M01907
Studi Komparasi Estimasi Dosis Janin dengan Perhitungan Manual
dan Simulasi pada Pemeriksaan Radiografi Pelvis
Satriya Ary Hapsara1, Giner Maslebu2, Jodelin Muninggar3 1,2,3Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1642011005@student.uksw.edu, 2 ginmaslebu@gmail.com, 3jodelin.muninggar@staff.uksw.edu
Abstrak - Janin memiliki radiosensitivitas terhadap radiasi pengion, sehingga perhitungan dosis yang diserap oleh pasien perlu dilakukan agar janin memperoleh dosis dibawah 100 mGy seperti yang direkomendasikan oleh International Comission on Radiological Protection (ICRP). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil estimasi dosis janin pada pemeriksaan radiografi pelvis dengan metode perhitungan manual dan simulasi berbantukan program FetDose V4 pada faktor eksposi sebesar 70 kV, 73 kV, 77 kV, 81 kV, 85 kV, 90 kV dan 96 kV, beban tabung 10 mAs pada Focus to Film Distance (FFD) yaitu 100 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm. Sampel penelitian adalah solid water phantom dengan tebal 18 cm yang mewakili ketebalan Pelvis dan X-Ray Multimeter sebagai alat ukur Entrance Surface Dose (ESD). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05) pada pemeriksaan radiografi dengan FFD berturut - turut 100 cm, 110 cm, 120 cm, dan 130 cm dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05) pada pemeriksaan radiografi dengan FFD 140 cm dan 150 cm. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD menghasilkan hubungan yang kuat dengan nilai r berada pada rentang 0,70 – 1,00. Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual dan simulasi pada setiap FFD berada dibawah nilai 100 mGy. Dengan demikian, FFD yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi pemeriksaan radiodiagnostik.
Kata kunci : Focus to Film Distance (FFD), Normalized to Uterine Dose (NUD), Entrance Surface Dose (ESD), FetDose V4
I.
PENDAHULUAN
Sinar-X telah menjadi sumber radiasi pengion yang dibuat oleh manusia untuk kepentingan diagnostik dan terapi [1][2][3]. Sebagai sarana penunjang, sinar-X sangat membantu dalam pemeriksaan diagnostik [4], salah satunya pemeriksaan radio diagnostik yang memberikan manfaat berupa informasi diagnosis yang dibutuhkan oleh pasien [3][5][6][7]. Meskipun memberikan manfaat, paparan radiasi pengion yang dihasilkan oleh sinar-X memiliki dampak buruk terhadap pasien yang sedang berada dalam masa kehamilan, mengingat radiosensitivitas janin dan efek biologis yang buruk terhadap perkembangan janin [8][9][10][11], seperti malformasi organ pada usia kehamilan 3 – 8 minggu [8][12][13][20], retardasi mental pada usia kehamilan 9 – 25 minggu hingga sterilitas ataupun kanker pada usia kehamilan 26 minggu sampai kelahiran [20]. Osei et al., telah mencoba menghitung estimasi dosis janin pada rentang waktu selama 5 tahun pada 50 wanita hamil dengan pemeriksaan radiografi abdomen dan pelvis dan diperoleh dosis janin antara <0,01μGy– 117 mGy [21].
Dosis merupakan parameter tunggal untuk memperoleh risiko relatif dari paparan radiasi
ionisasi [14], sehingga dosimetri merupakan dasar yang digunakan untuk memberikan penaksiran risiko yang diakibatkan oleh paparan radiasi ionisasi dan untuk keperluan kalibrasi instrumentasi medis [7]. Oleh karena itu, perhitungan dosis yang diserap oleh pasien selama proses kehamilan sangat perlu dilakukan untuk menjaga agar janin memperoleh dosis yang cukup minim[12][13]. Berdasarkan The International Comission on Radiological Protection (ICRP) nilai batas dosis (threshold dose) janin yang diizinkan ialah kurang dari 0,1 Gy atau 100 mGy.
Beberapa penelitian dengan beragam metode dalam menentukan estimasi dosis janin untuk beberapa pemeriksaan telah dilakukan. Pada pemeriksaan yang memanfaatkan Computed Tomography (CT) penelitian estimasi dosis janin telah dilakukan oleh Damilakis, John et al., (2000) pada pemeriksaan thoraks, abdomen dan pelvis dengan phantom antromorpik wanita hamil sebagai sampel dan Thermoluminescene Dosimetry (TLD) sebagai alat ukur dosis. Penelitian serupa juga telah dilakukan Jaffe, Tracy A et al., (2008) yang mengambil sampel phantom antromorpik wanita dan dosimeter Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor (MOSFET) sebagai alat ukur estimasi dosis yang diserap oleh janin
(2)
pada pemeriksaan dada, abdomen dan pelvis. Penelitian Huda, Walter et al., (2009) yang menggunakan ImPACT CT Patient Dosimetry Calculator untuk menentukan estimasi dosis yang diserap oleh embrio.
Estimasi dosis janin pada pemeriksaan X-Ray konvensional telah dilakukan oleh Chaparian, Ali et al., (2013) dengan alat ukur dosis solid-state dosimeter dan pemograman berbasis Monte Carlo yaitu PCXMC. Penelitian Abdalla, Ibrahim et al., (2013) dengan TLD sebagai alat ukur dosis dan 20 ekor kelinci (10 ekor mewakili pasien dan 10 ekor mewakili pekerja radiasi). Penelitian Osei, Ernest K., et al (2012) yang menggunakan 367 pasien ibu hamil dan TLD sebagai alat ukur dosis, dimana program FetDose V4 sebagai program yang membantu menentukan estimasi dosis janin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perolehan estimasi dosis janin pada pemeriksaan pelvis dengan metode perhitungan manual dan simulasi berbantukan FetDose V4 dengan menggunakan solid water phantom dan Multimeter X-Ray sebagai alat ukur Entrance Surface Dose (ESD).
II.
METODE PENELITIAN
a.
Bahan
Gambar 1. Multimeter X-Ray yang digunakan sebagai alat ukur Entrance Surface Dose (ESD)
Multimeter X-Ray digunakan sebagai alat ukur Entrance Surface Dose (ESD) dan solid water phantom sebagai sampel pengukuran estimasi dosis janin.
Gambar 2. Solid water phantom yang diguna-kan sebagai sampel pengukuran estimasi dosis janin
b. Metode
Secara manual estimasi dosis yang diserap oleh janin pada beberapa pemeriksaan radiografi (Df) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (1) [5].
dESDi radi i
f D ESD SF
D , , , (1)
dengan
mAs output kVp
kVp FSD FSD ESD
QA EX EX QA
rad
2
(2) dimana NUD merupakan Normalized to Uterine Dose yang diperoleh dari program FetDose V4, n merupakan banyaknya pemeriksaan radiografi, NUDd,ESD,i adalah dosis uterus pada
rata – rata kedalaman janin d, FSD adalah Focus to Skin Distance dan SFi adalah faktor ukuran
janin (faktor konversi dosis uterus ke janin).
Gambar 3. Multimeter X-Ray diletakkan pada titik sentral phantom solid water. Untuk mengukur ESD, Multimeter X-Ray diletakkan pada titik sentral phantom solid water seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3. Program FetDose V4 digunakan sebagai software yang membantu menentukan besarnya estimasi dosis janin dengan memasukkan hasil
(3)
pengukuran ESD. FetDose V4 merupakan program yang dikembangkan untuk penentuan estimasi dosis radiasi pada janin [5]. Menurut rekomendasi the European Comission (1996) bahwa besarnya tegangan (kV) yang dapat digunakan adalah 80 kV – 100 kV dan FFD sebesar 100 cm – 150 cm [24]. Dalam penelitian ini, pegukuran ESD dilakukan dengan besar tegangan kVpQA sebesar 125 dan, kVpEX [15] berturut – turut adalah 70, 73, 77, 81, 85, 90 dan 96 dengan beban tabung sebesar 10 mAs, nilai Focus to Film Distance (FFD) yang digunakan adalah 100 cm, 110 cm, 120 cm, 130 cm, 140 cm dan 150 cm.
Ketebalan solid water phantom yang digunakan adalah 18 cm yang mewakili ketebalan Pelvis/AP thickness [22], sehingga, besarnya Focus to Skin Distance (FSD), baik FSDEX dan FSDQA yang digunakan merupakan selisih dari FFD dengan AP thickness yaitu berturut-turut 82 cm, 92 cm, 102 cm, 112 cm, dan 132 cm. Besarnya output (mGy/mAs) diperoleh dari hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada masing – masing FFD. Penentuan estimasi dosis janin secara manual dihitung dengan menggunakan persamaan (1) dimana nilai ESD diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan persamaan (2).
Penentuan dosis janin secara simulasi diperoleh dengan menggunakan program FetDose V4 dengan memasukkan nilai ESD hasil pengukuran X-Ray Multimeter yang diletakkan pada titik pusat solid water phantom. Baik perhitungan manual maupun simulasi, besar NUD diperoleh dari program FetDose V4. Uji t dengan program SPSS digunakan untuk membandingkan hasil estimasi dosis janin yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi, dengan hipotesis nol (H0) adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan simulasi dan manual, dan hipotesis alternatif (Ha) adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi dan manual. Apabila pada uji t diperoleh p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak dan jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima [23].
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Estimasi Dosis Janin pada
FFD = 100 cm
Gambar 4 adalah grafik yang menunjukkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp). ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2 merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 100 cm adalah 0,182 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,999 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2.
100 cm
Tabel 1 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi janin dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai Tabel 1. Estimasi Dosis Janin pada FFD = 100 cm
kVp ESD1 (mGy) Df1 (mGy) ESD2 (mGy) Df2 (mGy)
70 73 77 81 85 90 96
0, 571 0, 621 0, 691 0, 764 0, 842 0, 943 1, 073
0, 062 0, 074 0, 092 0, 111 0, 135 0, 167 0, 211
0, 062 0, 074 0, 092 0, 111 0, 135 0, 167 0, 211
0, 072 0, 086 0, 106 0, 129 0, 156 0, 194 0, 244
(4)
0 0,5 1 1,5
60 70 80 90 100
E
S
D
(m
G
y
)
kVp
ESD1 ESD2
significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.
Gambar
4
.
Grafik
ESD
hasil
perhitungan
manual
(
ESD
1)
dan
pengukuran (
ESD
2) pada FFD =100 cm
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,122 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,141 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 100 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostic.
b.
Estimasi Dosis Janin pada
FFD = 110 cm
Gambar 5 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp). ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2
me-rupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray.
Gambar
5
.
Grafik
ESD
hasil
perhitungan
manual
(
ESD
1)
dan
pengukuran (
ESD
2) pada FFD = 110 cm.
Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 110 cm adalah 0,150 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,999 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 2 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi janin dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
60 80 100
E
S
D
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
Tabel 2.
Estimasi Dosis Janin pada FFD = 110 cm
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 470
0, 512
0, 569
0, 629
0, 694
0, 778
0, 885
0, 051
0, 061
0, 076
0, 092
0, 111
0, 138
0, 174
0, 563
0, 612
0, 676
0, 750
0, 828
0, 931
1, 049
0, 057
0, 067
0, 082
0, 101
0, 122
0, 152
0, 191
(5)
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan manual sebesar 0,122 mGy
dan rerata hasil estimasi dosis janin
dengan perhitungan simulasi sebesar
0,141 mGy. Rerata estimasi dosis janin
dengan kedua metode berada dibawah
nilai batas dosis janin sehingga FFD
dengan besar 100 cm dapat dijadikan
acuan
sebagai
refrensi
prosedur
diagnostik.
c.
Estimasi Dosis Janin pada FFD
= 120 cm
Gambar
3
adalah
grafik
yang
memperlihatkan bahwa ESD yang
diperoleh dari perhitungan manual dan
simulasi mengalami peningkatan seiring
dengan kenaikan besar tegangan tabung
(kVp).
ESD
1merupakan hasil perhitungan
manual dengan persamaan (2) dan
ESD
2merupakan hasil pengukuran Multimeter
X-Ray.
Besar
output
(mGy/mAs)
berdasarkan hasil uji linearitas dengan
menggunakan Multimeter X-Ray pada
FFD sebesar 120 cm adalah 0,176
mGy/mAs.
Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan
ESD
1dengan menggunakan Program
SPSS menghasilkan
r
= 0,999 dan uji
korelasi Pearson antara kVp dan
ESD
2menghasilkan
r
yang sama yaitu sebesar
0,9999. Karena nilai
r
yang dihasilkan
berada pada rentang 0,70
–
1,00 dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat [23] antara kVp dan
ESD
1juga
kVp terhadap
ESD
2.
Tabel 3 merupakan data hasil estimasi
dosis janin dengan metode perhitungan
manual dan simulasi.
D
f1merupakan
estimasi dosis janin hasil dari perhitungan
manual dan
D
f2merupakan estimasi dosis
janin hasil dari perhitungan simulasi
dengan program FetDose
Tabel 3 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 120 cm
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 552
0, 600
0, 668
0, 739
0, 814
0, 912
1, 038
0, 060
0, 072
0, 089
0, 108
0, 131
0, 162
0, 205
0, 419
0, 457
0, 503
0, 559
0, 618
0, 693
0, 782
0, 046
0, 055
0, 067
0, 082
0, 099
0, 123
0, 154
Tabel 4
Estimasi Dosis Janin pada FFD = 130
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 339
0, 368
0, 450
0, 453
0, 499
0, 559
0, 637
0, 037
0, 044
0, 054
0, 066
0, 080
0, 099
0, 126
0, 349
0, 382
0, 419
0, 466
0, 516
0, 579
0, 653
0, 038
0, 046
0, 056
0, 068
0, 084
0, 103
0, 134
(6)
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
60 70 80 90 100
E
S
D
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
Gambar 6
. Grafik ESD hasil perhitungan
manual (
ESD
1) dan pengukuran (
ESD
2) pada
FFD = 120 cm.
Hasil uji
t
menghasilkan nilai
significancy
0,001
dimana
p
< 0,05 sehingga
H
0ditolak dan
H
aditerima, artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil perhitungan manual
dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan manual sebesar 0,112 mGy dan
rerata hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan simulasi sebesar 0,089 mGy.
Rerata estimasi dosis janin dengan kedua
metode
berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 120 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.
d.
Estimasi Dosis Janin pada FFD =
130 cm
Gambar 7 adalah grafik yang memperlihatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).
Gambar 7. Grafik ESD hasil perhitungan manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada FFD = 130 cm.
ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2 merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 130 cm adalah 0,108 mGy/mAs.
Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 4 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm. Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,072 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,076 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 130 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.
e.
Estimasi Dosis Janin pada FFD =
140 cm
Gambar 8 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).
Gambar 8. Grafik ESD hasil perhitungan manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada FFD = 140 cm.
0 0,2 0,4 0,6 0,8
60 80 100
E
SD
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
(7)
ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2 merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 140 cm adalah 0,092 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 5 merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4.
Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,321 dimana p > 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 140 cm.
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,062 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,064 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 140 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.
f.
Estimasi Dosis Janin pada FFD
= 150 cm
Gambar 6 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).
Gambar 9. Grafik ESD hasil perhitungan manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada
FFD = 150 cm
ESD1 merupakan hasil perhitungan manual dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2 merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray. Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 150 cm adalah 0,080 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,172 dimana p > 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 150 cm.
Tabel 5 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 140 cm
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 289
0, 314
0, 349
0, 386
0, 425
0, 477
0, 543
0, 032
0, 037
0, 047
0, 057
0, 069
0, 085
0, 107
0, 290
0, 317
0, 350
0, 388
0, 429
0, 481
0,544
0, 046
0, 038
0, 047
0, 057
0, 069
0, 085
0, 107
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
60 70 80 90 100
E
S
D
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
(8)
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,054 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,053 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 150 cm dapat dijadikan sebagai refrensi diagnostik.
IV.
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi dosis janin pada pemeriksaan radiografi Pelvis dengan perhitungan manual dan simulasi memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada besar FFD berturut – turut 100 cm, 110 cm, 120 cm dan 130 cm. Sementara, pada FFD 140 cm dan 150 cm tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi (p>0,05). 2. Berdasarkan uji korelasi Pearson antara kVp
dan nilai Entrance Surface Dose (ESD), diperoleh nilai r berada pada rentang 0,70 – 1,00 untuk setiap FFD, sehingga terdapat hubungan yang kuat antara kVp dan nilai ESD yang diperoleh baik dengan menggunakan metode perhitungan manual dan pengukuran multimeter X-Ray.
3.
Dengan faktor eksposi kVp 70, 73, 77, 81, 85, 90 dan 96 serta arus tabus 10 mAs pada setiap FFD yang digunakan, dosis janin yang diperoleh berada dibawah nilai batas dosis janin yang ditetapkan oleh The International Comission on Radiological Protection (ICRP). Jadi, faktor eksposi dan FFD yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi pemeriksaan diagnostik pada pemeriksaan radiografi pelvis.UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Tuhan yang penuh kasih untuk kekuatan dan kesempatan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Kepada Bapak Giner Maslebu, S.Pd, S.Si, M.Si dan Ibu dr Jodelin Muninggar, M.Sc selaku dosen Fisika FSM-UKSW yang bersedia menyediakan waktu dan buah pikirnya dalam penyelesaian penelitian ini serta kepada pihak yang berada di Training Center Universitas Diponegoro (UNDIP) untuk kesempatan yang diberikan bagi penulis dalam pengambilan data penelitian ini.
V.
DAFTAR PUSTAKA
[1] K, Ademola. et al. (2013). Assessment of Entrance Skin Dose in Routine X – Ray Examinations of Chest, Skull, Abdomen and Pelvis of Children in Five Selected Hospitals in Nigeria. IOSR Journal of Applied Physcis (IOSR – JAP). 5(2), 47-50.
[2] U, Ibrahim. et al. 2014. Determination of Entrance Skin Dose from Diagnostic X – Ray of Human Chest at Federal Medical Centre Keffi, Nigeria. Science World Journal. 9 (1).
[3] Hall, E J dan Brenner, D J. et al. (2008). Cancer Risks from Diagnostic Radiology. the British Journal of Radiology. 81 : 362 – 378.
[4] Osei, Ernest K dan Darko, Johnson. (2013). Foetal Radiation Dose and Risk from Diagnostic Radiology Procedures : A Multinational Study. Hindawi Publishing Corporation. ISRN Radiology.
[5] Huda, Walter. et al. (2010). Embryo Dose Estimates in Body CT. 194:874-880. [6] Halme, KH dan Nilson, Mats. (2013). the
Effects on Absorbed Dose Distribution – Ray Imaging When
Tabel 6 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 140
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 251
0, 273
0, 304
0, 336
0, 369
0, 415
0, 472
0, 027
0, 032
0, 040
0, 050
0, 059
0, 074
0, 093
0, 249
0, 272
0, 300
0, 333
0, 369
0, 414
0, 468
0, 027
0, 032
0, 040
0, 490
0, 059
0, 073
0, 092
(9)
Using Tube Voltages of 60 and 70 kV for Bitewing Imaging. Journal of Oral Maxillofacial Research. 4 (3).
[7] Xie, Tianwu dan Habib, Zaidi. (2014). Fetal and Maternal Absorbed Dose Estimates for Positron – Emitting Molecular Imaging Probes. The Journal of Nuclear Medicine. 55 : 1459 – 1466.
[8] Abdalla, Ibrahim dan Elshikh, Mohamed. et al. 2015. Efect of Radiation on Pregnancy. International Journal of Medicine and Medical Sciences. 7(5), 98-101.
[9] Kaasalainen, Touko. et al. (2014). Limiting CT Radiation Dose in Children with Craniosynostosis : Phantom Study Using Model – Based Iterative Reconstruction. Pediatr Radiol. Springer – Verlag Berlin Heidelberg.
[10] Ebina, Satoko. et al. (2012). the Effects of Maternal Exposure to Radiation on the Fetus. Radiation Emergency Medicine. 1 (1-2) : 27-32.
[11] Chaparian, Ali. Dan Aghabagheri, Mahdi. (2013). Fetal Radiation Doses and Subsequent Risks From X – Ray Examinations : Should We be Concerned?. Iran J Reprod Med. 11(11), 899-904.
[12] Atarod, M., Shrokani, P., Pourmoghadas, A. (2012). Design of a Generally Applicable Abdominal Shield for Reducing Fetal Dose during Radiotherapy of Common Malignancies in Pregnant Patients. Iran. J. Radiat. Res. 10(3-4) : 151 – 156. [13] Christner, Jodie A., Kofler, J M., dan
McCollough C H. (2010). Estimating Effective Dose for CT Using Dose – Length Product with Using Organ Dose : Consequences of Adopting
[14] International Comission on Radiological Protection Publication 103 or Dual – Energy Scanning. 194 : 881-889.
[15] Ofori, Eric K.. et al. (2013). Optimization of Patient Radiation Protection in Pelvic X-Ray Examination in Ghana. Journal of Applied Clinical Medical Physics. 13(4). [16] Damilakis, John. et al. (2000). Estimation of
Fetal Radiation Dose from Computed Tomography Scanning in Late Pregnancy. Investigative Radiology. 35(9), 527-533.
[17] Jaffe, Tracy A. et al. (2008). Early First-Trimester Fetal Radiation Dose Estimation in 16-MDCT without and with Automated Tube Current Modulation. 190 : 860-864.
[18] International Comission on Radiological Protection 60. (1991) Recomendations of the International Comission on Radiological Protection. Annals of the ICRP Vol. 21 (1-3).
[19] Shaw, Palma. et al. (2011). Radiation Exposure and Pregnancy. Journal of Vascular Surgery. 53(15s).
[20] Brookfield, Hannah., Stanley, A M. dan England, Andrew. (2015). Light Beam Diaphragm Collimation Errors and Their Effects on Radiation Dose for Pelvic Radiography. Radiologic Technology. 86(4).
[21] Jackson, Sherri L. 2006. Research Methods and Statistics ; a Critical Thinking Approach. International Student Edition : USA.
[22] Ofori, Eric Kwasi. et al. (2016). Relationship between Patient Anatomical Thickness and Radiographic Exposure Factors for Selected Radiographic Examinations. Journal of Health, Medicine and Nursing. ISSN 2422-8419. Vol
(1)
0 0,5 1 1,5
60 70 80 90 100
E
S
D
(m
G
y
)
kVp
ESD1 ESD2
significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.
Gambar
4.
Grafik
ESD
hasil
perhitungan
manual
(ESD
1)
dan
pengukuran (ESD
2) pada FFD =100 cm
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,122 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,141 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 100 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostic.
b.
Estimasi Dosis Janin pada
FFD = 110 cm
Gambar 5 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp). ESD1 merupakan
hasil perhitungan manual dengan
menggunakan persamaan (2) dan ESD2
me-rupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray.
Gambar
5.
Grafik
ESD
hasil
perhitungan
manual
(ESD
1)
dan
pengukuran (ESD
2) pada FFD = 110 cm.
Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji
linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 110 cm adalah 0,150 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara
kVp dan ESD1 dengan menggunakan program
SPSS menghasilkan r = 0,999 dan uji korelasi
Pearson antara kVp dan ESD2 menghasilkan
nilai r yang sama yaitu sebesar 0,999. Karena
nilai r yang dihasilkan berada pada rentang
0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat [23] antara kVp dan
ESD1 juga kVp terhadap ESD2. Tabel 2
merupakan data hasil estimasi dosis janin dengan metode perhitungan manual dan
simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin
hasil dari perhitungan manual dan Df2
merupakan estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi janin dengan program
FetDose V4. Hasil uji t menghasilkan nilai
significancy 0,001 dimana p < 0,05 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
60 80 100
E
S
D
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
Tabel 2. Estimasi Dosis Janin pada FFD = 110 cm
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 470
0, 512
0, 569
0, 629
0, 694
0, 778
0, 885
0, 051
0, 061
0, 076
0, 092
0, 111
0, 138
0, 174
0, 563
0, 612
0, 676
0, 750
0, 828
0, 931
1, 049
0, 057
0, 067
0, 082
0, 101
0, 122
0, 152
0, 191
(2)
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan manual sebesar 0,122 mGy
dan rerata hasil estimasi dosis janin
dengan perhitungan simulasi sebesar
0,141 mGy. Rerata estimasi dosis janin
dengan kedua metode berada dibawah
nilai batas dosis janin sehingga FFD
dengan besar 100 cm dapat dijadikan
acuan
sebagai
refrensi
prosedur
diagnostik.
c.
Estimasi Dosis Janin pada FFD
= 120 cm
Gambar
3
adalah
grafik
yang
memperlihatkan bahwa ESD yang
diperoleh dari perhitungan manual dan
simulasi mengalami peningkatan seiring
dengan kenaikan besar tegangan tabung
(kVp).
ESD
1merupakan hasil perhitungan
manual dengan persamaan (2) dan ESD
2merupakan hasil pengukuran Multimeter
X-Ray.
Besar
output
(mGy/mAs)
berdasarkan hasil uji linearitas dengan
menggunakan Multimeter X-Ray pada
FFD sebesar 120 cm adalah 0,176
mGy/mAs.
Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan
ESD
1dengan menggunakan Program
SPSS menghasilkan
r = 0,999 dan uji
korelasi Pearson antara kVp dan
ESD
2menghasilkan
r yang sama yaitu sebesar
0,9999. Karena nilai
r yang dihasilkan
berada pada rentang 0,70
–
1,00 dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat [23] antara kVp dan ESD
1juga
kVp terhadap ESD
2.
Tabel 3 merupakan data hasil estimasi
dosis janin dengan metode perhitungan
manual dan simulasi.
D
f1merupakan
estimasi dosis janin hasil dari perhitungan
manual dan D
f2merupakan estimasi dosis
janin hasil dari perhitungan simulasi
dengan program FetDose
Tabel 3 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 120 cm
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 552
0, 600
0, 668
0, 739
0, 814
0, 912
1, 038
0, 060
0, 072
0, 089
0, 108
0, 131
0, 162
0, 205
0, 419
0, 457
0, 503
0, 559
0, 618
0, 693
0, 782
0, 046
0, 055
0, 067
0, 082
0, 099
0, 123
0, 154
Tabel 4 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 130
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 339
0, 368
0, 450
0, 453
0, 499
0, 559
0, 637
0, 037
0, 044
0, 054
0, 066
0, 080
0, 099
0, 126
0, 349
0, 382
0, 419
0, 466
0, 516
0, 579
0, 653
0, 038
0, 046
0, 056
0, 068
0, 084
0, 103
0, 134
(3)
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
60 70 80 90 100
E
S
D
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
Gambar 6. Grafik ESD hasil perhitungan
manual (ESD
1) dan pengukuran (ESD
2) pada
FFD = 120 cm.
Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,001
dimana p < 0,05 sehingga H
0ditolak dan H
aditerima, artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil perhitungan manual
dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm.
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan manual sebesar 0,112 mGy dan
rerata hasil estimasi dosis janin dengan
perhitungan simulasi sebesar 0,089 mGy.
Rerata estimasi dosis janin dengan kedua
metode
berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 120 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.
d.
Estimasi Dosis Janin pada FFD =
130 cm
Gambar 7 adalah grafik yang memperlihatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).
Gambar 7. Grafik ESD hasil perhitungan
manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada
FFD = 130 cm.
ESD1 merupakan hasil perhitungan manual
dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2
merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray.
Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji
linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 130 cm adalah 0,108 mGy/mAs.
Hasil uji korelasi Pearson antara kVp dan ESD1
dengan menggunakan program SPSS
menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson
antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang
sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang
dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
[23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap
ESD2. Tabel 4 merupakan data hasil estimasi
dosis janin dengan metode perhitungan manual
dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin
hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan
estimasi dosis janin hasil dari perhitungan
simulasi dengan program FetDose V4. Hasil uji t
menghasilkan nilai significancy 0,001 dimana p <
0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 100 cm. Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,072 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,076 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 130 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.
e.
Estimasi Dosis Janin pada FFD =
140 cm
Gambar 8 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).
Gambar 8. Grafik ESD hasil perhitungan
manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada
FFD = 140 cm.
0 0,2 0,4 0,6 0,8
60 80 100
E
SD
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
(4)
ESD1 merupakan hasil perhitungan manual
dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2
merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray.
Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji
linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 140 cm adalah 0,092 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp
dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS
menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson
antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang
sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang
dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
[23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap
ESD2. Tabel 5 merupakan data hasil estimasi
dosis janin dengan metode perhitungan manual
dan simulasi. Df1 merupakan estimasi dosis janin
hasil dari perhitungan manual dan Df2 merupakan
estimasi dosis janin hasil dari perhitungan simulasi dengan program FetDose V4.
Hasil uji t menghasilkan nilai significancy 0,321
dimana p > 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 140 cm.
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,062 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,064 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 140 cm dapat dijadikan acuan sebagai refrensi prosedur diagnostik.
f.
Estimasi Dosis Janin pada FFD
= 150 cm
Gambar 6 adalah grafik yang memperli-hatkan bahwa ESD yang diperoleh dari perhitungan manual dan simulasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan besar tegangan tabung (kVp).
Gambar 9. Grafik ESD hasil perhitungan
manual (ESD1) dan pengukuran (ESD2) pada
FFD = 150 cm
ESD1 merupakan hasil perhitungan manual
dengan menggunakan persamaan (2) dan ESD2
merupakan hasil pengukuran Multimeter X-Ray.
Besar output (mGy/mAs) berdasarkan hasil uji
linearitas dengan menggunakan Multimeter X-Ray pada FFD sebesar 150 cm adalah 0,080 mGy/mAs. Hasil uji korelasi Pearson antara kVp
dan ESD1 dengan menggunakan program SPSS
menghasilkan r = 0,990 dan uji korelasi Pearson
antara kVp dan ESD2 menghasilkan nilai r yang
sama yaitu sebesar 0,999. Karena nilai r yang
dihasilkan berada pada rentang 0,70 – 1,00 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
[23] antara kVp dan ESD1 juga kVp terhadap
ESD2. Df1 merupakan estimasi dosis janin hasil
dari perhitungan manual dan Df2 merupakan
estimasi dosis janin hasil dari perhitungan
simulasi dengan program FetDose V4. Hasil uji t
menghasilkan nilai significancy 0,172 dimana p >
0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan manual dan simulasi pada FFD sebesar 150 cm.
Tabel 5 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 140 cm
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 289
0, 314
0, 349
0, 386
0, 425
0, 477
0, 543
0, 032
0, 037
0, 047
0, 057
0, 069
0, 085
0, 107
0, 290
0, 317
0, 350
0, 388
0, 429
0, 481
0,544
0, 046
0, 038
0, 047
0, 057
0, 069
0, 085
0, 107
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
60 70 80 90 100
E
S
D
(m
Gy)
kVp
ESD1 ESD2
(5)
Rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan manual sebesar 0,054 mGy dan rerata hasil estimasi dosis janin dengan perhitungan simulasi sebesar 0,053 mGy. Rerata estimasi dosis janin dengan kedua metode berada dibawah nilai batas dosis janin sehingga FFD dengan besar 150 cm dapat dijadikan sebagai refrensi diagnostik.
IV.
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
estimasi dosis janin pada pemeriksaan radiografi Pelvis dengan perhitungan manual dan simulasi memiliki perbedaan
yang signifikan (p < 0,05) pada besar FFD
berturut – turut 100 cm, 110 cm, 120 cm
dan 130 cm. Sementara, pada FFD 140 cm dan 150 cm tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil
perhitungan manual dan simulasi (p>0,05).
2. Berdasarkan uji korelasi Pearson antara kVp
dan nilai Entrance Surface Dose (ESD),
diperoleh nilai r berada pada rentang 0,70 –
1,00 untuk setiap FFD, sehingga terdapat hubungan yang kuat antara kVp dan nilai
ESD yang diperoleh baik dengan
menggunakan metode perhitungan manual dan pengukuran multimeter X-Ray.
3.
Dengan faktor eksposi kVp 70, 73, 77, 81,85, 90 dan 96 serta arus tabus 10 mAs pada setiap FFD yang digunakan, dosis janin yang diperoleh berada dibawah nilai batas
dosis janin yang ditetapkan oleh The
International Comission on Radiological Protection
(ICRP). Jadi, faktor eksposi dan FFD yang
digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi pemeriksaan diagnostik pada pemeriksaan radiografi pelvis.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Tuhan yang penuh kasih untuk kekuatan dan kesempatan yang diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Kepada Bapak Giner Maslebu, S.Pd, S.Si, M.Si dan Ibu dr Jodelin Muninggar, M.Sc selaku dosen Fisika FSM-UKSW yang bersedia menyediakan waktu dan buah pikirnya dalam penyelesaian penelitian ini
serta kepada pihak yang berada di Training Center
Universitas Diponegoro (UNDIP) untuk
kesempatan yang diberikan bagi penulis dalam pengambilan data penelitian ini.
V.
DAFTAR PUSTAKA
[1] K, Ademola. et al. (2013). Assessment of
Entrance Skin Dose in Routine X – Ray Examinations of Chest, Skull, Abdomen and Pelvis of Children in Five Selected Hospitals in Nigeria. IOSR Journal of Applied Physcis (IOSR – JAP). 5(2), 47-50.
[2] U, Ibrahim. et al. 2014. Determination of
Entrance Skin Dose from Diagnostic X – Ray of Human Chest at Federal Medical Centre Keffi, Nigeria. Science World Journal. 9 (1).
[3] Hall, E J dan Brenner, D J. et al. (2008).
Cancer Risks from Diagnostic
Radiology. the British Journal of Radiology. 81 : 362 – 378.
[4] Osei, Ernest K dan Darko, Johnson. (2013).
Foetal Radiation Dose and Risk from Diagnostic Radiology Procedures : A Multinational Study. Hindawi Publishing Corporation. ISRN Radiology.
[5] Huda, Walter. et al. (2010). Embryo Dose
Estimates in Body CT. 194:874-880.
[6] Halme, KH dan Nilson, Mats. (2013). the
Effects on Absorbed Dose Distribution
in Intraoral X – Ray Imaging When
Tabel 6 Estimasi Dosis Janin pada FFD = 140
kVp
ESD
1(mGy)
D
f1(mGy)
ESD
2(mGy)
D
f2(mGy)
70
73
77
81
85
90
96
0, 251
0, 273
0, 304
0, 336
0, 369
0, 415
0, 472
0, 027
0, 032
0, 040
0, 050
0, 059
0, 074
0, 093
0, 249
0, 272
0, 300
0, 333
0, 369
0, 414
0, 468
0, 027
0, 032
0, 040
0, 490
0, 059
0, 073
0, 092
(6)
Using Tube Voltages of 60 and 70 kV for Bitewing Imaging. Journal of Oral Maxillofacial Research. 4 (3).
[7] Xie, Tianwu dan Habib, Zaidi. (2014). Fetal
and Maternal Absorbed Dose Estimates
for Positron – Emitting Molecular
Imaging Probes. The Journal of Nuclear Medicine. 55 : 1459 – 1466.
[8] Abdalla, Ibrahim dan Elshikh, Mohamed. et
al. 2015. Efect of Radiation on Pregnancy. International Journal of Medicine and Medical Sciences. 7(5), 98-101.
[9] Kaasalainen, Touko. et al. (2014). Limiting
CT Radiation Dose in Children with Craniosynostosis : Phantom Study Using Model – Based Iterative Reconstruction. Pediatr Radiol. Springer – Verlag Berlin Heidelberg.
[10] Ebina, Satoko. et al. (2012). the Effects of
Maternal Exposure to Radiation on the Fetus. Radiation Emergency Medicine. 1 (1-2) : 27-32.
[11] Chaparian, Ali. Dan Aghabagheri, Mahdi.
(2013). Fetal Radiation Doses and
Subsequent Risks From X – Ray
Examinations : Should We be
Concerned?. Iran J Reprod Med. 11(11), 899-904.
[12] Atarod, M., Shrokani, P., Pourmoghadas, A.
(2012). Design of a Generally Applicable Abdominal Shield for Reducing Fetal Dose during Radiotherapy of Common Malignancies in Pregnant Patients. Iran. J. Radiat. Res. 10(3-4) : 151 – 156.
[13] Christner, Jodie A., Kofler, J M., dan
McCollough C H. (2010). Estimating
Effective Dose for CT Using Dose –
Length Product with Using Organ Dose : Consequences of Adopting
[14] International Comission on Radiological
Protection Publication 103 or Dual –
Energy Scanning. 194 : 881-889.
[15] Ofori, Eric K.. et al. (2013). Optimization of
Patient Radiation Protection in Pelvic X-Ray Examination in Ghana. Journal of Applied Clinical Medical Physics. 13(4).
[16] Damilakis, John. et al. (2000). Estimation of
Fetal Radiation Dose from Computed
Tomography Scanning in Late
Pregnancy. Investigative Radiology.
35(9), 527-533.
[17] Jaffe, Tracy A. et al. (2008). Early
First-Trimester Fetal Radiation Dose
Estimation in 16-MDCT without and
with Automated Tube Current
Modulation. 190 : 860-864.
[18] International Comission on Radiological
Protection 60. (1991) Recomendations of the International Comission on Radiological Protection. Annals of the ICRP Vol. 21 (1-3).
[19] Shaw, Palma. et al. (2011). Radiation
Exposure and Pregnancy. Journal of Vascular Surgery. 53(15s).
[20] Brookfield, Hannah., Stanley, A M. dan
England, Andrew. (2015). Light Beam Diaphragm Collimation Errors and Their Effects on Radiation Dose for
Pelvic Radiography. Radiologic
Technology. 86(4).
[21] Jackson, Sherri L. 2006. Research Methods
and Statistics ; a Critical Thinking Approach. International Student Edition : USA.
[22] Ofori, Eric Kwasi. et al. (2016). Relationship
between Patient Anatomical Thickness and Radiographic Exposure Factors for Selected Radiographic Examinations. Journal of Health, Medicine and Nursing. ISSN 2422-8419. Vol