepemilikan Republika ada fakta
ditujukan untuk umat Islam (Republika menarik bahwa Republika dalam
edisi 19 Januari 1993 dalam Anif Punto sejarahnya telah memiliki dua pemilik.
Utomo, 2010: 38, 39). Ideologi dasar Pemiliki pertama adalah ICMI melalui
dari Republika dengan demikian telah PT Abdi Bangsa yang sangat kental
jelas, yaitu Islam, kemudian pertanyaan dengan
selanjutnya yang belum terjawab adalah Republika pada masa itu dibangun
aroma
Muhammadiyah.
ideologi umat Islam yang bagaimana? untuk menjadi Koran politik yang
hal tersebut mencerdaskan kehidupan politik umat
Dan
bagaimana
mempengaruhi proses produksi teks Islam yang selama ini dinilai tertekan.
secara sosial?
Setelah itu pada tahun 2000 mereka Apabila melihat sejarah dari berganti pemilik ke Mahaka Media
Republika yang didirikan oleh ICMI yang hampir tidak memiliki afiliasi
dengan tokoh- tokohnya seperti Syafi’i keagamaan sama sekali. Sebagai
Rahardjo, dan pemilik
Anwar, Dawam
Imaduddin Abdurrohim yang adalah mengintervensi kebijakan redaksional
tokoh Muhammadiyah maka wajar Republika karena
kemudian pengaruh Republika semata-mata hanyalah bisnis.
Muhammadiyah terasa lebih kuat dalam Visi, misi, dan kultur ke Islaman suara
harian tersebut akan tetapi mereka merdeka lebih banyak di peroleh dari
mengaku berusaha untuk lepas dari pemilik lama mereka, yaitu ICMI yang
kesan tersebut dan menampung seluruh notabene memiliki afiliasi ke Islaman
umat Islam Indonesia. Arys Hilman yang kuat dan merupakan bagian dari
selaku Wakil Pimpinan Redaksi revivalisme Islam di Indonesia pada
Republika juga mengatakan bahwa tahun 1990an.
mereka tidak memiliki afiliasi dengan Pada
ormas manapun, akan tetapi pemikiran penelitian berusaha melihat pengaruh
dan sikap mereka sama seperti ormas- yang datang dari situasi sosio kultural
ormas mainstream di Indonesia, secara atau ideologi yang berkembang dimana
spesifik ia menyebut Muhammadiyah media tersebut berdiri. Sejak dari awal
dan NU yang moderat. Apabila pendiriannya Republika memang telah
Republika mengaku bahwa sikap ditujukan bagi umat Islam, menurut
mereka sama seperti sikap kedua ormas Anif Punto Utomo dalam buku
besar tersebut maka dapat disimpulkan Republika 17 Tahun Melintas Zaman bahwa sikap resmi mereka adalah Islam
disebutkan bahwa Republika didirikan yang moderat dimana model Islam ini karena adanya kegelisahan umat Islam
tidaklah anti demokrasi, radikal, dan karena merindukan hadirnya koran
Sebaliknya mereka bernafaskan Islam. Mereka merasakan
skriptualistik.
mendukung dan berperan aktif dalam adanya
kegiatan demokratis di Indonesia, informasi karena media-media besar di
ketidakseimbangan
arus
seperti pemilu. Lingkungan Islam yang Indonesia adalah justru media non-
moderat dan toleran semacam inilah Islam. Hal ini tentunya tentunya
yang mungkin membuat Republika tak memperjelas positioning, visi, dan
segan mengaku bahwa visi Islam ideologi umum Republika, yaitu sebagai
mereka adalah Islam yang moderat, harian komunitas umat Islam, apalagi mereka adalah Islam yang moderat, harian komunitas umat Islam, apalagi
Republika selalu membungkus isu Setelah
tersebut dalam kerangka kampanye mendalam
melakukan
analisis
pilpres yang notabene demokratis. Semiotika Saussure dan Gatekeeping
menggunakan
Analisis
Republika sementara itu juga masih dari Pamela Shoemaker, dapat diketahui
protektif membungkus isu-isu yang visi Islam model apa yang di adopsi
beraroma SARA, hal yang tidak oleh Republika sebagai kebijakan
ditemukan pada kelompok radikal. redaksional mereka. Mengacu pada
tekstual juga tidak analisis terhadap tiga isu tersebut, yaitu
2. Secara
ditemukan kata atau frasa yang Isu Kampanye Jilbab, Isu Istri Boediono
sering digunakan oleh kelompok Katolik, dan Isu Kebijakan Syariah,
radikal/fundamentalis. Menurut M. dapat diketahui bahwa secara umum
Haryono pada diri kebijakan Republika terhadap isu-isu
Yudhie
fundamentalis terkandung bahasa religio politik adalah bahwa apabila isu
perlawanan, jihad (holy war). tersebut sensitif, tidak tulus, dan penuh
Kelompok fundamentalis juga kepentingan maka isu tersebut tidak
gemar memunculkan isu-isu Mus- perlu dipermasalahkan, di blow up atau
lim versus Yahudi dan Nasrani, di-cover secara serius dan mendalam
Osama bin Ladin, untuk pemberitaan. Sementara itu jika
WTC,
kristenisasi, zionisme dan lampiran isu tersebut menonjolkan aspek-aspek
Al Qur’an yang khasanah Islam, terutama dalam tata
ayat- ayat
menjustifikasi kewajiban melawan negara, maka isu tersebut perlu di cover
musuh. Yudhie Haryono juga secara mendalam, intens, dan bahkan di
mengatakan bahwa perlu ada ulas secara bombastis.
dekonstruksi teks terhadap frasa- Kemudian melalui serangkaian
frasa Kafir, Musyrik, Munafiq, dan wawancara yang telah dilakukan
Murtad yang sering digunakan oleh terhadap wartawan dan redaktur senior
kelompok fundamentalis (Yudhie Republika , penelitian ini memperoleh
Haryono, 2005: 89, 95, dan 107). pengakuan resmi bahwa visi dan afiliasi
Berdasarkan konsepsi ini maka keagamaan mereka adalah Islam
memang tidak ditemukan model moderat. Dalam hal ini mereka
frasa atau kata dalam teks mengambil contoh bahwa sikap mereka
Republika , dan bahkan dalam memiliki banyak kesesuaian dengan
wawancara, yang sama digunakan pandangan dua ormas besar Islam di
dengan kelompok fundamentalis. Indonesia
pemahaman Islam moderat, yaitu Berdasarkan kedua hal ini Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
menjadi jelas bahwa Republika (NU). Kemoderatan Republika ini juga
memiliki pemahaman yang sama sekali dapat dilihat dalam dua hal, yaitu:
berbeda dengan kelompok Islam fun-
1. Republika memberikan highlite damental atau radikal. Premisnya benar- yang besar pada isu-isu kebijakan
benar tidak sesuai dari awal, yaitu sikap syariah, seperti isu ekonomi syariah
terhadap demokrasi dan negara bangsa dan isu peranan Islam. Sekilas
di mana kelompok fundamentalis sangat sensasionalitas semacam ini nam-
demokrasi dan pak juga hadir dalam bahasa kaum
menentang
nasionalisme, sementara Republika fundamentalis, di mana segala hal
mendukungnya. Kemudian Republika yang berbau Islam murni akan
juga tidak memiliki kesesuaian dengan juga tidak memiliki kesesuaian dengan
peningkatan kualitas hidup umat Islam mengatakan dengan tegas bahwa
Republika tidaklah memiliki sikap yang Telah jelas bahwa Republika sesuai dengan Ulil Abshar Abdallah,
menjalankan sebuah model Islam yang Gus Dur , dan pemikir liberal lain yang
sering di sebut sebagai Islam Moderat. sejenis 2 . Sikap ini juga dipertegas Apakah model ke-Islaman semacam ini
dengan hasil-hasil analisis tekstual tergolong toleran secara politik? terutama pada pemberitaan kebijakan
Republika juga telah syariah. Pada isu ini Republika terlihat
Apakah
memperlihatkan toleransi tersebut? sekali sangat getol memberitakan
Mengingat Toleransi Politik merupakan berbagai kebijakan syariah terutama
prasayarat yang dibutuhkan untuk ekonomi syariah. Sikap ini jelas sangat
menciptakan sebuah Civil society. berseberangan dengan sikap kelompok
memahami hal tersebut liberal yang menolak segala produk
Untuk
penelitian ini akan menelusuri sikap agama dalam ruang publik. Bagi
Republika terhadap negara, umat kelompok ini agama adalah spirit yang
beragama lain, dan umat Islam lain. akan mendorong, memupuk, dan
dengan hubungan mengiringi kehidupan seseorang secara
Terkait
Republika dengan negara perlu positif, tetapi produk agama itu sendiri
dipahami bahwa kelompok moderat tidak boleh dipaksakan pada kehidupan
memandang pemerintah publik
tidaklah
sebagai institusi yang tidak Islami atau melibatkan banyak umat. Sikap
yang cosmopolitan
dan
haram untuk diikuti, akan tetapi mereka Republika dengan demikian juga jauh
juga tidak mau mengakui bahwa negara dari sikap model Islam yang liberal atau
ini menganut sistem sekuler yang sekuler.
memisahkan agama dan negara. Dalam Republika dengan
politik mereka sangat berbaur dengan tidaklah menganut Civil society secara
demikian
sistem demokratis yang ada. Mereka penuh dan lebih mirip dikatakan
mengikuti pemilu melalui parpol-parpol mengaplikasikan apa yang di sebut
Islam, mereka ikut menyusun semua sebagai Civil Islam. Aspek dukungan
pemerintah, mereka terhadap syariat Islam melalui sistem
perundangan
bahkan berkoalisi dengan parpol lain yang demokratis dan Civil Islam ini
yang berhalauan nasionalis. Sikap dengan jelas menunjukkan bahwa
Republika terhadap pemerintah juga Republika berada ditengah-tengah spec-
menunjukkan hal yang sama. Walaupun trum model ke-Islaman, yaitu moderat.
bernafaskan Islam Republika tidak Visi moderat yang mengedepankan civil
menganggap negara dan sistem Islam inilah yang merupakan kebijakan
demokrasi sebagai “barang” yang ha- dasar bagi Republika. Seluruh proses
ram. Arys Hilman sendiri selaku Wakil produksi berita yang mereka lakukan
Pimpinan Redaksi mengatakan dengan haruslah disesuaikan dengan visi
tegas bahwa mereka tidaklah anti moderat yang mendukung demokrasi,
terhadap demokrasi dan sepaham nasionalisme, profesionalisme dan
dengan sistem tersebut. Tanda lain dari toleransi tersebut adalah gencarnya
pemberitaan