ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK DUALISME KEPENGURUSAN DEWAN PERWAKILAN CABANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG.

(1)

ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK

DUALISME KEPENGURUSAN DEWAN PERWAKILAN

CABANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN

LUMAJANG

(Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor

56/Pdt.G/2011/PN.Lmj)

SKRIPSI

Oleh

VIRDAUS RIZQI AWALIA NIM.C03211029

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan H

ukum

Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Hukum Pidana Islam

Surabaya


(2)

(3)

(4)

(5)

Abstrak

Judul penelitian ini adalah Analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap konflik dualism kepengurusan DEwan perwakilan cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang (Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj). penelitian ini dilakukan untuk menjawab dua permasalahan yaitu : Bagaimana Deskripsi dualism kepengurusan di Dewan perwakilan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Lumajang? Dan Bagaimana analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap dualism kepenguran Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang? Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif-kualtitatif. Untuk memberikan gambaran tentang analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap konflik dualisme kepengurusan DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang (Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj) maka dalam hal penggalian data yang dipakai anatara lain : study verivikatif yakni study tentang Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj, buku-buku tentang Fiqh Ikhtilaf serta literature yang berhubungan dengan Penelitian.

Hasil dari Penelitian menyimpulkan bahwa : Konflik Dualisme kepengurusan DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang yaitu di awali dengan terbitnya Surat DPP PKB Nomor. 2627/DPP-03/V/B.1/VII/2011 tertanggal 07 Juli 2011, Perihal Surat tugas yang diberikan kepada Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, penerima surat tugas dalam hal ini Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, dalam melaksanakan tugasnya melebihi wewenang tupoksinya yaitu melaksanakan Muscab (musyawarah cabang) DPC PKB Kabupaten Lumajang, Di dalam muscab itu menghasilkan kepengurusan baru yang dinilai tidak sah karena kepengurusan lama belum selesai masa tugasnya. Maka kepengurusan lama yakni kubu H. Rofik SH, MHum melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Lumajang yang dimenangkan oleh pihak penggugat yakni H. Rofik SH. MHum. Ada beberapa Upaya Penyelesaian konflik yang dilakukan oleh para pihak sebelum memasukkan gugatan ke Pengadilan Negeri yakni dengan melakukan mediasi sebanyak 3 kali yang dimediatori oleh DPP PKB, DPW PKB Jawa Timur dan KPU Kabupaten Lumajang yang hasilnya tidak ada kata sepakat untuk damai dan berakhir tuntutan ke Pengadilan Negeri, selain menggunakan upaya penyelesaian mediasi para pihak juga menggunakan cara Fack Fending yakni dengan pemeriksaan berkas-berkas oleh Mahkamah Partai. Secara Fiqh Ikhtilaf, penyelesaian konflik dan

sengketa melalui lembaga tahkim tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam dan ajaran Fiqh Ikhtilaf. Didalam penyelesaian pada masa sekarang terdapat pengembangan penyelesaian konflik dengan zaman dahulu, yakni pada masa sekarang penyelesaian sengketa dilakukan bukan hanya dengan mediasi, tetapi juga dengan fack Finding dan pengajuan sengketa ke Pengadilan. Di dalam Fiqh Ikhtilaf teleh dijelaskan secara jelas bahwa suatu konflik, sengketa maupun dualisme kepengurusan tidak diperbolehkan di dalam Islam, sesuai yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Al. Maidah Ayat 105.

Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka kepada para pihak yang berkonflik untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan partai dan keputusan-keputusan partai lainnya. Dalam memilih kepengurusan pada semua tingkatan harus benar-benar selektif mengutamakan kader dari yang lainnya, khususnya pada Muktamar, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang dalam menentukan dan memilih ketua partainya diupayakan kader, arif, adil dan bijaksana.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan BatasanMasalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metodologi Penelitian ... 13

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II KONSEP FIQH IKHTILAF DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PARTAI POLITIK A. Fiqh Ikhtilaf ... 18

1. Pengertian Fiqh Ikhtilaf ... 18

2. Sebab-sebab munculnya Fiqh Ikhtilaf ... 25

B. Partai Politik. ... 27

1. Pengertian Partai Politik ... 27

2. Model Partai Politik ... 33


(7)

C. Teori Penyelesaian Konflik dalam Partai Politik ... 35 1. Pengertian Konflik ... ... 35

2. Tinjauan Bentuk Konflik DPC PKB KAbupaten

Lumajang... ... 37 3. Penyelesaian Perselisihan dalam Fiqh Siyasah

(Lembaga Tahkim) ... ... 39

BAB III DUALISME KEPENGURUSAN DPC PARTAI

KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG

A. Deskripsi Berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang ... 43 B. Konflik Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang ... 46 D. Kronologi Terjadinya Dualisme Kepengurusan DPC PKB

Kabupaten Lumajang ... 54 E. Upaya Penyelesaian Perselisihan DPC PKB Lumajang ... 55

BAB IV ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK

DUALISME KEPENGURUSAN DPC PARTAI

KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG

A. Analisis Terhadap Penyelesaian Konflik DPC PKB

Kabupaten Lumajang ... ... 63 B. Analisis Fiqh Ikhtilaf Terhadap Konflik dualisme

Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang ... 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS FIQH IKHTILAF TERHADAP KONFLIK DUALISME

KEPENGURUSAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG A. Latar Belakang Masalah

Partai Politik merupakan salah satu aspek penting di dalam ilmu hukum tata Negara. Bila berbicara mengenai Partai Politik, berarti akan membicarakan mengenai partisipasi rakyat, ada dua hal, Pertama; Partisipasi rakyat dalam

menentukan arah kebijakan Negara Kedua, Partisipasi rakyat dalam membuat

peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, mengenai Partai Politik akan terkait dengan study mengenai Pemilihan Umum dan konsep Negara Hukum.1

Peran Partai Politik di dalam kehidupan bernegara semakin menonjol kebijakan-kebijakannya, baik pembuatan Undang-Undang di Dewan Perwakilan maupun oleh Presiden dalam mengeluarkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang, banyak mendengar masukan dari Partai Politik. Begitupun juga dalam melaksanakan Pemilihan Umum yang pertama di era reformasi pada tanggal 7 Juni 1999, peranan Partai Politik sangat sentral dan strategis. Pelaksana Pemilihan Umum tahun 1999 adalah Komisi Pemilihan Umum yang beranggotakan dari unsur-unsur Partai Politik yang ikut di dalam Pemilihan Umum 1999. Selain pelaksana Pemilihan Umum 1999, Komisi Pemilihan Umum juga yang membuat regulasi Pemilihan Umum 1999, penetapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Periode tahun 1999-2004, Golongan dan utusan Daerah untuk Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Periode Tahun 1999-2004.2

1

Abdul Bari Azed dan Makmur Amir “Pemilu dan Parpol di Indonesia”(Jakarta: Pusat Study Hukum Tata Negara, Universitas Indonesia ;2006),20.

2

Ramly Hutabarat ; ”Politik Hukum Pemerintahan Soeharto tentang Demokrasi Politik di Indonesia , (Jakarta:Pusat Study Hukum Tata Negara , Fakultas Hukum ,Universitas Indonesia:2004)197


(9)

2

Bersamaan dengan semakin berperannya Partai Politik dalam kehidupan Negara yang Demokratis, timbul konflik-konflik di dalam tubuh Partai Politik, salah satunya konflik Partai Politik yang menarik perhatian masyarakat adalah di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa. Partai Kebangkitan Bangsa lahir dalam konteks kesejajaran, kehadiran Partai Kebangkitan Bangsa bukan semata-mata mewakili arus euforia reformasi lebih dari itu mewakili kerinduan politik dari komunitas

politik terbesar bernama Nahdlatul Ulama’, Dalam sejarahnya, Politik Nahdlatul

Ulama’ selalu terseok-seok, untuk tidak mengatakan selalu terpinggirkan. Padahal kontribusi ini melalui para tokohnya semenjak pembentukan the nation of

Indonesia (Sumpah Pemuda) dan the nation-state of Indonesia (Proklamasi) hingga

periode berikutnya tidak terhitung banyaknya.3

Perjalanan Politik Partai Kebangkitan Bangsa cukup menggembirakan. Pemilihan Umum Tahun 1999 yang menandai semakin terbuka sistem Politik di Indonesia berhasil di lalui dengan cukup baik. Pada Pemilihan Umum yang di sebut-sebut paling Demokratis kedua setelah Pemilihan Umum Tahun 1955 itu Partai Kebangkitan Bangsa mengontongi 13,3 Juta suara. Partai Kebangkitan Bangsa juga sebagai pemenang pertama diantara partai-partai yang baru yang muncul setelah reformasi. Secara keseluruhan Partai Kebangkitan Bangsa berada di posisi ketiga setelah PDI Perjuangan dan Partai Golkar.4

Namun sayang Partai Kebangkitan Bangsa tidak cukup handal untuk mengelolah potensi konflik yang ada pada dirinya. Terbukti pada Pemilihan Umum Tahun 2004, turun menjadi 11.9 Juta suara dan persebaran politiknya di daerah makin mengkrucut dari tiga belas provinsi menjadi sepuluh Provinsi saja. Konflik internal yang berlangsung pada pertengahan Juli Tahun 2001 antara KH.

3

Ibid,, hal.12. 4


(10)

3

Abdurrahman Wahid dengan Matori Abdul Jalil telah membuat Partai ini kehilangan energi untuk melakukan konsolidasi Politik dan organisasi dalam mengejar target Pemilihan Umum. Pada Tahun 2004 Partai Kebangkitan Bangsa terhempat cukup keras bukan oleh kekuatan partai-partai lain yang semakin dahsyat, melainkan oleh kegagalannya sendiri dalam mengelola konflik internal yang berimplikasi pada perpecahan Politik.5

Pembentukan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kabupaten Lumajang untuk yang pertama kalinya pada tahun 1998 dibentuk oleh Pimpinana Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Lumajang, yaitu Ketua Dewan Syura dijabat oleh Almarhum bapak Achmad Basyuni dan Ketua Dewan Tanfidnya dijabat oleh bapak. KH. Amak Fadholi Zain Tahun 1999 pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif, Pemilihan Umum legislative yang pertama kalinya pasca Revormasi pada tahun 1999, Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kabupaten Lumajang di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lumajang, memperoleh sejumlah 14 (empat belas) kursi.

Dalam Musyawarah Cabang Luar Biasa Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, yang dilaksanakan pada tanggal 17-18 Nopember 2006, di Hotel Lumajang, memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan Program Partai 5 (lima) Tahun kedepan, Musyawarah Cabang Luar Biasa Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, terpilih Ketua Dewan Syura KH. Moh. Adnan Syarif, Lc dan H. Rofik, SH. M.Hum sebagai Ketua Dewan Tanfidz Periode Tahun 2006-2011, dan beberapa Formatur yang

5


(11)

4

bertugas untuk menyusun kepengurusan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang.

Tim Formatur hasil Musyawarah Cabang Luar Biasa Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, telah menyusun kepengurusan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Kabupaten Lumajang, yang selanjutnya memintakan surat Rekomendasi ke Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Jawa Timur untuk diterbitkan Surat Keputusan dari Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa, tentang Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode Tahun 2006-2011.

Selanjutnya Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Jawa Timur melalui suratnya Nomor : 402/DPW-02/III/A.1/XII2006, perihal permohonan Rekomendasi kepada DPP PKB tentang pengesahan Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode Tahun 2006-2011, tertanggal 28 November 2006,

Ketetapan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Nomor : 1635/DPP-02/IV/A/XII/2006. Tanggal 18 Desember 2006 tentang Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode tahun 2006-2011, dan ditanda tangani ketua umum dan sekretaris jenderal.

Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang yang didasarkan dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa nomor : 1635/DPP-02/IV/A/XII/2006. Tanggal 18 Desember 2006 tentang Susunan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang Periode tahun 2006-2011 juga terjadi konflik dualisme kepengurusan yaitu di awali dengan terbitnya


(12)

5

Surat DPP PKB Nomor. 2627/DPP-03/V/B.1/VII/2011 tertanggal 07 Juli 2011, Perihal Surat tugas yang diberikan kepada Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, Koordinator Departemen Pendidikan Agama DPP PKB, isi pokok surat tugas dimaksud, “untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka memastikan pelaksanaan percepatan Muscab DPC PKB Kabupaten Lumajang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tugas tersebut harus sudah selesai dilaporkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan surat tugas ini dan

dilaporkan secara berkala tertulis kepada DPP PKB “ penerima surat tugas dalam

hal ini Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, dalam melaksanakan tugasnya melebihi wewenang tupoksinya yaitu melaksanakan Muscab DPC PKB Kabupaten Lumajang, tanggal 22 Juli 2011 di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang.

Mengingat surat tersebut dan pelaksanaan Musyawarah Cabang DPC PKB Kabupaten Lumajang yang dilaksanakan oleh Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, adalah merupakan pelanggaran terhadap AD/ART PKB, maka DPC PKB Kabupaten Lumajang Ketua Dewan Syura, KH. Moh. Adnan Syarif, Lc dan ketua Dewan Tanfidz H. Rofik, SH, M.Hum, melayangkan gugatan kepada Pengadilan Negeri Lumajang.

Setelah melalui proses sebagaimana ketentuan yang berlaku maka Pengadilan Negeri Lumajang melalui keputusannya Nomor. 56/Pdt.G/2011/PN.Lmj, tanggal 21 Mei 2012 menyatakan mengabulkan para penggugat.

Tergugat Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag, Dkk melakukan kasasi Kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. Register 710/PDT.SUS/2013, tanggal 2 Pebruari 2013 juga menyatakan menolak terhadap kasasi Dr. H. Ali Mudhori, S,Ag, M,Ag,


(13)

6

Konflik kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang merupakan salah satu contoh dari sekian perkara sengketa Perdata khusus di Tubuh Partai Politik dampak dari Pemilihan Kepala Daerah, sengketa Perdata yang diajukan oleh Partai Politik dan umumnya sengketa tersebut berkaitan dengan adannya dualisme kepengurusan Partai Politik baik ditingkat Pusat maupun di Daerah. Di antara sengketa Partai Politik tersebut sebagian ada yang diselesaikan secara Musyawarah melalui mekanisme internal Partainya dengan berpedomanan AD/ARTnya masing-masing bagi Partai yang bersangkutan, namun ada pula yang diajukan ke Pengadilan. Beberapa sengketa Internal Partai Politik yang sempat diberitakan oleh media massa cetak dan elektronik adalah Kasus yang melanda Partai Politik Bulan Bintang, Partai Politik Reformasi, dan Partai Partai Demoktrasi Perjuangan Indonesia.

Partai Kebangkitan Bangsa termasuk salah satu partai yang sering dilanda konflik internal, konflik tersebut di mulai sejak di Pecatnya Al-Marhum Mathori Abduk Jalil sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB oleh Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB Al-Marhum K.H Abdurrahman Wahid, akibat menghadiri sidang Istimewa MPR yang berhasil menggulingkan Presiden Al-Marhum Abdurrahman Wahid, dan mengangkat Alwi Shihab sebagai pejabat Harian ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB.

Al-Marhum Mathori Abdul Jalil menganggap bahwa pemecatan terhadap dirinya sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB tidak sesuai dengan AD/ART PKB maka mengambil jalan tetap bertahan sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, sehingga dari sini muncul konflik dualisme kepengurusan di kepngursan DPP PKB.


(14)

7

Dalam Politik Islam munculnya konflik kekuasaan pada periode Ali dan

Mu’awiyah, puncak perselisihan yang terjadi antara sahabat dan Tabi’in

merupakan perbedaan ijtihad dalam masalah agama dan dzanni, demikian pula hukumnya. Sehingga pada situasi tersebut terbentuk dua kelompok yaitu kelompok Muawiyah dan kelompok Ali. Adapun inti permaslahan tersebut ialah

pembai’atan Khalifah.6

Ikhtilaf dalam bahasa sering diartikan dengan “perbedaan pendapat, pandangan atau sikap”. Masalah Ikhtilaf ialah masalah yang hukumnya tidak

disepakati oleh para ulama’. Masalah ikhtilaf umumnya meliputi masalah siyasah (politik), dakwah dan lain sebagainya”.

Fiqh Ikhtilaf (perbedaan pendapat) yang sudah dikenali sejak abad terbaik umat yakni masa para sahabat, tabi’in dan para Imam mazhab. Perbedaan ilmiah yang terjadi di kalangan mereka tidak pernah menimbulkan dampak negatif sama sekali.ketidakfahaman dalam menekuni Fiqh Ikhtilaf menyebabkan kita saling bermusuhan karena masalah-masalah kecil atau tanpa sebab sama sekali.

Dalam suatu partai politik adanya perbedaan pendapat (ikhtilaf) adalah merupakan hal yang biasa terjadi, tetapi karena adanya konflik dan perbedaan pendapat ini menyebabkan perdebatan, perpecahan bahkan permusuhan. Oleh karena itu sebaiknya didalam suatu organisasi partai politik ada baiknya bisa menyatuka pendapat, baik masalah ushul, furu’ terutama siyasah guna untuk menghindari segala macam perpecahan.

Dari uraian latar belakang masalah di atas penulis sangat tertarik untuk lebih memahami dan mengkaji konflik dan penyelesaian sengketa partai politik, dengan topik :

6


(15)

8 Analisis Fiqh Ikhtilaf Terhadap konflik Dualisme Kepengurusan di Partai

Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang”. B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan-kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak-banyaknya yang kemudian dapat diduga sebagai masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah penelitian ini adalah: 7

1. Maksud dari Konflik dalam Partai Politik,

2. Sejarah terjadinya konflik dualisme kepengurusan Partai kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang.

3. Tuntutan ke Pengadilan Tingkat 1 sampai ke Mahkamah Agung.

4. Bagaimana kronologi terjadi dualisme kepengurusan di DPC PKB Kabupaten Lumajang?

5. Upaya apakah yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk

menyelesaikan konflik?

6. Bagaimana analisis Fiqh ikhtilaf terhadap konflik yang terjadi dalam Partai Politik (dualisme kepengurusan )?

C. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian dan penulisan, maka diperlukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi dualisme kepengurusan di DPC PKB Kabupaten Lumajang?

7

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.


(16)

9

2. Bagaimana analisis Fiqh Ikhtilaf terhadap dualisme kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam penelitian di seputar masalah yang diteliti sehingga tidak terjadi pengulangan atau bahkan duplikasi kajian/penelitian yang sudah ada.8

Kemudian, dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian-kajian sebelumnya, peneliti temukan beberapa kajian di antaranya :

1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Radiatul Adawiyah yang berjudul “Konflik Internal Partai Nasdem (Study Kasus tentang DPW Partai Nasdem Sulawesi Selatan), skripsi ini membahas tentang konflik yang terjadi dalam tubuh DPW Partai Nasional Demokrat ( Nasdem ) Sulawesi Selatan dan hasil penelitiannya tejadinya perpecahan berawal dari konflik internal antara Harry Tanoesoedibyo dengan Surya Paloh yang berefek pada satuan Partai yang ada di Daerah (DPW).9

2. Skripsi yang ditulis oleh Bambang yang berjudul “ Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten karawang, sumber dan dampak Pemilu 2009. Skripsi ini membahas konflik di pusat yang berefek di daerah Karawang, berawal dari dualisme kepengurusan antara PKB kubu Gusdur dengan PKB kubu Mathori abdul Jalil.10

3. Disertasi yang ditulis oleh Masrukhan yang berjudul “ Konflik Politik KIAI NU dalam pemilihan Gubernur Jatim 2008 : Analisis Fiqh Ikhtilaf. Disertasi ini menulis tentang perbedaan pendapat dan pilihan para KIAI

8

Ibid.

9

Nurul Radiatul Adawiyah, Konflik Internal Partai Nasdem (Study Kasus DPW Nasdem Sulawesi Selatan ), (Makassar : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin , 2013 )

10

Bambang,( Konflik Internal PartKebangkitan Bangsa di Kabupaten karawang, sumber dan dampak Pemilu 2009) ( Jakarta : Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, 2010 )


(17)

10

pada pemilihan gubernur tahun 2008 yang lalu, dan juga dianalisis dengan Fiqh Ikhtilaf.11

Skripsi-skripsi diatas lebih menekankan terhadap konflik internal didalam tubuh sebuah Partai, dan analisis melalui Fiqh Ikhtilaf, penelitian yang akan penulis lakukan ini adalah tentang konflik dualisme dalam partai politik menurut Perspektif Fiqh ikhtilaf dan penyelesaian konfliknya, sesuai dengan judul skripsi yaitu :

Analisis Fiqh Ikhtilaf Terhadap Dualisme Kepengurusan di Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang”.

E. Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian adalah rumusan tentang tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian yang dilakukannya.12 Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui deskripsi dualisme kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang.

2. Untuk menganalisis Fiqh Ikhtilaf terhadap dualisme kepengurusan yang terjadi di DPC PKB Kabupaten Lumajang.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

11

Masrukhan, konflik politik KIAI NU dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur 2008: Analisis Fiqh Ikhtilaf (Surabaya : Program Study Ilmu Keislaman UIN Sunan Ampel, 2010 )

12

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.


(18)

11

Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca, yang berguna dalam dua aspek yaitu:

1. secara akademis : sebagai sumbangsih terhadap ilmu hukum khususnya hukum tata Negara, hukum dan politik untuk mengembangkan cakrawala berfikir dan mengembangkan pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum politik dan politik di Indonesia.

2. Secara praktis : dapat dijadikan bahan informasi bagi para praktisi politik yang terkait dengan sengketa politik, dan pelaksana hukum terutama hukum politik atau konflik Partai politik yang sering terjadi pada partai politik.

G. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan tidak terjadi kesalah pahaman pembaca dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan variabel-variabel dalam judul skripsi ini, yaitu :

a. Fiqh Ikhtilaf

Menurut bahasa Fiqh Ikhtilaf merupakan “perbedaan pendapat, pandangan atau sikap”. Masalah ikhtilaf umumnya ialah masalah-masalah yang tidak disepakati oleh para ulama’.13

b. Dualisme kepengurusan

Adanya dua substansi berbeda yang sama kuatnya dalam suatu organisasi, dalam hal ini adanya dualisme kepengurusan dalam sebuah partai politik.

Jadi, penelitian yang akan penulis bahas yaitu tentang Analisis Fiqh Ikhtilaf mengenai dualisme kepengurusan dalam Partai Politik di Indonesia yang disini lebih menekankan kepada analisis konflik dualisme

13


(19)

12

kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang. Dimana konflik ini berawal dari konflik yang terjadi dalam tubuh partai di pusat, adanya dua kepengurusan antara kubu Gus Dur dengan Mathori Abdul Jalil.

H. Metode Penelitian

Metode Penelitian disini meliputi :

1. Data yang dikumpulkan

Agar dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggungjawabkan dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, maka data yang peneliti kumpulkan di antaranya, yaitu:

1) Data tentang putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor

56/pdt.G/ 2011/PN. LMJ.

2) Data tentang putusan Mahkamah Agung Nomor 710

K/PDT.SUS/2012.

3) Konsep Tentang Fiqh Ikhtilaf (Fiqh Konflik). 4) Data tentang larangan berkonflik dan bercerai-berai.

2. Sumber Data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data yang konkrit serta ada kaitannya dengan masalah sengketa partai politik yang meliputi data primer dan data

sekunder yaitu:

a. Sumber Data Primer

1) Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor Register

56/pdt.G/2011/PN.Lmj.

2) Putusan Mahkamah Agung Nomor Register


(20)

13

3) AD/ART Partai Kebangkitan Bangsa.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber pelengkap yang diperoleh dari data kepustakaan yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini yaitu :

1) Yusuf Qordhowi Fiqh Perbedaan Pendapat (Fiqh Ikhtilaf) 2) T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan dalam Fiqh Islam.

3) Tim Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda Bangsa.

Bebal sejarah PKB dalam pusaran Konflik dan konflik. 4) Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik.

3. Teknik Pengelolahan Data.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah alat pengumpul data yang berupa dokumen yang berupa dokumen putusan dari pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/pdt.G/2011/PN.Lmj. Dokumentasi ini merupakan dalil konkrit yang bisa penulis jadikan acuan untuk mengetahui tentang Penyelesaian Sengketa Partai Politik (Analisis dualisme kepengurusan DPC PKB Lumajang )

b. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melalui telaah atau studi pustaka yang berasal dari buku-buku tentang Fiqh Ikhtilaf.


(21)

14

c. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

4. Teknik Pengolahan Data

Penulis akan memaparkan dan mendeskripsikan semua data yang penulis dapatkan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Organizing : suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.14

b. Editing : kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta

menghilangkan keraguan akan kebenaran/ketepatan data tersebut.15

c. Coding : mengklasifikasi data. Maksudnya

data-data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat analisis.16

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan metode deskriptif dan menganalisis perolehan data tersebut dengan pola pikir induktif ke deduktif. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu membuat

14

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.

15

Ibid., 97.

16


(22)

15

deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.

Selanjutnya penulis menganalisis perolehan data tersebut dengan pola pikir deskriptif analisis, yaitu membuat deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun terkait dengan dualisme kepengurusan dalam Partai Politik.

I. Sistematika Pembahasan

Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I sebagai pendahuluan berisi tentang uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistemmatika pembahasan.

Bab II merupakan landasan teori yang membahas tentang pengertian Fiqh Ikhtilaf, sebab-sebab terjadinya ikhtilaf, pengertian partai politik serta teori penyelesaian konflik dalam partai politik.

Bab III memuat tentang pengertian dualieme kepengurusan dan pengertian Fiqh ikhtilaf serta hubungan sengketa dualisme kepengurusan dengan Fiqh ikhtilaf.


(23)

16

Bab IV merupakan analisis terhadap Fiqh Ikhtilaf terhadap penyelesaian dualisme kepengurusan dalam sebuah partai politik serta bagaimana cara pihak melakukan penyelesaian konflik dengan melakukan gugatan di pengadilan.


(24)

17

BAB II

KONSEP FIQH IKHTILAF DALAM PENYELESAIAN KONFLIK PARTAI POLITIK A. Fiqh Ikhtilaf

1. Pengertian Fiqh Ikhtila@f

Ikhtila@f atau khila@fiyah dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan

“perbedaan pendapat, pandangan atau sikap”. Masalah khila@fiyah adalah masalah

yang hukumnya tidak disepakati para ulama’. Perbedaan pendapat dikalangan umat islam terkadang hanya pada tatanan yang sempit, bahkan sering kali hanya perbedaan penggunaan istilah. Tetapi tidak jarang pula tatanan perbedaannya luas, yaitu antara halal dan haram.1

Khila@fiyah atau ikhtila@f (perbedaan pendapat) dalam perkara apa saja, terutama konflik dalam politik merupakan hal sangat wajar. Sesuatu yang mustahil dan sesuatu yang akan menjadi keajaiban apabila seluruh umat Islam di dunia ini dapat dipersatukan dalam satu pendapat, pandangan madzhab dan sikap dalam masalah ushul furu’ dan siyasah. 2

Disamping itu, penciptaan manusia yang berbeda-beda itu juga untuk ilmu pengetahuan dan saling memahami, karena dengan perbedaan itu manusia terdorong untuk bertanya, menganalisis dan mencoba untuk berfikir keras untuk saling memahami. Dengan demikian, penciptaan manusia dalam aneka bentuk perbedaan bukan sebagai sumber perpecahan atau polarisasi masyarakat, melainkan fitrah alamiah dan sunnatullah agar terjadi keseimbangan hidup dan kehidupan di dunia ini. Dengan kata lain perbedaan merupakan sebuah rahmat.

11

M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah (Wonosobo: Pdf, 2012 ),8.

2


(25)

18

Nabi Muhammad saw bersabda “ ikhtila@fu ummatiy rahmah”3 perbedaan umatku adalah rahmah, Umar bin Khattab juga membenarkan sabda Nabi saw itu. Perkataan “ umatku” dalam hadis ini maksudnya adalah para ulama’ mujtahid berijtihad dalam masalah furu@’iyah. Hal ini berarti bahwa para sahabat telah membuka pintu ijtihad dan membolehkan perbedaan pendapat didalamnya. Apabila hal ini tidak dilakukan, kesulitan akan ditemukan oleh mujtahidi@n karena titik temu sering kali didapatkan dalam bidang ijtihad dan bidang-bidang pemikiran lainnya.

Dalam sejarah,ketegangan dan konflik yang mengiringi perkembangan Fiqh pada periode-periode awal, yaitu pada abad kedua hijriyah, ikhtila@f disamping telah memperkaya khazanah hukum dalam Islam juga berhasil mengantarkan Fiqh menuju periode kecemerlangan yang ditandai dengan kemunculan para imam madzhab dengan warisan dalam hukum Islam yang mengagumkan. Artinya, ikhtila@f telah memberikan kontribusi penting dalam pemikiran keagamaan pada periode-periode . awal. Karenanya, dapat dikatakan bahwa ikhtila@f tidak cenderung mengarah pada perpecahan.

Konflik merupakan suatu persoalan yang selaluk terjadi dalam sejarah peradaban umat manusia, konflik itu muncul dari interaksi antar individu maupun kelompok dalam berbagai bentuk aktivitas sosial, ekonomi politik dan budaya. Karena itu, peristiwa konflik dapat dikatakan sebagai “ peristiwa sejarah umat

manusia”. Karena konflik mengandung pengetahuan tentang bagaimana

(asal-usul) dan mengapa (sebab-sebab) konflik itu terjadi.

3


(26)

19

Disamping itu, kemungkinan lain bagi terjadinya perbedaan pendapat dikalangan umat islam juga terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Pertama, adanya pertentangan (kontradiktif) antara sesama nash al-Qur’an dan upaya mereka untuk mencegah pertentangan dengan berijtihad. Kedua, adanya ayat-ayat mushtarak dalam al-Qur’an seperti surat Al-Baqarah ayat 228. Kata Quru’ dalam ayat ini mengandung arti ganda, yaitu makna haid dan masa suci. Ketiga, adanya ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dimaknai secara tekstual, misalnya, Surat An-Nisa ayat 11. Keempat, adanya nash-nash al-Qur’an yang bersifat umum dan khusus. Kelima adanya struktur kalimat dalam nash-nash hukum al-Qur’an yang memiliki dua aspek pengertian. Dengan demikian jelaslah bahwa nash-nash hukum dalam Al-qur’an sendiri memberikan ruang bagi munculnya ikhtila@f.4

Sumber-sumber potensial terjadinya perbedaan pemahaman para sahabat teraktualisasi oleh adanya kondisi objektif yang dimiliki para sahabat. Ahmad Amin meyebutkan empat sebab terjadinya perbedaan para sahabat dalam memahami Al-Qur’an, yaitu :

1. Adanya kesenjangan kemampuan bahasa Arab satu sama lain, ada yang memiliki penguasaan yang baik terhadap bahasa dan sastra Arab jahiliyah sehingga terbantu dalam memahami kosa kata Al-Qur’an, dan ada yang sebaliknya atau berada satu tingkat dibawahnya.

2. Sebagian sahabat selalu menyertai Nabi saw dalam segala situasi dan kondisi sehingga mengetahui langsung sebab-sebab turunnya Al-Qur’an, sementara yang lain sebaliknya atau jarang bersama dengan Nabi.

4

Masruhan,Konflik Politik Kiai NU dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2008: Disertasi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya,2010) 25.


(27)

20

3. Para sahabat mempunyai perbedaan pengetahuan mengenai adat istiadat Arab baik perkataan ataupun perbuatan, seperti pengetahuan tentang praktek manasik haji pada zaman jahiliyah sehingga mempermudah pemahaman akan ayat-ayat haji, sedangkan sahabat yang lain tidak demikian.

4. Perbedaan informasi dan pengetahuan mereka akan perbuatan ibadah orang-orang Yahudi dan Nasrani di jazirah Arab ketika Al-Qur’an yang banyak dari nash-nash al-Qur’an menolak dan menentang amal perbuatan Yahudi-Nasrani itu dengan tanpa rincian yang jelas apa saja perbuatan mereka itu.5

Didalam Islam ada tiga sumber hukum yang pertama, Al-Qur’an dapat ditegaskan didalam al-Qur’an terdapat ketentuan-ketentuan yang bersifat kontradiktif, mushtarak, mujmal, am-khas dan tekstual. Setidaknya menurut pemahaman umat Islam terdapat gradasi kemampuan dan penguasaan informasi tentang adat istiadat, bahasa Arab, ketentuan hukum dan keterlibatan mereka dalam kehidupan sehari-hari nabi.

Sumber hukum kedua, yakni as-Sunnah juga berpotensi menimbulkan konflik (ikhtila@f) dikalangan para sahabat dikarenakan perbedaan pendapat pendapat para sahabat menyikapi sunnah Rasul saw sebagai sumber hukum disimpulkan oleh Abbas Arfan menjadi empat sebab. Keempat sebab itu adalah :

1. Perbedaan kuantitas hafalan sunnah-sunnah Nabi saw diantara sahabat. 2. Perbedaan kualitas hafalannya.

3. Perbedaan kemampuan intelektualitas dalam menalar dan memahaminya.

5


(28)

21

4. Perbedaan dan menerapkan dan menetapkan hukum-hukumnya, terlebih bila terjadi kontradiksi atau perbedaan antara Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan sunnah itu sendiri.

Sumber hukum ketiga yaitu “Ijtihad” juga terdapat potensi yang memungkinkan terjadi ikhtila@f dikalangan para sahabat. Ijtihad dilakukan para sahabat karena terbatasnya nash-nash yang ada, sementara peristiwa terus terjadi. Acuan Ijtihad adalah Maqa@shid al-Shari’ah al-Ammah (tujuan universal) dan prinsip-prinsip umum (Maba@di kulliyah).6 Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat ialah ketidakpastian nash, intelektual yang dipengaruhi akal, kepribadian,keluarga dan lingkungan. Perbedaan pendapat dikalangan sahabat terutama dalam masalah hukum jumlahnya lebih sedikit daripada kesepakatan dan kebersamaan diantara mereka. Alasannya karena ada musyawaroh. Mudahnya bersepakat, sangat sedikitnya periwayatan/penyebaran hadits, sedikitnya kasus yang terjadi, sangat hati-hati dan tawadhu’, serta takut salah sehingga fatwapun terbatas pada masalah yang tengah terjadi saja.

Menurut Yusuf Qardhawi juga pernah terjadi dikalangan Nabi dan Malaikat. Adalah Nabi Musa as berikhtila@f dengan Nabi Harun hingga nabi Musa menarik jenggot nabi Harun ketika mendapati Bani Israil menyembah anak lembu buatan Samiry.7

Ikhtila@f adalah “Kekayaan Syari’at Islam” . Banyak pendapat syari’at Islam merupakan mutiara-mutiara yang tidak ternilai harganya. Karena ia akan menjadikan ilmu Fiqh itu terus tumbuh dan berkembang, karena setiap pendapat

6

Syeikh Muhammad ‘Aly al-Saayis, Nash’at al-Fiqh al-Ijtihadi wa At-waruh, terjemahan M. Ali Hasan,

Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Fiqh: Hasil Refleksi Ijtihad (Jakarta: Rajawali Press.1995), 64.

7


(29)

22

yang diputuskan berdasarkan dail-dalil dan qaidah-qaidah yang telah diambil istinbathnya, lalu diijtihadkan, ditimbang-timbang kekuatan dalilnya, ditarjihkan kemudian diterapkan pada masalah-masalah yang serupa dengannya (Qiyas).

Bagaimanapun perbedaan adalah suatu kepastian, sunnatullah yang manusia tidak mungkin untuk merubahnya. Allah SWT sendiri telah menerapkan adanya perbedaan itu dalam Firman-Nya :





















Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S Ar-Rum 22)8

Ada banyak sekali Ikhtila@f dalam Islam namun macam-macam yang secara umum bisa dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Ikhtila@f yang tidak dibenarkan. 2. Ikhtila@f yang bisa dibenarkan.

Ikhtila@f yang tidak bisa dibenarkan adalah ikhtila@f dalam masalah aqidah yang prinsip. Masalah yang pokok dan prinsip itu adalah aqidah yang paling dasar, tauhid yang esensial serta konsep ketuhanan yang fundamental, tidak pernah terjadi perbedaan pendapat. Ikhtila@f sebenarnya sedikit menyentuh masalah kerangka ibadah. Namun, ketika para Fuqaha mulai memasuki teknis

8


(30)

23

dan operasional yang tidak prinsipil ikhtila@f tidak bisa dibendung kemunculannya.

Ikhtila@f yang bisa dibenarkan adalah ikhtila@f dalam masalh Furu’ dalam masalah i’tiqod yang tidak prinsip, seperti masalah membaca Basmalah Fatihah Shalat Jahar, masalah Qunut Shubuh, amaliyah kalangan tradisional seperti Tahlil dan lain sebagainya.

Ikhtila@f dalam masalah Furu’ adalah boleh. Rosullullah SAW telah bersabda : “ Sesungguhnya Allah SAW membuat ketentuan-ketentuan, maka janganlah kamu melanggarnya, mewajibkan sebuah kewajiban, maka janganlah kamu mengabaikan, telah mengharamkan banyak hal, maka janganlah kamu melanggarnya, telah mendiamkan banyak masalah sebagai Rahmat bagi kamu

bukan karena lupa maka janganlah kamu mencari (kesulitan) didalamnya”. (H.R

Daruqutni).

Mari kita cermati baik-baik hadits diatas. Disana jelas sekali tersirat bahwa Allah tidak lupa ketika membiarkan masalah-masalah yang muncul tanpa diiringi oleh aturan atau ketetapan yang jelas. Allah mendiamkannya dan menetapkan masalah yang didiamkannya itu ebagai rahmat bagi kita. Dan karenanya ketika kita mencoba mencari jawaban atas apa yang tidak diterangkan secara rinci dalam kitab suci maka tak boleh kita mencari kesulitan. Artinya, tidaklah kita perlu memaksakan pernyataan pendapat atas masalah-masalah furu’ tersebut.9

9


(31)

24

2. Sebab-sebab Munculnya Ikhtilaf

Diantara sebab mengapa suatu perkara bisa menjadi masalah yang tidak disepakati hukumnya antara lain :

1. Berbeda pengertian dalam mengartikan kata.

Adanya ayat yang berbeda satu dengan yang lainnya secara zhahirnya. Sehingga membutuhkan jalan keluar yang bisa cocok untuk keduanya. Dititik inilah para ulama’ kadang berbeda pendapat dalam mengambil jalan keluar.

2. Riwayat Hadis.

Adanya perbedaan penilaian derajat suatu hadis dikalangan ahli hadis. Dimana seorang ahli hadis menilai suatu hadis shahih, namun ahli hadis lainnya menilainya tidak shahih. Sehingga ketika ditarik kesimpulan hukumnya, sangat bergantung dari perbedaan ahli hadis dalam menilainya.

3. Na@shih-Manshu@kh

Adanya ayat atau hadits yang menghapus berlakunya ayat atau hadis yang pernah turun sebelumnya. Dalam hal ini sebagian ulama’ berbeda pendapat untuk menentukan mana yang dihapus dan mana yang tidak dihapus.

4. Saling berlawanan dalil dalam satu qaidah.

Sebagaimana ulama yang menerima dalil mengenai suatu qaidah. Sebagian lain menolaknya. Maka kemudian timbul, perbedaan diantara


(32)

25

berlaku muqayyad. juga dalam menetapkan mana yang bersifat umum dan mana yang bersifat khusus.

5. Metodologi Pengistinbathan hukum

Adanya perbedaan ulama’ dalam menggunakan metodologi atau teknik pengambilan kesimpula hukum, setelah sumber yang disepakati. Misalnya, ada yang menerima syar’u man Qobla@na dan ada yang tidak. Ada yang menerima Istihsan ada yang tidak dan ada juga yang tidak mau memakainya.

Dan masih banyak lagi metode lainnya, seperti saddan lidzdziri’ah, qaulu shahabi, istishab, qiyas dan lainnya.10

B. Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Yang dimaksud dengan partai politik adalah perkumpulan segolongan orang-orang yang seasas, sehaluan, setujuan terutama di bidang politik. Baik yang berdasarkan partai kader atau struktur kepartaian yang dimonopoli oleh sekelompok anggota partai yang terkemuka, maupun yang berdasarkan partai massa, yaitu partai politik yang mengutamakan kekuatan yang berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Partai Politik juga berarti perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu.

Partai Politik adalah sekelompok orang yang terorganisir serta berusaha untuk mengendalikan perintah agar supaya dapat melaksanakan program-programnya dan menempatkan atau mendudukkan anggota-anggotanya dalam

10


(33)

26

jabatan pemerintahan. Partai politik berusaha untuk memperoleh kekuasaan dengan dua cara, dalam pemikiran Politik Islam.

Pertama ikut serta dalam pelaksanaan pemerintahan secara sah dengan tujuan bahwa dalam pemilihan umum memperoleh suara mayoritas dalam badan legislative.

Kedua mungkin bekerja secara tidak sah atau secara subversive untuk memperoleh kekuasaan tertinggi dalam Negara, yaitu melalui sebuah revolusi atau perebutan kekuasaan.

Pada dasarnya partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi, yaitu :11 a. Sosialisasi politik

Masyarakat memerlukan keberadaan Partai Politik, Sebab Partai Politik adalah salah satu lembaga Demokratis yang berfungsi menyaring dan menyalurkan aspirasi masyarakat, menjadi mediator antara masyarakat dan Pemerintah, melakukan proses rekrutmen politik, mengupayakan sosialisasi dan komunikasi politik di dalam kehidupan masyarakat, dan sebagai sarana pengatur konflik agar tidak jatuh kejurang kekerasan. Itulah fungsi Partai Politik dalam kehidupan masyarakat.

Kata kunci pemberdayaan masyarakat dalam konteks peran partai politik seperti Partai Kebangkitan Bangsa menggunakan model ”Pelayanan Basis” mengingat orientasi politik Partai Kebangkitan Bangsa adalah untuk meningkatkan Kualitas kehidupan masyarakat Indonesia secara umum, terutama

konstituen partai. Secara praktis, politik ”pelayanan basis” berusaha memperluas

11Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Penerbit : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 1992),


(34)

27

tingkat keterlibatan masyarakat dalam berbagai bentuk perubahan di segala bidang kehidupan.

Eksistensi Partai Kebangkitan Bangsa sendiri akan menjadi lebih bermakna ketika Partai Kebangkitan Bangsa mampu memainkan secara optimal. Partai Kebangkitan Bangsa akan berhasil memainkan perannya dihadapan masyarakat jika merebut kekuasaan. Kekuasaan yang disampaikan di sini tidak semata-mata bermakna negatif-prakmasi, melainkan positif mengingat kekuasaan yang direbut pada dasarnya nantinya dipersembahkan untuk melayani kepentingan masyarakat, bukan mengutamakan sedikit kepentingan elit partai. Untuk mencapai idialitas, konsolidasi dan sosialisasi politik menjadi penting untuk diupayakan.

Fungsi Partai Politik menurut Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum ada tiga hal yaitu ;

1. Melaksanakan pendidikan Politik dengan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik Rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat dalam pembuatan kebijakan Negara melalui mekanisme badan-badan permusyawaratan/perwakilan Rakyat.

3. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan Politik sesuai dengan mekanisme Demokrasi.

b. Pendidikan Politik

Partai Kebangkitan Bangsa sebagai aktor yang hendak menjalankan politik pelayanan basis tentu membutuhkan titik berangkat (staring point) yang


(35)

28

strategis ke arah pelayanan basis. Pintu masuk ke sebuah medan pergulatan politik yang disebut sebagai politik pelayanan basis maka fakta politik kepartaian Indonesia menunjukan kecendrungan elitisme politik partai, dimana aktifitas partai tidak banyak bersentuhan dengan realitas dan problem-problem riil yang dihadapi konstituen politiknya. Akibatnya jarak politik antara Partai dengan massanya kian lebar, dan pada gilirannya partai berjalan dengan agenda-agenda sendiri yang dari kepentingan dan kebutuhan masyarakat basis. Posisi massa dalam konteks politik kepartaian tidak lebih dari sekedar alat tawar menawar dalam pertarungan kepentingan dan dijadikan sarana meraih kekuasaan. Jika mobilisasi menjadi pilihan metode pelibatan massa dalam politik, dan sama sekali bukan partisipasi dan emansipasi.12

c. Rekrutmen politik

Partai Politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak kepada para warga negara untuk turut aktif dalam kegiatan-kegiatan politik sebagai anggota aktivis partai politik. Dalam rangka menjalankan fungsi rekrutmen partai politik biasanya berusaha untuk menarik minat para warga bersedia menjadi anggota ataupun aktivis partai, dengan jalan demikian, maka partai politik sebenarnya turut serta pula dalam meluaskan partisipasinya warga Negara dibidang politik, caranya dengan melalui kontak-kontak secara pribadi, persesuaian, dan sebagainya. Dengan rekrutmen politik itu, partai dapat menyeleksi anggota-anggota ataupun aktivis-aktivisnya yang berbakat untuk dipersiapkan sebagai kader pemimpin dimasa depan yang akan menggantikan pimpinan yang lama.

12

Menggerakan Roda Partai dan Perubahan Sosial di Tingkat Basi (Modul Pendidikan Dasar Politik PKB Tingkat Anak Cabang Jakarta 2000) ,7.


(36)

29

d. Artikulasi dan Kepentingan

Dalam suatu masyarakat modern, sudah barang tentu banyak ditemukan persoalan-persoalan politik yang perlu dipikirkan untuk mendapatkan jalan pemecahannya. Agar pemikiran-pemikiran politik yang muncul tidak menimbulkan perselisihan dan kesalahpahaman/kesalahpengertian, karena berlatar belakang kepentingan yang berbeda, maka semua itu perlu digabungkan. Proses inilah yang dinamakan dengan penggabungan kepentingan akan berarti lebih mudah untuk mencapai tujuan-tujuan bersama yang diinginkan oleh masyarakat yang bersangkutan.

e. Pengatur Konflik

Konflik merupakan suatu situasi dimana dua pihak atau lebih (orang atau kelompok) berlawanan kepentingan (the clash of interest). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwah konflik akan terjadi jika ada pihak yang merasa diperlukan tidak adil atau manakala satu pihak bersikap atau berprilaku yang menyentuh ”titik kemarahan” pihak lain. Dengan demikian, kepentingan yang berlawanan merupakan kondisi utama dari suatu konflik, dan karenanya perbedaan kepentingan bukanlah kondisi yang memadai (necessary condition) untuk menimbulkan konflik.

Kepentingan-kepentingan yang menyertai konflik biasanya berkisar pada masalah perebutan sumber-sumber, baik itu sumber-sumber politik (kekuasaan), ekonomi, sosial maupun kebudayaan (baik dalam konteks satu pihak mempertahankan dan di pihak lain ada yang berusaha merebut, maupun kedua belah pihak sama-sama sedang memperebutkan. Turunan dari masalah-masalah perebutan sumber-sumber itu sangatlah banyak, dan karenanya konflik pun bisa


(37)

30

memiliki spektrum masalah yang beragam, dari yang bersifat taktis hingga strategis, dari yang bersifat lokal hingga internasional, dari yang bersifat pribadi hingga kelompok yang besar, dari sederhana hingga yang rumit dan lain sebagainya.

2. Model Partai Politik

Partai Politik adalah salah atu lembga yang memiliki kekuatan politik dalam menyalurkan dan mengakomodir aspirasi rakyat baik ketika diadakan pemilu maupun kegiatan diluar pemilu, dan partai politik yang bisa menentukan seorang menjadi pemimpin atau penguasa dalam suatu pemerintahan, selain mempunyai tujuan, visi dan misi yang sesuai dengan ideologi dari masing-masing partai, partai politik juga terdapat beberapa model atau tipe partai politik yang tertera dalam teori politiknya, diantaranya:13

a. Partai masa dan kader partai, partai masa yang menitik beratkan kepada individu, setiap individu dalam suatu partai mempunyai jiwa perjuangan yang kuat mengorbankan seluruh kemampuan yang dimilikinya, kemudian melakukan pengkaderan serta pendidikan politik tertentu. Sedangkan partai kader lebih mengfokuskan kualitas individu atau anggota partai, karena dalam model ini setiap individu berlomba dan bersaing dalam mendapatkan kebanggaan dan kepuasan tersendiri. Karena, dengan anggota yang berkualitas partai kan semakin berkembang dengan baik.

b. Partai perwakilan dan partai gabungan, partai perwakilan yaitu partai yang memiliki aspirasi masyarakat dan tampil karena adanya dukungan dari

13


(38)

31

masyrakat karena dianggap mampu. Sedangkan partai gabungan yaitu partai-partai yang sudah tidak mampu atau menjadi oposisi untuk ikut dalam tujuan tertentu, sehingga partai-partai tersebut berkoalisi dari partai yang dilihat bagus dan mampu menarik simpati masyarakat.

c. Partai lembaga hukum dan partai pembaharuan, partai yang didasari atas lembaga hukum, segala bentuk kegiatannya sesuai dengan lembaga hukum yang berlaku. Sedangkan partai pembaharuan partai yang terbentuk karena adanya kejenuhan atau kekecewaan kelompok, sehingga kelompok tersebut menganggap adanya perubahan.

d. Partai sayap kanan dan partai sayap kiri, partai ini ialah partai yang tergantung kepada keadaan, bisa dikatakan jika partai sayap kanan partai yang mendukung partai yang sedang memimpin, sedangkan partai sayap kiri ialah partai yang melawan partai yang sedang memimpin.

3.Tujuan Partai Politik

Tujuan partai politik dibagi atas dua bagian, yaitu, secara umum dan secara khusus, sebagaimana yang tertera dalam buku Undang-undang Partai Politik yang terdapat dalam bab IV pasal 6

1. Secara Umum

Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik


(39)

32

Indonesia(NKRI), dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh Indonesia.

2. Secara Khusus

Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mewujudkan secara konstitusional, dan mencapai kekuasaan secara yang sah secara mutlak.14

Tujuan Partai Politik merebut kekuasaan dengan melalui pemilu yang sah dan benar, mempermudah serta menentukan seorang pemimpin. Karena partai politik sejatinya cara atau alat yang digunakan dalam pemilu baik secara teoritis maupun realistis. Dalam negara demokratis partai politik sangat penting dalam menentukan penguasa yang memimpin negara.15 Dan bisa diartikan juga bahwa tujuan utama dalam partai adalah memperoleh kekuasaan atau mengambil bagian dari kekuasaan, mereka berusaha memperoleh kursi dalam pemilihan umum, mengangkat wakil dan menteri, dan mengontrol pemerintah.16

C. Teori Penyelesaian Konflik dalam Partai Politik 1. Pengertian Konflik

Konflik dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah pertentangan, perselisihan antara dua angggota. Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari

bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau

tabrakan. Dengan demikian “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan

14

Partai Politik, (UU RI No 31 Tahun 2002, ) Pemilihan Umum, (Jakarta,2003), 7.

15

Dikuti dari majalah GATRA 21 Mei 2005, 30 edisi 27.

16


(40)

33

kepentingan, keinginan,pendapat, dan lain-lain yang melibatkan dua orang atau lebih.17

Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik meliputu banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu dapat dipahami bahwa pengertian konflik secara Antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam kehidupan manusia.

Konflik sosial antar anggota masyarakat, artinya konflik politik itu, konflik yang terjadi antara politikus atau penguasa. Menurut George Simmel dan Lewis Coser konflik adalah unsur terpenting dalam keidupan manusia, karena konflik memiliki fungsi politik. Menurut Carl Marx dan Ibnu Khaldun konflik menjadi dinamika sejarah manusia, dan menurut Maslow, Max Neef dan John Burton konflik adalah bagian dari proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia.18

Bartos dan Paul Wehr mendefinisikan konflik adalah situasi saat para pelaku menggunakan perilaku konflik melawan satu sama lain dengan tujuan yang berlawanan atau mengekspresikan naluri permusuhan.19 Mas’udi Rauf , mengatakan konflik adalah pertentangan atau perbedaan pendapat antara dua orang atau kelompok. Konflik ini disebut konflik non fisik atau lisan.

Pada umumnya, konsep konflik didefinisikan sebagai sebuah bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan kepentingan diantara dua pihak atau lebih sehingga semuanya sama-sama saling memperjuangkan argumennya sampai meyakini bahwa dia atau kelompok tersebut adalah yang

17

Purwadiminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Media Centre,2002), 323.

18

Susan Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-isu konflik Kontemporer, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2009 ), 4. Cet 1.

19


(41)

34

benar. Dan bahkan pertentangan yang tadinya non fisik bisa menjadi bentuk fisik sehingga timbul yang dinamakan kekerasan.20

Dari semua devinisi diatas pada umumnya konflik terjadi akibat adanya perbedaan diantara kelompok atau perorangan, dan konflik juga mengakibatkan dampak yang merugikan keduanya. Akan tetapi, konflik bisa juga dianggap positif bila bisa mengatasinya dengan baik, karena konflik bisa dijadikan sebuah pengalaman dan pelajaran bagi masyarakat pada umumnya.

2. Tinjauan Bentuk Konflik DPC PKB Kabupaten Lumajang

Konflik yang menyebabkan perpecahan tubuh Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang adalah karena perbedaan persepsi tentang pemberangkatan Calon kepala Daerah dalam Pilkada Tahun 2013 di Kabupaten Lumajang. Dalam kepengurusan Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang sendiri terdiri dari individu-individu dengan kepentingan masing-masing, sehingga menimbulkan ketidak sepahaman yang memang sudah sewajarnya terjadi dalam berpendapat apalagi dalam dunia politik.

Hal tersebut diperkuat dengan saling mengklaim dari masing-masing pihak, bahwa merekalah yang sah diakui oleh Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa yang merupakan konstitusi tertinggi di Partai Kebangkitan Bangsa. Dengan diperkuat oleh Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa yang sah, para pihak merasa kelompok merekalah yang berhak dan pantas melanjutkan roda organisasi.

20


(42)

35

”Bibit konflik dimulai dengan pengabaian Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Kebangkita Bangsa dan aspirasi para Kyai”. Hal ini bisa dimungkinkan mengingat sebagian konstituen dari Partai Kebangkitan Bangsa adalah terdiri warga Nahdliyin yang dimotori oleh para kyai dari masing-masing daerah.

Pangkal konflik itu berada pada tingkat elite dan hukum. Elite Partai Kebangkitan Bangsa tidak mampu menyelesaikan konflik dan aparat pemerintah ikut melakukan intervensi. Memang tidak bisa dipungkiri dewasa ini aparat pemerintahan sudah cukup terlibat dalam dunia politik meskipun tidak praktis, karena bagaimanapun mereka juga memilki kepentingan-kepentingan khususnya untuk masa depan dalam artian jabatan.

3.Penyelesaian Perselisihan dalam Fiqh Siyasah (Lembaga Tahkim)

Penyelesaian sengketa Dalam Fiqh Siyasah (Fiqh Politik) ada sebuah lembaga yang dinamakan lembaga tahkim, lembaga tahkim dalam bahasa Arab ialah menyerah putusan pada seseorang dan menerima putusan itu. Sedangkan menurut istilah berarti dua orang atau lebih mentahkimkan kepada seseorang diantara mereka untuk diselesaikan sengketa dan dan ditetapkan hukum syara’ atas sengketa mereka itu.21

Tahkim berarti perlindungan dua pihak yang bersengketa kepada orang yang mereka sepakati dan setujui serta rela menerima keputusannya untuk menyelesaikan persengketaan mereka, berlindungnya dua pihak yang bersengketa kepada orang yang mereka tunjuk (sebagai penengah) untuk mrmutuskan dan menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka. Dari devinisi tersebut

21

Oyo Sunaryo Mukhlas,Perkembangan Peradilan Islam dari Kahin Jazirah Arab ke Peradilan Agama Indonesia, (Bogor:Ghalian Indonesia,2002),17.


(43)

36

dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan pengangkatan seorang juru damai (hakam) dilakukan secara sukarela oleh kedua belah pihak yang terlibat persengketaan.22

Tahkim merupakan suatu lembaga (badan) yang terdiri dari beberapa orang anggota untuk merundingkan dan memutuskan suatu perkara baik itu perkata keperdataan ataupun tentang kursi kekhalifahan dengan jalan musyawarah dan meletakkan suatu hukum yang sesuai dengan syariat Islam.23

Lembaga Tahkim juga dilakukan pada zaman Arab sebelum datangnya Islam. Pertikaian diantara mereka bisanya diselesaikan dengan menggunakan lembaga Tahkim. Apabila terjadi perselisihan antar anggota suku maka kepala suku yang mereka pilih untuk menjadi Hakamnya. Namun jika perselisihan terjadi antar suku maka kepala suku lain yang tidak terlibat dalam perselisihan mereka minta untuk menjadi Hakamnya.

Dalam Al-Qur’an Surat AL- Hujurat ayat 9 menegaskan bahwa :







Artinya : dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.

22

Dahlan, Ensikopledi Hukum Islam Jilid V,1750.

23


(44)

37

Ayat ini menjelaskan tentang suatu kaidah umum yang ditetapkan untuk memelihara kelompok Islam dari perpecahan dan perceraiberaian yang bertujuan meneguhkan kebenaran, keadilan, dan perdamaian dalam hal ini menjadi pilar menegakkan keadilan dan perdamaian.24

Ayat ini menjadi dasar bagi penyelesaian sengketa politik secara damai. Keberadaan pihak ketiga yang berupaya untuk menjadi pihak yang bertikai dalam urusan politik secara eksplisit disebutkan Al-Qur’an dengan kata “jika dua

golongan mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya”. Kata berperang

cenderung menggambarkan gerakan bersenjata yang lahir karena krisis politik. Oleh karena itu penggunaan mediasi dalam penyelesaian sengketa politik menjadi landasan dalam Al-Qur’an. Allah SWT menegaskan bahwa jika salah satu golongan yang diajak damai untuk kembali kepada perintah Allah, lantas golongan itu membangkang dan menolaknya maka ia dapat diperangi dengan menggunakan senjata.25

Kedudukan hukum putusan lembaga Tahkim mempunyai beberapa persepsi yang berbeda dikalangan para ulama. Ulama madzhab Hanafi berpendapat ketika seorang Hakam memutuskan perkara dan para pihak yang bertahkim menyetujuinya maka putusan tersebut mengikat, apabila jika salah satu pihak yang bertahkim mengajukan keberatannya lagi ke Pengadilan (banding) dan hakim di Pengadilan setuju dan sependapat dengan putusan Hakam maka putusan Hakam mempunyai kekuatan Hukum, akan tetapi jika Hakim Pengadilan tidak

24

Sayyid Qutub, Tafsir Fi Zhilail Qur’an Dibawah Naungan Al-Qur’an Jilid 4 (Surat Ash-Shaffat 102-

Al-Hujurat),(Jakarta: Gema Insani,2004).

25

Syahrizal Abbas, Mediasi dalam perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional,( Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,2009),219.


(45)

38

sependapat dengan putusan Hakam maka putusan Hakim dari pengadilanlah yang mempunyai kekuatan hukum tetap.26

Menurut Imam Syafi’i juga mengatakan putusan Lembaga Tahkim tidak mengikat dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap kecuali, apabila mendapatkan persetujuan dahulu dari para pihak. Dengan demikian apat disimpulkan tidak semua putusan lembaga Tahkim bersifat final dan mengikat. Putusan lembaga Tahkim bisa diajukan ke pengadilan ketika pihak yang bersengketa masih merasa belum puas atas putusan lembaga tahkim.

Kedudukan putusan Lembaga Tahkim juga mempunyai ketetapan hukum akan tetapi jika Hakim dalam Pengadilan tidak membenarkan putusan lembaga Tahkim dan Hakim pada pengadilan memberikan putusan yang berbeda dengan Tahkim maka pihak yang bersengketa harus melaksanakan putusan dari hakim. Karena hakim yang memutuskan perkar dalam suatu peradilan memang merupakan orang yang dipercaya dan ditunjuk dalam suatu negara untuk bertugas dalam peradilan untuk memutuskan dan menyelesaikan perkara yang sesuai dengan ketentuan dan syariat Islam dan mempunyai kewenangan eksekutorial.

26


(46)

39

BAB III

DUALISME KEPENGURUSAN DPC PARTAI KEBANGKITAN BANGSA KABUPATEN LUMAJANG

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konflik dualisme kepengurusan Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang.

A. Deskripsi Berdirinya DPC Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang

Lumajang merupakan sebuah kabupaten kecil disebelah selatan Jawa timur yang memiliki basis NU yang cukup besar sekitar 70% warga NU, dan latar belakang belakang berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang karena situasi dan tuntutan zaman, seiring berjalannya roda perpolitikan di kabupaten Lumajang.

Untuk Dewan Pengurus Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) kabupaten Lumajang didirikan pada tahun 1998 dibentuk oleh pimpinan Nahdhatul Ulama’ kabupaten Lumajang yaitu, ketua Dewan Syuro K.H Achmad Basyuni dan Dewan Tanfidznya K.H Amak Fadholi Zain.

Awal perjalanan politik untuk menghadapi pemilihan umum tahun 1999 warga NU Lumajang berbondong-bondong berpartisipasi meramaikan kampanye politik, ditiap pelosok desa terdapat banyak atribut dan bendera PKB. Dukungan serta dorongan dari warga dan simpatisan sangat ramai, semua mengeluarkan ide dan gagasannya kepada DPC PKB agar selalu benar dan positif dalam perjalanan politik dalam mengikuti pemerintahan, agar sesuai dengan slogan kampanye PKB yaitu “ Maju Tak Gentar Membela Yang Benar”. Terbukti pada Pemilihan Umum Legislatif 1999 DPC PKB kabupaten Luamajang memperoleh 14 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten Lumajang, cukup besar


(47)

40

untuk sebuah partai baru yang mana mampu mendapatkan peringkat kedua setelah Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.

Partai Kebangkitan Bangsa adalah anak kandung Nahdlatul Ulama’ kehadirannya tidak lain merupakan kelanjutan dari tradisi pemikiran dan gerakan

Nahdlatul Ulama’ yang berpijak kepada dua hal sekaligus; keislaman yang moderat dan ke Indonesiaan (kebangsaan) yang multikultural. Sebagaimana

pandangan Nahdlatul Ulama’, pandangan keislaman dan kebangsaan Partai Kebangkitan Bangsa adalah khas Ulama’-Ulama’ ahlussunah wal jama’ah yang senantiasa ”memelihara hal-hal lama yang baik, dan menerima hal-hal baru yang

lebih baik”.

Dalam kerangka itulah Partai Kebangkitan Bangsa juga dengan tegas menempatkan dirinya sebagai sala satu bagian dari sekian banyak elemen Islam dan Bangsa. Sebagaimana masing-masing elemen Bangsa adalah bersifat komplementer bagi yang lain, maka Partai Kebangkitan Bangsa bersikap demikian dalam keberhadapannya dengan kelompok-kelompok lain baik sesama Partai Politik maupun Non-Partai Politik. Penghargaan terhadap pluralisme dan hak asasi manusia (HAM) serta penolakan terhadap berbagai bentuk diskriminasi berdasarkan agama, Ras, etnis, Jenis kelamin dan lain-lain menjadi bijakan utama menuju persaudaraan kebangsaan. Begitu setidaknya cita-cita idial Partai Kebangkitan Bangsa yang tercofer dalam mabda’ syiasi (Dasar-Dasar Politik) Partai Kebangkitan Bangsa.

Perjalanan Politik Partai Kebangkitan Bangsa cukup menggembirakan. Pemilihan Umum Tahun 1999 yang menandai semakin terbuka sistem Politik di Indonesia berhasil di lalui dengan cukup baik. Pada Pemilihan Umum yang di sebut-sebut paling Demokratis kedua setelah Pemilihan Umum Tahun 1955 itu


(48)

41

Partai Kebangkitan Bangsa mengontongi 13,3 Juta suara. Partai Kebangkitan Bangsa juga sebagai pemenang pertama diantara Partai-partai yang baru yang muncul setelah Reformasi. Secara keseluruhan Partai Kebangkitan Bangsa berada di posisi ketiga setelah PDI Perjuangan dan Partai Golkar.1

Namun sayang Partai Kebangkitan Bangsa tidak cukup handal untuk mengelolah potensi konflik yang ada pada dirinya. Terbukti Pada Pemilihan Umum Tahun 2004, turun menjadi 11.9 Juta suara dan persebaran politiknya di daerah makin mengkrucut dari tiga belas Provinsi menjadi sepuluh Provinsi saja. Konflik internal yang berlangsung pada pertengahan Juli Tahun 2001 antara KH. Abdurrahman Wahid dengan Matori Abdul Jalil telah membuat Partai ini kehilangan energi untuk melakukan konsolidasi Politik dan organisasi dalam mengejar target Pemilihan Umum. Pada Tahun 2004 Partai Kebangkitan Bangsa terhempat cukup keras bukan oleh kekuatan partai-partai lain yang semakin dahsyat, melainkan oleh kegagalannya sendiri dalam mengelolah konflik internal yang berimplikasi pada perpecahan Politik.2

B. Konflik Kepengurusan DPC PKB Kabupaten Lumajang

Berdasarkan surat keputusan nomor 1635/DPP-02/IV/A.I/XII/2006 susunan pengurus Dewan Perwakilan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang periode tahun 2006-20011

1. DEWAN SYURA

Ketua : KH. M. Adnan Syarif, Lc.

Wakil Ketua : KH. Mukhlis Syarif

Wakil Ketua : KH. R. Khaidar N

Wakil Ketua : KH. Lutfi Syaiful Rizal

11

Ibid,,21.

2


(49)

42

Wakil Ketua : KH. Imran Anis

Wakil Ketua : KH. Mahrus Ali

Wakil Ketua : KH. Baidhowi

Wakil Ketua : Ust. Acmad Nadhim

Sekretaris : H. lyasin Zain

Wakil Sekretaris : Gus Nawawi Wakil Sekretaris : Mustofa Ilyas Wakil Sekretaris : KH. R. Muchtar Wakil Sekretaris : Drs. Imran Chumaidi Wakil Sekretaris : Hj. Rodliyah

Anggota : H.M. Hasan Luthfi

Anggota : Habib Idris Ali Bahari

Anggota : Habib Muhammad Al-Kaf

Anggota : KH. Mu’ad Za’adul Ma’ad

Anggota : KH. Ali Musa As’ari

Anggota : KH. Ali Ridloh

Anggota : Gus Syaiful Bahri

Anggota : Ust. Abdul Kholiq Zain

Anggota : Ust. Fatih Rosul

Anggota : Ust. Irsyadi

Anggota : Hj. Halimah

Anggota : H. Bahrozi Karim

Anggota : Hj. Umi Nadhiro, M.Ag.

Anggota : K.H Zainul Fatah


(50)

43

Anggota : K.H. Moh. Thoif Atok illah

Anggota : KH. Asyik halili

Anggota : Hj. Afifah Iskandar

Anggota : K.H Bukhori

Anggota : KH. Moh. Sanemo

Anggota : KH. Abdullah Satarul Uyub

Anggota : KH. Nawawi

Anggota : KH. Syarifuddin

Anggota : KH. Abdul Malik Qurtubi

Anggota : Sunaryo

2. DEWAN TANFIDZ

Ketua : H. Rofik, SH., M.Hum

Wakil Ketua : H. Asmu’i Aziz

Wakil Ketua : Ust. Noer Khotib

Wakil Ketua : M. Khusen

Wakil Ketua : Achmad Moh. Romli

Wakil Ketua : Yiyin Nur Rinjani,SH

Wakil Ketua : Abdul Rahman, SH

Wakil Ketua : abdul Mutholib

Wakil Ketua : Hj. Siti Aisyah, SH

Sekretaris : Moch. Syukrillah, SH.

Wakil Sekretaris : Achmad Fahri Wakil Sekretaris : Atok Hasan Sanusi Wakil Sekretaris : Farid Syahri Wakil Sekretaris : H. Syaiful Hadi


(51)

44

Wakil Sekretaris : Adam Bahiro

Wakil Sekretaris : Eva Maghfiroh, S.Ag. Wakil Sekretaris : Achmad Nur Huda

Bendahara : H. M. Subianto

Wakil Bendahara : Drs. Ec. H. Hilmi Kusnadi Wakil Bendahara : Drs. H. Thoriq Sulkhi Wakil Bendahara : H. Syairozi Nasution Wakil Bendahara : Santoso

Wakil Bendahara : Drs. R. Soedarsono, MM. Wakil Bendahara : Nanang Hanafi

Anggota : Ust. Irsyadi

Anggota : Hj. Halimah

Anggota : H. Bahrozi Karim

Anggota : Hj. Umi Nadhiro, M.Ag.

Anggota : K.H Zainul Fatah

Anggota : K.H Hasan Huda

Anggota : K.H. Moh. Thoif Atok illah

Anggota : KH. Asyik halili

Anggota : Hj. Afifah Iskandar

Anggota : K.H Bukhori

Anggota : KH. Moh. Sanemo

Anggota : KH. Abdullah Satarul Uyub

Anggota : KH. Nawawi

Anggota : KH. Syarifuddin


(52)

45

Anggota : Sunaryo3

Berdasarkan surat kepeutusan nomor 12762/DPP-03/V/A.1/II/2011 susunan pengurus Dewan Perwakilan Cabang (DPC) PKB kabupaten Lumajang periode 2011-2015 sebagai berikut :

1. DEWAN SYURA

Ketua : KH. Mukhlis Syarif

Wakil Ketua : KH. Haidar

Wakil Ketua : Habib Ali Hadad

Wakil Ketua : KH. Lutfi Syaiful Rizal

Wakil Ketua : KH. Sam’an Balqis Muhtadi

Wakil Ketua : KH. Hasanuddin Bakri

Wakil Ketua : KH. Hasan Said

Wakil Ketua : KH. Sonhaji

Wakil Ketua : KH. Abdul Kholiq Zain

Wakil Ketua : Habib Solihin

Wakil Ketua : Nyai Hj. Nur Afifah Iskandar

Wakil Ketua : Nyai Siti Halimah

Wakil Ketua : Nyai Hj. Husnah

Wakil Ketua : Hj. Siti Mahmudah

Wakil Ketua : Nyai Hj. Warosih Ningsih

Sekretaris : Taufikul Aziz, S.H

Wakil Sekretaris : KH. Ridwan

Wakil Sekretaris : KH. Imam Mukhlis Wakil Sekretaris : H. Asmu’i Aziz

3


(53)

46

Wakil Sekretaris : KH. Abdullah Satar Uyub Wakil Sekretaris : Kani Suwiryo

Wakil Sekretaris : KH. Su’udi Ali Maduri Wakil Sekretaris : KH. M. Saifur Ridho Wakil Sekretaris : KH. Ansori

Wakil sekretaris : Ali Mustaf Wakil Sekretaris :Eni Setiowati Wakil Sekretaris : Hj. Hurrotul A’in Wakil Sekretaris : Hj. Zubaidah Wakil Sekretaris : Puji Nur Astuti Wakil sekretaris : Hj. Indah Susanti

Anggota : K.H Moh Thoif

Anggota : KH. Abd. Hakim

Anggota : Kyai Mimbar

Anggota : KH. Hasan Huda

Anggota :Kyai Achmad Siddiq Aqil

Anggota : KH. Achmad

Anggota : Habib Husin Bin Abdullah Bin Aqil

Anggota : Kyai Murtadho

Anggota : K.H Mukhtar

Anggota : KH. Muhammad Idris Fathullah

Anggota : Ust. Alfan Mansus

Anggota : Ust. Ali Farqu Thoha

Anggota : Anis Fatin Nisa


(1)

73

dengan melakukan mediasi sebanyak 3 kali yang dimediatori oleh DPP PKB, DPW PKB Jawa Timur dan KPU Kabupaten Lumajang yang hasilnya tidak ada kata sepakat untuk damai dan berakhir tuntutan ke Pengadilan Negeri, selain menggunakan upaya penyelesaian mediasi para pihak juga menggunakan cara Fack Fending yakni dengan pemeriksaan berkas-berkas oleh Mahkamah Partai.

2. Secara Fiqh Ikhtilaf, penyelesaian konflik dan sengketa melalui lembaga tahkim tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam dan ajaran Fiqh

Ikhtilaf. Didalam penyelesaian pada masa sekarang terdapat

pengembangan penyelesaian konflik dengan zaman dahulu, yakni pada masa sekarang penyelesaian sengketa dilakukan dbukan hanya dengan mediasi, tetapi juga dengan fack pending dan pengajuan sengketa ke Pengadilan. Di dalam Fiqh Ikhtilaf teleh dijelaskan secara jelas bahwa suatu konflik, sengketa maupun dualisme kepengurusandilarang dan tidak diperbolehkan di dalam Islam, sesuai yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat Al. Maidah Ayat 105 yang berisi larangan bercerai-berai dan bersengketa dan penganjuran umat Muslim untuk bersatu.

B. Saran

Secara umum saran yang penulis sampaikan Kepada, Partai Kebangkitan Bangsa khususnya Kepada Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Lumajang adalah sebagi berikut :

1. Kepada Dewan Pengurus Partai Kebangkitan Bangsa pada semua tingkatan agar; a) Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai norma kesopanan sebab Partai


(2)

74 Nahdlatul Ulama’ dan yang didukung oleh para Kyai serta konstituennya adalah sebagian besar Warga Nahdliyin.

b) Senantiasa menjunjung tinggi Nilai-Nilai Demokrasi, melaksanakan, Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Partai dan keputusan-keputusan Partai lainnya.

c) Dalam memilih kepengurusan pada semua tingkatan harus benar-benar selektif mengutamakan kader dari yang lainnya, khususnya pada Muktamar, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang dalam menentukan dan memilih ketua Partainya diupayakan Kader, Arif, adil dan bijaksana.

d) Adannya Jabatan Ketua Dewan Syura dan Tanfidz Prakteknya dilapangan muncul dua kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya perselisihan, oleh karena itu agar dilakukan perubahan pada Aggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai.

2. Kepada semua pihak, khususnya para Konstituen Partai Kebangkitan Bangsa agar mengikuti apa yang sudah menjadi keputusan Partai tidak melakukan anarkhisme, melaksanakan keputusan Partai pada semua tingkatan.


(3)


(4)

DAFTAR PUSTAKA Bahan Literatur

Adawiyah, Nurul Radiatul. Konflik Internal Partai Nasdem (Study Kasus DPW Nasdem Sulawesi Selatan ). Makassar : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin , 2013.

Affandi, Hakimul Ikhwan. Akar Konflik Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Al-Qur’an Digital

Atsasmita, Ramli. Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi terhadap Teori Hukum

Pembangunan dan Teori Hukum Progresif. Yogyakarta: Genta Publshing, 2002.

Azed, Abdul Bari dan Makmur Amir. Pemilu dan Parpol di Indonesia. Jakarta: Pusat Study Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, 2006.

Bambang. Konflik Internal Partai Kebangkitan Bangsa di Kabupaten karawang, sumber dan dampak Pemilu 2009. Jakarta : Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, 2010 .

Duverger, Maurice. Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grovindo Persada, 2003.

Hutabarat, Ramly. Politik Hukum Pemerintahan Soeharto tentang Demokrasi Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat Study Hukum Tata Negara , Fakultas Hukum ,Universitas Indonesia, 2004.

Manawi, Abd. Rouf. Faiq al Qodir al-Jami’ al- Shoghir (CD aplikasi al-maktabah al- shamilah I)

Masrukhan, Konflik Politik KIAI NU dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2008: Analisis Fiqh Ikhtilaf , Disertasi. Surabaya : Program Study Ilmu Keislaman UIN Sunan Ampel, 2010.

Modul Pendidikan Dasar Politik PKB Tingkat Anak Cabang. Menggerakan Roda Partai dan Perubahan Sosial di Tingkat Basi. Jakarta: Sekretariatan Jendral DPP PKB , 2000. Muhammad, Syeikh. ‘Aly al-Saayis, Nash’at al-Fiqh al-Ijtihadi wa At-waruh, Terjemahan M.

Ali Hasan, Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Fiqh: Hasil Refleksi Ijtihad.

Jakarta: Rajawali Press,1995.

Munir. Penggunaan pengadilan negeri sebagai lembaga untuk menyelesaikan sengketa dalam masyarakat :: Kasus penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan tanah


(5)

Novri, Susan. Sosiologi Konflik dan Isu-isu konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Nugroho, M. Yusuf Amin. Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah. Wonosobo: Pdf, 2012. Purwadiminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Media Centre, 2002.

Putusan Mahkamah Agung Nomor 710 K/Pdt/2012 tertanggal 21 Pebruari 2012

Putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 56/Pdt.G/2011/PN.Lmnj tertanggal 21 Mei 2012

Ramly, Andi Muawiyah DKK. Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Partai

Kebangkitan Bangsa. Jakarta: Sekretariatan Jendral DPP PKB, 2011.

Soon, Kang Young. Antara Tradisi dan Konflik: Kepolitikan Nahdhatul Ulama’. Jakarta: UI Press, 2007.

Sumarsono, Sonny. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004. Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,

1992.

Tim Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda Bangsa. Bebal Sejarah PKB dalam

Pusaran Konflik dan konflik. Jakarta: Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pemuda

Bangsa, 2008.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.

Majalah dan Website

Anonim. [Terhubung Berkala]. http://www.suara-islam.com/read/index/10702/-Umat-Islam-Dilarang-Bercerai-Berai, diakses pada 07-06-2015. 9:56 WIB

Artikel DPP PKB, dalam acara “Simposium Nasional Kebangkitan Indonesia, 13 agenda

kemandirian dan kedaulatan Bangsa, 16 Mei 2008

Ibrahim, Anis. Argumentum. dimuat dalam Jurnal Vol. 9 No. 2: 2004. Dikutip dari majalah GATRA 21 Mei 2005, 30 edisi 27.


(6)

Perundang-undangan yang terkait

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Bandung:

Citra Umbara, 2008.

Partai Politik, (UU RI No. 31 Tahun 2002) Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, (UU RI No 12 Tahun 2003). Jakarta: CV. Eko Jaya, 2003.