PROS Maria R Rita Milka P Sari Pengaruh adverse selection Full text

(1)

PENGARUH

ADVERSE SELECTION

DAN

NEGATIVE

FRAMING

TERHADAP ESKALASI KOMITMEN

Maria Rio Rita

†1

dan Milka Puspita Sari

2 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 0298-311881

maria.riorita@staff.uksw.edu1 mie_cuby@yahoo.com2

Abstract

This study aimed to test the effect of adverse selection, negative framing and the interaction between adverse selection and negative framing toward the manager’s decision to continue a failing project as called the escalation of commitment. Prospect and agency theory were used.The respondents were Economics and Business faculty of SWCU’s students who had taken Financial Management subject. The binomialtest was used with two categories “continue” or “stop the project”. The results showed that adverse selectionhad a significant effectonthe escalationof commitment; there were no significant effect in the influence of negative framing toward escalation commitment; further the two variables gave significant result to the manager’s decision in continuing the failing project.

Key words: Adverse Selection, Negative framing, Escalation of Commitment

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh adverse selection, negative framing serta interaksi keduanya terhadap keputusan manager untuk tetap melanjutkan proyek yang dianggap kurang menguntungkan atau yang disebut dengan eskalasi komitmen. Teori yang digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah teori prospek dan teori keagenan. Adanya informasi yang bersifat asimetri antara manajer dan pihak eksternal perusahaan dapat menyebabkan munculnya perilaku oportunistik yang berupa adverse selection dan moral hazard pihak manajer.Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang telah mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan. Analisis yang digunakan adalah uji binomial dimana kategori jawaban responden dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu melanjutkan atau menghentikan proyek. Hasilnya menunjukkan bahwa adverse selection berpengaruh terhadap kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen; sementara tidak dijumpai adanya pengaruh negative framing terhadap eskalasi komitmen; dan kedua variabel tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan manajer untuk tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.


(2)

1. Pendahuluan

Individu seringkali dihadapkan dengan berbagai alternatif pilihan dalam hidupnya yang menuntutnya untuk mengambil suatu keputusan. Hal yang serupa juga dihadapi oleh manager dalam suatu perusahaan sebab pengambilan keputusan berada di tangannya. Hasil dari keputusan tersebut tidak hanya berdampak untuk jangka pendek, tetapi berdampak juga pada masa yang akan datang. Pengambilan keputusan berartimelakukan penilaian dan menetapkan pilihan atas berbagai alternatif yang dihadapi. Keputusan yang salah dapat mengakibatkan hal yang fatal atau kemungkinan terjadinya kebangkrutan perusahaan. Pengambilankeputusan menjadi bagian tak terpisahkan dari keberhasilan atau kegagalan seorangmanajer dalam mengelola suatu institusi (Buhler dalam Sahmuddin, 2003).

Membuat suatu keputusan berartimengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalahtertentu. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perilaku pengambilankeputusan diantaranya jenis kelamin, peranan pengambil keputusan danketerbatasan kemampuan. Adanya faktor-faktor tersebut memungkinkan keragaman keputusan yangdibuat oleh individu dalam menghadapi suatu permasalahan yang sama Stoner (1995: 105).

Masalah yang timbul dalam pengambilan keputusan dalam suatu institusi terjadi jika terdapat kesenjangan antara harapan manajer dengan keadaan yang sesungguhnya dihadapi manajer. Tanggung jawab seorang manajer adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan atau organisasi, oleh sebab itu manajer sebaiknya mengalokasikan sumber daya pada proyek investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan dan secara periodik mengevaluasi kinerja dari proyek tersebut. Namun keadaan ini menjadi sarana manajer untuk menerapkan kebijakan dengan menggunakan sebagian besar sumber daya perusahaan (Alchian dan Woodward, 1988). Menurut Nayyar (1990) adanya informasi yang asimetri antara prinsipal dan agen akan memicu munculnya perilaku oportunistik yaitu adverse selection (informasi yang tidak transparan)dan moral hazard (niatan untuk melalaikan tugas)dari agen.

Menurut Horngren dan Foster (1991), manajer sebaiknya melanjutkan proyek investasi yang diprediksi menguntungkan dan mencegah kerugian dengan menghentikan proyek yang diprediksi tidak

menguntungkan. Meskipun demikian Staw

(1997)menunjukkan bahwa manajer mengambil keputusan tetap melanjutkan proyek meskipun mengindikasikan kegagalan (eskalasi komitmen). Eskalasi merupakan keputusan manajer yang tidak rasional, sebab secara langsung atau tidak langsung manajer dianggap lebih mementingkan kepentingan ekonominya sendiri ketimbang kepentingan perusahaan (Ruchala, 1999).

Kecenderungan seseorang untuk melakukan

eskalasi komitmen ini dapat dijelaskan melalui teori keagenan. Teori ini menegaskan bahwa manajer dalam pengambilan keputusantermotivasi oleh kepentingannya sendiri akibat adanya informasi yang asimetri antara manajer dengan pemilik. Manajer yang berada pada kondisi adverseselection(memiliki informasi privat) akan bertindak sesuai kepentingan dirisendiri dan tidak memaksimalkan keuntungan yang diharapkan pemilik perusahaan, yaknidengan tetap melanjutkan pembiayaan proyek meskipun mengindikasikan kegagalan/ kerugian dalam proyek tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa manajer merasa memilikiikatan emosional dan takut kredibilitasnya menurun jikaproyek tersebutdihentikan di tengah jalan (Harrison dan Harrell, 1993). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa adverseselection adalah kondisiyang terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan informasi yang disampaikan agen (manajer) kepada prinsipal (pemilik perusahaan). Manajer dianggap mengetahui informasi lebih lengkap mengenai kondisi internal perusahaan dibanding prinsipal, akibatnya prinsipal tidak mampu mengetahuiapakah suatu keputusanyang diambil oleh manajer benar-benar didasarkan atas informasi yangsesungguhnya atau telah terjadi kelalaian tugas.

Teori kedua yang menjelaskan fenomena eskalasi komitmen adalah teori prospek (prospect theory). Pertimbangan lain seorang manajer dalam mengambil keputusan melanjutkan pembiayaan proyek adalahframing (pembingkaian informasi). Framingerat kaitannya dengan titik referensi, yaitu sebuah titik yang dijadikan patokan dalam melakukan perbandingan. Titik referensi inilah yang menjadi bingkai seseorang dalam mempertimbangkan berbagai kondisi (Gasiaswaty, 2009). Seorang manajer saat memutuskan sesuatu hal cenderung didasari oleh bagaimana cara informasi tersebut disajikan. Pembingkaian informasi (baik secara positif atau negatif) ini dapat mempengaruhi manajer dalam mengambil keputusan. Ketika informasi disajikan dengan pembingkaian positif manajer akan bersifat risk averse (menghindari risiko), artinya manajer akancenderung menghindari resiko dengan tidak melanjutkan proyek. menyatakan bahwaketika informasidisajikan dalam bingkai keputusan negatif, pengambil keputusancenderung untuk mencaririsiko dengan tetap melanjutkan proyek Bateman dan Zeithaml dalam Koroy (2008).

Fai, et.al (2006) dan Glaser,et,al(2007) membuktikan bahwa kondisiadverse selectiondannegative framingakan mempengaruhi pengambilan keputusan secara eskalasi komitmen. Sebaliknya Dwita (2007) dan Dewanti (2010) menyatakan bahwa kondisi adverse selectiondan negative framing tidak mempengaruhi keputusan eskalasi komitmen pada seseorang. Berdasarkan perbedaan temuan di atas mendorong peneliti untuk menguji kembali pengaruh kedua variabel tersebut (adverse selection dan framing)


(3)

terhadap fenomena eskalasi komitmen.Peneliti ingin menguji kembali menggunakan teori yang sama namun dengan responden berbeda yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana apakah akan memberikan hasil sama dengan penelitian sebelumnya.

Peneliti mencoba merumusakan merumuskan persoalan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kondisi adverse selection berpengaruh terhadap eskalasi komitmen?

2. Apakah negative framingberpengaruh terhadap eskalasi komitmen?

3. Apakah kondisiadverse selection dan negative framingberpengaruh terhadap eskalasi komitmen?

2. Telaah Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.1. 1. Eskalasi Komitmen

Seorang manajer dalan suatu perusahaan kerap kali dituntut untuk mengambil keputusan penting, dan tidak jarang mengalami dilema ketika harus membuat keputusan untuk menghentikan suatu proyek yang dianggap tidak menguntungkan ataukah tetap melanjutkan proyek tersebut apapun konsekuensi yang akan dihadapi ke depan. Suatu jenis keputusan yang dihasilkan dari keadaan tersebut dalam perilaku organisasi, manajemen stratejikdan psikologi dikenal dengan fenomena eskalasi (Wong, et.al, 2006).

Tapifrios (2009) menyebut eskalasi komitmen sebagai peningkatan terhadap keputusan sebelumnya walaupun ada bukti bahwa keputusan itu mungkin keliru. Dengan demikian eskalasi komitmen dapat dikatakan sebagai upayameningkatkan keseriusan atau keloyalan terhadap komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Eskalasi komitmen dalam penelitian ini diproksikan dengan keputusan manajer untuk tetap melanjutkan proyek yang mengindkasikan kegagalan. Eskalasi komitmen dapat terjadi ketika individu atau organisasidihadapkan pada dua kesempatan atas serangkaian tindakan yang telah dilakukan(dalam hal ini serangkaian tindakan yang telah diambil ternyata tidak berjalanseperti yang diharapkan). Individu atau organisasi tersebut berkesempatan untukmemilih bertahan dengan terus menjalankan proyek tersebut atau menarik kembali serangkaian tindakan yang telahdilakukan sebelumnya. Konsekuensi dari kedua pilihan tersebut sama-sama mengandung ketidakpastian. Staw (1997) mencontohkan, organisasi mengetahui bahwa konsekuensi dari pengembangan produk baru bisa bermuara pada kondisimenguntungkan maupun tidak menguntungkan di masa yang akan datang. Eskalasi komitmen merupakan perilaku untuk meningkatkan komitmen dengan tetapmenjalankan keputusan proyek walaupun proyek tersebut akan memberikan umpan balik negatif. Seorang

manajer dapat mengalokasikan sumber daya tambahan pada proyek yang dianggap tidak menguntungkan ini.

Brockner (1992) menjelaskan bahwa eskalasi komitmen adalah melanjutkan komitmen walaupun terdapat informasi negatif yang berkaitan dengan ketidakpastian pencapaian tujuan. Eskalasi komitmen sering dikaitkan dengan pengabaian atas sinyal kegagalan. Kanodia, et.al (1989) menjabarkan eskalasi komitmen sebagai keputusan manajer yang tidak rasional karena meskipun sadar secara langsung maupun tidak langsung manajer cenderung mengabaikan kepentingan perusahaan dan lebih mengutamakan kepentingan ekonomi pribadinya. Maka manajer akan memutuskan untuk melanjutkan proyek investasi yang gagal. Karena manajer merasa takut kredibilitasnya menurun jika proyek tersebut dihentikan (Harrel dan Horrison, 1994).

Pembuat keputusan diperbolehkan memilih keputusan untuk menerima proyek dengan menambah alokasi sumber daya untuk menutup biaya yang telah terjadi sebelumnya, atau memilih keputusan untuk menghentikan proyek. Koroy (2008) dan Indriani (2010) menyatakan bahwa penyebab timbulnya fenomena eskalasi diantaranya dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, faktor organisasi dan proyek. Faktor psikologi dan sosial menunjukkan adanya ego dan keinginan untuk menjaga reputasi yang membuat seseorang enggan untuk mengakui kesalahan dan kegagalan. Jika manajer meninggalkan proyek, maka akan merusak reputasi manajer di dalam perusahaan atau organisasi. Sehingga manajer berusaha melindunginya dengan cara melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagal.

Beberapa penjelasan dapat dikemukakan untuk perilaku eskalasi ini, pertama,adanya umpanbalik negatif atas keputusan yang telah dijalankanmenyebabkan individu melanjutkan proyek tersebut dalam upaya pembenaran keputusanmereka sebelumnya (Bazerman dalam Kadous, 2002). Kedua, preferensi risiko seseorang apakahrisk taker atau risk averse dapat bergeser berdasarkan kondisi yang dihadapi seseorang (Kahneman dan Tversky1979). Pada saat menghadapi keuntungan, individu cenderung bersikap risk averse, namun saat menghadapi kerugian cenderung risk takeratauaversion to sure loss(Supramono dan Putlia, 2007). Berdasarkan penjelasan tersebut kemungkinan manajer yang memandang dirinya sedang dalam posisi mengalami kerugian cenderung memilih untuk menerima keputusan yang berisiko tinggi. Ketiga, teori keagenan menjelaskan bahwa antara kepentinganpemilik dan manajer seringkali bertentangan.

2.1.2.Adverse Selection

Teori yang dapat menjelakan tentang Adverse Selection adalah teori keagenan. Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanyakesulitan


(4)

prisipaluntuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakanagen, sehingga prinsipal tidak mengetahui dengan pasti apakah keputusan yang diambil agen didasarkan pada informasi yang sesungguhnya atau tidak. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasiyang terjadi antara prinsipal dan agen sehingga informasi yang diperoleh principal kurang lengkap dan tidak dapat menjelaskan kinerja agen yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan principal yang dipercayakan kepada agen (Sharp dan Salter, 1997).

Manajer adalah pihak yang dipekerjakan oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham, sehingga manajemen diberi kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Namun dalam kenyataannya terdapat informasi yang asimetris antara agen yang memiliki kualitas dan jumlah informasi yang lebih banyak dibanding pemilik perusahaan, sehingga hal ini dapat memicu kesempatan bagi agen untuk bertindak demi kepentingan diri sendiri.

Motivasi melakukan kecurangan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda dengan kepentingan pemilik perusahaan, sehingga manajer terdorong untuk mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan. Manajer akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar saat melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagal daripada tidak melanjutkan proyek tersebut, apalagi jika proyek tersebut di kemudian hari berhasil. Ketika berada dalam dua kondisi yaitu motivasi berbuat kecurangan dan asimetris informasi, agen mungkin melihat bahwa tindakan yang dilakukan adalah rasional, sedangkan dari pandangan prinsipal tidak rasional. Variabel adverse selection dimanipulasi dengan adanya kepemilikan informasi privat bagi manajer yang tidak diketahui oleh orang di luar perusahaan.

2.1.3.NegativeFraming

Teori prospek (prospect theory) dari Kahneman dan Tversky (1979) menjelaskan terjadinya bias kognitif yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan berisiko. Individu akan bersifat menghindari risiko atau menyukai risiko tergantung pada masalah yang dihadapi.Teori ini berpendapat bahwa individu akan memberikan bobot yang berlebihan terhadap hasil yang pasti daripada yang belum pasti. Kecenderungan ini menimbulkan perilaku menghindari risiko dalam kondisi pasti untung (pembingkaian positif). Dalam pembingkaian positif, individu menunjukkan penurunan preferensi risiko, dimana individu lebih berhati – hati dalam mengambil keputusan. Sebaliknya individu lebih menyukai risiko dalam kondisi pasti rugi (pembingkaian negatif).Framing negative diproksikan dengan penyajian informasi mengenai kerugian yang pasti. Pengaruh sunk costternyata berperan cukup besar dalam proses pengambilan keputusan

untuk tetap melanjutkan suatu investasi yang dianggap kurang menguntungkan.Sunk costadalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi dari suatu proyek atau investasi baru (Putri, 2009). Sunk cost mempengaruhi pembuat keputusan dalam kondisi pembingkaian negatif, sehingga mendorong individu berperilaku menyukai risiko yang mengarah kepada eskalasi komitmen terhadap tindakan yang telah gagal (Keil, et,al,2000).

2.2. Hipotesis Penelitian

2.2.1. Pengaruh Adverse Selection Terhadap Eskalasi Komitmen

Adverse selectionterjadi pada kondisi asimetri informasiyang terjadi antara prinsipal dan agen, sehingga menyulitkan prisipal untuk memonitor dan mengontrol tindakan agen. Kanodia, et.al. (1989) menguji adverse selection dalam konteks evaluasi proyek. Dalam studi tersebut manajer memilih untuk melanjutkan ataumenghentikan suatu proyek tergantung pada informasi pribadi yang diperolehnya. Mereka berpendapat bahwa ketika manajer tidak melanjutkan proyek yang dianggap gagal, justru akan merusak reputasi dan peluang karirnya di masa yang akan datang.

Harrison dan Harrel (1993) melakukan eksperimen laboratorium dengan menggunakan mahasiswa MBA di AS sebagai proksi manajer perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa subyek cenderung melanjutkan proyek yang gagal ketika subyek dimanipulasi untuk percaya bahwa subyeklah yang memiliki informasi pribadi dan keputusan untuk meninggalkan proyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Hasil ini didukung juga oleh Rutledge and Karim (1999) menyatakan bahwa manajer yang mengalami adverse selection akan melakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskanlah hipotesis pertama, yaitu:

H1 : Manajer yang dihadapkanpada kondisi adverse selection akan cenderung melakukan eskalasi komitmen.

2.2.2. Pengaruh Negative FramingTerhadap Eskalasi Komitmen

Apa yang dikemukakan teori prospek dapat menjelaskan bagaimanamanajer dapat membuat keputusan eskalasi ketika menerima informasi yangdisajkan dalam bingkai negatif. Ketika manajer menerima informasi yang diframing secara negatif dalambentuk pilihan antara kerugian pasti yang telah terjadi dengan kerugiandimasa mendatang yang kurang pasti, maka manajer cenderung memilih kerugiandimasa mendatang yang kurang pasti dengan harapan kelak mendapatpengembalian yang positif(Rutledge dan Harrel, 1994).


(5)

1 ) 1 , 0 ( 307

307

2

n Salter dan Sharp (2004) melakukan eksperimen

dengan menggunakan manajer di AS dan Kanada dan menemukan hasil bahwa pembingkaian negatif meningkatkan kemungkinan eskalasi komitmen. Ketika hasil proyek (outcome) digambarkan sebagai suatu kerugian yang pasti (framingnegative), manajer cenderung mengambil risiko untuk menghindari kerugian yangpasti tersebut dibandingkan ketikaoutcomedigambarkan sebagai keuntunganyang pasti (framing positif). Whyte dalam Dwita (2007) menyatakan bahwameskipun dalam perspektif rasional ekonomi, sunk cost tidaklah relevan denganpembuatan keputusan yang berorientasi masa depan, keberadaan sunk cost dalamkonteks pembuatan keputusan dapat memancing manajer untuk mengambil risiko. Dewanti (2010) menyatakan bahwa negative framing berpengaruh signifikan terhadap pada keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusun hipotesis kedua, yaitu :

H2 : Ketika informasi disajikan dalam framing negatif, manajer cenderung melakukan eskalasi komitmen.

2.2.3. Interaksi antara Adverse SelectiondanNegative Framing

Ketika manajer dihadapkan pada umpan balik negatif dari proyeknya,manajer akan melihat kemungkinan untuk menghentikan proyek atau tetapmelanjutkan proyek tersebut. Saat manajer berada dalam kondisi adverse selection dan disajikan informasi yang dibingkai negatif akan melakukan eskalasi komitmen sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Dewanti (2010) menyatakan bahwaketika informasidisajikan dalam framing negatif dan dihadapkan pada kondisi adverseselectionakan mendorong pengambil keputusan cenderung melanjutkan proyek yang mengindikasikankegagalan. Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3 : Ketika informasi disajikan dalam framingnegatif dan dihadapkan pada kondisi adverse selection, manajer cenderung akan melakukan eskalasi komitmen.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dibuat dalam bentuk eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan terhadap suatu proyek, dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai seorang manajer yang harus mengambil keputusan untuk tetap melanjutkan atau menghentikan proyek yang dianggap gagal atau tidak menguntungkan. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Program Studi Manajemen yaitu berjumlah 307 mahasiswa. Mahasiswa yang diambil adalah yang sudah mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan dengan

asumsi mereka lebih pahammengenai konsep risiko dan return dari suatu investasi. Dalam mengukur sampel, peneliti menggunakan formula yang dikemukakan oleh Yamane (Supramono & Utami, 2004), yaitu:

1

2

Nd

N

n

(1)

Keterangan:

n = jumlah sampel N = ukuran populasi

d = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi

Berdasarkan jumlah mahasiswa Prodi Manajemen yang melakukan registrasi pada semester 1 2011-2012 sebanyak 307 mahasiswa maka diambillah sampel sebanyak:

= 75,43≈80 orang

3.1. 1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa 4 kasus pembuatan keputusan yang telah disiapkan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2, yang terdiri dari dua (2) variabel independen yaitu adverse selection dan negative framingapakah mempengaruhi keputusan evaluasi proyek manajer.

Tabel 1

Desain penelitian 2x2 (Adverse SelectionxNegative Framing)

Adverse Selection Ada Tidak Ada Negative

Framing

Ada Kasus 1 Kasus 3

Tidak Ada Kasus 2 Kasus 4 Pada kasus 1,responden diberikan informasi yang disajikan dalam kerangka negatif (adanya kerugian) dan dalam kondisiadverse selection(adanya asimetri informasi). Pada kasus 2 responden diberikan informasi yang dibingkai secara negatif namun tidak dalam kondisiadverse selection. Respoden pada kasus 3 akan dihadapkan pada informasi mengalamiframingnegatif dan tidak dalam kondisiadverse selection. Selanjutnya kasus 4 akan memaparkan informasi yang tidak dibingkai secara negatif serta tidak dalam kondisiadverse selection.

Variabel eskalasi komitmen diukur menggunakan skala Likert 1-6, dimana skor 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan dan skor 6 mencerminkan jawaban responden yang memilih tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.


(6)

Responden dikelompokkan masing-masing ke dalam empat (4) kategori perlakuan penelitian yang terdiri dari dua (2) manipulasi kondisi, yaitu (a) dengan adverse selectionyang ditunjukkan dalam kasus 1 dan kasus 2;serta (b) tanpaadverse selectionyang ditunjukkan dalam kasus 3 dan kasus 4.

3.1.2. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non parametik dengan uji binomial. Uji binomial ini digunakan dalam penilitian ini karena data dalam penilitian ini terdiri dari dua macam kategori saja, yaitu menghentikan proyek atau melanjutkan proyek. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Jika nilai signifikansi < 0,05maka Ho akan ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi >0,05maka Ho akan diterima.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil olah data mengenai karakteristik demografi responden secara menyeluruh dapat dilihat di tabel 2 dan tabel 3. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang diproyeksikan sebagai seorang manajer. Sebanyak 80 mahasiswa telibat dalam penelitian ini dan selanjutnya akan dibagi ke dalam empat kasus di atas. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata responden berumur 21tahun dan sebagian besar responden adalah mahasiswisebanyak27 orang.

Tabel 2

Statistik Demografi Responden Kasus 1 dan Kasus 2 ( KondisiAdverse Selection)

Keterangan Frek Min Max Mean

Umur 19 5

20 8

21 11

22 9

23 7

Total 40 19 21 21

Jenis Laki-laki 13 Kelamin Perempuan 27

Total 40

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 20-23 tahun dan sebagian besar adalah mahasiswi.

Tabel 3

Statistik Demografi Responden Kasus 3& Kasus 4

( Kondisi TanpaAdverse Selection)

Keterangan Frek Min Max Mean

Umur 20 10

21 10

22 12

23 6

24 2

Total 40 24 22 22.5

Jenis Laki-laki 24 Kelamin Perempuan 16

Total 40

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwamayoritas responden berumur 22 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.Selanjutnya peneliti akan menyajikan ringkasan jawaban responden berdasarkan masing-masing kasus yang dihadapi dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4

Kategori Jawaban Rresponden untuk KondisiAdverse Selection

Kasus Keputusan Mean

Menghentikan Melanjutkan Total

Kasus 1 5 (25%) 15 (75%) 20 4,4

Kasus 2 6 (30%) 14 (70%) 20 4,1

Total 11 (27,5%) 29 (72,5%) 40

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa masing-masing responden kasus 1dan kasus 2 memiliki rata-rata skor 4,4 dan 4,1 yang menunjukkan kecenderungan melakukan eskalasi komitmen baik adanya negative framingataupun tidak.

Tabel 5

Kategori Jawaban Rresponden untuk Kondisi Tanpa Adverse Selection

Kasus Keputusan Mean

Menghentikan Melanjutkan Total

Kasus 3 5 (25%) 15 (75%) 20 4,15

Kasus 4 7 (35%) 13 (65%) 20 3,95

Total 12 (30%) 28 (70%) 40

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan tabel 5terlihat bahwa pada kasus 3 dan kasus 4 tanpa kondisi adverse selection, mayoritas responden memutuskan untuk tetap melanjutkan proyek


(7)

yang mengindikasikan kegagalan baik saat terdapat negative framingatau tidak.

4.1. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan ujibinomialuntuk menguji jawaban responden yangdapat dikategorikanmenjadi dua kategori jawaban yaitu “menghentikan proyek”dan “melanjutkan proyek”.

Tabel 6menyajikan hasil uji binomial untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa manajer yang berada dalam kondisi adverse selection akan melakukan eskalasi komitmen (menggunakan kasus 2).

Tabel 6

Hasil Uji Binomial untuk Hipotesis 1 Category N %

Exact Sig. (2-tailed) keputusan_k2 Group 1 Menghentikan 6 .30 .012

Group 2 Melanjutkan 14 .70

Total 20 1.00

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Pada tabel 6 terlihat nilai signifikansi (2-tailed) adalah 0.012lebih kecil dari 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya manajer yang berada dalam kondisi adverse selection akan tetap berkomitmen untuk melanjutkan proyek yang dianggap tidak menguntungkan. Responden cenderung akan melanjutkan proyek investasi yang tidak menguntungkan ketika mereka dimanipulasi untuk percaya bahwa mereka memiliki informasi lebih banyak dan keputusan untuk melanjutkan proyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Sehingga jika mereka memutuskan untuk menghentikan proyek tersebut akan merusak reputasi dan peluang karir di masa depan. Hasil hipotesis ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Harrison dan Harrel, 1993: Rutledge and Karim, 1999).

Tabel 7

Hasil Uji Binomial untuk Hipotesis 2

Category N

% Exact Sig. (2-tailed)

Keputusan_k3 Group 2 Melanjutkan 15 .375 .115

Keputusan_k4 Group 2 Melanjutkan 13 .325

Total 28

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 7 adalah hasil uji binomial untuk kasus 3 dan kasus 4, dimana responden tersebut diberi kasus dengan ataupun tanpanegative framingpada kondisi tanpaadverse

selection. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keputusan eskalasi saat adanyanegative framing ataupun tidak, yang ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,115>0,05. Hasil pengujian tidak mendukung H2 yang menyatakan bahwa manajer yang berada dalam kondisi pembingkaian negatif (negative framing) cenderung melakukan eskalasi komitmen daripada yang tidak mengalami kondisinegative framing. Hal ini menunjukkan bahwa cara penyajian informasi secara positif dan negatif ternyata berdampak pada tindakan eskalasi. Ketika alternatif keputusan dibingkai secara positif maupun negatif maka keputusan yang diambil sama-sama cenderung risk seeking.

Hasil uji kasus 1 untuk hipotesis ketiga (H3) ditampilkan pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Binomial Test

Category N %

Exact Sig. (2-tailed)

keputusan_k1 Group 1 menghentikan 5 .25 .041

Group 2 melanjutkan 15 .75

Total 20 1.00

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 8 memperlihatkan nilai signifikan sebesar 0.041< 0,05, artinya hasil pengujian ini mendukung H3 yaitu ketika manajer dihadapkan pada informasi yang disajikan secara negatif dan dalam kondisiadverse selection akan cenderung melakukan eskalasi komitmen. Manajer akan cenderung untuk mengambil risiko dan bertindak sesuai kepentingan diri sendiri serta mengabaikan memaksimalkan keuntungan yang diharapkan pemilik perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Dwita (2007) yang menyatakan interaksi adverse selection dan negative framing berpengaruh signifikan terhadap keputusan eskalasi komitmen investasi yang diprediksi tidak menguntungkan. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan kesempatan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang sehingga dapat menutup kerugian investasi awal.

5. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Adverse selectionberpengaruh signifikan terhadap keputusan eskalasi komitmen oleh manajer. 2. Negative framing tidak berpengaruh terhadap

keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

3. Interaksi antara adverse selection dan negative framing menunjukkan pengaruh yang signifikan


(8)

terhadap keputusan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

6. Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Responden yang diambil bukanlah manajer yang sesungguhnya, oleh sebab itu dimungkinkan untuk agenda penelitian mendatang dapat menggunakan manajer sebagai obyek penelitiannya.

2.

Instrumen yang digunakan adalah mengadopsi dari penelitian sebelumnya, sehingga untuk penelitian mendatang dapat dikembangkan instrumen penelitian yang berbeda.

Daftar Pustaka

Alchian, A.A & Woodward, S. 1988. The Firm is Dead: Long Live the Firm: A review of Oliver Williamson’s The Economic Institutions of Capitalism.Journalof Economic Literatur,Vol, 26, pp: 65-79.

Brockner, J. 1992. The Escalation of Commitment to a Failing Course of Aaction : Toward Theoretical Progress.The Academy of Management Review, Vol.17, No.1, January, pp: 39-61.

Dewanti, R. 2010. Pengaruh Negative Framing dan Job Rotation Pada Kondisi Adverse Selection Terhadap Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip, Semarang. Dwita, S. 2007. Influence of Adverse Selection and

Negative Framing on Escalation of Commitment In Project Evaluation Decisions, Simposium Nasional AkuntansiX, Makassar.

Grasiaswaty. N. 2009. Fenomena Framing di Balik Diskon Besar-Besaran. http://ruangpsikologi.com. Diunduh tanggal 15 Agustus 2011.

Harrison, P.D. & Harrel, A. 1993. Impact of Adverse selection on Project Evaluation Decision,Academy of Manajement Journal, Vol.36, No.3, pp: 635-643 Horngren,C. & Foster, G.1991. Cost Accounting:A

Managerial Emphasis. Englewood Cliffs. New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam niat pengambilan keputusan investasi. Skripsi yang tidak dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976, Theory of The Firm, Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure.Journal of Financial Economics3, pp: 305-360.

Kadous, K. 2002. The Role Mental Representation in

Organizational Eescalation of Commitment. http://www.emeraldinsight.com, Diunduh tanggal 2 Agustus 2011

Kahneman, D., &Tversky, A. 1979. Prospect Theory. http://www.prospect-theory.behaviourfinance.net. Diunduh tanggal 29 Juli 2011

Kanodia, C., Robert, B.; &John. D. 1989. Escalation Error and The Sunk Cost Effect: An Explanation Based

on Reputation and Information

Asymmetries.Journal of Accounting Research, Vol. 27, No.1 Spring, pp: 59-77.

Keil, M., Joan, M., &Arum, R. 2000. Why Software Projects Escalate: An Empirical Analysis and Test of Four Theoretical Models. MIS Quarterly, Vol.24, No.4, pp: 631-664.

Koroy, T. R. 2008. Pengujian Efek Pembingkaian Sebagai Determinan Eskalasi Komitmen Dalam Keputusan Investasi: Dampak Dari Pengalaman Kerja.Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Nayyar, P. R. 1990. Information Assymetries: A Source of Competitive Advantage for Diversified Service Firms. Strategic Management Journal. Vol. 11. No. 7, pp: 513-519.

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2004, 3th ed, Oxford University Press.

Putri, R. 2009. 10 Aspek Penting dalam Capital Budgeting (1).

www.managementfile.com/column.php?id=1413& page=finance, Diunduh tanggal 28 Juli 2011. Ruchala, L.V. 1999. The Influence of Budget Goal

Attainment on Risk Attitudes and Escalation. Behavioral Research in Accounting, Vol. 11, pp: 161-191.

Rudledge, R. W. & Harrell, A. M. 1994. The Impact of Responsibility and Framing of Budgetary Information on Group-Shifts.Behavioral Research in Accounting, Vol.6, pp: 92-100.

Rudledge, R.W. &Karim, K. E. 1999. The Influence of Self-Interest and Ethical Considerations on Manager’s Evaluation Judgements. Accounting, Organisation and Society,Vol.24, pp: 173-184.

Sahmuddin. 2003. Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Kkeputusan Pemberian Kredit. Tesis Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan Salter, S. B. & Sharp, D.J.2004. The Determinants of

Escalation Commitment: National Culture and Experience Effects. University of Cincinnati.(http://www.ebscohost.com). Diunduh tanggal 28 Juli 2011.

Sharp, D. &Salter, S. 1997. Project Escalation and Sunk Cost: A Test of International Generalizability of


(9)

Agency and Prospect Theories.Journal of International Business Studies, 28 (1): 101-102. Staw, B., 1997. The Escalation of Commitment: An update

and Appraisal.Organizational Desicion Making, pp: 191-215.

Stoner. 1995.Manajemen.6 ed. Jakarta : Prenhallindo. Supramono dan Putlia, N. 2007. Persepsi dan Faktor

psikologis dalam Pengambilan Keputusan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 14. No. 1, Januari 2010: 24-35.

Supramono dan Utami, I. 2004.Desain Proposal Penelitian Akuntansi dan Keuangan.Salemba Empat. Jakarta. Wong, K.F.E., Yik, M., & Kwong, J. Y.Y. 2006. Understanding The Emotional Aspects of Escalation of Commitment: The Role of Negative Affect.Journal of Applied of Psychology.Vol. 91. No. 2, pp: 282-297.

BIOGRAFI PENULIS

Penulis Pertama

adalah dosen tetap di Jurusan

Manajemen

Fakultas

Ekonomika

dan

Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Beliau

mendapatkan gelar Magister Sains ilmuManajemen,

dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia,

pada tahun 2007. Fokus pengajaran dan penelitiannya

adalah

pada

ManajemenKeuangan

khususnya

Keuangan Berbasis Perilaku (

Behavioral Finance

).

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi via

email di: maria.riorita@staff.uksw.edu

Penulis kedua

adalah mahasiswi Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jurusan

Manajemen

dengan

konsentrasi

Manajemen

Keuangan. Untuk kereprluan korespondensi dapat

menghubungi via email di: mie_cuby@yahoo.co.id


(1)

prisipaluntuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakanagen, sehingga prinsipal tidak mengetahui dengan pasti apakah keputusan yang diambil agen didasarkan pada informasi yang sesungguhnya atau tidak. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasiyang terjadi antara prinsipal dan agen sehingga informasi yang diperoleh principal kurang lengkap dan tidak dapat menjelaskan kinerja agen yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan principal yang dipercayakan kepada agen (Sharp dan Salter, 1997).

Manajer adalah pihak yang dipekerjakan oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham, sehingga manajemen diberi kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Namun dalam kenyataannya terdapat informasi yang asimetris antara agen yang memiliki kualitas dan jumlah informasi yang lebih banyak dibanding pemilik perusahaan, sehingga hal ini dapat memicu kesempatan bagi agen untuk bertindak demi kepentingan diri sendiri.

Motivasi melakukan kecurangan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda dengan kepentingan pemilik perusahaan, sehingga manajer terdorong untuk mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan. Manajer akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar saat melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagal daripada tidak melanjutkan proyek tersebut, apalagi jika proyek tersebut di kemudian hari berhasil. Ketika berada dalam dua kondisi yaitu motivasi berbuat kecurangan dan asimetris informasi, agen mungkin melihat bahwa tindakan yang dilakukan adalah rasional, sedangkan dari pandangan prinsipal tidak rasional. Variabel adverse selection dimanipulasi dengan adanya kepemilikan informasi privat bagi manajer yang tidak diketahui oleh orang di luar perusahaan.

2.1.3.NegativeFraming

Teori prospek (prospect theory) dari Kahneman dan Tversky (1979) menjelaskan terjadinya bias kognitif yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan berisiko. Individu akan bersifat menghindari risiko atau menyukai risiko tergantung pada masalah yang dihadapi.Teori ini berpendapat bahwa individu akan memberikan bobot yang berlebihan terhadap hasil yang pasti daripada yang belum pasti. Kecenderungan ini menimbulkan perilaku menghindari risiko dalam kondisi pasti untung (pembingkaian positif). Dalam pembingkaian positif, individu menunjukkan penurunan preferensi risiko, dimana individu lebih berhati – hati dalam mengambil keputusan. Sebaliknya individu lebih menyukai risiko dalam kondisi pasti rugi (pembingkaian negatif).Framing negative diproksikan dengan penyajian informasi mengenai kerugian yang pasti. Pengaruh sunk costternyata berperan cukup besar dalam proses pengambilan keputusan

untuk tetap melanjutkan suatu investasi yang dianggap kurang menguntungkan.Sunk costadalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi dari suatu proyek atau investasi baru (Putri, 2009). Sunk cost mempengaruhi pembuat keputusan dalam kondisi pembingkaian negatif, sehingga mendorong individu berperilaku menyukai risiko yang mengarah kepada eskalasi komitmen terhadap tindakan yang telah gagal (Keil, et,al,2000).

2.2. Hipotesis Penelitian

2.2.1. Pengaruh Adverse Selection Terhadap Eskalasi Komitmen

Adverse selectionterjadi pada kondisi asimetri informasiyang terjadi antara prinsipal dan agen, sehingga menyulitkan prisipal untuk memonitor dan mengontrol tindakan agen. Kanodia, et.al. (1989) menguji adverse selection dalam konteks evaluasi proyek. Dalam studi tersebut manajer memilih untuk melanjutkan ataumenghentikan suatu proyek tergantung pada informasi pribadi yang diperolehnya. Mereka berpendapat bahwa ketika manajer tidak melanjutkan proyek yang dianggap gagal, justru akan merusak reputasi dan peluang karirnya di masa yang akan datang.

Harrison dan Harrel (1993) melakukan eksperimen laboratorium dengan menggunakan mahasiswa MBA di AS sebagai proksi manajer perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa subyek cenderung melanjutkan proyek yang gagal ketika subyek dimanipulasi untuk percaya bahwa subyeklah yang memiliki informasi pribadi dan keputusan untuk meninggalkan proyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Hasil ini didukung juga oleh Rutledge and Karim (1999) menyatakan bahwa manajer yang mengalami adverse selection akan melakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskanlah hipotesis pertama, yaitu:

H1 : Manajer yang dihadapkanpada kondisi adverse selection akan cenderung melakukan eskalasi komitmen.

2.2.2. Pengaruh Negative FramingTerhadap Eskalasi Komitmen

Apa yang dikemukakan teori prospek dapat menjelaskan bagaimanamanajer dapat membuat keputusan eskalasi ketika menerima informasi yangdisajkan dalam bingkai negatif. Ketika manajer menerima informasi yang diframing secara negatif dalambentuk pilihan antara kerugian pasti yang telah terjadi dengan kerugiandimasa mendatang yang kurang pasti, maka manajer cenderung memilih kerugiandimasa mendatang yang kurang pasti dengan harapan kelak mendapatpengembalian yang positif(Rutledge dan Harrel, 1994).


(2)

1 ) 1 , 0 ( 307

307 2

n Salter dan Sharp (2004) melakukan eksperimen

dengan menggunakan manajer di AS dan Kanada dan menemukan hasil bahwa pembingkaian negatif meningkatkan kemungkinan eskalasi komitmen. Ketika hasil proyek (outcome) digambarkan sebagai suatu kerugian yang pasti (framingnegative), manajer cenderung mengambil risiko untuk menghindari kerugian yangpasti tersebut dibandingkan ketikaoutcomedigambarkan sebagai keuntunganyang pasti (framing positif). Whyte dalam Dwita (2007) menyatakan bahwameskipun dalam perspektif rasional ekonomi, sunk cost tidaklah relevan denganpembuatan keputusan yang berorientasi masa depan, keberadaan sunk cost dalamkonteks pembuatan keputusan dapat memancing manajer untuk mengambil risiko. Dewanti (2010) menyatakan bahwa negative framing berpengaruh signifikan terhadap pada keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusun hipotesis kedua, yaitu :

H2 : Ketika informasi disajikan dalam framing negatif, manajer cenderung melakukan eskalasi komitmen. 2.2.3. Interaksi antara Adverse SelectiondanNegative

Framing

Ketika manajer dihadapkan pada umpan balik negatif dari proyeknya,manajer akan melihat kemungkinan untuk menghentikan proyek atau tetapmelanjutkan proyek tersebut. Saat manajer berada dalam kondisi adverse selection dan disajikan informasi yang dibingkai negatif akan melakukan eskalasi komitmen sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Dewanti (2010) menyatakan bahwaketika informasidisajikan dalam framing negatif dan dihadapkan pada kondisi adverseselectionakan mendorong pengambil keputusan cenderung melanjutkan proyek yang mengindikasikankegagalan. Berdasarkan uraian diatas dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3 : Ketika informasi disajikan dalam framingnegatif dan dihadapkan pada kondisi adverse selection, manajer cenderung akan melakukan eskalasi komitmen. 3. Metode Penelitian

Penelitian ini dibuat dalam bentuk eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan terhadap suatu proyek, dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai seorang manajer yang harus mengambil keputusan untuk tetap melanjutkan atau menghentikan proyek yang dianggap gagal atau tidak menguntungkan. Sampel yang dipilih adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Program Studi Manajemen yaitu berjumlah 307 mahasiswa. Mahasiswa yang diambil adalah yang sudah mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan dengan

asumsi mereka lebih pahammengenai konsep risiko dan return dari suatu investasi. Dalam mengukur sampel, peneliti menggunakan formula yang dikemukakan oleh Yamane (Supramono & Utami, 2004), yaitu:

1

2

Nd

N

n

(1)

Keterangan:

n = jumlah sampel N = ukuran populasi

d = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi

Berdasarkan jumlah mahasiswa Prodi Manajemen yang melakukan registrasi pada semester 1 2011-2012 sebanyak 307 mahasiswa maka diambillah sampel sebanyak:

= 75,43≈80 orang 3.1. 1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa 4 kasus pembuatan keputusan yang telah disiapkan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2, yang terdiri dari dua (2) variabel independen yaitu adverse selection dan negative framingapakah mempengaruhi keputusan evaluasi proyek manajer.

Tabel 1

Desain penelitian 2x2 (Adverse SelectionxNegative Framing)

Adverse Selection Ada Tidak Ada Negative

Framing

Ada Kasus 1 Kasus 3 Tidak Ada Kasus 2 Kasus 4 Pada kasus 1,responden diberikan informasi yang disajikan dalam kerangka negatif (adanya kerugian) dan dalam kondisiadverse selection(adanya asimetri informasi). Pada kasus 2 responden diberikan informasi yang dibingkai secara negatif namun tidak dalam kondisiadverse selection. Respoden pada kasus 3 akan dihadapkan pada informasi mengalamiframingnegatif dan tidak dalam kondisiadverse selection. Selanjutnya kasus 4 akan memaparkan informasi yang tidak dibingkai secara negatif serta tidak dalam kondisiadverse selection.

Variabel eskalasi komitmen diukur menggunakan skala Likert 1-6, dimana skor 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan dan skor 6 mencerminkan jawaban responden yang memilih tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.


(3)

Responden dikelompokkan masing-masing ke dalam empat (4) kategori perlakuan penelitian yang terdiri dari dua (2) manipulasi kondisi, yaitu (a) dengan adverse selectionyang ditunjukkan dalam kasus 1 dan kasus 2;serta (b) tanpaadverse selectionyang ditunjukkan dalam kasus 3 dan kasus 4.

3.1.2. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non parametik dengan uji binomial. Uji binomial ini digunakan dalam penilitian ini karena data dalam penilitian ini terdiri dari dua macam kategori saja, yaitu menghentikan proyek atau melanjutkan proyek. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Jika nilai signifikansi < 0,05maka Ho akan ditolak, sedangkan jika nilai signifikansi >0,05maka Ho akan diterima.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil olah data mengenai karakteristik demografi responden secara menyeluruh dapat dilihat di tabel 2 dan tabel 3. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang diproyeksikan sebagai seorang manajer. Sebanyak 80 mahasiswa telibat dalam penelitian ini dan selanjutnya akan dibagi ke dalam empat kasus di atas. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata responden berumur 21tahun dan sebagian besar responden adalah mahasiswisebanyak27 orang.

Tabel 2

Statistik Demografi Responden Kasus 1 dan Kasus 2 ( KondisiAdverse Selection)

Keterangan Frek Min Max Mean

Umur 19 5

20 8

21 11

22 9

23 7

Total 40 19 21 21

Jenis Laki-laki 13 Kelamin Perempuan 27

Total 40

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 20-23 tahun dan sebagian besar adalah mahasiswi.

Tabel 3

Statistik Demografi Responden Kasus 3& Kasus 4

( Kondisi TanpaAdverse Selection)

Keterangan Frek Min Max Mean

Umur 20 10

21 10

22 12

23 6

24 2

Total 40 24 22 22.5

Jenis Laki-laki 24 Kelamin Perempuan 16 Total 40 Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwamayoritas responden berumur 22 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.Selanjutnya peneliti akan menyajikan ringkasan jawaban responden berdasarkan masing-masing kasus yang dihadapi dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4

Kategori Jawaban Rresponden untuk KondisiAdverse Selection

Kasus Keputusan Mean

Menghentikan Melanjutkan Total

Kasus 1 5 (25%) 15 (75%) 20 4,4

Kasus 2 6 (30%) 14 (70%) 20 4,1

Total 11 (27,5%) 29 (72,5%) 40 Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa masing-masing responden kasus 1dan kasus 2 memiliki rata-rata skor 4,4 dan 4,1 yang menunjukkan kecenderungan melakukan eskalasi komitmen baik adanya negative framingataupun tidak.

Tabel 5

Kategori Jawaban Rresponden untuk Kondisi Tanpa Adverse Selection

Kasus Keputusan Mean

Menghentikan Melanjutkan Total

Kasus 3 5 (25%) 15 (75%) 20 4,15

Kasus 4 7 (35%) 13 (65%) 20 3,95

Total 12 (30%) 28 (70%) 40

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Berdasarkan tabel 5terlihat bahwa pada kasus 3 dan kasus 4 tanpa kondisi adverse selection, mayoritas responden memutuskan untuk tetap melanjutkan proyek


(4)

yang mengindikasikan kegagalan baik saat terdapat negative framingatau tidak.

4.1. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan ujibinomialuntuk menguji jawaban responden yangdapat dikategorikanmenjadi dua kategori jawaban yaitu “menghentikan proyek”dan “melanjutkan proyek”.

Tabel 6menyajikan hasil uji binomial untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa manajer yang berada dalam kondisi adverse selection akan melakukan eskalasi komitmen (menggunakan kasus 2).

Tabel 6

Hasil Uji Binomial untuk Hipotesis 1

Category N %

Exact Sig. (2-tailed)

keputusan_k2 Group 1 Menghentikan 6 .30 .012 Group 2 Melanjutkan 14 .70

Total 20 1.00

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Pada tabel 6 terlihat nilai signifikansi (2-tailed) adalah 0.012lebih kecil dari 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya manajer yang berada dalam kondisi adverse selection akan tetap berkomitmen untuk melanjutkan proyek yang dianggap tidak menguntungkan. Responden cenderung akan melanjutkan proyek investasi yang tidak menguntungkan ketika mereka dimanipulasi untuk percaya bahwa mereka memiliki informasi lebih banyak dan keputusan untuk melanjutkan proyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Sehingga jika mereka memutuskan untuk menghentikan proyek tersebut akan merusak reputasi dan peluang karir di masa depan. Hasil hipotesis ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Harrison dan Harrel, 1993: Rutledge and Karim, 1999).

Tabel 7

Hasil Uji Binomial untuk Hipotesis 2

Category N

% Exact Sig. (2-tailed) Keputusan_k3 Group 2 Melanjutkan 15 .375 .115 Keputusan_k4 Group 2 Melanjutkan 13 .325

Total 28

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 7 adalah hasil uji binomial untuk kasus 3 dan kasus 4, dimana responden tersebut diberi kasus dengan ataupun tanpanegative framingpada kondisi tanpaadverse

selection. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keputusan eskalasi saat adanyanegative framing ataupun tidak, yang ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,115>0,05. Hasil pengujian tidak mendukung H2 yang menyatakan bahwa manajer yang berada dalam kondisi pembingkaian negatif (negative framing) cenderung melakukan eskalasi komitmen daripada yang tidak mengalami kondisinegative framing. Hal ini menunjukkan bahwa cara penyajian informasi secara positif dan negatif ternyata berdampak pada tindakan eskalasi. Ketika alternatif keputusan dibingkai secara positif maupun negatif maka keputusan yang diambil sama-sama cenderung risk seeking.

Hasil uji kasus 1 untuk hipotesis ketiga (H3) ditampilkan pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Binomial Test Category N %

Exact Sig. (2-tailed) keputusan_k1 Group 1 menghentikan 5 .25 .041

Group 2 melanjutkan 15 .75

Total 20 1.00

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 8 memperlihatkan nilai signifikan sebesar 0.041< 0,05, artinya hasil pengujian ini mendukung H3 yaitu ketika manajer dihadapkan pada informasi yang disajikan secara negatif dan dalam kondisiadverse selection akan cenderung melakukan eskalasi komitmen. Manajer akan cenderung untuk mengambil risiko dan bertindak sesuai kepentingan diri sendiri serta mengabaikan memaksimalkan keuntungan yang diharapkan pemilik perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Dwita (2007) yang menyatakan interaksi adverse selection dan negative framing berpengaruh signifikan terhadap keputusan eskalasi komitmen investasi yang diprediksi tidak menguntungkan. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan kesempatan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang sehingga dapat menutup kerugian investasi awal.

5. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Adverse selectionberpengaruh signifikan terhadap keputusan eskalasi komitmen oleh manajer. 2. Negative framing tidak berpengaruh terhadap

keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

3. Interaksi antara adverse selection dan negative framing menunjukkan pengaruh yang signifikan


(5)

terhadap keputusan manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

6. Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Responden yang diambil bukanlah manajer yang sesungguhnya, oleh sebab itu dimungkinkan untuk agenda penelitian mendatang dapat menggunakan manajer sebagai obyek penelitiannya.

2.

Instrumen yang digunakan adalah mengadopsi dari penelitian sebelumnya, sehingga untuk penelitian mendatang dapat dikembangkan instrumen penelitian yang berbeda.

Daftar Pustaka

Alchian, A.A & Woodward, S. 1988. The Firm is Dead: Long Live the Firm: A review of Oliver Williamson’s The Economic Institutions of Capitalism.Journalof Economic Literatur,Vol, 26, pp: 65-79.

Brockner, J. 1992. The Escalation of Commitment to a Failing Course of Aaction : Toward Theoretical Progress.The Academy of Management Review, Vol.17, No.1, January, pp: 39-61.

Dewanti, R. 2010. Pengaruh Negative Framing dan Job Rotation Pada Kondisi Adverse Selection Terhadap Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip, Semarang. Dwita, S. 2007. Influence of Adverse Selection and

Negative Framing on Escalation of Commitment In Project Evaluation Decisions, Simposium Nasional AkuntansiX, Makassar.

Grasiaswaty. N. 2009. Fenomena Framing di Balik Diskon Besar-Besaran. http://ruangpsikologi.com. Diunduh tanggal 15 Agustus 2011.

Harrison, P.D. & Harrel, A. 1993. Impact of Adverse selection on Project Evaluation Decision,Academy of Manajement Journal, Vol.36, No.3, pp: 635-643 Horngren,C. & Foster, G.1991. Cost Accounting:A

Managerial Emphasis. Englewood Cliffs. New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam niat pengambilan keputusan investasi. Skripsi yang tidak dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976, Theory of The Firm, Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure.Journal of Financial Economics3, pp: 305-360.

Kadous, K. 2002. The Role Mental Representation in

Organizational Eescalation of Commitment. http://www.emeraldinsight.com, Diunduh tanggal 2 Agustus 2011

Kahneman, D., &Tversky, A. 1979. Prospect Theory. http://www.prospect-theory.behaviourfinance.net. Diunduh tanggal 29 Juli 2011

Kanodia, C., Robert, B.; &John. D. 1989. Escalation Error and The Sunk Cost Effect: An Explanation Based on Reputation and Information Asymmetries.Journal of Accounting Research, Vol. 27, No.1 Spring, pp: 59-77.

Keil, M., Joan, M., &Arum, R. 2000. Why Software Projects Escalate: An Empirical Analysis and Test of Four Theoretical Models. MIS Quarterly, Vol.24, No.4, pp: 631-664.

Koroy, T. R. 2008. Pengujian Efek Pembingkaian Sebagai Determinan Eskalasi Komitmen Dalam Keputusan Investasi: Dampak Dari Pengalaman Kerja.Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Nayyar, P. R. 1990. Information Assymetries: A Source of Competitive Advantage for Diversified Service Firms. Strategic Management Journal. Vol. 11. No. 7, pp: 513-519.

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2004, 3th ed, Oxford University Press.

Putri, R. 2009. 10 Aspek Penting dalam Capital Budgeting (1).

www.managementfile.com/column.php?id=1413& page=finance, Diunduh tanggal 28 Juli 2011. Ruchala, L.V. 1999. The Influence of Budget Goal

Attainment on Risk Attitudes and Escalation. Behavioral Research in Accounting, Vol. 11, pp: 161-191.

Rudledge, R. W. & Harrell, A. M. 1994. The Impact of Responsibility and Framing of Budgetary Information on Group-Shifts.Behavioral Research in Accounting, Vol.6, pp: 92-100.

Rudledge, R.W. &Karim, K. E. 1999. The Influence of Self-Interest and Ethical Considerations on Manager’s Evaluation Judgements. Accounting, Organisation and Society,Vol.24, pp: 173-184.

Sahmuddin. 2003. Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Kkeputusan Pemberian Kredit. Tesis Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan Salter, S. B. & Sharp, D.J.2004. The Determinants of

Escalation Commitment: National Culture and Experience Effects. University of Cincinnati.(http://www.ebscohost.com). Diunduh tanggal 28 Juli 2011.

Sharp, D. &Salter, S. 1997. Project Escalation and Sunk Cost: A Test of International Generalizability of


(6)

Agency and Prospect Theories.Journal of International Business Studies, 28 (1): 101-102. Staw, B., 1997. The Escalation of Commitment: An update

and Appraisal.Organizational Desicion Making, pp: 191-215.

Stoner. 1995.Manajemen.6 ed. Jakarta : Prenhallindo. Supramono dan Putlia, N. 2007. Persepsi dan Faktor

psikologis dalam Pengambilan Keputusan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 14. No. 1, Januari 2010: 24-35.

Supramono dan Utami, I. 2004.Desain Proposal Penelitian Akuntansi dan Keuangan.Salemba Empat. Jakarta. Wong, K.F.E., Yik, M., & Kwong, J. Y.Y. 2006. Understanding The Emotional Aspects of Escalation of Commitment: The Role of Negative Affect.Journal of Applied of Psychology.Vol. 91. No. 2, pp: 282-297.

BIOGRAFI PENULIS

Penulis Pertama

adalah dosen tetap di Jurusan

Manajemen

Fakultas

Ekonomika

dan

Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Beliau

mendapatkan gelar Magister Sains ilmuManajemen,

dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia,

pada tahun 2007. Fokus pengajaran dan penelitiannya

adalah

pada

ManajemenKeuangan

khususnya

Keuangan Berbasis Perilaku (

Behavioral Finance

).

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi via

email di: maria.riorita@staff.uksw.edu

Penulis kedua

adalah mahasiswi Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jurusan

Manajemen

dengan

konsentrasi

Manajemen

Keuangan. Untuk kereprluan korespondensi dapat

menghubungi via email di: mie_cuby@yahoo.co.id