MEMAHAMI SURAT AL LAHAB : STUDI TAFSIR TEMATIK SURAT AL LAHAB.

(1)

MEMAHAMI SURAT AL-LAHAB

(Studi Tafsir Tematik Surat al-Lahab)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Oleh

Asyhad Abdillah Rosyid NIM. F15214172

PASCASARJANA

UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

TAFSIR TEMATIK SURAT AL-LAHAB Asyhad Abdillah Rosyid

F15214172

Kata kunci: surat al-Lahab, tematik surat, tema dan tujuan.

al-Qur’an adalah petunjuk umat Islam yang bersifat pasti, sehingga harus dimengerti dan difahami, namun mayoritas umat Islam tidak dapat memahami kandungannya dengan baik. Padahal mayoritas umat Islam dapat membacanya dengan baik dan banyak surat-surat telah dihafal. Namun kualitas bacaan dan hafalan tidak dibarengi dengan kualitas pemahaman. Maka seharusnya segera sadar akan hal tersebut, karena al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan umat Islam.

Surat al-Lahab adalah surat pendek yang dianggap mudah dan mayoritas umat Islam telah mengahafalnya, namun tidak memahaminya dengan baik, sehingga membutuhkan metode yang tepat untuk memahaminya. Metode tersebut adalah metode tafsir tematik surat yang membahas satu surat al-Qur’an secara utuh.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah tema-tema yang terkandung dalam surat Lahab?. 2. Apakah tujuan umum dan khusus surat al-Lahab?. Tujuannya adalah meneliti dan mengkaji secara mendalam tentang tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab dan menganalisis tujuan umum dan khususnya.

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan dan menggunakan metode penelitian tafsir tematik surat yang membahas satu surat secara utuh.

Hasil penelitian ini adalah: 1. Surat al-Lahab mengandung tema utama: kebinasaan bagi Abu Lahab dan tema pokok: balasan bagi Abu Lahab berupa kebinasaan, tidak bermanfaat baginya sesuatu yang dibanggakannya, dimasukkan kedalam neraka beserta istri dan kondisi istri Abu Lahab di Neraka. 2. Tujuan umum surat al-Lahab adalah ajakan kepada tauh}i>d dan akhlak yang mulia, sementara tujuan khususnya adalah gambaran bagi orang yang memusuhi ajaran Allah dan RasulNya akan mendapat balasan berupa kebinasaan.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iv

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Kegunaan Penelitian... 14

F. Kerangka Teoritik ... 14

G. Penelitian Terdahulu ... 15

H. Metode Penelitian ... 17

I. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II: DISKURSUS METODE TAFSIR TEMATIK ... 22

A. Pengertian dan Urgensi Tafsir Tematik ... 22

B. Bentuk Kajian Tafsir Tematik ... 26

C. Langkah-langkah Tafsir Tematik ... 32

BAB III: TEMATIK SURAT AL-LAHAB ... 37

A. Pengantar Surat al-Lahab ... 37

B. Tema-tema yang Terkandung dalam Surat al-Lahab ... 51


(8)

D. Tujuan Umum dan Khusus Surat al-Lahab ... 59

E. Tafsir Surat al-Lahab ... 62

BAB IV: RELEVANSI SURAT AL-LAHAB DENGAN FAKTA SEJARAH ... 102

A. Kilah Abu Lahab dari Ketentuan Tabbat ... 102

B. Fakta Sejarah dan Autentitas Teks al-Qur’an ... 108

BAB V: PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

Daftar Pustaka ... 118 Lampiran


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang pembacaannya bernilai ibadah.1 Penafsiran terhadap al-Qur’an sudah berlangsung sejak masa Nabi Muhammad SAW dan masih berlangsung hingga saat ini, bahkan sangat mungkin perkembangan tafsir al-Qur’an akan berlangsung hingga akhir zaman. Masa yang sangat panjang dalam kajian seputar al-Qur’an telah melahirkan sejarah tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu al-Qu’ran, khususnya tafsir al-Qur’an.

Sejarah perkembangan tafsir al-Qur’an, secara global dapat dibagi menjadi empat periode; periode Nabi Muhammad SAW, mutaqaddimi>n,

muta’akhkhiri>n dan kontemporer.2 Keempat periode tersebut memiliki perbedaan

yang sangat mendasar dalam bentuk, metode dan corak penafsiran.

Tafsir al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW disandarkan langsung kepada Rasulullah sendiri yang kemudian dikenal dengan sebutan al-hadi>th. Periode mutaqaddimi>n, secara umum menafsirkan al-Qur’an berdasarkan pada al-Qur’an, al-hadi>th dan pendapat sahabat yang kemudian terkenal dengan sebutan tafsir bi al-riwa>yah atau bi al-ma’thu>r. Penafsiran pada periode

1Manna> Khali>l al-Qat}tan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. terj. Mudzakkir AS (Bogor: Halim Jaya,

2009), 17.

2Periode Nabi Muhammad Saw, berlangsung selama kurang lebih 23 tahun, dimulai dari awal

turunnya wahyu hingga Rasulullah wafat. Periode mutaqaddimi>n, berlangsung pada sekitar abad 1-4 Hijriyah. Periode mutaakhkhiri>n, bermula pada saat wilayah umat Islam semakin luas hingga masa keruntuhan wilayah Islam akibat penjajahan kaum imperialise-kolonis. Periode kotemporer dimulai dari ahir abad sembilan belas masehi hingga kini: Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir


(10)

2

muta’akhkhiri>n tidak hanya mengandalkan kekuatan riwayat yang telah

diwariskan oleh para ulama tafsir mutaqaddimi>n, tetapi mulai berorientasi pada penafsiran al-Qur’an berdasarkan pendekatan ilmu bahasa dan penalaran ilmiah atau akal pikiran mufassir yang disebut dengan penafsiran bi al-dira>yah atau bi al-ra’yi. Periode penafsiran kontemporer, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan metode penafsiran muta’akhkhiri>n, namun penafsiran kontemporer memiliki kecenderungan untuk mensinergikan pemaknaan tekstual dengan pemaknaan kontekstual.3

Periodeisasi tafsir tersebut di atas bertujuan memahami al-Qur’an atau pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dari kala>m Allah secara menyeluruh tidak parsial. Oleh karena itu perkembangan tafsir akan terus bermunculan karena pada dasarnya manusia diperintahkan untuk selalu berfikir segala sesuatu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini. Seperti pesan ayat yang pertama kali diturunkan:

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat tersebut merupakan perintah untuk membaca yang ditunjukkan dengan kata iqra’ yang terambil dari akar kata qara'ayang berarti mengumpulkan dan menghimpun, sedangkan qira>ah berarti menghimpun huruf-huruf dan

3Izzan, Metodologi Ilmu..., 15-27. 4

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al Haramain,


(11)

3

kata, satu dengan yang lainnya dalam satu susunan yang rapi.5 M. Quraish Shihab berpendapat bahwa qara'a berarti mengumpulkan dan menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca baik teks yang tertulis maupun tidak.6 Karena kata ini obyeknya bersifat umum sehingga maknanya mencakup segala sesuatu yang bisa dijangkaunya, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari ayat-ayat qauliyyah maupun kauniyyah. Jika demikian adanya merupakan hal yang wajar jika orang-orang yang berpengetahuan mendapatkan derajat yang lebih tinggi karena tidaklah sama antara orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan yang tidak.

Wahyu pertama yang turun tidak menjelaskan apa obyek yang harus dibaca dari perintah tersebut sehingga tidak serta merta dapat dicerna oleh akal manusia tanpa melalui proses pemahaman dan penafsiran terlebih dahulu. Dalam ayat ini al-Qur’an menghendaki manusia membaca apa saja selama bacaan tersebut berdasar atas nama Allah SWT yang memberikan manfaat bagi manusia pada umumnya. Iqra’ berarti, perintah untuk meneliti, mendalami, memperoleh informasi baru, namun yang sangat relevan adalah perintah untuk membaca apapun itu, diantaranya adalah membaca alam.7

Namun pada periode akhir ini hanya sekelompok manusia yang mau untuk berfikir tentang al-Qur’an khususnya, sehingga membuat rendahnya tingkat pemahaman terhadap pesan-pesan al-Qur’an. al-Qur’an hanya dijadikan sebagai

5al-Qat}ta>n, Studi Ilmu..., 15-16. 6

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996),425.


(12)

4

obat penawar jin, terkadang hanya dibaca tanpa dimengerti apa maksud dari ayat yang sedang dibaca, hal ini dikarenakan manusia lalai terhadap al-Qur’an, seperti

dalam surat al-Furqa>n ayat 30:

Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku

menjadikan al- Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan. 8

Penafsiran ayat tersebut diatas menurut Quraish Shihab, terutama pada lafadz mahju>ran adalah meninggalkan sesuatu karena tidak senang terhadapnya, maka hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama dengan sahabat (muha>jiri>n) dari kota Makkah menuju Madinah adalah disebabkan karena sikap penduduk Makkah yang tidak suka akan penyebaran ajaran agama Islam.

Pada lafadz mahju>ran dalam ayat 30 surat al-Furqan ini memuat beberapa hal, seperti pendapat Ibn al-Qayyim dalam kutipan Quraish Shihab, yakni:

1. Tidak tekun mendengarkan al-Qur’an.

2. Tidak mengindahkan halal dan haramnya meskipun al-Qur’an dipercaya dan dibaca.

3. Tidak menjadikannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut prinsip-prinsip agama (us}u>l al-di>n) dan perinciannya.

4. Tidak berupaya memikirkan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT yang telah menurunkan al-Qur’an.

5. Tidak menjadikannya obat bagi semua penyakit khususnya kejiwaan.9

8

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 25: 30.


(13)

5

Mahju>ran dalam surat al-Furqan ayat 30 tersebut merupakan keluhan Rasulullah SAW bahwa kaumnya telah menjauhi dan meninggalkan al-Qur’an

sehingga Rasulullah mengadu kepada Allah bahwa betapa cintanya Rasul kepada kaumnya yang telah meninggalkan al-Qur’an, padahal al-Qur’an diturunkan oleh

Allah untuk disebarkan kepada kaumnya, penuh dengan petunjuk kehidupan, namun hanya karena hawa nafsu kaumnya tidak lagi memperdulikan al-Qur’an.10

Keluhan Rasulullah SAW disambut oleh Allah SWT dalam ayat berikutnya:

Dan seperti itulah, telah kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.

Muhammad al-Ghaza>ly dalam karya kaifa Nata‘a>mal Ma‘a al-Qur’a>n menjelaskan tentang kemunduran umat Islam yang disebabkan karena umat Islam meninggalkan al-Qur’an. Dalam kutipannya menegaskan: “Ketika dinyalakan lampu, seseorang tidak mampu melihat cahaya lampu tersebut karena matanya tertutup, maka yang bermasalah bukanlah lampunya tapi terletak pada masalah mata yang tidak mau memanfaatkan cahaya lampu”.12

al-Qur’an adalah petunjuk. Petunjuk merupakan hal yang harus dimengerti dan dilaksanakan tidak hanya sekedar dibaca karena sifatnya adalah pasti. Sehingga tidak hanya cukup dengan membacanya tetapi merenungi, memahami serta memikirkan apa yang dikandung olehnya menjadi hal yang harus dilakukan

10Hamka, Tafsir al-Azhar, juz XIX (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), 12-13. 11

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 25: 31.


(14)

6

dengan tujuan memperoleh pemahaman menyeluruh tentang kandungan al-Qur’an.

Sebab tujuan tersebut di atas, al-Qur’an menggunakan penutup ayat dengan kalimat bersifat retoritis seperti afala> ta‘qilu>n, afala> yatadabbaru>n, afala> tubs}iru>n, afala> yanz}uru>n, dan lain-lain.13 Inilah antara lain penutup ayat yang mengindikasikan perintah kepada manusia untuk memahami kebesaran dan keagungan firman Allah, memusatkan perhatian, berusaha memahami maknanya, menghindari hal-hal yang dapat menghalangi pemahaman dan merasakan pengaruh sesuai dengan kandungan ayat-ayat dalam suratnya. Allah SWT berfirman:

Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

Ima>m al-Qurt}u>by dalam al-Ja>mi‘ li Ahka>m al-Qur’a>n memberikan penjelasan tentang ayat ini bahwa membaca al-Qur’an harus dengan perlahan tidak tergesa-gesa, secara jelas terdengar sekaligus dengan merenungkan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Muja>hid dalam kutipan al-Qurt}u>by menerangkan bahwa membaca yang paling baik di hadapan Allah adalah membaca yang dapat dicerna oleh pikiran, begitulah sebaik-baiknya membaca al-Qur’an.15

Penjelasan al-Qurt}u>by tentang ayat di atas memberikan pemahaman bahwa al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca tetapi juga untuk dimengerti dan

13Shihab, Wawasan Al-Quran..., 433. 14

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 73: 4.


(15)

7

dijadikan petunjuk kehidupan yang harus diamalkan, oleh karena itu sudah sewajarnya manusia bersikap ideal terhadap al-Qur’an dengan tidak hanya pandai dalam membacanya. Bersikap ideal terhadap al-Qur’an dimulai dengan mendengarkannya dengan seksama ketika sedang dibaca, sesuai dengan pesan surat al-A‘ra>f ayat 204,

Dan apabila dibacakan al-Qur’an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.16

Selanjutnya ialah bersuci terlebih dahulu dan membaca isti‘a>dhah sebelum membaca al-Qur’an, ini sesuai dengan surat al-Wa>qi‘ah ayat 79 dan al-Nahl ayat 98.

Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.17

Apabila kamu membaca al-Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.18

Setelah mendengarkan dengan seksama, bersuci terlebih dahulu lalu memulai membacanya dengan isti‘a>dhah, selanjutnya adalah cara membacanya yang tidak boleh tergesa-gesa, perlahan dengan merenungi makna-makna yang terkandung di dalamnya sesuai dengan uraian di atas dalam penjelasan surat al-Muzzammil ayat 4. Apabila sudah demikian selanjutnya membacanya dari yang dianggap paling mudah (dari segi hafalan maupun bacaan), ini berdasar surat al-Muzzammil ayat 20,

16

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 7: 204.

17Ibid., 56: 79. 18Ibid., 16: 98.


(16)

8

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.19

Surat-surat dalam al-Qur’an yang merupakan surat populer, sering dibaca dan mayoritas umat Islam (ma> tayassara minhu) dari kalangan dewasa maupun anak-anak telah menghafalnya adalah surat al-Lahab. Surat ini cukup mendapatkan tempat istimewa di kalangan umat Islam.

Hal ini disebabkan oleh keberadaan surat al-Lahab yang termasuk dalam bagian al-mufas}s}al al-qis}a>r,20 sehingga banyak umat Islam yang telah mengahafalnya dan berulang-ulang membacanya. Alasan selanjutnya adalah

19

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya..., 73: 20.

20Pengelompokkan surat-surat al-mufas}s}al terdapat perbedaan pendapat, 1. Dari surat Qa>f sampai

surat Na>s, 2. Dari surat H{ujurat sampai Na>s, 3. Berbeda dari keduanya dan membagi mufas}s}al dibagi kedalam 3 (tiga) bagian: a. T{iwa>l mufas}s}al yakni dari surat Qa>f atau al-H{ujura>t sampai al-Naba>’ atau al-Buru>j b. Ausat} al-mufas}s}al dari surat al-Naba>’ atau al-Buru>j sampai surat al-D{uha> atau al-Bayyinah c. Qis}a>r al-mufas}s}al dari surat al-D{uha atau al-bayyinah sampai al-Na>s: Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa, 2013), 71.


(17)

9

karena surat al-Lahab ini merupakan surat yang mengkisahkan sejarah Rasulullah dengan pamannya Abu Lahab menjadikan surat ini dikenal dan ketika berbicara sejarah tentang penyebaran agama Islam oleh Rasulullah Muhammad SAW yang ditentang oleh pamannya, maka al-Qur’an merujuk pada surat al-Lahab.

Namun, sangat disayangkan sekali, kuantitas bacaan dan kualitas hafalan terhadap surat al-Lahab tersebut seringkali tidak diimbangi dengan kualitas pemahaman yang baik terhadap pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Umat Islam menjadikannya hiasan bibir yang belum mampu menjadi petunjuk yang mengarahkan manusia dapat membedakan hal yang harus dikerjakan dan dihindari. Mereka tidak mengetahui hal-hal dibalik surat al-Lahab yang telah dihafalkan, seperti contoh tujuan diturunkannya surat ini, mengapa Allah menurunkan surat yang secara khusus mengkisahkan tentang paman Nabi, yakni Abu Lahab. Sementara ada beberapa paman Nabi yang lainnya.21

Hal lain yang termasuk di dalamnya adalah apabila tujuan diturunkannya surat khusus tentang Abu Lahab dikarenakan pertentangan dan permusuhannya kepada Rasulullah SAW, maka dalam hal ini ada tokoh lain yang tegas dan keras menentang serta memusuhi Rasulullah SAW bahkan perbuatannya dalam memusuhi Rasulullah SAW lebih kejam dari Abu Lahab. Tokoh yang dimaksud adalah ‘Amr bin Hisha>m bin al-Mughi>rah bin ‘Abd Allah atau yang terkenal

21

Syeikh Muhammad bin S{a>lih al-‘Uthaimin membagi paman-paman Rasulullah kedalam 3 (tiga) kelompok: pertama, paman Rasulullah yang beriman dan berjihad bersama Rasulullah SAW,

yakni al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib dan Hamzah bin ‘Abdul Muthalib. kedua, paman Rasul

Sallam yang mendukung dan membela Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam walaupun masih tetap dalam kekafiran. Paman beliau tersebut adalah Abu T{a>lib. Ketiga, paman Rasul yang enggan menerima Islam dan tetap dalam aqidah kafir, yakni Abu Lahab. Syeikh Muhammad bin S{a>lih


(18)

10

dengan sebutan Abu Jahal.22 Jika demikian maka yang lebih pantas dijadikan nama surat atau disebutkan secara khusus dalam al-Qur’an adalah Abu Jahal.23 Tetapi fakta berkata lain, tidak ditemukan surat khusus tentang Abu Jahal, hanya Abu Lahab. Inilah diantara pentingnya memahami al-Qur’an, meskipun hanya surat pendek.

Pesan-pesan dalam surat al-Lahab yang masih memerlukan penelitian mendalam adalah keterkaitan antara waktu turun dengan kandungannya. Surat al-Lahab mengandung pesan tentang kebinasaan bagi Abu al-Lahab, sementara surat ini turun pada saat tokoh yang termuat di dalamnya masih hidup. Menimbulkan pertanyaan bahwa al-Qur’an menghukumi seseorang untuk masuk ke dalam neraka, sementara orang yang dimaksudkan masih dalam keadaan hidup dan memiliki kesempatan panjang untuk berubah. Padahal al-Qur’an juga mengajarkan bahwa Allah Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun yang menerima taubat seseorang apabila bertaubat dengan sungguh-sungguh.24

22Ibn Hisha>m, Si>ratu al-Nabiy li Abi> Muhammad ‘Abd al-Malik bin Hisha>m, juz 2 (Mesir: Da>r

al-S{aha>bah li al-Tura>th, 1995), 139.

23

Diantara kekejaman Abu Jahal terhadap Rasulullah adalah usahanya untuk membunuh Rasulullahdengan tangannya sendiri. Ketika Rasulullah melaksanakan sholat dalam gerakan sujud, Abu Jahal mengangkat batu besar untuk dihempaskan ke atas kepala Muhammad SAW, namun hal itu gagal karena kekuatan tangannya melemah sehingga tidak kuat mengangkat batu besar tersebut. kekejaman lainnya adalah ketika perkumpulan Da>r al-Nadwah di dalamnya Abu Jahak mewakili kabilah Makhzu>m. Iamengusulkan bahwa setiap kabilan harus mengirim seorang

pemuda gagah yang berasal dari keluarga baik sebagai perantara dalam rangka membunuh Muhammad SAW. Setiap pemuda dibekali pedang tajamdan diarahkan untuk menebas Muhammad SAW secara serentak, Namun hal tersebut kembali gagal karena Rasulullah SAW berhijrah meninggalkan kota Makkah. Ibn Hisha>m, Si>ratu al-Nabiy..., 157 dan 165.

24

Lihat Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al

Haramain, 1971), 49: 12.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka


(19)

11

Karenanya, pemahaman yang baik terhadap surat al-Lahab adalah hal penting untuk memahami petunjuk dari Allah SWT di dalamnya yang kemudian dapat direnungi serta dilaksanakan dalam amaliyah sehari-hari, sehingga diperlukan metode tafsir yang tepat dalam rangka menggali pesan-pesan yang terkandung dalam keseluruhan surat al-Lahab.

Metode tafsir yang dimaksud adalah metode tafsir tematik.Pola penafsiran al-Qur’an memiliki 4 (empat) metode25 yakni, tahli>ly (analitis), muqa>rin (komparatif), ijma>ly (global) dan mawd}u>‘i>y (tematik). Nashrudin Baidan memberikan penjelasan bahwa metode analitis adalah menafsirkan al-Qur’an dengan memaparkan dan menerangkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan sesuai dengan bidang keahlian mufassir. Metode global adalah metode tafsir dengan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara umum. Metode komparatif menurutnya adalah metode perbandingan ayat dengan ayat, ayat dengan hadis dan perbandingan pendapat-pendapat mufassir. Metode terakhir yakni tematik adalah metode penafsiran al-Qur’an berdasar atas tema yang terambil dari al-Qur’an.26

Metode tematik terbagi menjadi 2 (dua) bagian. Pertama adalah tematik ayat baik berupa tematik kata yaitu mengumpulkan satu kata yang sama dari beberapa ayat dalam beberapa surat berbeda kemudian menganalisisnya sehingga memahami penggunaan kata tersebut di masing-masing tempat dan memahami

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

25Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2010), 137: Abd Hayy

al-Farmawy, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>, terj. Rosihan Anwar (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 23.


(20)

12

penggunaannya secara umum. Selanjutnya berupa tematik ayat, yaitu

mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki tema sama kemudian

menganalisisnya dari segi asba>b al-nuzu>l dan indikasi bahasa sehingga mendapatkan penafsiran secara utuh dan mendapatkan pemahaman kronologi tema terkait. Seperti inilah yang secara garis besar disebut dengan tafsir tematik. Kedua adalah tematik surat, yaitu menganalisis satu surat tertentu kemudian berusaha untuk menemukan tema utama, tema-tema yang terdapat di setiap ayat dan muna>sabah antar ayat-ayat yang mengandung tema tersebut.27

Quraish Shihab dalam Membumikan al-Qur’an mengutip pendapat al -Sha>tib>i bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga hendaknya tidak hanya memperhatikan awal surat saja tetapi juga menaruh pandangan kepada akhir surat atau sebaliknya, karena apabila tidak demikian akan mengabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan.28

Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis akan berusaha mengkaji dan mendalami pesan-pesan yang terkandung surat al-Lahab dengan pendekatan metode tafsir tematik surat.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Metode tematik surat menjadikan kesuluruhan surat dalam al-Qur’an dapat menjadi obyek penelitiannya, seperti contoh tafsir tematik surat Ya>si>n, tafsir tematik surat al-Fa>tihah, tafsir tematik surat al-Wa>qi‘ah dan lain-lain. Namun

27Must}afa> Muslim, Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>y (Beirut: Da>ral-Qalam, 1989), 23-29. 28M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 1994), 112.


(21)

13

pada penilitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada surat al-Lahab dengan menggunakan metode tematik surat.

Surat al-Lahab apabila dikaji lebih dalam akan terdapat tema-tema yang dapat dijadikan sebagai obyek penelitian. Surat al-Lahab terdiri dari 5 (lima) ayat setiap ayat akan melahirkan tema tersendiri, seperti pada ayat pertama, cara membacanya yang harus ditekan (tabb) dapat dikaji dengan pendekatan fonetik

dan fonologi. Kemudian pada nama surat al-Lahab sendiri dapat menjadi kajian

yang menarik, mengingat surat ini memiliki nama lain yakni al-Masad dan Tabbat.

Tema lain yang dapat dikaji dari sisi ayat pertama surat al-Lahab adalah pada kata yada> berarti 2 (dua) tangan. Tema ini dapat dikaji dari segi linguistik apakah yang dimaksud akan binasa hanya kedua tangan Abu Lahab atau Abu Lahab itu sendiri. Pendekatan linguistik juga dapat dijadikan pendekatan untuk mengkaji kata h}amma>lata al-h}at}ab yang menerangkan aktivitas istri Abu Lahab, kata ini berarti haqi>qy ataukah maja>zy. Selain masalah yang telah diidentifikasi di atas, adalah tentang tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab baik utama maupun tema-tema yang terdapat di setiap ayat. Keterkaitan antar ayat dalam surat al-Lahab tersebut juga merupakan masalah yang dapat dikaji.

Namun pada penelitian surat al-Lahab ini penulis menitikberatkan pada kajian tentang tema-tema yang terkandung didalamnya29 serta tujuan yang terdapat dalam surat al-Lahab baik umum maupun khusus.

29Mus}t}afa>

Muslim menyebutnya dengan istilah al-hadf al-asa>si>: Mus}t}afa> Muslim, Maba>hith fi>


(22)

14

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermksud untuk menjawab permasalahan-permasalahan berikut ini:

1. Apakah tema-tema yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Lahab? 2. Apakah tujuan umum dan khusus surat al-Lahab?

D. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini meliputi 2 (dua) aspek yaitu:

1. Meneliti dan mengkaji secara mendalam tentang tema-tema yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Lahab.

2. Menganalisis tujuan umum dan khusus surat al-Lahab.

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu: 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah keilmuan

tafsir dan pengembangan penelitian sejenis.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman kepada masyarakat Islam dan segenap pembaca tentang tema-tema serta tujuan umum dan khusus yang terkandung dalam surat al-Lahab.

F. Kerangka Teoritik

Penelitian ini akan membahas salah satu surat dalam al-Qur’an yakni surat al-Lahab dengan menggunakan pendekatan tematik surat yang akan membahas kesuluruhan ayat dalam surat tersebut. Adapun data-data tentang penafsiran,


(23)

15

sabab al-nuzu>l, muna>sabah dan lain-lain akan diperoleh dari beberapa kitab tafsir dan kitab sejarah Islam karena ayat ini tidak terlepas dari sejarah Islam.

Pendekatan yang digunakan adalah tematik surat sebagai pisau analisis dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang surat al-Lahab tentang sabab al-nuzu>l, tema-tema di dalamnya, tujuan umum dan khusus, penafsiran dan lainnya sehingga akan mendapatkan pemahaman secara utuh dalam bingkai kajian tafsir.

G. Penelitian terdahulu

Berkaitan dengan tema penelitian tentang al-Qur’an yang difokuskan kepada surat al-Lahab. Penulis melakukan telaah terhadap beberapa literatur yang terkait dengan pembahasan tema surat al-Lahab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberadaan penelitian-penelitian terdahulu dalam membahas tema ini. Langkah ini bertujuan agar tidak terjadi pengulangan pembahasan terhadap tema yang sama, untuk diangkat menjadi tema dalam penelitian tesis kali ini.

Literatur tafsir yang beredar dan menjadi rujukan dalam kajian tafsir, baik dalam bentuk bi al-ma’thu>r atau bi al-ra’yidengan bermacam metode pendekatan tafsir, secara keseluruhan membahas tentang penafsiran surat al-Lahab. Namun sepanjang penelusuran, penulis tidak menemukan kitab tafsir secara khusus membahas tentang surat al-Lahab dengan menggunakan pendekatan metode tematik surat.

Sementara penelitian lain berupa karya ilmiah tentang tema Abu Lahab dan tema yang menggunakan metode tematik surat tidak banyak ditemukan, kecuali beberapa karya diantaranya adalah:


(24)

16

1. Ironi dalam al-Qur’an yang disusun oleh Mustikasar Nur Azizah adalah mahasiswa jurusan Tafsir Hadis fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi tersebut membahas tentang keberadaan ayat al-Qur’an tentang ironi. Kasus ironi dalam al-Qur’an adalah yang di alami Abu Lahab dan Qarun, keduanya mengalami akhir kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis linguistik pada ayat-ayat yang mengandung ironi.

2. Penafsiran Surat al-Kauthar Menurut Jalal al-Di>n Rahmat, karya berbentuk skripsi ditulis oleh Irohan pada tahun 2003 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Karya ini mengakaji tentang surat al-Kauthar dengan fokus penelitian pada kajian tokoh, membahas tentang metode dan karakter Jala>l al-Di>n Rahmat dalam menafsirkan surat al-Kauthar, ini tercermin pada pembahasan bab III (tiga) tentang bentuk, metode dan corak penafsiran Jalal al-Di>n Rahmat.

3. Tafsir Surat Ya> Si>n (Menggali Pesan-pesan yang Terkandung dalam

al-Qur’an Surat Ya> Si>n dengan Pendekatan Tematik Surah). Karya berbentuk Tesis ditulis oleh M. Misbahul Munir pada tahun 2012 di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tesis ini membahas tentang surat Ya> Si>n dengan menggunakan metode tematik surat. Penelitian ini mengungkap tujuan pokok, tema-tema utama dan muna>sabah antar ayat yang terkandung dalam surat Ya> Si>n.

Beberapa karya di atas mempertegas bahwa belum ada yang membahas secara spesifik tentang al-Qur’an surat al-Lahab dengan pendekatan tematik surat.


(25)

17

Dengan demikian penelitian ini bukanlah pengulangan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

H. Metode Penelitian

1. Model Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang berlandaskan inkuiri naturalistik, perspektif ke dalam dan interpretatif. Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan dari diri penulis terkait persoalan yang sedang diteliti. Perspektif ke dalam adalah sebuah kaidah dalam menemukan kesimpulan khusus yang semulanya didapatkan dari pembahasan umum. Interpretatif adalah penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan untuk mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat atau pernyataan.30

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.31 Dengan cara mencari dan meneliti penafsiran surat yang dimaksud, kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.

3. Metode Penelitian

Karena obyek penelitian ini adalah al-Qur’an surat al-Lahab, maka pendekatan yang dipilih di dalam proses penelitian adalah metode tafsir. Di kalangan mufassir terdapat beberapa metode tafsir. Menurut al-Farmawi, hingga saat ini setidaknya terdapat 4 (empat) metode utama dalam penafsiran

30

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), 2 31Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Yogyakarta: Buku Obor, 2008), 1.


(26)

18

al-Qur’an, metode yang dimaksud adalah: tahli>li> (analitis), muqa>rin (komparatif), ijma>li> (global) dan mawd}u>‘i> (tematik).32

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tematik, karena menurut hemat penulis, metode inilah yang paling tepat sebagai landasan teori mengingat obyek kajian penelitian adalah al-Qur’an surat al -Lahab.

Metode tematik memiliki 2 (dua) bentuk. Pertama menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang memeiliki kesamaan permasalahan atau memiliki kesamaan tema kemudian ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan dibawah satu tema bahasan tertentu yang selanjutnya ditafsirkan.

Kedua, pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan tema-tema dari surat tersebut baik tema utama maupun sub-sub tema dan menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dihimpun sehingga surat tersebut akan tampak dalam bentuk pemahamannya secara utuh.33 Metode tematik bentuk kedua inilah yang sesuai dengan penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai data berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Data yang dimaksud adalah data yang

32al-farmawy, al-Bida>yah fi..., 23. 33al-farmawy, al-Bida>yah fi..., 35-36.


(27)

19

berhubungan dengan hal-hal atau variabel terkait penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang sebelumnya telah dipersiapkan. 5. Pengelolahan Data

Dalam pengelolahan data yang telah dikumpulkan, penulisan ini menggunakan beberapa langkah, yaitu:

a. Verifikasi dan editing, yaitu memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi dan keragamannya. b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematikakan data-data

yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah.

6. Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber yaitu primer dan sekunder:

Sumber pimer adalah rujukan utama yang akan dipakai, karena penelitian ini mengangkat judul Tafsir Surat al-Lahab maka sumber primernya adalah al-Qur’an surat al-Lahab.

Sumber sekunder sebagai rujukan pelengkap, antara lain: a. al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy karya al-Farmawy.

b. Nahwa al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy karya Muhammad al-Ghaza>ly. c. Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy karya Mus}t}afa> Muslim. d. Tafsi>r al-Kas

hsha>f,

karya al-Zamakhshari.

e. Tafsi>r al-T{abarykarya Abu Ja’far Muhammad bin Jari>r al-T{abari>. f. Tafsi>r al-Muni>r karya Wahbah Zuh}aili>.


(28)

20

g. Naz}mu al-Durar fi> Tana>subi al-A<ya>twa al-Suwar karya Burha>n al-Di>n Abi> al-H{asan Ibra>hi>m bin ‘Umar al-Biqa>‘i.

h. Ru>h al-Ma‘a>ni fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab‘ al-Matha>ni karya al-Alu>si>.

i. al-Kashf wa al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-Tha‘labi>. j. al-Si>rah al-Nabawiyyah karya Ibn Hisha>m.

k. al-Si>rah al-Nabawiyyah fi> D{aw’i al-Qur’a>n karya Muhammad bin Muhammad Abu> Shahbah.

7. Metode Analisis Data

Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat obyek penelitian dengan menggunakan analisis isi (content analysis), yaitu suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.34 Selain itu, analisis isi dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak peneliti. Secara deskriptif teori ini menampilkan obyektifitas, pendekatan sistematis dan generalisasi35 yang disesuaikan sedemikian rupa dengan pendekatan tafsir tematik.

34Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993), 76-77. 35Badar Thomthomi, “Penegakan Hukum dalam Konteks Keindonesiaan: Studi Analisis Hukum

Positif dan Hukum Islam terhadap Penegakan Hukum Korupsi di Indonesia”, Tesis IAIN Sunan


(29)

21

I. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam tesis ini ditulis dalam 5 (lima) bab. Masing-masing bab mempunyai kaitan erat dengan yang lainnya.

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, (6) kerangka teoritik, (7) penelitian terdahulu, (8) metode penelitian, (9) sistematika pembahasan, (10) outline.

Bab II Diskursus metode tafsir tematik surat terdiri dari: (1) pengertian dan urgensi tafsir tematik, (2) bentuk kajian tafsir tematik, (3) langkah-langkah tafsir tematik surat.

Bab III Tafsir surat al-Lahab, terdiri dari: (1) pendahuluan surat al-Lahab, (2) tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab, (3) muna>sabah antar tema dalam surat al-Lahab dan tafsirnya, (4) tujuan umum dan khusus surat al-Lahab.

Bab IV Relevansi tema al-Lahab dengan fakta sejarah: (1) \fakta sejarah dan autentitas teks surat al-Lahab, (2) kilah abu lahab dari ketentuan tabbat

Bab V Penutup yang terdiri dari: (1) kesimpulan pembahasan yang dikemukakan dari awal hingga akhir sekaligusmenjawab yang menjadi pertnyaan pada rumusan masalah, (2) saran.


(30)

BAB II

DISKURSUS METODE TAFSIR TEMATIK

A. Pengertian dan Urgensi Tafsir Tematik

Secara etimologi tafsir berarti menyingkap maksud dari suatu lafz} yang sulit untuk difahami.1 Menurut Manna>‘ Khali>l al-Qat}t}a>n pengertian etimologinya adalah menjelaskan, menyingkap dan menerangkan makna yang abstrak.2

Sedangkan tematik adalah terjemahan dari kata mawd}u>‘iy. Secara bahasa kata mawd}u>‘iy berasal dari kata عوضوم yang merupakan ism maf‘u>l dari kata عضو yang artinya masalah atau pokok pembicaraan,3 yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan manusia yang dibentangkan ayat-ayat al-Qur’an.4

Menurut al-Farmawy bahwa dalam membahas suatu tema, diharuskan untuk mengumpulkan seluruh ayat yang menyangkut tema itu. Namun demikian, bila hal itu sulit dilakukan, dipandang memadai dengan menyeleksi ayat-ayat yang mewakili (representatif).5

Dari definisi di atas dapat difahami bahwa sentral dari metode tafsir tematik adalah menjelaskan ayat-ayat yang terhimpun dalam satu tema dengan memperhatikan urutan tertib turunnya ayat tersebut, sebab turunnya, korelasi

1Jama>l al-Di>n Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-Arab, Juz X (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), 26.

2Manna>‘ Khali>l al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qura>n (Beirut: Manshu>rat al-As}r al-Hadi>th, tt),

323.

3Ahmad Warson Munawir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesif,

1987), 1565.

4Must}afa> Muslim, Mabahith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy, ( Damaskus: Dar al-Qalam, 1997), 16. 5Abd al-Hayy al-Farmawy, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy (Kairo: Mat}baah Had}a>rah


(31)

23

antara satu ayat dengan ayat yang lain dan hal-hal lain yang dapat membantu memahami ayat lalu menganalisisnya secara cermat dan menyeluruh.

Dasar-dasar tafsir tematik telah dimulai oleh Nabi Muhammad SAW sendiri ketika menafsirkan ayat dengan ayat, yang kemudian dikenal dengan nama tafsir bi al-ma’thu>r. Seperti yang dikemukakan oleh al-Farmawy bahwa semua penafsiran ayat dengan ayat bisa dipandang sebagai tafsir tematik dalam bentuk awal. Menurut Quraish Shihab, tafsir tematik berdasarkan surat digagas pertama kali oleh seorang guru besar jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Syaikh Mahmud Syaltut, pada Januari 1960. Karya ini termuat dalam kitabnya, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m. Sedangkan tafsirtematik berdasarkan subjek digagas pertama kali oleh Ahmad Sayyid al-Qu>my, seorang guru besar di institusi yang sama dengan Syaikh Mahmud Syaltut, jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, dan menjadi ketua jurusan Tafsir sampai tahun 1981. Model tafsir ini digagas pada tahun seribu sembilan ratus enam puluhan. Buah dari tafsir model ini menurut Quraish Shihab di antaranya adalah karya-karya Abba>s Mahmu>d al-Aqqa>d: al-Insa>n fi> al-Qur’a>n dan karya Abu> al-A’la> al-Maudu>dy: al-Riba> fi> al-Qur’a>n.6

Kaitannya dengan tafsir tematik berdasar surat al-Qur’an, al-Zarkashy (745-794 H/1344-1392 M), dengan karyanya al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n,7 misalnya adalah salah satu contoh yang paling awal yang menekankan pentingnya tafsir dan

6M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Cet. Ke-XIX (Bandung: Mizan, 1999),114.

7Badr al-Di>n Muhammad al-Zarkashiy, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz I (Beirut: Da>r al-Kutub


(32)

24

menekankan bahasan surat demi surat. Demikian juga Jala>l al-Di>n al-Suyut}y (w. 911 H/1505 M) dalam karyanya al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n.8

Karena itu, meskipun belum menjadi fenomena umum, tafsir tematik sudah diperkenalkan sejak sejarah awal tafsir. Lebih jauh, perumusan konsep ini secara metodologis dan sistematis berkembang di masa kontemporer. Demikian juga jumlahnya semakin bertambah di awal abad ke-20, baik tematik berdasarkan surat al-Qur’an maupun tematik berdasar subyek ataupun topik.

Bila dicermati, dalam metode tafsir tematik akan diperoleh pengertian bahwa metode ini merupakan usaha yang berat tetapi teruji. Dikatakan berat, karena mufassir harus mengumpulkan ayat-ayat dalam satu tema dan hal-hal yang berhubungan dengan tema tersebut. Dikatakan teruji, karena memudahkan orang dalam menghayati dan memahami ajaran al-Qur’an, serta untuk memenuhi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul di zaman ini. Begitu pentingnya metode ini, sehingga beberapa faedah dari metode ini dipaparkan oleh al-Farmawy sebagai berikut:

1. Metode ini adalah metode yang jauh dari kesalahan, karena metode ini merupakan tafsir bi al-ma’thu>r. Penyebutan ini disebabkan oleh langkah yang ditempuh dalam penafsiran secara tematik adalah dengan mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan satu tema pembahasan, kemudian ayat satu berfungsi sebagai penjelas ayat yang lainnya sehingga satu ayat menjadi penafsir ayat yang lainnya. Inilah penyebab dikatakan metode ini jauh dari kesalahan.


(33)

25

2. Dengan menghimpun sejumlah atau beberapa ayat al-Qur’an seorang penafsir akan mengetahui pola keteraturan dari rentetan kronologi turunnya al-Qur’an dan mengetahui akan keserasian serta korelasi antar ayat-ayat tersebut.

3. Dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an, seorang mufassir dapat menuangkan pikirannya mengenai satu tema yang utuh berdasar ayat-ayat yang telah dihimpun sebelumnya.

4. Dengan meletakkan ayat-ayat yang telah dihimpun dibawah satu tema pembahasan, seorang penafsir dapat menghapus anggapan adanya kontradiksi antara ayat-ayat al-Qur’an dan penafsir dapat menghapus anggapan tentang adanya kontradiksi anatara agama dengan ilmu pengetahuan, terutama pada pembahasan ayat-ayat kawniyah yang pastinya bersinggungan dengan fakta dan teori illmiah.

5. Metode ini melahirkan keputusan hukum yang bersifat universal untuk umat Islam.

6. Metode ini memungkinkan seseorang untuk mengetahui inti masalah dan segala aspeknya, sehingga mampu mengungkapkan argumen yang jelas, kuat dan memuaskan. 9

9al-Farmawy, Metode Tafsir Mawd}u>‘iy, terj. Suryan A. Jamrah (Jakarta: PT. RajaGrafindo


(34)

26

B. Bentuk Kajian Tafsir Tematik

al-Farmawy dalam karyanya al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u}‘iy membagi bentuk kajian tafsir tematik ke dalam 2 (dua) bentuk yang sama-sama memiliki tujuan menggali pemahaman dan hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an. Bentuk kajian itu adalah menghimpun seluruh ayat dan diletakkan dibawah satu judul dan pembahasan satu surat menyeluruh. Demikian juga pendapat Hasan al-‘Arid} tentang bentuk kajian Tafsir.

S}ala>h ‘Abd al-Fattah dalam kitabnya Nahwa al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy yang dikutip oleh M. Ali Misbahul Munir menyebutkan bahwa bentuk kajian tafsir tematik terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu: 1) tafsir tematik term kosa-kata al-Qur’an; 2) tafsir tematik tema al-Qur’an; 3) tafsir tematik surah al-Qur’an.10

Pendapat S}ala>h ‘Abd al-Fattah merupakan pengembangan dari pendapat al-Farmawy tentang pembagian bentuk tafsir tematik, sehinnga bentuk tafsir tematik dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an kemudian meletakkannya di

bawah satu tema bahasan dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yakni berdasar kosata-kata al-Qur’an dan tema bahasan.

pengertian dari bentuk kajian tafsir tematik yang dimaksud di atas adalah: 1. Bentuk pertama

Menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang berbicara tentang tema yang sama. Semuanya disusun sedemikian rupa diletakkan dibawah satu judul, lalu ditafsirkan dengan metode tematik.

10M. Misbahul Munir, “Tafsir Surah Ya>Si>

n: Menggali Pesan-Pesan yang Terkandung dalam Surah

Ya>Si>n dengan Pendekatan Tematik Surah” (Tesis—Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012), 21.


(35)

27

Bentuk kajian ini dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) bagian, seperti yang disebutkan sebelumnya. Pertama (term atau kosa-kata) dapat diartikan bahwa peneliti dapat melakukan observasi terhadap suatu kata dan deviratnya (bentuk mushtaq) yang sering diulang penggunaannya dalam al-Qur’an. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui makna sebenarnya dan memuna>sabahkan antara kata yang dimaksud dengan ayat sebelum dan sesudahnya.

Beberapa ulama terdahulu telah melakukan observasi ini dan melahirkan karya tematik kosa-kata al-Qur’an yang telah dibukukan, diantaranya adalah al-Mufrada>t fi> G{ari>b al-Qur’a>n karya al-Ra>ghib al-As}fiha>ny. Penelusuran tentang kosa-kata al-Qur’an dapat dimulai dan dilacak melalui kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur’a>n karya

Muhammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qy.

Bagian kedua adalah tafsir tematik tema al-Qur’an yakni menjelaskan tentang tema-tema umum yang terdapat dalam al-Qur’an. Caranya dengan memilih salah satu tema kemudian melacak ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan dengan tema yang dimaksud.

Contoh bentuk kajian ini adalah beberapa literatur yang disusun oleh ulama di antaranya adalah:

a. al-Mar’ah fi> al-Qur’a>nkarya ‘Abba>s al-‘Aqqa>d. b. al-Riba> fi> al-Qur’a>n karya Abu al-A‘la> al-Mawdu>dy.


(36)

28

d. al-Ulu>hiyyah wa al-Risa>lah fi> al-Qur’a>n al-Kari>m karya Muhammad al-Samahy.

e. al-Insa>n fi> al-Qur’a>n karya Ibra>hi>m Muhana.11 f. A>dam fi> al-Qur’a>nkarya ‘Aly Nas}r al-Di>n.12

Perbedaan antara metode tematik ini dengan sebelumnya adalah peneliti tafsir term atau kosa-kata al-Qur’an akan selalu menggunakan satu lafz} yang ada dalam al-Qur’an dan meneliti maknanya berdasar bahasa, asal kata dan penggunaan kata tersebut dalam berbagai macam bentuknya berdasar ayat-ayat al-Qur’an.

Sedangkan tema al-Qur’an pembahasannya lebih umum dan lebih luas dari yang pertama karena ayat yang dijadikan tema dengan ayat-ayat yang memiliki kedekatan dengan tema akan diteliti secara mendalam. Ayat-ayat lain akan membantu dalam penjelasan dan memperkuat ayat utama yang dijadikan tema. Begitu juga dalam hal ini kajian bahasa, data dan rahasia-rahasia yang bersumber dari unsur sastra akan dapat dibahas lebih luas.13

2. Bentuk kedua

Pembahasan satu surat secara menyeluruh dengan menjelaskan maksud surat tersebut secara umum dan khusus, menjelaskan korelasi antar masalah yang terkandung di dalam setiap ayat sehingga

11al-Farmawy, Metode Tafsir..., 58.

12‘Aly Hasan al-‘Arid}, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Arkom (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1994), 91.

13


(37)

29

menunjukkan bahwa satu surat al-Qur’an tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh.

Dalam pembahasan metode ini seseorang memilih satu surat al-Qur’an dan meneliti tema umum dari surat tersebut, menghayati, mengetahui tujuan khusus. mengetahui hal-hal penting yang dapat mengelompokkan tema-tema yang terdapat dalam surat tersebut serta memaparkan dengan luas sehingga melahirkan satu penjelasan tentang satu surat yang utuh dan satu tema yang serasi.

Seperti yang diketahui bahwa setiap surat dalam al-Qur’an memiliki satu tema yang masih global dan memiliki karaktersitik tersendiri. Mengandung tema yang pokok dan melahirkan sub-sub tema baru yang berkaitan antara satu sub tema dengan lainnya sehingga akan memunculkan satu pokok bahasan tema yang nantinya akan menggambarkan keumuman maksud dari surat yang sedang dibahas.

Sebagian mufassir terdahulu berupaya untuk menyusun sebuah tafsir tematik dengan corak ini dan berusaha menemukan kesatuan tema pada surat dalam al-Qur’an. Mereka memiliki analisis terhadap kesatuan tema yang dimaksud, namun analisis tersebut tidak didukung oleh metode keilmuan. Di antara ulama yang dimaksud adalah al-Zamakhshary, Fakhr al-Di>n al-Ra>zy, al-Qu>my,14 al-Naisa>bu>ry, namun di antara mereka yang

paling banyak berkecimpung dalam metode ini adalah Burha>n al-Di>n


(38)

30

Iba>hi>m bin ‘Umar al-Biqa>‘iy pengarang kitab Naz}m al-Durar fi> Tana>sub al-A<ya>t wa al-Suwar.

Adapun contoh pembahasan bentuk ini adalah seperti kajian tematik surat Saba’.

Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.

Permulaan surat ini dengan pujian bagi Allah dengan menyebutkan kekuasaan-Nya. Setelah itu, membawa prinsip pendidikan yang berkaitan

dengan kepemilikan, penggunaan hak atas kepemilikan dan

mengemukakan pengetahuan-Nya yang universal, kekuasaan-Nya yang menyeluruh pada kehendak-Nya yang bijak.16

Contoh lain dari metode ini seperti yang dungkapkan oleh ‘Aly Hasan al-‘Arid} adalah seorang mufassir mengkaji surat Ya>Si>n. Dalam kajiannya surat ini terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, setiap bagian dan lainnya berkaitan, bersambung dan mengarah kepada satu tema permasalahan.

15

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ Khadim al Haramain,

1971), 34: 1-2.


(39)

31

Bagian pertama dari awal surat sampai ayat ke 32, mengarah kepada kerasulan Muhammad, menjelaskan kondisi orang musyrik baik dari Quraisy dan selainnya, menuturkan keadaan suatu penduduk suatu negeri tentang sikap kepada Allah SWT dan akibat dari sikapnya.

Bagian kedua adalah dari ayat 33 sampai ayat 44 mengedepankan tentang dalil-dalil atas wuju>d Allahdan keluasan ilmuNya dan dijelaskan pula tanda-tanda kekuasaan Allah, diantaranya adalah:

a. kelompok pertama (dari ayat 33 sampai ayat 36) adalah tanda kekuasaan Allah yang berkaitan dengan bumi yakni dihidupkannya tanah yang mati, menciptakan segala yang ada di bumi, memancarkan air, menciptakan pasangan-pasangan.

b. kelompok kedua (dari ayat 37 sampai ayat 40) adalah tentang langit. dikemukakan di dalamnya pergantian siang dan malam serta penciptaan langit, bulan dan bintang serta beredarnya benda-benda yang terdapat di langit.

c. kelompok ketiga (dari ayat 41 sampai ayat 44) adalah tentang air. dijelaskan di dalamnya penciptaan lautan, sungai, bahtera sebagai sarana transportasi laut dan penciptaan onta sebagai alat transportasi darat bagi orang maupun barang.

Bagian ketiga dari kajian surat Ya>Si>n adalah dari ayat 45 sampai akhir surat Ya>Si>n yang menerangkan tentang hari kiamat dan segala kejdian pada hari kiamat, yakni peniupan sangkakala, surga dan


(40)

32

kenikmatannya, neraka dan siksanya serta menerangkan kekuasaan Allah untuk membangkitkan kembali manusia setelah meninggal.17

Tiga bagian dari surat Ya>Si>n di atas pada dasarnya adalah bermuara pada satu tema masalah, yakni dorongan untuk beriman kepada Allah, Rasul dan hari akhir. Inilah tema utama pada kajian tafsir tematik surat Ya>Si>n.

C. Langkah-langkah Tafsir Tematik

Langkah-langkah metode tafsir tematik baru dimunculkan pada akhir tahun 1960 oleh Ahmad Sayyid al-Qu>my dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur'an yang akan dikaji secara tematik.

2. Menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang terdapat pada seluruh surat al-Qur'an yang berkaitan dan berbicara tentang tema yang hendak dikaji, baik surat makkiyah atau surat madaniyah.

3. Menentukan urutan ayat-ayat yang dihimpun itu sesuai dengan masa turunnya dan mengemukakan sebab-sebab turunnya jika hal itu dimungkinkan (artinya, jika ayat-ayat itu turun karena sebab-sebab tertentu).

4. Menjelaskan muna>sabah (relevansi) antara ayat-ayat itu pada masing-masing suratnya dan kaitan antara ayat-ayat itu dengan ayat-ayat sebelum


(41)

33

dan sesudahnya pada masing-masing suratnya (dianjurkan untuk melihat kembali pada tafsir tahli>ly).

5. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang tepat, sistematis, sempurna dan utuh (outline) yang mencakup semua segi dari tema kajian. 6. Mengemukakan hadi>th-hadi>th Rasulullah SAW yang berbicara tentang

tema kajian serta men-takhri>j dan menerangkan derajat hadi>th-hadi>th itu untuk lebih meyakinkan kepada orang lain yang mempelajari tema itu. Dikemukakan pula riwayat-riwayat (atha>r) dari para sahabat dan ta>bi‘i>n. 7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan

cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan pengertian antara yang ‘a>m dan kha>s}, antara yang mut}laq dan muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat yang na>sikh dan mansu>kh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna-makna yang sebenarnya tidak tepat. 18

Sedangkan langkah-langkah melakukan tafsir tematik surat persurat adalah sebagai berikut:

1. Mengambil satu surat dan menjelaskan masalah-masalah yang

berhubungan dengan surat tersebut, sebab turunnya dan bagaimana surat

18al-Farmawy, Metode Tafsir..., 52-54: ‘Ali Hasan al-Arid} menambahkan langkah metode tematik

sebelum mengkompromikan ayat-ayat yang telah dihimpun melalui ‘a>m kha>s} dan seterusnya adalah merujuk kepada kalam (ungkapan-ungkapan bangsa) Arab dan shair-shair mereka dalam menjelaskan alfa>z} yang terdapat pada ayat-ayat yang berbicara tentang tema kajian dan dalam menjelaskan makna-maknanya: al-Arid}, Sejarah dan..., 87-88.


(42)

34

itu diturunkan (permulaan, pertengahan ataupun akhir, madaniyah atau makkiyah, dan hadi>th-hadi>th yang menerangkan keistimewaanya).

2. Menyampaikan pengertian dari tujuan mendasar dalam surat dan

membahas mengenai terjadinya nama surat itu.

3. Membagi surat (khusus untuk surat yang panjang) kepada bagian-bagian yang lebih kecil, menerangkan unsur-unsurnya (meliputi ‘a>m kha>s}-nya, na>sikh mansu>kh-nya, lafz}-nya dalam bahasa Arab dan lain-lain) dan tujuan masing-masing bagian serta menetapkan kesimpulan dari bagian tersebut.

4. Menghubungkan keterangan atau kesimpulan dari masing-masing bagian

kecil tersebut dan menerangkan pokok tujuannya.19

Langkah-langkah di atas kemudian dijabarkan oleh S}ala>h ‘Abd al-Fatta>h dalam kitabnya al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy baina al-Naz}ariyyah wa al-Tat}bi>q dalam kutipan M. Ali Misbahul Munir sebagai berikut:

1. Menyebutkan nama surat yang tawqi>fy apabila ada, juga menyebutkan nama lainnya yakni nama surat yang ijtiha>dy. Kemudian memberikan keterangan mengenai hikmah dari pemberian nama tawqi>fy dan ijtiha>dy tersebut serta menjelaskan hubungan antara nama-nama tersebut. Sebagai contoh surat al-Baqarah, nama surat tawqi>fynya adalah surat al-Baqarah, akan tetapi apabila dilihat dari temanya maka surat ini disebut dengan surat al-Khila>fah wa al-Khulafa>’.


(43)

35

2. Mengetahui nama ijtiha>dy baik yang telah disebutkan oleh ulama terdahulu atau dimungkinkan nama surat tawqi>fy kemudian menyatukan antara nama suratijtiha>dy dan tawqi>fy.

3. Menerapkan konsep makkiyah dan madaniyah baik sebagian maupun keseluruhan. Menerapkan juga konsep perpaduan antara makkiyah dan

madaniyah karena memungkinkan surat makkiyah terdapat di dalamnya

ayat madaniyah ataupun sebaliknya.

4. Menerapkan inti turunnya surat, baik itu surat makkiyah ataupun

madaniyah, ataupun menerangkan inti turunnya surat baik periode awal,

pertengahan atau akhir penyebaran agama Islam, baik turun di Makkah atau Madinah serta memperhatikan konflik keberadaannya dengan kondisi lingkungan terkait dengan turunnya surat.

5. Membagi tujuan-tujuan surat. Tujuan umum surat dan tujuan khusus di masing-masing ayat yang memiliki tujuan teratur dengan tujuan umum, serta menerangkan pelajaran yang dapat diambil dari setiap tujuan baik umum maupun khusus dari surat tersebut.

6. Mengetahui kemandirian surat, tema pokok, landasan dasar dan menyatukannya dengan langkah-langkah surat.

7. Mengkaitkan antara surat dengan surat sebelumnya menurut tarti>b al-mus}haf yakni memuna>sabahkan tema umum dari tema-tema yang terdapat pada surat dengan tema umum yang terdapat pada surat sebelumnya. 8. Membagi surat yang panjang dan sedang ke dalam beberapa bagian untuk


(44)

36

memetakan ayat-ayat dari bagian-bagian yang dimaksud serta menyebutkan ayat dan tema pada tiap-tiap bagian dilanjutkan dengan menerangkan hubungan antar bagian satu dengan lainnya.

9. Meringkas keutamaan hakekat surat dan indikasi-indikasi yang ditetapkan dan isyarat-isyarat kejadian atau kehidupan yang aktual.

10.Melakukan komparasi antar kitab tafsir yang menerangkan tentang surat yang dibahas.

11.Menggabungkan keseluruhan penelitian dan menarik kesimpulan seobyektif mungkin.20

20


(45)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tema-tema yang terkandung dalam surat al-Lahab adalah:

a. Tema utamanya adalah kebinasaan yang dialami oleh Abu Lahab. b. Tema pokonya adalah;

1) Balasan bagi Abu Lahab berupa kebinasaan.

2) Tidak bermanfaat baginya sesuatu yang dibanggakannya. 3) Dimasukkan ke dalam neraka.

4) Istri Abu Lahab menemaninya di dalam neraka. 5) Kondisi istri Abu Lahab.

2. Tujuan umum dan khusus surat al-Lahab adalah:

a. Tujuan umumnya adaalah ajakan kepada tauh}i>d dan akhlak yang mulia. Akhlak yang tidak seperti akhlak Abu Lahab menentang Allah dan RasulNya sehingga berakibat ancaman Allah berupa kebinasaan baginya.

b. Tujuan khususnya adalah gambaran orang yang menentang ajaran Allah dan RasulNya akan binasa seperti Abu Lahab.


(46)

119

B. Saran

Diharapkan penelitian terhadap surat al-Lahab terus dikembangkan agar pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dijalankan oleh seluruh umat Islam. Demikian halnya dengan surat-surat lainnya dalam al-Qur’an, terutama dengan menggunakan metode tematik surat, sebagai dasar untuk dikembangkan oleh peneliti lain atau bagi peneliti sendiri, serta sebagai acuan untuk mengkaji surat-surat lain dalam al-Qur’an.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

‘Abduh, Muhammad. Tafsi>r Juz ‘Amma. Beirut: Da>r Maktabah al-Hila>l, t.th. Abu al-‘Abba>s Ja’far bin Muhammad al-Mu‘tarr bin Muhammad bin al

-Mustag}fir bin al-Fath bin al-Idri>s al--Mustag}firy al-Nasafy. Fad}a>’ilu al

-Qur’a>n, juz 2 (t.tp: Da>r ibn H{azm, 2008), 792:

Abu> Shahbah, Muhammad bin Muhammad al-Si>rah al-Nabawiyah fi> D{au’i al

-Qur’a>n, juz 1. Damaskus: Da>r al-Qalam, 1992.

‘Alu>sy (al),Shiha>bu al-Di>n Mahmu>d bin ‘Abd Allah al-Husainy. Ru>h al-Ma‘a>ni>,

juz 15. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1415H.

Andalu>sy (al), Abu> Hayya>n. al-Bahr al-Muhi>t}, juz 10. Beirut:Da>r al-Fikr, 1420. ---. al-Bahr al-Muhi>t}, juz 8. Beirut: Da>r al-Fikr, 1420. Antonio, Syafi’i. Muhammad SAW the Super Leader Super Manager. Jakarta:

Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 2007.

Arifin, Bey. Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1952. As}baha>ny (al), Isma>‘i>l bin Muhammad bin al-Fad}l al-Taimy. Dala>’il al

-Nubuwwah, juz 1. Riya>d}: Da>r T{ayyibah, 1409.

As}fiha>ny (al), al-Ra>g}ib. al-Mufrada>t fi> G{ari>b al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Qalam, 1412.Arid} (al), ‘Aly Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Arkom. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

al-T{u>sy, al-Tibya>n al-Ja>mi‘ li ‘ulu>m al-Qur’a>n, juz 14. Beirut: Da>r Ihya>’ al -Tura>th al-‘Araby, t.th.

‘Asqala>ny (al), Ibn Hajar. al-Si>rah al-Nabawiyah fi> Fath al-Ba>ry, juz 1. Madi>nah:

Jami>‘ H{uqu>q li al-Tiba>‘ah Mahfu>z}ah, t.th.

‘Az}i>m (al), ‘Abd. Dira>sa>t jadi>dah fi> I‘ja>z al-Qur’a>n. t.tt: Maktabah Wahbah, 1996.

Bag}da>dy (al), Muhammad bin Sa‘d bin Mani>‘ al-Zuhry. Kita>b T{abaqa>t al-Kubra>, juz 3. Cairo: al-Maktabah al-Kha>rijy, 2001.

Baid}a>wy (al), Na>s}ir al-Di>n Abu> Sa‘i>d ‘Abd Allah bin ‘Amr bin Muhammad al-Shaira>zy. Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l, juz 5. Beirut; Da>r Ihya>’al -Tura>th al-‘Araby, 1418H.


(48)

119

---. Tafsi>r al-Baid}a>wy, Juz 5. Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.

Baidan, Nashruddin Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998.

Baiha>qy (al), Abu> Bakar Ahmad bin al-Husain ‘Aly. al-Sunan al-Kubra>, juz 1.

Hind: Majlis Da>’irah al-Ma‘a>rif al-Niz}a>miyah, 1344.

Biqa>‘iy (al), Burha>n al-Di>n Abi> al-Hasan Ibra>hi>m bin ‘Umar. Naz}m al-Durar fi> Tana>subi al-A{ya}t wa al-Suwar, juz 22. Cairo: Da>r al-Kutub al-Isla>miy, t.th.

Da>ny (al), Abu> ‘Amru ‘Uthma>n bin Sa‘i>d. al-Taisi>r fi> al-Qira>’a>t al-Sab‘. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Araby, 1984.

Dimashqy (al), ‘Ima>d al-Di>n Abi> al-Fida>’ Isma>‘i>l ibn ‘Amr bin Kathi>r al-Qurashy. al-Bida>yah wa al-Niha>yah, juz 4. Turkey: Hajr li al-T{iba>‘ah wa

al-Nashr wa al-Tauzi>‘ a al-I‘la>n, t.th.

---. al-Bida>yah wa al-Niha>yah, juz 8. Cairo: Hajr li al-T{iba>’ah wa al -Nashr wa al-Tauzi>’ wa al-I’la>n, t.th.

---. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 8. Beirut: Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 1999.

Du‘a>s (al), Ahmad ‘Abi>d. I‘ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, juz 3. Damaskus: Da>r al-Munir wa Da>r al-Fa>raby, 1425.

Farmawy (al), Abd al-Hayy. al-Bida>yah fi> Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>, terj. Rosihan Anwar. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

---. Metode Tafsir Mawd}u>‘iy, terj. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.

G{aza<li (al), Muhammad. Kaifa Nata‘a>mal Ma‘a al-Qur’a>n. Mesir: Da>r al-Wafa>, 1992.

---. Fiqhu al-Si>rah, terj. Imam Muttaqien. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.

HAMKA. Tafsir al-Azhar, juz 6. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007. ---. Tafsir al-Azhar, juz 19. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

Hisha>m, Ibn. Si>ratu al-Nabiy li Abi> Muhammad ‘Abd al-Malik bin Hisha>m, juz 2. Mesir: Da>r al-S{aha>bah li al-Tura>th, 1995.


(49)

120

Ismail (al),Tahia. The Life of Muhammad: his life based on the earliest source, terj. A. Nasir Budiman. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2009.

Jauzy (al), Ibn. al-Wafa> bi Ahwa>l al-Mus}t}afa>, terj. Mahfud Hidayat dan Abdul

Mu’iz. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

---. Za>d al-Masi>r fi>’Ulu>m al-Tafsi>r, juz 9. t.tt: al-Maktab al-Isla>my, 1984.

Jaza>’iry (al), Abu> Bakar. Aisar al-Tafa>sir, juz 5. Madi>nah: Maktabah al-‘Ulu>m

wa al-Hikam, 2003.

---. al-Nashr fi> al-Qira>’a>tal-‘As}r, juz 2. Beirut: Da>r

al-Ma’mu>n li al-Tura>th, 1993.

Jazary (al), ‘Izz al-Di>n ibn al-Athi>r Abi> al-H{asan ‘Aly bin Muhammad. Usud

al-G{a>bah fi> Ma‘rifat al-S{aha>bah, juz 3. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah,

t.th.

Kathi>r, Ibnu. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 8. Damshiq: Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1999.

---. al-Si>rah al-Nabawiyya, juz 4. Beirut: Da>ral-Ma‘rifah li al-T{iba>‘ah

wa al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 1971.

Kha>lawiyah, Ibn. I‘ra>bu Thala>thi>na Su>ratin min al-Qur’a>n al-Kari>m. Beirut: Da>r wa Maktabah al-Hila>l, 1985.

Kha>zin (al). Luba>b al-Ta’wi>l fi> Ma‘a>ny al-Tanzi>l, juz 4. Beirut: Da>r Kutub

al-‘Ilmiyyah, 1415H.

Manz}u>r, Jama>l al-Di>n Ibn Lisa>n al-‘Arab, Juz X. Beirut: Dar al-Fikr, 1992.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993.

Muhaisin, M.Salim. Biografi al-Qur’an al-Karim, terj. Dzul Hilmi. Surabaya: CV. Dwi Marga, 1987.

Munawir, Ahmad Warson al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Surabaya: Pustaka Progesif, 1987.


(50)

121

Munir, M. Misbahul, “Tafsir Surah Ya>Si>n: Menggali Pesan-Pesan yang Terkandung dalam Surah Ya>Si>n dengan Pendekatan Tematik Surah”. Tesis—Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012.

Muslim, Must}afa>. al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy li Suwar al-Qur’a>n, juz 9. Sharjah:

Ja>mi‘ah al-Sha>riqah, 2010.

---. Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>. Beirut: Da>ral-Qalam,1989. Naisa>bu>ry (al), Abi> al-Hasan ‘Aly bn Ahmad al-Wa>hidy Asba>b Nuzu>l.

al-Dima>m: Da>r al-S{ala>h, t.th.

Naisa>bu>ry (al), Abu> Isha>q Ahmad bin Ibra>him al-Tha‘laby. Kashfu wa

al-Baya>n ‘an Tafsi>r al-Qur’a>n, juz 10. Beirut: Da>r Ihya>’ al-Tura>th al-‘Araby,

1422H.

Nasa>’iy (al), Ahmad bin Shu‘aib Abu>’Abd al-Rahma>n. al-Mujtaba> min al-Sunan, juz 7. Halb: Maktab al-Mat}bu>‘a>t al-Isla>miyah, 1986.

Nuh}a>s (al), Abu> Ja‘far. I‘ra>b al-Qur’a>n, juz 5. Beirut: Da>ral-Kutub al-‘Ilmiyah: 1421.

Qat}t}a>n (al), Manna>‘ Khali>l. Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Manshu>rat

al-‘As}r al-Hadi>th, t.th.

---. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. terj. Mudzakkir AS. Bogor: Halim Jaya, 2009.

Qurt}u>bi> (al) al-Ja>mi‘ li Ahka>m al-Qur’a>n, juz XIX. Cairo:Da>r Kutub al-Mis}iyyah, 1964.

Ra>zy (al), Fakhr al-Di>n. Mafa>tih al-G{aib, juz 32. Beirut: Da>r Ihya>’ al-Tura>th

al-‘Araby, 1401H.

Shalaby, Ahmad. Mausu>‘at al-Ta>ri>kh al-Isla>my wa al-H{ad{a>rah al-Isla>miyah, juz 1. Kairo: Maktabah al-Nahd}ah al-Mis}riyyah, 1978.

Salim, Abd. Muin. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2010.

Shaiba>ny (al), Ahmad bin Hanbal Abu> ’Abd Allah. Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 4. Kairo: Mu’assasah Qurtubah, t.th.

Shalaby, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Mukhtar Yahya dan Sanusi Latief. Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003.

Shalihah, Khadijatus. Perkembangan Seni Baca al-Qur’an dan Qira’at Tujuh di


(51)

122

Shauka>ny (al), Muhammad bin ‘Aly bin Muhammad. Fathu al-Qadi>r, juz 5. Beirut: Da>r al-Kalim al-T{ayyib, 1414H.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, vol. 15. Jakarta: Lentera Hati, 2002. ---. Tafsir al-Mishbah, volume 9. Jakarta: Lentera Hati, 2012. ---. Wawasan Al-Quran Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan

Umat. Bandung: Mizan, 1996.

---. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1994. Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa,

2013.

Suyu>t}i (al), Jala>l al-Di>n. Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l. Beirut: Da>r al-Ihya>’

al-‘Ulu>m, 2002.

---. al-Itqa>n fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 2. Kairo: Da>r al-Tura>th, 1985.

---. al-Durr al-Manthu>r fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, juz 15. Cairo: Markaz Hajr li al-Buhu>th wa al-Dira>sa>t al-‘Arabiyah wa al -Isla>miyyah, 2003.

---. al-Durr al-Manthu>r fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, juz 8. Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.

---. Tana>suq al-Durar fi> Tana>subi al-A<ya>t wa al-Suwar. Beirut: Da>r al-Ktub al-‘Ilmiyah, 1987.

T{abary (al), Ibn Jari>r. Ja>mi‘ al-Baya>n ‘An Ta’wi>li A<yi al-Qur’a>n, juz 24. Kairo: Da>r Hijr, 2001.

---. Ta>rikh al-Umam wa al-Muluk Ta>ri>kh al-T{abary. Riya>dh: Bait al-Afka>r al-Dauliyyah, t.th.

T{ant}a>wy, Muhammad Sayyid. al-Tafsi>r al-Wasi>t} li al-Qur’a>n al-Kari>m, juz 15. Cairo:Da>r al-Nahd}ah li al-T{iba>‘ah waal-Nashr wa al-Tauzi>‘: 1998.

T{iya>r (al), Musa>‘id. Maqa>la>t fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n wa Us}u>l al-Tafsi>r. Riya>d}: Da>r al-Muhdith, t.th.

T{u>nisy (al), Muhammad al-T{a>hir bin Muhammad bin Muhammad al-T{a>hir bin.

‘A<shu>r Tah}ri>r wa Tanwi>r, juz 10. Tunis: Da>r T{u>ni>siyah li al-Nashr, 1984H.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

‘Abduh, Muhammad. Tafsi>r Juz ‘Amma. Beirut: Da>r Maktabah al-Hila>l, t.th. Abu ‘Abba>s Ja’far bin Muhammad Mu‘tarr bin Muhammad bin

al-Mustag}fir bin al-Fath bin al-Idri>s al-al-Mustag}firy al-Nasafy. Fad}a>’ilu al-Qur’a>n, juz 2 (t.tp: Da>r ibn H{azm, 2008), 792:

Abu> Shahbah, Muhammad bin Muhammad Si>rah Nabawiyah fi> D{au’i al-Qur’a>n, juz 1. Damaskus: Da>r al-Qalam, 1992.

‘Alu>sy (al),Shiha>bu al-Di>n Mahmu>d bin ‘Abd Allah al-Husainy. Ru>h al-Ma‘a>ni>, juz 15. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1415H.

Andalu>sy (al), Abu> Hayya>n. al-Bahr al-Muhi>t}, juz 10. Beirut:Da>r al-Fikr, 1420. ---. al-Bahr al-Muhi>t}, juz 8. Beirut: Da>r al-Fikr, 1420. Antonio, Syafi’i. Muhammad SAW the Super Leader Super Manager. Jakarta:

Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 2007.

Arifin, Bey. Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1952. As}baha>ny (al), Isma>‘i>l bin Muhammad bin al-Fad}l al-Taimy. Dala>’il

al-Nubuwwah, juz 1. Riya>d}: Da>r T{ayyibah, 1409.

As}fiha>ny (al), al-Ra>g}ib. al-Mufrada>t fi> G{ari>b al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Qalam, 1412.Arid} (al), ‘Aly Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj. Ahmad Arkom. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.

al-T{u>sy, al-Tibya>n al-Ja>mi‘ li ‘ulu>m al-Qur’a>n, juz 14. Beirut: Da>r Ihya>’ al-Tura>th al-‘Araby, t.th.

‘Asqala>ny (al), Ibn Hajar. al-Si>rah al-Nabawiyah fi> Fath al-Ba>ry, juz 1. Madi>nah: Jami>‘ H{uqu>q li al-Tiba>‘ah Mahfu>z}ah, t.th.

‘Az}i>m (al), ‘Abd. Dira>sa>t jadi>dah fi> I‘ja>z al-Qur’a>n. t.tt: Maktabah Wahbah, 1996.

Bag}da>dy (al), Muhammad bin Sa‘d bin Mani>‘ al-Zuhry. Kita>b T{abaqa>t al-Kubra>, juz 3. Cairo: al-Maktabah al-Kha>rijy, 2001.

Baid}a>wy (al), Na>s}ir Di>n Abu> Sa‘i>d ‘Abd Allah bin ‘Amr bin Muhammad al-Shaira>zy. Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l, juz 5. Beirut; Da>r Ihya>’al-Tura>th al-‘Araby, 1418H.


(2)

119

---. Tafsi>r al-Baid}a>wy, Juz 5. Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.

Baidan, Nashruddin Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998.

Baiha>qy (al), Abu> Bakar Ahmad bin al-Husain ‘Aly. al-Sunan al-Kubra>, juz 1. Hind: Majlis Da>’irah al-Ma‘a>rif al-Niz}a>miyah, 1344.

Biqa>‘iy (al), Burha>n al-Di>n Abi> al-Hasan Ibra>hi>m bin ‘Umar. Naz}m al-Durar fi> Tana>subi al-A{ya}t wa al-Suwar, juz 22. Cairo: Da>r al-Kutub al-Isla>miy, t.th.

Da>ny (al), Abu> ‘Amru ‘Uthma>n bin Sa‘i>d. al-Taisi>r fi> al-Qira>’a>t al-Sab‘. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Araby, 1984.

Dimashqy (al), ‘Ima>d Di>n Abi> Fida>’ Isma>‘i>l ibn ‘Amr bin Kathi>r al-Qurashy. al-Bida>yah wa al-Niha>yah, juz 4. Turkey: Hajr li al-T{iba>‘ah wa al-Nashr wa al-Tauzi>‘ a al-I‘la>n, t.th.

---. Bida>yah wa Niha>yah, juz 8. Cairo: Hajr li T{iba>’ah wa al-Nashr wa al-Tauzi>’ wa al-I’la>n, t.th.

---. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 8. Beirut: Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 1999.

Du‘a>s (al), Ahmad ‘Abi>d. I‘ra>b Qur’a>n Kari>m, juz 3. Damaskus: Da>r al-Munir wa Da>r al-Fa>raby, 1425.

Farmawy (al), Abd al-Hayy. al-Bida>yah fi> Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>, terj. Rosihan Anwar. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

---. Metode Tafsir Mawd}u>‘iy, terj. Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.

G{aza<li (al), Muhammad. Kaifa Nata‘a>mal Ma‘a al-Qur’a>n. Mesir: Da>r al-Wafa>, 1992.

---. Fiqhu al-Si>rah, terj. Imam Muttaqien. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.

HAMKA. Tafsir al-Azhar, juz 6. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007. ---. Tafsir al-Azhar, juz 19. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

Hisha>m, Ibn. Si>ratu al-Nabiy li Abi> Muhammad ‘Abd al-Malik bin Hisha>m, juz 2. Mesir: Da>r al-S{aha>bah li al-Tura>th, 1995.


(3)

120

Ismail (al),Tahia. The Life of Muhammad: his life based on the earliest source, terj. A. Nasir Budiman. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2009.

Jauzy (al), Ibn. al-Wafa> bi Ahwa>l al-Mus}t}afa>, terj. Mahfud Hidayat dan Abdul Mu’iz. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006.

---. Za>d al-Masi>r fi>’Ulu>m al-Tafsi>r, juz 9. t.tt: al-Maktab al-Isla>my, 1984.

Jaza>’iry (al), Abu> Bakar. Aisar al-Tafa>sir, juz 5. Madi>nah: Maktabah al-‘Ulu>m wa al-Hikam, 2003.

---. al-Nashr fi> al-Qira>’a>tal-‘As}r, juz 2. Beirut: Da>r al-Ma’mu>n li al-Tura>th, 1993.

Jazary (al), ‘Izz Di>n ibn Athi>r Abi> H{asan ‘Aly bin Muhammad. Usud al-G{a>bah fi> Ma‘rifat al-S{aha>bah, juz 3. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.

Kathi>r, Ibnu. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 8. Damshiq: Da>r T{ayyibah li al-Nashr wa al-Tauzi>’, 1999.

---. al-Si>rah al-Nabawiyya, juz 4. Beirut: Da>ral-Ma‘rifah li al-T{iba>‘ah wa al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 1971.

Kha>lawiyah, Ibn. I‘ra>bu Thala>thi>na Su>ratin min al-Qur’a>n al-Kari>m. Beirut: Da>r wa Maktabah al-Hila>l, 1985.

Kha>zin (al). Luba>b Ta’wi>l fi> Ma‘a>ny Tanzi>l, juz 4. Beirut: Da>r Kutub al-‘Ilmiyyah, 1415H.

Manz}u>r, Jama>l al-Di>n Ibn Lisa>n al-‘Arab, Juz X. Beirut: Dar al-Fikr, 1992.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993.

Muhaisin, M.Salim. Biografi al-Qur’an al-Karim, terj. Dzul Hilmi. Surabaya: CV. Dwi Marga, 1987.

Munawir, Ahmad Warson al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Surabaya: Pustaka Progesif, 1987.


(4)

121

Munir, M. Misbahul, “Tafsir Surah Ya>Si>n: Menggali Pesan-Pesan yang Terkandung dalam Surah Ya>Si>n dengan Pendekatan Tematik Surah”. Tesis—Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012.

Muslim, Must}afa>. al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy li Suwar al-Qur’a>n, juz 9. Sharjah: Ja>mi‘ah al-Sha>riqah, 2010.

---. Maba>hith fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>. Beirut: Da>ral-Qalam,1989. Naisa>bu>ry (al), Abi> al-Hasan ‘Aly bn Ahmad al-Wa>hidy Asba>b Nuzu>l.

al-Dima>m: Da>r al-S{ala>h, t.th.

Naisa>bu>ry (al), Abu> Isha>q Ahmad bin Ibra>him al-Tha‘laby. Kashfu wa al-Baya>n ‘an Tafsi>r al-Qur’a>n, juz 10. Beirut: Da>r Ihya>’ al-Tura>th al-‘Araby, 1422H.

Nasa>’iy (al), Ahmad bin Shu‘aib Abu>’Abd al-Rahma>n. al-Mujtaba> min al-Sunan, juz 7. Halb: Maktab al-Mat}bu>‘a>t al-Isla>miyah, 1986.

Nuh}a>s (al), Abu> Ja‘far. I‘ra>b al-Qur’a>n, juz 5. Beirut: Da>ral-Kutub al-‘Ilmiyah: 1421.

Qat}t}a>n (al), Manna>‘ Khali>l. Maba>hith fi> ‘Ulu>m Qur’a>n. Beirut: Manshu>rat al-‘As}r al-Hadi>th, t.th.

---. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. terj. Mudzakkir AS. Bogor: Halim Jaya, 2009.

Qurt}u>bi> (al) al-Ja>mi‘ li Ahka>m al-Qur’a>n, juz XIX. Cairo:Da>r Kutub al-Mis}iyyah, 1964.

Ra>zy (al), Fakhr al-Di>n. Mafa>tih G{aib, juz 32. Beirut: Da>r Ihya>’ Tura>th al-‘Araby, 1401H.

Shalaby, Ahmad. Mausu>‘at al-Ta>ri>kh al-Isla>my wa al-H{ad{a>rah al-Isla>miyah, juz 1. Kairo: Maktabah al-Nahd}ah al-Mis}riyyah, 1978.

Salim, Abd. Muin. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2010.

Shaiba>ny (al), Ahmad bin Hanbal Abu> ’Abd Allah. Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 4. Kairo: Mu’assasah Qurtubah, t.th.

Shalaby, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Mukhtar Yahya dan Sanusi Latief. Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003.

Shalihah, Khadijatus. Perkembangan Seni Baca al-Qur’an dan Qira’at Tujuh di Indonesia. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983.


(5)

122

Shauka>ny (al), Muhammad bin ‘Aly bin Muhammad. Fathu al-Qadi>r, juz 5. Beirut: Da>r al-Kalim al-T{ayyib, 1414H.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, vol. 15. Jakarta: Lentera Hati, 2002. ---. Tafsir al-Mishbah, volume 9. Jakarta: Lentera Hati, 2012. ---. Wawasan Al-Quran Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan

Umat. Bandung: Mizan, 1996.

---. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan, 1994. Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa,

2013.

Suyu>t}i (al), Jala>l al-Di>n. Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l. Beirut: Da>r al-Ihya>’ al-‘Ulu>m, 2002.

---. al-Itqa>n fi>‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 2. Kairo: Da>r al-Tura>th, 1985.

---. al-Durr al-Manthu>r fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, juz 15. Cairo: Markaz Hajr li Buhu>th wa Dira>sa>t ‘Arabiyah wa al-Isla>miyyah, 2003.

---. al-Durr al-Manthu>r fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, juz 8. Beirut: Da>r al-Fikr, t.th.

---. Tana>suq al-Durar fi> Tana>subi al-A<ya>t wa al-Suwar. Beirut: Da>r al-Ktub al-‘Ilmiyah, 1987.

T{abary (al), Ibn Jari>r. Ja>mi‘ al-Baya>n ‘An Ta’wi>li A<yi al-Qur’a>n, juz 24. Kairo: Da>r Hijr, 2001.

---. Ta>rikh al-Umam wa al-Muluk Ta>ri>kh al-T{abary. Riya>dh: Bait al-Afka>r al-Dauliyyah, t.th.

T{ant}a>wy, Muhammad Sayyid. al-Tafsi>r al-Wasi>t} li al-Qur’a>n al-Kari>m, juz 15. Cairo:Da>r al-Nahd}ah li al-T{iba>‘ah waal-Nashr wa al-Tauzi>‘: 1998.

T{iya>r (al), Musa>‘id. Maqa>la>t fi> ‘Ulu>m Qur’a>n wa Us}u>l Tafsi>r. Riya>d}: Da>r al-Muhdith, t.th.

T{u>nisy (al), Muhammad al-T{a>hir bin Muhammad bin Muhammad al-T{a>hir bin. ‘A<shu>r Tah}ri>r wa Tanwi>r, juz 10. Tunis: Da>r T{u>ni>siyah li al-Nashr, 1984H.


(6)

123

Taimiyah, Ahmad bin ‘Abd al-Hali>m bin ‘Abd al-Sala>m Ibn Tafsi>r Su>rati al-Masad. Riyad}: Markaz Tafsi>r li al-Dira>sa>t al-Qur’a>niyah, t.th.

Tha‘laby (al), Ahmad bin Muhammad bin Ibra>hi>m. al-Kashfu wa al-Baya>n ‘an Tafsi>r al-Qur’a>n, juz 10. Beirut: Da>r Ihya>’ al-Tura>th al-‘Araby, 2002. Thomthomi, Badar. “Penegakan Hukum dalam Konteks Keindonesiaan: Studi

Analisis Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap Penegakan Hukum Korupsi di Indonesia”, Tesis IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006.

Tim Ahli Tafsir dibawah pengawasan Shekh S{afiyu al-Rahma>n al-Muba>rakfu>ry, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9, terj. Tim Pustaka Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2013.

‘Uthaimi>n (al), S{a>lih. Tafsi>r Qur’a>n ‘Az}i>m. Riyad}: Da>r Thuraya> li al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 2002.

Zamakhshary (al), Kashsha>f ‘An H{aqa>’iqi G{awa>mid}i Tanzi>l wa’Uyu>ni al-Aqa>wil fi> Wuju>hi al-Ta’wi>l, juz 6. Beirut: Da>r al-Kutun al-‘Ilmiyah, 1998. Zarkashiy (al), Badr al-Di>n Muhammad, al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz I.

Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1988.