Problematika pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi.

(1)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA KURIKULUM 2013

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI WLINGI

SKRIPSI

Oleh :

NOVI ROOSVITA IASHA

NIM. D01213041

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

APRIL 2017


(2)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA KURIKULUM 2013

DI MADRASAH ALIYAH NEGERI WLINGI

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

NOVI ROOSVITA IASHA

NIM. D01213041

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

APRIL 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Novi Roosvita Iasha, NIM. D01213041, 2017. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi, Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian yang berjudul Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran dan problematika pembelajaran yang berasal dari guru dan siswa, khususnya yang terjadi pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN Wlingi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mencari upaya dalam mengatasi problematika yang ada.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi. Sebagai pengecekan keabsahan data menggunakan ketekunan pengamatan dan triangulasi.

Setelah penelitian ini dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN Wlingi menggunakan metode diskusi, ceramah, dan tanya jawab. Adapun problematika pembelajaran yang dihadapi guru, yaitu penggunaan RPP, penentuan media, penentuan metode, keterbatasan sumber belajar, pengelolaan kelas, heterogenitas peserta didik, dan evaluasi pembelajaran. Sedangkan problematika yang dihadapi siswa, yaitu pembelajaran di akhir jam pelajaran, minat siswa, kondisi kelas, dan kesulitan belajar. Beberapa upaya untuk mengatasi problem yang dialami guru, yaitu sharing bersama guru lain, mengikuti pelatihan-pelatihan, mencari sumber belajar lain, membentuk kontrak pembelajaran, menjalin kerja sama dengan pihak lain, melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa. Sedangkan upaya untuk mengatasi problem yang dialami siswa, yaitu guru membangkitkan semangat siswa, guru melakukan pembelajaran yang bervariasi, membentuk tim disiplin, mempelajari materi sebelum diterangkan, membentuk kelompok belajar.

Kata Kunci: Problematika pembelajaran, Sejarah Kebudayaan Islam, Kurikulum 2013.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Tentang Problematika Pembelajaran ... 13

1. Pengertian Problematika Pembelajaran ... 12

2. Faktor Penyebab Problematika Pembelajara ... 13

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 19

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 19

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 20

3. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 22


(9)

5. Pendekatan dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam ... 24

C. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013... 25

1. Pengertian Kurikulum 2013... 25

2. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013... 26

3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 28

4. Komponen Kurikulum 2013 ... 30

5. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 33

6. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 34

D. Tinjauan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013 ... 35

1. Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam... 35

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ... 35

3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ... 37

4. Muatan Materi Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 48

B. Lokasi Penelitian... 49

C. Tahap-tahap Penelitian ... 49

D. Sumber dan Jenis Data... 50

E. Teknik Pengumpulan Data... 52

F. Teknik Analisis Data ... 54

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 56

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 58

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58

1. Identitas Madrasah Aliyah Negeri Wlingi ... 58

2. Sejarah Berdirinya MAN Wlingi... 59


(10)

4. Data Jumlah Siswa... 63

5. Data Guru dan Pegawai ... 65

6. Sarana dan Prasarana MAN Wlingi... 66

7. Data Kegiatan Ekstra Kurikuler... 70

B. Paparan Data Hasil Penelitian 1. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi... 71

2. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi ... 72

3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi. 79 BAB V ANALISIS DATA ... 85

A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Menurut Kurikulum 2013 di MAN Wlingi ... 85

B. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi... 87

C. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi... 98

D. Tawaran Desain Pembelajaran... 103

BAB VI KESIMPULAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah salah satu hal yang penting bagi suatu bangsa. Bidang pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa tersebut. Di samping itu melalui pendidikan yang bagus akan terwujud pula sumber daya manusia yang terampil, potensial, dan berkualitas.

Pembangunan nasional di bidang pendidikan terus dilaksanakan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, guna mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan setiap warga negaranya mengembangkan diri, baik dalam aspek jasmaniah maupun rohaniah.1 Seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Indonesia, setiap tahunnya pendidikan selalu dievaluasi dan diperbaiki guna mewujudkan tujuan tersebut.

Salah satu komponen dalam bidang pendidikan yang banyak menyita perhatian pada pelaksanaan sistem pendidikan nasional adalah persoalan kurikulum. Bahkan tidak sedikit yang menganggap kurikulum sebagai inti dari kegiatan pembelajaran. Kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan. Bahkan kurikulum dapat dikatakan sebagai syarat


(12)

2

mutlak, hal tersebut membuktikan bahwa kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran.2

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia selalu berubah-ubah guna menyesuaikan perkembangan zaman dan memperbarui kualitas untuk pelaksanaan pendidikan ke depannya. Sejak tahun 2000 pun sudah terhitung tiga kali kurikulum yang diterapkan, mulai dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) pada tahun 2004, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pada tahun 2006, dan kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan adalah Kurikulum 2013 yang disahkan dan dikeluarkan pada tahun 2013.

Salah satu perubahan yang membedakan antara Kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yaitu terletak pada pusat pembelajaran. Jika pada kurikulum sebelumnya, pembelajaran berpusat pada guru, maka pada Kurikulum 2013 ini pembelajaran berpusat pada siswa. Hal itu berarti siswa dituntut untuk lebih aktif daripada guru, sedangkan guru juga dituntut untuk menjadi kreatif dalam mengolah pembelajaran.

Adanya pembaruan kurikulum tentu berdampak pada berubahnya hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan. Akibatnya banyak terjadi problematika pada pembelajaran di kelas yang bisa diakibatkan karena belum siapnya komponen pembelajaran lainnya seperti

2 Nana Syaodih dan Sukmadita, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:


(13)

3

guru, siswa, media pembelajaran, dan sebagainya.

Selain kurikulum dalam proses pembelajaran siswa dan guru juga memegang peranan yang sangat penting. Tanpa siswa ataupun guru proses pembelajaran tidak dapat berlangsung. Siswa merupakan peserta didik yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu, agar kelak menjadi orang yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan guru bertugas untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan dan mendidik siswa agar mempunyai akhlak yang mulia.

Dalam pembelajaran ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga proses setelah pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan adanya kesulitan yang dihadapi oleh para guru, terutama guru Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini disebabkan guru belum mengetahui karakteristik setiap siswa. Selain itu dalam menjelaskan materi, guru sulit untuk memahamkan siswa. Siswanya sendiri sulit untuk menerima pelajaran tersebut, karena menganggap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran yang membosankan. Fakta lain juga menunjukkan, sering bergantinya kurikulum merupakan masalah yang harus dihadapi oleh guru dalam melakukan pembelajaran. Belum lagi masalah sosialisasi kurikulum baru yang biasanya memakan waktu yang lama. Naim menulis dalam bukunya, bahwa banyak guru yang mengeluh dengan perubahan yang memberikan mereka banyak


(14)

4

beban baru. Belum sampai satu kurikulum baru dipahami dan mampu diaplikasikan oleh semua guru, sudah muncul kurikulum baru.3

Dalam penelitian ini, peneliti memilih mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam karena mata pelajaran tersebut dianggap tidak mudah oleh guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Mata pelajaran tersebut mengisahkan tentang peristiwa yang terjadi pada zaman lampau yang tidak dapat diulang kembali. Pada pembelajaran sejarah saat ini pun yang terjadi di lapangan hanya mengungkapkan tentang pengetahuan sejarah saja tanpa mengedepankan isi peristiwanya. Padahal menyampaikan pengetahuan saja tanpa menyampaikan pesan moral dalam pembelajaran sejarah tidak akan memberikan makna dalam perkembangan siswa.4

Berbagai problematika yang mendasar telah melanda pembelajaran Sejarah Kebudyaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi ini. Hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah pengelolaan pengajaran harus ditata dengan sebaik mungkin dan dirancang secara sistematis. Selain itu guru harus pandai mengemas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan memberikan wawasan kesadaran tentang sejarah yang sesuai dengan zamannya. Sehingga, pembelajran Sejarah Kebudayaan Islam selama ini yang terkesan membosankan bisa diubah oleh

3 Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional: Membangun Paradigma yang

Mencerahkan, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.35.

4 M. Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral


(15)

5

guru menjadi pelajaran yang menyenangkan dan menghibur.5 Hal ini merupakan sebagian dari solusi untuk mengurangi problematika yang melanda dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi”. Dalam hal ini peneliti memilih objek MAN Wlingi karena lembaga pendidikan ini merupakan salah satu sekolah yang terkenal karena keunggulannya sebagai Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kabupaten Blitar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi?

2. Bagimana problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi?

3. Bagaimanakah upaya mengatasi problematika Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi?


(16)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi.

2. Mengetahui problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN 1 Wlingi.

3. Mengetahui upaya mengatasi problematika Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN 1 Wlingi.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran khususnya.

2. Secara sosial praktis

Bagi sekolah yang bersangkutan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang telah dilaksanakan.

Sebagai wacana bagi guru maupun calon guru dalam mengetahui problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, sehingga guru


(17)

7

mampu mengantisipasi dan mengatasi apabila mengalami problematika yang sama.

Bagi siswa, penelitian ini dapat membantu menyelesaikan problematika yang dialami oleh siswa yaitu khususnya problematika dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

E. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya, yaitu sebuah skripsi yang berjudul “Problematika Pendidikan Akhlak dan Upaya Mengatasinya di SMP Progresif Bumi Sholawat Lebo - Sidoarjo”. Skripsi ini merupakan karya dari Chofidotul Machbubah dan dibuat pada tahun 2015. Adapun masalah yang diteliti yaitu tentang berbagai problem yang dialami oleh guru dalam pendidikan akhlak pada siswa, upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi problem tersebut, dan peran guru dalam pembentukan akhlak anak didik. Penelitian skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data dari skripsi ini terdiri dari sumber kepustakaan dan sumber lapangan. Dalam memperoleh data, penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.6

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah sebuah tesis dengan judul “Problematika Pendidikan Agama Islam (PAI) Interaktif (Studi Kasus di

6 Chofidhotul Machbubah, “Problematika Pendidikan Akhlak dan Upaya Mengatasinya (Studi Kasus di SMP Bumi Sholawat Lebo – Sidoarjo”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel, 2015), h.viii, t.d.


(18)

8

Kelas 1 dan 5 SD Al-Falah Surabaya). Tesis ini merupakan karya dari Maliyeh pada tahun 2015. Masalah yang dibahas dalam tesis ini adalah problem yang terjadi pada Pendidikan Agama Islam (PAI) interaktif dan solusi yang diberikan dalam mengatasi problem tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Dalam memperoleh data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.7

F. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengertian dalam judul penelitian ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Problematika mempunyai arti hal yang menimbulkan masalah atau hal yang belum terpecahkan permasalahannya.8 Pembelajaran sendiri mempunyai makna kegiatan terencana yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.9 Sedangakn Sejarah Kebudayaan Islam adalah catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa

7Maliyeh, “Problematika Pendidikan Agama Islam (PAI) Interaktif (Studi Kasus di Kelas 1 dan 5 SD Al-Falah Surabaya)”, Tesis Pendidikan Sarjana, (Surabaya: Perpustakaan UIN Sunan Ampel, 2015), h.6, t.d.

8Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), h. 896.

9Abdul Majid,Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja


(19)

9

dalam beribadah, bermuamalah, dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran agama Islam yang dilandasi dengan akidah.10

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah hal yang menimbulkan masalah dalam kegiatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, baik sebelum pembelajaran dimulai, saat pembelajaran berlangsung, maupun setelah pembelajaran selesai.

2. Kurikulum 2013

Pengertian Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan

softskills dan hardskills yang berupa sikap, ketrampilan dan pengetahuan.11

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.

Bagian awal terdiri dari sampul luar, halaman sampul dalam, lembar persetujuan pembimbing, halaman pengesahan tim penguji, halaman motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, datar tabel, dan

10 Lampiran Peraturan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014, Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Pada Madrasah, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2014), h.37.


(20)

10

daftar lampiran.

Bagian inti terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari pertama, Tinjauan Tentang Problematika Pembelajaran, yang meliputi: pengertian problematika pembelajara dan faktor penyebab problematika pembelajaran; kedua, Tinjauan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, yang meliputi: pengertian Sejarah Kebudayaan Islam, prinsip-prinsip pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Manfaat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dan pendekatan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam; ketiga, Tinjauan Tentang Kurikulum 2013, yang meliputi: pengertian Kurikulum 2013, tujuan dan fungsi Kurikulum


(21)

11

2013, landasan pengembangan Kurikulum 2013, komponen Kurikulum 2013, keunggulan Kurikulum 2013, dan karakteristik Kurikulum 2013; keempat, Tinjauan Tentang Pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013, yang meliputi: karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam, tujuan Sejarah Kebudayaan Islam, rauang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam, dan muatan materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas X.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini meliputi jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi singkat mengenai lokasi penelitian dan paparan data hasil penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA PENELITIAN

Bab ini berisi pembahasan hasil penelitian, yaitu telaah terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pembelajaran Kebudayaan Islam menurut Kurikulum 2013, problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan


(22)

12

Islam, dan Upaya untuk mengatasi problem pembelajaran Sejarah Kebudayaa Islam pada Kurikulum 2013.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Problematika Pembelajaran 1. Pengertian Problematika Pembelajaran

Istilah problematika berasal dari Bahasa Inggris yaitu problematic

yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia problem berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.12 Adapun pengertian masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan, dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan sesuatu yang diharapkan.

Secara sederhana istilah pembelajaran mempunyai arti upaya unruk membelajarkan seseorang atau kelompok orang yang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.13

Jadi yang dimaksud dengan problematika pembelajaran adalah segala sesuatu yang menimbulkan masalah sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Adapun hal yang menimbulkan masalah tersebut berkaitan dengan komponen pembelajaran itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan problematika pembelajaran dapat

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Bulan Bintang, 2002), h.276.


(24)

14

berasal dari peseta didik, guru, materi, kurikulum, sarana prasarana, maupun lingkungan sosial.

2. Faktor Penyebab Problematika Pembelajaran a. Peserta Didik14

1) Sikap Terhadap Pembelajaran

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan. Peserta didik memperoleh kesempatan belajar dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian peserta didik dapat menerima, menolak atau mengabaikan pembelajaran tersebut.

2) Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar peserta didik dapat melemah atau bahkan menghilang yang akan berdampak pada melemahnya kegiatan belajar. Apabila motivasi belajar peserta didik lemah, maka mutu hasil belajar juga akan menjadi rendah.

14Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),


(25)

15

3) Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan tersebut tertuju pada konten atau isi pelajaran. Untuk memperkuat konsentrasi belajar, maka guru harus pandai dalam menggunakan bermacam-macam strategi pembelajaran dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan untuk istirahat.

4) Mengolah Bahan Ajar

Mengolah bahan ajar merupakan kemampuan peserta didik untuk menerima isi dan cara pemerolehan pelajaran sehingga menjadi bermakna bagi peserta didik. Kemampuan mengolah bahan ajar tersebut akan menjadi semakin baik apabila peserta didik berpeluang aktif belajar.

5) Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek maupun waktu yang lama. Apabila peserta didik memiliki kememapuan menyimpan hasil belajar dalam waktu pendek, maka dapat dikatakan bahwa peserta didik tersebut cepat lupa dalam menyimpan hasil belajar.


(26)

16

6) Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan kemampuan mengaktifkan kembali hasil belajar yang telah diterima. Dalam memperoleh pesan baru, maka peserta didik akan memperkuat atau mengaitkannya dengan pesan lama yang telah diterima. Penggalian hasil belajar yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan hasil belajar peserta didik sebelumnya.

7) Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar dimana pada tahap ini peserta didik membuktikan keberhasilan belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian peserta didik yang tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan tersebut terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, pengolahan, hingga penggalian pesan belajar dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut berjalan tidak baik, maka akan berdampak pada kurang berprestasinya peserta didik.

8) Rasa Percaya Diri Peseta Didik

Rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Kegagalan yang berulang kali pada seseorang akan


(27)

17

menyebabkan rasa percaya dirinya melemah, sehingga akan berdampak pada takutnya peserta didik terhadap belajar.

9) Inteligensi dan Keberhasilan Belajar

Inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Apabila inteligensi rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, maka dapat menjadi salah satu sebab hasil belajar yang rendah.

10) Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran ditemukan banyak macam kebiasaan belajar yang kurang baik, seperti belajar pada saat ulangan saja, belajar tidak teratur, bahkan ada yang tidak belajar. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. Guru juga dapat berperan untuk selalu memberikan motivasi belajar kepada siswanya.

11) Cita–Cita Siswa

Cita-cita merupakan harapan atau keinginan peserta didik untuk menentukan mau jadi apa di masa mendatang. Cita-cita merupakan salah satu motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya seorang peserta didik belum mempunyai gambaran yang jelas tentang cita-citanya. Sehingga mengakibatkan dia hanya ikut-ikutan temannya saja.


(28)

18

b. Guru

Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak di sekolah.15 Guru tidak hanya bertugas mengajar di kelas saja, tetapi juga mendidik peserta didik supaya mempunyai perilaku yang baik.

Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, hususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di Sekolah. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional dengan mempelajari profesi guru sepanjang hayat.

Adapun kompetensi yang harus dimiliki seorang guru dalam pembelajaran, yaitu:16

1) Menguasai bahan ajar

2) Mengelola program pengajaran 3) Mengelola kelas

4) Menggunakan media dalam pembelajaran 5) Menguasai landasan kependidikan

6) Mengelola proses pembelajaran 7) Menilai proses hasil belajar

15 Ramayulis dan Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),

h.149.


(29)

19

8) Mengenal dan melaksanakan layanan BK

9) Mengenal dan melaksanakan administrasi sekolah 10) Memahami dan menafsirkan penelitian

c. Materi dan Kurikulum

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat.

d. Kebijakan Penilaian

Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, Sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.

e. Sarana Prasarana

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.17

f. Lingkungan Sosial

Siswa siswi di Sekolah membentuk suatu lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan


(30)

20

tertentu. Ada yang menjabat sebagai pengurus kelas, ketua kelas, OSIS dan lain sebagainya. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan akrab, kerja sama, bersaing, konflik atau perkelahian.18

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh yang berarti ketentuan masa atau waktu. Ada juga sebagian orang yang mengartikan sejarah sebagai pohon (kehidupan), riwayat, atau kisah. Dengan demikian sejarah berarti gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap obyek peristiwa masa lampau, yang kemudian itu disebut sejarah kebudayaan.19

Arti kebudayaan sendiri menurut kesepakatan pakar kebudayaan adalah hasil karya, karsa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat akan menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.20

Sedangkan Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir utusan Allah. Islam merupakan agama

18Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran, ibid., h.250. 19M. Hanafi,Pembelajaran Sejarah,ibid., h.34.

20 Haniswani Kamaraga, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Informasi


(31)

21

samawi terakhir yang mempunyai kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman

atau petunjuk umat manusia.

Hasbullah mengatakan, bahwa Sejarah Kebudayaan Islam memiliki arti:21

a. Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sejak lahirnya samapai sekarang ini.

b. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang seluruhnya berkaitan dengan penyebaran agama Islam.

2. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Sutrisno pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai beberapa prinsip, yaitu:22

a. Berpusat pada Siswa

Prinsip ini menuntut sebuah pembelajaran yang memperhatikan

21 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001), h.8-9.

22 Sutrisno,Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2015),


(32)

22

bakat, minat, kemampuan, serta segala potensi siswa secara optimal. Dengan prinsip ini pula, siswa dituntut menjadi subjek belajar, bukan objek belajar seperti pembelajaran model lama. Sementara guru mengusahakan siswa mengalami proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

b. Belajar dengan Melakukan

Prinsip ini menuntut pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari, dalam kaitannya dengan penerapan konsep pengetahuan yang sedang dipelajari.

c. Mengembangkan Kemampuan Sosial

Prinsip ini dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa dalam menjalani kehidupannya di tengah masyarakat. Dalam prinsip ini diharapkan siswa tidak canggung dalam bekerja sama, bergaul dengan orang laian, atau berinteraksi dengan sesama.

d. Mengembangkan Keterampilan Memecahkan Masalah

Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada siswa dalam memecahkan setiap permasalahan.

e. Mengembangkan Kreativitas Siswa

Prinsip ini menuntut pembelajaran yang memberikan siwa untuk berkreasi secara optimal. Dengan prinsip ini seorang guru dituntut untuk melakukan pembelajaran yang demokratis dan tidak otoriter.


(33)

23

f. Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Teknologi

Pada era modern ini, teknologi merupakan suatu hal yang dapat dimanafaatkan dalam pembelajaran. Maka dari itu siswa perlu dilatih sejak dini untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. g. Belajar Sepanjang Hayat

Dengan prinsip ini siswa didorong untuk dapat melihat dan mengenali dirinya secara positif untuk kemudian mensyukurinya, serta dibekali dengan semangat untuk tidak pernah berhenti belajar. h. Mengembangkan Semangat Kompetisi yang Sehat

Pada prinsip ini siswa dilatih untuk berkompetisi secara sehat dengan

life skill yang telah dibekali oleh guru. Selain itu siswa juga dilatih untuk memiliki mental keberanian dalam bersaing maupun kemampuan untuk mengakui keunggulan orang lain.

3. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:23

a. Peserta didik yang membaca sejarah adalah untuk menyerap unsur-unsur keutamaan dari padanya agar mereka dengan senang hati mengikuti tigkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan sehari-hari.

23Chabib Thoha, dkk.Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004), h.


(34)

24

b. Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.

c. Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotism dan mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya.

d. Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasul.

4. Manfaat Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Muhammad In’am Esha juga mengemukakan manfaat dari belajar

sejarah secara umum, yaitu sebagai berikut:24

a. Manfaat edukatif, yaitu melalui belajar sejarah maka manusia dapat mengambil pelaran dari peristiwa yang terjadi di masa lalu, baik sebagai contoh (tauladan), pelajaran makna hidup, maupun sebagai ilmu pengetahuan semata.

b. Manfaat sosial, yaitu melalui belajar sejarah maka kelangsungan hidup sebuah masyarakat dapat dipertahankan, identitasnya dapat dikenali dan dilestarikan.

24Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: UIN


(35)

25

c. Manfaat prediktif, yaitu melalui belajar sejarah akan memberikan manfaat berupa pandangan-pandangan dalam rangka kebaikan manusia di masa depan.

5. Pendekatan dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Adapun pendekatan yang digunakan dalam pebelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, di antaranya yaitu:25

a. Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup di jagat raya ini

b. Pengalaman, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah kehidupan c. Pembiasaan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk

membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi kehidupan

d. Rasional, usaha memberikan peranan rasio (akal) siswa dalam memahami dan membedakan berbagai bahan dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan duniawi

25 Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta:


(36)

26

e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) siswa dalam menghayatiperilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa

f. Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al-Qur’an, Hadist, Keimanan, Akhlak, Fiqih, Tarikh), dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas

g. Keteladanan,yaitu menjadikan fitur guru agama dan nonagama serta petugas madrasah lainya maupun orang tua siswa, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.

C. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang di mulai pada tahun pelajaran 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang di mulai pada tahun pelajaran 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada lurikulum 2013 adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi.


(37)

27

Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan softskills dan hardskills yang berupa sikap, ketrampilan dan pengetahuan.26

Kurikulum 2013 ini berusaha untuk menanamkan nilai – nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan ketrampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan di sekolah. Kurikulum 2013 ini diharapkan peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai jenjang pendidikan yang di tempuh, sehingga akan berpengaruh dan menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.

2. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013

Mengenai tujuan dan fungsi Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam


(38)

28

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, secara khusus dapat penulis uraikan sebagai berikut:27

a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills

dan soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

c. Meringkankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.

d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasan untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

27Toto Ruhimat, dkk.,Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rakawali Pers, 2013), Ed. 3,


(39)

29

3. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Adapun yang menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum 2013 dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu:28

a. Aspek Filosofis

Filosofis adalah landasan penyusunan kurikulum yang didasarkan pada kerangka berpikir dan hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Dalam konteks ini landasan filosofis Kurikulum 2013 ialah:

1) Pendidikan yang berbasis nilai – nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

2) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi. b. Aspek Yuridis

Aspek yuridis ialah suatu landasan yang digunakan sebagai payung hukum dalam penyusunan dan pegembangan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum 2013 ini, landasan yuridis yang digunakan antara lain:

1) Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2) RPJMN 2010 – 2014 Sektor Pendidikan yang berisi tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum.


(40)

30

3) Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, Penyempurnaan Kurikulum dan Metodologi Pembelajaran Aktif berdasarkan Nilai – Nilai Budaya bangsa untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

5) Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang implementasi Kurikulum 2013.

c. Aspek Konseptual

Aspek konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide atau gagasan yang diabstraksikan dari peristiwa konkrit. Dalam penyusunan Kurikulum 2013 ini landasan konseptualnya antara lain:

1) Prinsip relevansi.

2) Model kurikulum berbasis kompetensi. 3) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen.

4) Proses pembelajaran, yang meliputi : aktivitas belajar, output belajar, outcome belajar.

5) Penilaian, kesesuaian teknik penialain dengan kompetensi dan penjenjangan penilaian.


(41)

31

4. Komponen Kurikulum 2013

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu: a. Tujuan

Dalam persektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

b. Materi

Berkenaan dengan penetuan materi pembelajaran dalam kurikulum 2013, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam praktiknya untuk menentukan materi pembelajaran memperhatikan hal-hal berikut:


(42)

32

1) Sahih (valid) dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya

2) Tingkat kepentingan, maksudnya materi yang dipilih benar-benar diperlukan oleh peserta didik

3) Kebermaknaan, yaitu materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis

4) Layak dipelajari,yaitu materi yang dipilih memungkinkan untuk dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitannya maupuan aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat 5) Menarik minat, yaitu materi yang dipilih hendaknya menarik dan

dapat memotivasi peserta didik, serta menumbuhkan rasa ingin tahu.

c. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pebelajaran adalah peserta didik itu sendiri.

Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti


(43)

33

pembelajaran moduler, observasi, simulasi atau role playing, dan diskusi.

Oleh karena itu, dalam praktiknya seorang guru diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai startegi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif, dan menyenangkan.

d. Organisasi Kurikulum

Terdapat enam pengorganisasian kurikulum, yaitu mata pelajaran terpisah, mata pelajaran berkorelasi, bidang studi, program yang berpusat pada anak, inti masalah, daneleticprogram.

e. Evaluasi

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruahn ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi dan efisiensi. Salah satu komponen kurikulum yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar.

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu pendekatan penelitian (analisis komparatif), pendekatan objektif, dan pendekatan campuran multivariasi.


(44)

34

5. Keunggulan Kurikulum 2013

Adapun keunggulan dari kurikulum 2013 adalah:29

a. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan novatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah

b. Adanya penilaian dari semua aspek

c. Penentuan nilai bagi siswa tidak hanya didapat dari nilai ujian saja, tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktik, sikap, dan lain-lain

d. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi

e. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional

f. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan

g. Sifat pembelajaran sangat kontekstual

h. Sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, maupun global

i. Kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan kebutuhan, seperti keseimbangansoft skillsdanhard skills.

29 Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013,


(45)

35

6. Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam rancangan kurikulum 2013 disebutkan ada tujuh karakteristik, yaitu:30

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa saja yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangakan berbagai

sikap, pengetahuan, dan keterampilan

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang diinyatakan dalam kompetensi inti

30 Permenag No. 000912 Th. 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran


(46)

36

g. Kompetensi dasar dikembangkan dan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenajang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)

D. Tinjauan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Kurikulum 2013

1. Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.31

2. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah Saw. wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650


(47)

37

M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. Dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, 3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. 5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan


(48)

38

fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.32

3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam

Ruang lingkup mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Aliyah meliputi:33

a. Dakwah Nabi Muhammad saw. pada periode Makkah dan periode Madinah.

b. Kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat.

c. Perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan (pada tahun 650 M–1250 M).

d. Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M).

e. Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang).

f. Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. 4. Muatan Materi Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X

Tabel 2.1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sejarah Kebudayaan Islam

Kelas X Semester Ganjil34

32Lampiran PMA,Tentang Kurikulum 2013, ibid., h.51. 33Ibid., h.54.


(49)

39

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

Meyakini bahwa setiap muslim memiliki kewajiban berdakwah terhadap masyarakat

Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim

Menghayati nilai-nilai hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat

Menghayati nilai-nilai positif yang dimiliki oleh masyarakat Madinah Menghayati nilai-nilai perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada periode Madinah

Menghayati sikap istiqamah perjuangan as-sabiqunal awwalun

dalam berdakwah bersama Rasulullah Menghayati nilai-nilai jihad yang lakukukan oleh Rasullah saw dan para sahabat dalamFathu Makkah


(50)

40

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai per-masalahan dalam berin-teraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5

Memiliki semangat melakukan perubahan ke arah yang baik sebagai impelementasi dari hikmah memahami kondisi masyarakat Mekah sebelum Islam

Memiliki semangat berdakwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah saw. di Mekah Memiliki semangat hijrah ke arah yang lebih baik sebagai implementasi dari hikmah memahami peristiwa hijrah

Membiasakan hidup tolong menolong sebagai impelementasi dari memahami kondisi masyarakat Madinah sebelum Islam

Membiasakan hidup rukun dan tolong menolong sebagai implemantasi dari memahami hubungan kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah


(51)

41

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.6

2.7

Meneladani sifat mulia dari para sahabat sahabatas-sabiqunal awwalun

Memiliki sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman peristiwaFathu Makkah

3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6

Memahami kondisi Masyarakat Mekah sebelum Islam

Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah periode Mekah Menganalisis faktor-faktor penyebab hijrah Rasulullah saw.

Memahami kondisi Masyarakat Madinah sebelum Islam

Memahami subtansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. Periode Madinah

Memahami sifat/kepribadian dan peran para sahabat as-sabiqunal awwalun


(52)

42

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk me-mecahkan masalah

3.7 Mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah

4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengem-bangan dari yang dipelajarinya di

4.1

4.2

4.3

Menceritakan kondisi masyarakat Mekah sebelum Islam

Menyajikan dalam peta konsep mengenai faktor-faktor keberhasilan dakwah Rasulullah periode Mekah Memetakan faktor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah saw.


(53)

43

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

4.4

4.5

4.6

4.7

Menceritakan kondisi masyarakat Madinah sebelum Islam

Mempresentasikan hubungan antara kaum Anshor dan Muhajirin

Menceritakan sikap-sikap utama dari

assabiqunal awwalun

Membuat peta konsep mengenai kunci keberhasilanFathu Makkah

Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X Semester Genap35

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1

1.2

1.3

Menyadari bahwa kekuasaan adalah amanah dari Allah swt.

Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim

Meyakini bahwa istiqamah adalah


(54)

44

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.4

1.5

salah satu kunci keberhasilan dakwah Khulafaur Rasyidin

Mengambil ibrah dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Menyadari bahwa dalam setiap usaha dakwah selalu ada kesulitan dan hambatan

2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

2.1

2.2

2.3

2.4

Membiasakan sikap demokratis dan musyawarah sebagai implementasi dari pemahaman tentang proses pemilihan Khulafaur Rasyidin

Membiasakan perilaku saling memberi nasehat terhadap sesama Menunjukkan sikap dinamis sebagai implementasi dari pemahaman tentang keberhasilan Khulafaur Rasyidin

Membiasakan sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman tentang kebijakan Khulafaur Rasyidin


(55)

45

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.5 Membiasakan sikap sabar dan tabah sebagai implementasi dari pemahaman tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi Khulafaur Rasyidin 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, 3.1 3.2 3.3 3.4

Memahami proses pemilihan Khulafaur Rasyidin

Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Khulafaur rasyidin Memahami keberhasilan-keberhasilan yang dicapai pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin

Menganalisis kebijakan pemerintahan Khulafaur Rasyidin


(56)

46

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.5 Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin


(57)

47

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengem-bangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

Menceritakan tentang proses pemilihan Khulafaur Rasyidin

Mempresentasikan tentang staregi dakwah yang dilakukan Khulafaur Rasyidin dalam berdakwah

Membuat peta konsep tentang keberhasilan-keberhasilan yang diraih oleh Khulafaur Rasyidin

Mempresentasikan tentang kebijakan yang dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin

Memetakan faktor-faktor penghambat yang dialami Khulafaur Rasyidin.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian skripsi dengan judul “Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi” menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan menggali atau membangun suatu proposisi atau menjelaskan makna di balik realita. Selain itu, jenis penelitian ini juga digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dan peneliti merupakan instrumen utama, dengan teknik pengumpulan datanya yaitu trianggulasi (gabungan), yang kemudian dianalisis secara induktif/kualitatif. Dan hasil dari penelitian kualitatif ini lebih menekankan ‘makna’ daripada ‘generalisasi’.36

Sebagai pendekatannya peneliti menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study) yaitu penelitian yang dilakukan secara terencana dan mendalam terhadap gejala tertentu dalam suatu organisasi, lembaga atau individu. Studi kasus ini diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kesimpulan studi kasus hanya


(59)

49

berlaku untuk kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lain.37

Oleh karenanya, dalam penelitian ini peneliti berusaha menggambarkan pembelajaran dan mencari problem serta solusi dalam salah satu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Negeri Wlingi - Blitar sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek penelitian Madrasah Aliyah Negeri Wlingi yang beralamatkan di Jl. PB. Sudirman 01 Wlingi -Blitar. Alasan peneliti menngambil objek tersebut karena lokasi penelitian mudah dijangkau dan MAN tersebut merupakan madrasah aliyah yang mempunyai akreditasi unggul dan sudah menerapkan Kurikulum 2013 pada proses pembelajarannya.

C. Tahap-Tahap Penelitian

Menurut Lexy J. Moeloeng tahapan penelitian secara umum terdiri dari tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.38 1. Tahap pra lapangan, yaitu meliputi:

a. Menyusun rancangan penelitian

37M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:

Ar- Ruzz Media, 2012), h.62.


(60)

50

b. Memilih lokasi penelitian c. Mengurus perizinan penelitian

d. Menjajaki dan menilai lokasi penelitian e. Memilih informan

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian 2. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu meliputi:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b. Penampilan peneliti disesuaikan dengan kultur latar penelitian c. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan

d. Pencataan data

3. Tahap analisis data, yaitu meliputi: a. Organisasi data

b. Penafsiran data

c. Pengecekan keabsahan data d. Memberi makna

D. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah subyek dari mana sumber data diperoleh. Pada penelitian kualitatif sumber data utamanya adalah kata-kata atau tindakan yang diperkuat dengan data tambahan berupa hasil dokumentasi dan lain


(61)

51

sebagainya yang dianggap penting.39 Berdasarkan sumbernya, sumber data digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau petugas-petugasnya dari sumber pertama.40 Sumber data primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan dan observasi. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah atau wakil kepala kurikulum, guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dan siswa-siswi MAN Wlingi.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang diperoleh melalui naskah-naskah tertulis, biasanya telah disusun dalam bentuk dokumen-dokumen.41

Sumber data sekunder yang digunakan peneliti untuk melengkapi sumber data primer yang diperoleh dari pihak yang berkaitan, yaitu berupa dokumen tentang sejarah dan profil MAN 1 Wlingi, visi, misi, dan foto-foto, serta dokumen pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

39Lexy Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998),

h.112.

40Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2011),

h.225.


(62)

52

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Wawancara atauinterview

Metode wawancara atau interview merupakan percakapan antara dua orang atau lebih, di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab.42

Dalam penelitian kualitatif metode wawancara dibedakan menjadi dua yaitu:43 pertama, wawancara mendalam, yaitu dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Kedua, wawancara bertahap, istilah lain dari wawancara bertahap biasa disebut wawancara bebas terpimpin atau terarah, yaitu wawancara dengan merujuk pada pokok-pokok wawancara.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deep interview (wawancara mendalam) dimana sebelum melakukan wawancara penulis telah menyiapkan beberapacheck listberupa daftar pertanyaan yang akan

42Sudarwan Danim,Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.130. 43 Ismail Nawawi, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012),


(63)

53

diajukan untuk kepala madrasah atau wakil kurikulum, guru pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dan siswa-siswi MAN 1 Wlingi. Digunakannya metode ini untuk menggali data atau informasi sebanyak-banyaknya tentang Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 1 Wlingi Blitar.

2. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (1986), observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik yang tampak pada obyek penelitian.44 Maka demikian, yang paling penting dari observasi ini adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.45

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan bagaimana pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 1 Wlingi - Blitar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan melalui penelusuran serta pencarian barang-barang tertulis dan data yang ada. Tujuannya adalah mengetahui keberadaan dan relevansi dengan pokok pembahasan dan dapat dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan.

44S. Margono,Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.158. 45Sugiyono,Metode Penelitian,ibid., h.203.


(64)

54

Dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain profil MAN 1 Wlingi Blitar, guru, siswa, serta perangkat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 1 Wlingi - Blitar.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.46

Teknik analisis dan pengolahan data-data dalam penelitian ini memakai content analysis. Klaus Krippendorff dalam bukunya Content Analysis, An Introduction to Its Theory and Methodology mengemukakan beberapa langkah dalam proses penelitian yang menggunakan metode analisis isi(content analysis),yaitu:

1. Unitizing, yaitu menyatukan, mengelompokkan atau mengidentifikasi data-data mana yang bisa dipilih sebagai sumber penelitian. Dalam hal ini penulis mengidentifikasi sumber data dari masyrakat desa Balun yang mempunyai korelasi dengan tujuan penelitian ini untuk dikelompokkan, diklasifikasi menjadi temuan penelitian.


(65)

55

2. Sampling, dalam penelitian kuantitatif diartikan sebagai pengambilan sampel atau pengambilan sesuatu bagian dari populasi. Tetapi dalam penelitian kualitatif sampling bukan pengambilan bagian dari populasi melainkan pengambilan bagian dari informasi dan sumber data yang akan diteliti. Dalam content analysis sampel bertujuan mengurangi volume data potensial yang besar menjadi sebuah ukuran yang bisa ditangani dan diteliti.

3. Recording, yaitu proses pengumpulan data dengan cara mencatat, merekam data, memberi kode data supaya data bisa lebih fokus dan lebih mudah dipakai dalam mendukung penelitian.

4. Reducing, yaitu mereduksi data atau merangkum, memilih data-data atau informasi yang pokok, fokus terhadap hal-hal yang penting. Reducing

juga berusaha mencari tema dan pola data dan informasi agar data bisa memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

5. Inferring, yaitu menarik kesimpulan dari sumber-sumber penelitian yang telah direduksi.

6. Analyzing, yaitu menganalisis, menilai data yang telah direduksi sesuai dengan kontek penelitian dan mendiskripsikan secara eksplisit. Dalam penelitian ini, analisis isi merupakan interpretasi data-data yang sudah ditemukan dan dikumpulkan melalui pendekatan sintesis, yaitu berusaha


(66)

56

menyatukan data-data, mengelompokkan menjadi satu kemudian disimpulkan.47

7. Narrating, bermakna memaparkan dan menyajikan data-data yang telah dianalisis dan dinilai untuk kemudian juga dinarasikan sebagai sebuah kesimpulan dan hasil penelitian.48

G. Pengecekan Keabsahan Data

Guna memastikan apakah data yang ada tersebut merupakan data yang sahih serta layak untuk dijadikan bahan dalam sebuah penelitian, peneliti kemudian menggunakan metode sebagai berikut:

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.49 Dengan meningkatkan ketekunan ini, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak, serta peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi.

47Suhartono W.Pranoto,Teori dan Metodologi Sejarah(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.

55-56.

48 Klaus Krippendorff, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali

Press, 1991), h. 69-74.


(67)

57

Untuk meningkatkan ketekunan ini peneliti membaca berbagai refrensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi.

2. Triangulasi

Trianggulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.50 Mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, tidak hanya terpaku pada satu sumber saja. Kemudian, data-data dari beberapa sumber itu dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik.

Selain mengecek melalui beberapa sumber, peneliti juga mengecek dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi. Jika hasilnya berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan, guna memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, hanya saja sudut pandanganya yang berbeda.51

50Sugiyono,Metode Penelitian, ibid., h.372. 51Ibid., h.374.


(68)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Identitas Madrasah Aliyah Negeri Wlingi 1. Nama Madrasah

2. Alamat Madrasah 3. Kode Pos

4. Nomor Telepon fax 5. E-mail

6. Website

7. Nomor Statistik Madrasah 8. NPSM

9. NPWP 10. Berdiri

a. Berdasarkan b. Tanggal

11. Jenjang Akreditasi 12. Status Tanah

a. Surat Bukti Kepemilikan b. Luas Tanah

13. Status Bangunan

: : : : : : : : : : : : : : : :

Madrasah Aliyah Negeri Wlingi Jl. PB. Sudirman 01 Wlingi Blitar 66184 (0342) 693228 man.wlingi@yahoo.co.id http://www.man.wlingi.sch.id 131135050002 20514825 47.01.78.682653000

SK. Menteri AgamaRI No. 515A Th. 1995

25 Nopember 1995 2010 / A

Hak milik Sertifikat 8361 m2


(69)

59

a. Izin Mendirikan Bangunan b. Luas Bangunan 14. Kepala Madrasah

a. Nama b. NIP

c. Nomor SK Kepala d. Tanggal

:

:

: : : :

No. 647.503/116/2004

2.085 m2

Drs. Hamim Thohari, MA 196710131998031001

Kw.13.1/2/Kp.07.6/4904/2009 28 September 2015

2. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Wlingi

Madrasah Aliyah Negeri Wlingi Kab. Blitar (MAN Wlingi) berdiri pada tanggal 25 Nopember 1995 berdasarkan SK Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 515A Tahun 1995. Sebelum berstatuskan negeri, MAN Wlingi merupakan filial (cabang) dari MAN Tlogo Kab. Blitar. Selama menjadi filial MAN Tlogo, perkembagan MAN filial Wlingi kurang begitu diminati masyarakat. Hal ini desebabkan jarak lokasi antara MAN Tlogo dengan MAN filial Wlingi cukup jauh, kurang lebih 35 km, sehingga MAN Tlogo kurang bisa maksimal dalam mengelola MAN filial Wlingi. Agar MAN filial Wlingi bisa berkembang lebih pesat dan lebih diminati masyarakat, MAN Tlogo mengusulkan kepada Departemen Agama agar dinegerikan. Setelah berstatus negeri, MAN Wlingi pindah lokasi, yang semula berlokasi di Jl.Gajah Mada 21 Wlingi, kemudian


(70)

60

pindah di Jl. PB. Sudirman 01 Wlingi, karena lokasi yang lama adalah milik LP. Ma’arif.

MAN Wlingi merupakan satu-satunya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang berstatuskan negeri di Kecamatan Wlingi. Secara geografis, letak MAN Wlingi cukup strategis, karena berdampingan dengan Masjid Agung Kabupaten Blitar. Kondisi ini sangat menguntungkan, karena MAN Wlingi dapat memanfaatkan Masjid Agung untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Dari segi transportasi, MAN Wlingi juga sangat strategis, karena MAN Wlingi berada di lokasi yang dilalui kendaraan umum, yaitu mikrolet dan bus jurusan Blitar–Malang.

3. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 1 Wlingi a. Visi

“Terciptanya Generasi Berprestasi, Berakhlakul Karimah dan Peduli Lingkungan”.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu dalam keilmuan, moral, sosial, dan berbudaya lingkungan.

2) Menyiapkan serta mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta berkualitas dalam iman dan takwa.


(71)

61

3) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dengan menggali potensi siswa terhadap minat dan bakat melalui program pengembangan diri.

4) Mengaktualisasikan pemahaman, penghayatan nilai-nilai agama Islam dalam bentuk praktik ibadah dan mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

5) Menumbuhkan budaya karakter bangsa melalui pembelajaran di madrasah dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan takwa.

6) Menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab warga madrasah untuk berperilaku/ berbudaya hidup sehat dengan 5 R ( reduce, reuse, recycle, replace, replan).

7) Menjalin kerjasama yang erat dan berkelanjutan dengan instansi terkait dalam rangka menciptakan madrasah berbudaya lingkungan. 8) Meningkatkan pencapaian prestasi akademik dan presatasi non akademik melalui pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Menyenangkan (PAIKEM).

9) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pengetahuan siswa agar siswa mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi negeri.

10) Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan Sumber Daya Manusia di madrasah secara bertahap.


(72)

62

c. Tujuan Madrasah

1) Terlaksanaannya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan memanfaatkan daya dukung lingkungan madrasah sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2) Meningkatkan kualitas sikap dan amaliah keagamaan Islam warga Madrasah.

3) Menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan suasana belajar yang kondusif di lingkungan madrasah.

4) Mengoptimalkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik. 5) Menyelenggarakan dan mengoptimalkan berbagai kegiatan

pengembangan diri untuk mengenali potensi diri dan minat siswa melalui program bimbingan konseling.

6) Mengembangkan budaya berbasis lingkungan pada warga madrasah dalam berbagai kegiatan di madrasah dan masyarakat. 7) Melatih kepekaan, kepedulian warga madrasah melalui kegiatan

sosial yang berwawasan lingkungan.

8) Memanfaatkan jalinan kerjasama antar madrasah dengan instansi/lembaga terkait dalam mendukung terealisasinya program madrasah.


(73)

63

9) Mengoptimalkan pembelajaran di madrasah dengan program perbaikan dan pengayaan dengan motivasi dan pendekatan yang berkelanjutan.

10) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki keunggulan, kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga madrasah.

4. Data Jumlah Siswa Dalam 3 Tahun Terakhir Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa

Kelas 2014/2015 2015/2016 2016/2017 Keterangan

X XI XII

284 272 279

312 278 269

286 308 268

Jumlah 835 859 862

Jumlah rombongan belajar terdapat 27 kelas dengan Program pendidikan yang diselenggarakan :

a. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) b. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) c. Agama


(1)

108 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN Wlingi menggunakan metode diskusi. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

pada pertemuan sebelumnya untuk membuat makalah kemudian

mendiskusikan bersama kelompok lain pada pertemuan selanjutnya. Siswa juga dipersilakan untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain. Kemudian guru memberikan penjelasan singkat berupa kesimpulan di akhir pembelajaran dan melanjutkan dengan sesi tanya jawab.

2. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi

a. Problematika yang dihadapi guru, yaitu penggunaan RPP, penentuan media, penentuan metode, keterbatasan sumber belajar, pengelolaan kelas, heterogenitas peserta didik, dan evaluasi pembelajaran.

b. Problematika yang dihadapi siswa, yaitu pembelajaran di akhir jam pelajaran, minat siswa, kondisi kelas, dan kesulitan belajar.


(2)

109

3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 di MAN Wlingi

a. Upaya untuk mengatasi problem yang dialami guru, yaitu sharing

bersama guru lain, mengikuti pelatihan-pelatihan, mencari sumber belajar lain, membentuk kontrak pembelajaran, menjalin kerja sama dengan pihak lain, melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa. b. Upaya untuk mengatasi problem yang dialami siswa, yaitu guru

membangkitkan semangat siswa, guru melakukan pembelajaran yang bervariasi, membentuk tim disiplin, mempelajari materi sebelum diterangkan, membentuk kelompok belajar.

B. Saran

a. Saran bagi guru

Guru hendaknya melakukan pembelajaran yang bervariasi supaya tidak monoton dalam pembelajaran. Selain itu guru juga hendaknya membuat variasi media pembelajaran lebih banyak agar siswa tidak bosan ketika pembelajaran.

b. Saran bagi siswa

Siswa hendaknya lebih aktif ketika mengikuti pembelajaran di kelas, baik itu ketika berdiskusi maupun ketika tanya jawab. Sebelum materi diterangkan, hendaknya siswa membiasakan untuk membaca materi di rumah, sehingga ketika pembelajaran dimulai siswa sudah


(3)

110

mempunyai sedikit gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2000.Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Departemen Agama RI. 2004. Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam.

Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Esha, Muhammad In’am. 2011. Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam.

Malang: UIN Maliki Press.

Fadlillah, M.. 2014.Implementasi Kurikulum 2013.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Ghony, M. Djunaedi dan Fauzan Almansur. 2012. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hanafi, M.. 2009. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Islam.

Hanafi. 2012. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta; Direktorat

Jenderal Pendidikan Kementerian Agama.

Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Lintasan Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Kamaraga, Haniswani. 2009. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis

Informasi Perlukah?. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas. Bandung:

Alfabeta.

Kurinasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum

2013. Surabaya: Kata Pena.

Lampiran Peraturan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014.Tentang Kurikulum

2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Pada Madrasah. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam/


(5)

112

Machbubah, Chofidhotul. 2015. Skripsi “Problematika Pendidikan Akhlak dan

Upaya Mengatasinya (Studi Kasus di SMP Bumi Sholawat Lebo Sidoarjo”. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maliyeh. 2015. Thesis “Problematika Pendidikan Agama Islam (PAI) Interaktif

(Studi Kasus di Kelas 1 dan 5 SD Al-Falah Surabaya)”. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Margono, S.. 1997.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Naim, Ngainun. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Nasional: Membangun

Paradigma yang Mencerahkan. Yogyakarta: Teras.

Nawawi, Hadari & Murni Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gajahmada University Press. Cet. 2.

Nawawi, Ismail. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dwiputra Pustaka

Jaya.

Permenag No. 000912 Th. 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.

Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam

Mulia.

Rohmad, Ali. 2004.Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: Bina Ilmu.

Ruhimat, Toto, dkk. 2013.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2015.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Suprayogo, Imam. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sutrisno. 2015. Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern. Jakarta: Prenada


(6)

113

Syaodih, Nana dan Sukmadita. 2004. Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Thoha, Chabib dkk. 1999. Metodelogi Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka

Pelajar.

Usman, Husaini dan Purnomo Setia Akbar. 2000. Metodologi Penelitian Sosial,.