T1 312008059 BAB III
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. HASIL PENELITIAN
1. PERLINDUNGAN
NORMATIF
HAK
TERSANGKA
/
TERDAKWA MENURUT HUKUM NASIONAL
Jaminan dan perlindungan terhadap HAM dalam peraturan
hukum acara dalam rangkaian proses dari hukum acara pidana ini
menjurus
kepada
penangkapan
,
pembatasanpenahanan,
pembatasan
penyitaan,
HAM
seperti
penggeledahan
dan
penghukuman , yang pada hakekatnya adalah pembatasan –
pembatasan HAM.
1
Meskipun rumusan pasal – pasal KUHAP
secara jelas merupakan rumusan HAM untuk tersangka atau
terdakwa ,
Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat
sebenarnya sudah diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal
117 ayat 1, “keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik
diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk
apapun.” Artinya dengan adanya Pasal tersebut, pemeriksaan oleh
penyidik
untuk
kepentingan
penyidikan
harus
sesuai
dan
menghormati HAM. Di samping asas persamaan kedudukan di
1
Erni Widhayati, Hak – hak Tersangka / Terdakwa di dalam KUHAP, hlm 34
hadapan hukum (equality before the law) menjadi element pokok
dari konsepsi HAM , juga dikenal element lainnya , yaitu asas
peradilan yang adil (fair trial) dan yang menjadi inti dari fair trial ini
secara sederhana dapat dijelaskan bahwa peradilan yang adil adalah
seluruh tahapan proses pengadilan dalam rangka penegakan HAM ,
termasuk hak asasi tersangka atau terdakwa berdasarkan etika
(moral), akal sehat (rasional) dan hati nurani yang bersih yang
berpegang teguh kepada integritas.
2
Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa peradilan yang adil (fair trial) yang tetap
mengedepankan persamaan kedudukan di hadapan hukum (equality
before the law) menjadi prasyarat mutlak dalam rangka melindungi
hak asasi tersangka atau terdakwa .
a. KUHAP
Di dalam hukum pidana kita mengenal istilah tersangka atau terdakwa
, istilah tersebut terdapat di dalam hukum acara pidana yang termuat
di dalam kitab hukum acara pidana atau disebut KUHAP, KUHAP ini
yang menjadi buku pedoman bagi aparat penegak hukum dalam
beracara dari tingkat Penangkapan, penahanan, sampai Proses
Persidangan.
Disini
juga
diatur
tahap-tahap
penyidikan
dan
penyelidikan, siapa saja yang berhak untuk melakukan penyidikan dan
2
Pengertian “ integritas” dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan, kejujuran”
peyelidikan dan berapa lama tersangka dan terdakwa dapat ditahan
sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht).
Hak atas kemerdekaan diri seperti bebas dari penangkapan atau
penahanan sewenang wenang dan otoritas mana yang berwenang
untuk menahan dan menangkap atau mencabut kemerdekaan diri
setiap orang. Mengenai penangkapan dan penahanan yang sewenang wenang, tersangka dan terdakwa memiliki hak untuk mengajukan
permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penangkapan dan
penahanan yang telah dilakukan , seperti dalam Pasal 79 KUHAP.
Selain tersangka dan terdakwa juga berhak atas penasehat hukum
selama persidangan dan memperoleh pengacara secara gratis dan juga
memperoleh akses untuk bertemu dan dikunjungi keluarga.
Untuk mengingat arti dari pada tersangka atau terdakwa , perlu
diperhatikan kembali pengertian yang dirumuskan pada pasal 1 butir
14 dan 15 KUHAP yang menjelaskan :
Tersangka adalah
seseorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya , berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana
Terdakwa adalah seorang tersagka yang dituntut , diperiksa dan diadili
di sidang pengadilan
Dari penjelasan diatas , baik tersangka maupun terdakwa adalah
orang yang diduga melakukan tindak pidana sesuai dengan bukti dan
keadaan yang nyata atau fakta , oleh karena itu orang tersebut : 3
Harus diselidiki , disidik dan iperiksa oleh penyidik
Harus dituntut dan diperiksa di muka sidang pengadilan oleh penuntut
umum dan hakim
Jika perlu terhadap tersangka atau terdakwa dapat dilakukan tindakan
upaya paksa berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan benda sesuai dengan cara yang ditentukan undang- undang
Akan tetapi seorang tersangka atau terdakwa sering dianggap apriori
sebagai orang jahat dan dapat diperlakukan sebagai objek pemerasan,
penganiayaan dan pembalasan dendam yang dalam kedudukannya
sebagai tersangka atau terdakwa yang ditanggali hak asasi dan harkat
martabat kemanusiaannya yang melihat tersangka atau terdakwa tidak
lebih daripada objek pemeriksaan yang dapat diperlakukan sesuka hati
oleh aparat penegak hukum.
Hukum nasional kita (baca : KUHAP) telah meletakkan
landasan prinsip legalitas dan pendekatan pemeriksaan dalam semua
tingkat dengan sistem akuisator . menempatkan tersangka dan
terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan sebagai manusia yang
mempunyai hak asasi dan harkat martabat , sebagai perisai untuk
3
M . Yahya Harahap , S. H , Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan edisi kedua . hlm 330
membela dan mempertahankan hak asasi dan harkat martabat
kemanusiaan tersangka atau terdakwa , di dalam KUHAP diatur pada
bab VI yaitu :
1. Hak tersangka atau terdakwa segera mendapat pemeriksaan
Prinsip peradilan sederhana , cepat dan biaya ringan dipertegas dalam
pasal 50 KUHAP , yang memberi hak yang sah menurut hukum dan
undang- undang kepada tersangka atau terdakwa :
Berhak segera diperiksa oleh penyidik
Berhak segera diajukan ke sidang pengadilan
Berhak segera diadili dan mendapat putusan pengadilan
2. Hak untuk melakukan pembelaan
Untuk kepentingan mempersiapkan hak pembelaan tersangka atau
terdakwa termuat dalam pasal 51 – 57 KUHAP, yaitu :
Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya
Hak pemberitahuan dilakukan pada waktu pemeriksaan mulai
dilakukan kepada tersangka atau terdakwa
Terdakwa juga berhak untuk diberitahukan dengan jelas dan bahasa
yang dapat dimengerti tentang apa yang didakwakan kepadanya
Berhak memberi keterangan dengan bebas dalam segala tingkat
pemeriksaan, mulai dari tingkat pemeriksaan, penyidikan dan
pemeriksaan sidang pengadilan.
Berhak mendapat juru bicara
Berhak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan dan
dalam setiap waktu yang diperlukan
Berhak secara bebas memilih penasehat hukum
Ketentuan pasal 55 ini menimbulkan cacat dalam praktek penegakan
hukum, karena kebebasan dan hak memilih penasehat hukum pasti
menimbulkan praktek diskriminatif
Dalam tindak pidana tertentu , hak mendapattkan bantuan hukum
berubah sifatnya menjadi “wajib”
Sifat wajib mendapatkan bantuan hukum bagi tersangka atau terdakwa
dalam semua tingkat pemeriksaan diatur dalam pasal 56 :
Jika sangkaan atau dakwaan yang disangkakan atau didakwakan
diancam dengan tindak pidana hukuman mati , hukuman 15 tahun atau
lebih.
Kewajiban bagi pejabat yang bersangkutan menunjuk penasehat
hukum bagi tersangka atau terdakwa , di gantungkan pada dua
keadaan yaitu tersangka atau terdakwa “tidak mampu” menyediakan
sendiri penasehat hukum dan ancaman hukuman pidana yang
bersangkutan atau didakwakan 15 tahun atau lebih.
Penasehat hukum yang ditunjuk pejabat memberi bantuan hukum
adalah cuma – cuma.
3. Hak tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan
Undang – undang memberi hak yang melindungi tersangka atau
terdakwa yang berada dalam penahanan , yaitu : 4
a. Berhak menghubungi penasehat hukum
b. Berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadi untuk
kepentingan kesehatan
c. Tersangka atau terdakwa berhak untuk diberitahukan penahanannya
kepada :
Keluarganya
Kepada orang yang serumah dengannya
Orang lain yang dibutuhkan bantuannya
Terhadap orang yang hendak memberi bantuan hukum atau jaminan
bagi pengguhan penahanannya
d. Selama tersangka berada dalam penahanan berhak :
Menghubungi pihak keluarga
Mendapat kunjungan dari pihak keluarga
e. Berhak secara langsung atau perantara penasehat hukum melakukan
hubungan :
Menghubungi dan menerima sanak keluarganya
Baik hal itu untu kepentingan perkaranya
atau untuk kepentingan kelurga maupun kepentingan pekerjaan
4
Ibid hlm 336 - 337
f. berhak atas surat menyurat
hak ini diatur dalam pasal 62 , yang memberi hak sepenuhnya kepada
tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan mengirim dan
menerima surat dari penasehat hukumnya serta dari sanak keluarganya
g. berhak atas kebebasan rahasia surat :
tidak boleh diperiksa oleh penyidik , penuntut umum, hakim,atau
pejabat rumah tahanan negara
kecuali cukup alasan untuk menduga bahwa surat menyurat tersebut
disalahgunakan.
h. Tersangka atau terdakwa
berhak menghubungi dan menerima
kunjungan rohaniawan.
4. Hak terdakwa di muka persidangan pengadilan
Selain hak yang diberikan dalam tingkat proses penyidikan dan
penuntutan, KUHAP juga memberikan hak kepada terdakwa selama
proses pemeriksaan persidangan pengadilan.
a. Berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum
b. Berhak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang
menguntungkan bagi terdakwa atau a de charge ditafsirkansecara
“konsisiten” dari ketentuan pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) , serta pasal
160 ayat (1) huruf e KUHAP
c. Terdakwa tidak boleh dibebani kewajiban pembuktian dalam
pemeriksaan yang dibebani kewajiban untuk membuktikan kesalahan
terdakwa adalah penuntut umum
5. Hak terdakwa memanfaatkan upaya hukum
Undang -undang memberi kemungkinan bagi terdakwa yang dijatuhi
hukuman untuk menolak atau tidak menerima putusan yang
dijatuhkan pengadilan. Ketidakpuasaan atas putusan , memberi
kesempatan bagi terdakwa : 5
Berhak memanfaatkan upaya hukum biasa , berupa permintaan
pemeriksaan
tingkat
banding
kepada
pengadilan
tinggi
atau
permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung
Berhak memanfaatkan upaya hukum luar biasa , berupa permintaan
pemeriksaan “peninjauan kembali” putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. Berhak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi
KUHAP memberi hak kepada tersangka untuk menuntut ganti rugi
dan rehabilitasi, apabila : 6
Penangkapan, penahanan, penggeledahan , atau penyitaan dilakukan
tanpa alasan hukum yang sah
5
6
Ibid hlm 338
Ibid hlm 338
Putusan pengadilan menyatakan terdakwa bebas karena tindak pidana
yang didakwakan kepadanya bukan merupakan tindak pidana
kejahatan atau pelanggaran
Selain mengatur semua mengenai tersangka atau terdakwa dan aparat
penegak hukum yang paling penting adalah apa yang menjadi hak
tersangka atau terdakwa , seperti apa hak tersebut telah diuraikan
diatas , dan hak tesebut harus disesuaikah dengan intrumen hak asasi
manusia.
b. Di luar KUHAP
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Di dalam UU HAM juga melindungi hak tersangka atau terdakwa
yang dimuat di dalam pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Setiap orang
yang
ditangkap,
ditahan,
dan
dituntut
karena
disangka
melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam
suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jamina hukum yang
diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (praduga tak bersalah)
UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Dalam UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman memuat
beberapa pasal yang secara tidak langsung turut melindungi hak
tersangka atau terdakwa yang terdapat di dalam pasal :
a. Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan Pengadilan mengadili menurut
hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. (equality before the
law)
b. Pasal 6 Ayat (2) : Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana,
kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa
seseorang
yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan
yang didakwakan atas dirinya. (praduga tak bersalah)
c. Pasal 9 ayat (1) : Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut,
atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau
karena
kekeliruan
mengenai
orangnya
atau
hukum
yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.
2. PERLINDUNGAN
NORMATIF
HAK
TERSANGKA
/
TERDAKWA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
a. KOMPENDIUM PBB
Bila dilihat dari isi Kompendium yang yang terdiri dari 4 bagian
pokok, maka penulis hanya akan mengambil bagian yang langsung
mengacu pada standar perlindungan bagi tersangka atau terdakwa
yaitu pada Bagian I yang mengatur mengenai Orang dalam tahanan,
non-penahanan sanksi, peradilan anak dan keadilan restoratif , yaitu :
Standar
Minimum
Peraturan
bagi
Perlakuan
terhadap
Narapidana
Sebagai prinsip dasar dari bagian standar minimum peraturan terhadap
narapidana , Kompendium menghendaki agar perlakuan terhadap
narapidana tidak boleh diskriminatif dan bagi setiap orang yang
ditahan atau dipenjara akan didata dan para tahanan masing-masing
akan menerima:
Informasi mengenai identitasnya;
Alasan komitmennya dan untuk itu kewenangan;
Hari dan jam masuk dan rilis.
Di dalam tahanan harus danya pemisahan kategori yang akan
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, catatan kriminal, alasan
penahanan dan
kebutuhan
pengobatan,
selain
itu
di
dalam
Kompendium yang mengatur standar minimum perlakuan terhadap
narpidana , para narapidana akan mendapatkan fasilitas yang memadai
seperti :
Ruang sel tahanan kamar yang individu dan memenuhi semua
persyaratan kesehatan
Tersediannya kamar mandi yang memadai untuk kebersihan umum
Untuk menunjang kebersihan pribadi harus disediakannya fasilias
untuk perawatan seperti rambut dan jenggot untuk bercukur secara
teratur , disediakan pakaian yang cocok untuk iklim dan sesuai dengan
standar lokal atau nasional, diberikan tempat tidur terpisah dan harus
sering diganti untuk memastikannya kebersihannya. Untuk memenuhi
standar perlindungan narapidana Pemerintah harus menyediakan
setiap tahanan makanan dari nilai gizi yang memadai untuk kesehatan
dan kekuatan, serta Air minum harus tersedia untuk setiap tahanan
setiap kali dia membutuhkannya dan bagi tahanan yang tidak
digunakan dalam pekerjaan luar harus memiliki setidaknya satu jam
latihan yang cocok di udara terbuka setiap hari jika cuaca
memungkinkan , di dalam tahanan juga harus tersedia pelayanan
medis yaitu layanan yang memenuhi syarat medis dan petugas yang
harus memiliki beberapa pengetahuan psikiatri .
Tubuh Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang Setiap bawah
Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan
Prinsip-prinsip ini berlaku untuk perlindungan semua orang dalam
segala bentuk penahanan atau pemenjaraan yang terdiri dari Prinsip 1
– Prinsip 38 yang akan diuraikan sebagai berikut :
Setiap
tahanan
harus
diperlakukan
secara
manusiawi
dan
menghormati martabat manusia berdasarkan ketentuan hukum dan
hanya pejabat yang berwenang yang dapat melakukan penangkapan
atau pemenjaraan yang tunduk pada kendali otorias pengadilan tanpa
adanya diskriminasi , atas dasar perbedaan ras , bahasa , warna , jenis
kelamin , agama , pendapat politik , nasional etnis ataupun status
sosial yang mana prinsip ini harus diterapkan kepada semua orang
yang berada di dalam wilayah setiap negara dan tidak akan dianggap
sutau diskriminasi bila memberikan status khusus kepada perempuan
hamil , ibu menyusui , anak – anak dan remaja perempuan untuk
melindungi hak – haknya , di dalam tahanan tidak dibenarkannya
suatu tindakan penyiksaan , perlakuan kejam dan tidak manusiawi dan
untuk melindungi hak tersangka atau terdakwa negara harus
memberikan sangsi dan tidak memihak terhadap setiap tindakan yang
bertentangan dengan pelanggaran hak , dan apabila terjadi atau diduga
akan terjadinya pelanggaran terhadap prinsip ini para pejabat harus
melaporkannya kepada yang berwenang, dalam prosedur penangkapan
siapapun orang yang ditangkap harus segera diberitahukan tentang
biaya terhadap dirinya pada saat pengkapan dan alasan pengkapan
terhadap dirinya , selain itu orang yang berada di dalam tahanan
diberikan hak :
1. Melalukan pembelaan terhadap dirinya atau dibantu oleh penasehat
hukum seperti yang ditentukan oleh hukum dan dalam hal tersebut
harus adanya catatan mengenai :
a. Alasan penangkapan
b. Tempat dimana orang tersebut ditangkap
c. Identitas petugas penegak hukum yang melakukan pengkapan
d. Informasi yang tepat mengenai tempat penahanan
kemudian catatan tersebut harus disampaikan kepada orang yang
ditahan atau penasehat hukumnya begitu juga saat dimulainya
pemenjaraan atau penahanan atas penagkapan seseorang wajib
diberikan penjelasan dan informasi atas hak – hak terhadap
dirinya yang dapat dimanfaatkannya .
2. Mendapatkan penerjemah bahasa dengan segera apabila orang
yang ditangkap tidak dapat memahami atau berbicara bahasa
yang digunakan.
3. Memberitahu atau meminta pihak yang berwenang untuk
memberitahukan anggota keluarganya atau orang lain jika orang
yang ditahan atau dipenjarakan dipindahkan kepenjara lain
dimana ia berada dalam tahanan dan apabila tahanan adalah orang
asing ia wajib diberitahukan tentang haknya untuk berkomunikasi
dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik
dari negara asalnya sesuai dengan hukum internasional dengan
wakil internasional yang kompeten dan jika orang yang ditahan
dan apabila terjadi penundaan pemberitahuan dalam prinsip ini
harus dalam jangka waktu yang wajar sesuai kebutuhan
penyelidikan selain itu orang yang ditahan berhak mendapatkan
bantuan dari penasehat hukum dan diberitahukan tentang hak –
haknya
serta
diberikan
fasilitas
yang
memadai
setelah
pengkapannya.
4. Memiliki penasehat hukum yang diberikan oleh hukum jika ia
tidak memiliki penasehat hukum pilihannya sendiri atau
dikarenakan tidak mampu membayar.
5. Untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan kuasa hukumnya
dengan waktu dan fasilitas yang memadai di dalam tahanan dalam
kerahasiaan penuh atau tanpa sensor dengan kuasa hukumnya saat
melakukan wawancara dan komunikasi antara orang yang ditahan
dengan penasehat hukumnya dapat dijadikan bukti.
6. Untuk dikunjungi oleh anggota keluarga dan harus diberikan
cukup kesempatan untuk berkomunikasi dengan dunia luar,
dengan wajar sesuai peraturan yang sah dan jika dimungkinkan
orang yang ditahan dapat meminta tempat penahanan yang cukup
dekat dengan tempat biasanya ia tinggal
7.
Untuk tidak dipaksa mengaku atau mengambil keuntungan dari
situasi yang memberatkan diri orang yang ditahan untuk bersaksi
melawan orang lain dan juga tidak diperkenankan untuk
digunakan sebagai eksperimen medis atau ilmiah yang dapat
merugikan kesehatannya tanpa atau dengan persetujuannya ,
dalam setiap melakukan intrograsi terhadap orang yang ditahan
durasi dari setiap intrograsi harus dicatat beserta identitas petugas
yang melakukan introgasi maupun orang yang hadir seperti yang
ditentukan oleh hukum dengan memberikan akses ke informasi
terhadap orang yang ditahan , apabila orang yang ditahan sakit
perlu dilakukan pemeriksaan medis yang layak serta perawatan
dan pengobatan medis kepada tahanan harus disediakan secara
gratis dalam menjalani pemeriksaan medis, nama dokter dan hasil
pemeriksaan tersebut harus diberi catantan.
8. Untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia, dari sumbersumber publik dan jumlah yang wajar dari pendidikan,
kebudayaan dan informasi , sesuai dengan kondisi yang wajar
untuk menjamin keamanan dan ketertiban di tempat penahanan
atau penjara.
9. Untuk berkomunikasi secara bebas dan dalam kerahasiaan penuh
dengan orang yang mengunjungi tempat-tempat penahanan atau
penjara. Dan untuk mengawasi ketaatan yang ketat dari hukum
dan peraturan, tempat penahanan harus dikunjungi secara teratur
oleh orang-orang berkualitas dan berpengalaman ditunjuk dan
bertanggung jawab kepada otoritas, di dalam tahanan juga
diterapkannya berbagai jenis tindakan disipliner terhadap prilaku
orang yang ditahan yang melakukan pelanggaran disiplin yang
mana hukuman tersebut ditentukan oleh peraturan sah yang telah
dibuat..
10. Untuk mengambil proses menurut hukum domestik sebelum
adanya keabsahan penahanan untuk memperoleh pembebasan
namun apabila terjadi kasus penyiksaan yang kejam dan tidak
manusiawi orang yang ditahan berhak membuat permintaan atau
keluhan atas pengobatannya kepada pihak yang bertanggung
jawab dan apabila selama dalam penahanan terjadi hilangnya
orang yang ditahan atau kematian wajib dilakukan penyelidikan
oleh peradilan atas penyebab hal tersebut yang mana timbulnya
suatu kelalaian atau kerusakan karena suatu tindakan harus
diberikan kompensasi atau ganti rugi sesuai dengan peraturan
yang berlaku oleh hukum domestic dan untuk menuntut
kompensasi atau ganti rugi harus diberikan prosedur dan
informasi yang disediakan oleh hukum dalam negeri.
Seperti yang kita ketahui mengenai asas equality before
the law , orang yang ditahan diduga atau dituduh melakukan
tindak pidana harus dianggap tidak bersalah dan harus
diperlakukan seperti itu sampai dibuktikan kesalahannya menurut
hukum dalam suatu pengadilan terbuka, di mana dia memperoleh
semua jaminan yang diperlukan untuknya dengan prosedur
penangkapan dan penahanan , tahanan harus segera dibawa ke
peradilan yang disediakan oleh hukum setelah penangkapannya
tanpa penundaan atas keabsahan perlu tidaknya penahanan, orang
yang ditahan berdasarkan tuduhan pidana berhak untuk diadili
dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan.
Prosedur untuk pelaksaan yang efektif dari Standar Minimum
Aturan untuk Perlakuan terhadap narapidana
Untuk memenuhi standar minimum perlakuan terhadap narapidana
ada beberapa prosedur yang harus diterapkan , antara lain :
Bagi semua negara yang belum memenuhi standar minimum aturan
untuk perlakuan terhadap narapidana harus mengadopsi peraturan
ini untuk adaptasi terhadap hukum dan budaya tanpa penyimpangan
tujuan dalam aplikasi dan eksekusi sistem peradilan pidana harus
tersedia untuk semua orang yang bersangkutan terutama untuk
penegak hukum dan personil pemasyarakatan.
Tentang pendaftaran masuk dan selama mereka dalam tahanan
harus tersedia sebagaimana yang terdapat di dalam peraturan
nasional maupun peraturan lain yang mana Negara harus
memberikan informasi sejauh mana pelaksanaan dan kemajuan yang
dibuat dengan memperhatikan penerapan Peraturan Minimum
Standar beserta faktor dan kesulitannya jika ada dan apa yang
mempengaruhi pelaksanaannya kepada Sekretaris Jenderal PBB
setiap lima tahun, dengan menanggapi Kuesioner Sekretaris
Jenderal dan untuk mempermudah penerapan prosedur, Negara
harus memberikan Sekretaris Jenderal :
(a) Salinan atau abstrak dari semua peraturan hukum dan tindakan
administratif tentang penerapan Aturan Standar Minimum untuk
orang di bawah penahanan dan ke tempat-tempat dan program
penahanan
(b) Setiap data statistik yang tersedia dan bahan deskriptif pada
program pengobatan, tenaga dan jumlah orang dalam segala bentuk
penahanan
(c) Setiap informasi lain yang relevan mengenai pelaksanaan dari
Peraturan, serta informasi tentang kemungkinan kesulitan dalam
aplikasi mereka.
Sekretaris Jenderal juga harus menyebarkan Peraturan Standar
Minimum dengan menerapkan prosedur ini agar tersedia bagi semua
Negara dan antar pemerintah dan non-pemerintah organisasi yang
bersangkutan, untuk memastikan sirkulasi terluas yang telah
menerapkan
prosedur
beserta
laporan
tentang
pelaksanaan
Peraturan, termasuk ringkasan analisis survei periodik, laporan
Komite
Pencegahan
Kejahatan
dan
Pengendalian,
laporan
dipersiapkan untuk Amerika dan harus ada referensi seluas mungkin
dari penggunaan teks peraturan di semua program yang relevan ,
termasuk kegiatan kerja sama teknis dan hal ini harus dipastikan
oleh sekretaris jendral. Sebagai bagian dari kerjasama teknis dan
program pembangunan PBB harus:
(a) Memberi bantuan kepada Pemerintah atas permintaan mereka,
dalam mendirikan dan memperkuat komprehensif dan sistem
pemasyarakatan yang manusiawi;
(b) Meminta layanan dari para ahli dan penasihat regional dan
interregional pada pencegahan kejahatan dan peradilan pidana;
(c) Menggalakkan seminar nasional dan regional dan pertemuan lain
pada tingkat profesional dan non-profesional untuk memajukan
penyebaran Standar Minimum Aturan dan prosedur pelaksanaan ini;
(d) Memperkuat dukungan substantif untuk riset regional dan
pelatihan lembaga dalam pencegahan kejahatan dan peradilan
pidana yang berkaitan dengan PBB.
Selain itu Komite Pencegahan Kejahatan dan Pengendalian wajib
membantu Jenderal Majelis, Dewan Ekonomi dan Sosial dan setiap
Serikat Bangsa lainnya ,badan hak asasi manusia, sebagaimana
mestinya, dengan rekomendasi yang berkaitan dengan laporan
komisi penyelidikan ad hoc, sehubungan dengan masalah yang
berkaitan dengan penerapan dan pelaksanaan dari Peraturan Standar
Minimum dan tidak ada dalam prosedur pelaksanaan ini dapat
dianggap sebagai menghalangi resor di bawah hukum internasional
atau ditetapkan oleh badan-badan PBB lainnya .
Prinsip Dasar untuk Perlakuan terhadap Narapidana
Dalam memeperlakukan narapidana , harus berpedoman dalam prinsip
dasar yang berupa :
Semua tahanan harus diperlakukan dengan hormat karena martabat
mereka dan nilai sebagai manusia.
Tidak akan ada diskriminasi atas dasar ras, bahasa, warna, jenis
kelamin, agama, pendapat politik atau lainnya, asal nasional atau
sosial, kepemilikan, kelahiran atau status lainnya.
Untuk menghormati keyakinan agama dan ajaran budaya dari
kelompok mana tahanan dalam kondisi lokal.
Tanggung jawab penjara atas penahanan tahanan dan untuk
perlindungan masyarakat terhadap kejahatan harus dibuat sesuai
dengan Negara sosial lainnya tujuan dan tanggung jawab mendasar
untuk mempromosikan kesejahteraan dan perkembangan semua
anggota masyarakat.
Kecuali untuk keterbatasan yang terbukti, semua tahanan akan
mempertahankan hak asasi manusia dan fundamental kebebasan yang
diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Semua tahanan memiliki hak untuk ambil bagian dalam kegiatan
budaya dan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan
sepenuhnya kepribadian manusia.
Upaya yang ditujukan kepada penghapusan sel isolasi sebagai
hukuman, atau pembatasan penggunaannya.
Ketentuan ini dibuat memungkinkan tahanan untuk melakukan
pekerjaan yang akan memfasilitasi reintegrasi mereka ke dalam negara
pasar tenaga kerja dan mengizinkan mereka untuk berkontribusi pada
keuangan mereka sendiri dukungan dan untuk keluarga mereka.
Tahanan harus memiliki akses ke layanan kesehatan yang tersedia di
negara ini tanpa diskriminasi atas dasar situasi hukum mereka.
Dengan partisipasi dan bantuan dari masyarakat dan lembaga sosial,
dan dengan memperhatikan kepentingan korban, kondisi yang
menguntungkan harus dibuat untuk reintegrasi mantan tahanan ke
dalam masyarakat di bawah kondisi terbaik yang memungkinkan.
Prinsip-prinsip di atas harus diterapkan tidak memihak.
b. Di luar Kompendium
DUHAM
Penegakan HAM dalam upaya melindungi hak tersangka atau
terdakwa dimuat di dalam beberapa pasal yang terdapat di dalam
DUHAM, antara lain :
a. Pasal 2 DUHAM menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam
Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti
pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau
pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik,
kelahiran ataupun kedudukan lain.
b. Pasal 7 DUHAM menegasakan Semua orang sama di depan hukum
dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap
setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini,
dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi
semacam ini. (equality before the law)
c. Pasal 10 DUHAM menjelaskan Setiap orang, dalam persamaan yang
penuh, berhak atas peradilan yang adil dan terbuka oleh
pengadilan yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak
dan kewajiban-kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang
dijatuhkan kepadanya. (hak atas peradilan yang fair, independent dan
tidak memihak dan hak atas peradilan yang terbuka untuk umum)
d. Pasal 11 ayat (1) DUHAM menyatakan Setiap orang yang dituntut
karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam
suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua
jaminan yang perlukan untuk pembelaannya. (praduga tak bersalah)
ICCPR
Dapat diketahui bahwa ICCPR sebagai konvensi internasional yang
kini menjadi hukum positif di indonesia memiliki bayak persamaan
dengan KUHAP, ada beberapa ketentuan hak tersangka maupun
terdakwa di atur di dalam ICCPR yang telah diakomodasi di dalam
KUHAP , hak – hak tersebut antara lain :
1. Hak – hak dasar yang harus dihormati
Untuk menghormati standar non diskriminasi dapat dikaji dalam
artikel 3 dan 26 ICCPR
2. Hak untuk hidup dan bebas dari penyiksaan atau tindakan pemidanaan
yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan yang lain :
a. Hak untuk hidup
Perampasan terhadap hak untuk hidup merupakan pengingkaran
utama dari martabat kemanusiaan
b. Penyiksaan
Walaupun larangan penyiksaan dilarang dalam berbagai instrument
internasional dan hukum nasional namun dalam praktek masih sering
terjadi maka hal ini diatur di dalam artikel 6, 7 dan 10 ICCPR.
3. Hak atas kebebasan dan hak – hak terpidana
Penangkapan dan penahanan secara abrtrair merupakan pelanggaran
berat terhadap martabat kemanusiaan, mereka yang sejatinya
merupakan orang- orang yang menjadi korban penagkapan sewengwenang termasuk perlakuan yang tidak manusiawi di penjara dan hal
ini di kaji dalam artikel 9 dan 11 ICCPR.
4. Hak atas fair trial
Memberikan jaminan terselenggaranya peradilan yang jujur terhadap
semua orang yang dituduh melakukan tindak pidana, landasan fair
trial ini terdapat dalam artikel 14 dan 15 ICCPR yang menegaskan
eksistensi hak seseorang atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh
pengadilan.
Dari hak – hak diatas yang terdapat di dalam ICCPR , bila diuraikan
lebih rinci mengenai hak – hak tersangka atau terdakwa , yaitu :
a. Pasal 14 ICCPR
Ayat (1) :
Hak atas peradilan yang fair, independent dan tidak memihak
Hak atas peradilan yang terbuka untuk umum
Hak persamaan kedudukan di hadapan hukum
Ayat (2) :
Hak atas presumption of innocence
Ayat (3) :
Hak untuk diberitahukan tentang sangkaan atau dakwaan terhadapnya
(huruf a)
Hak untuk menunjuk penasehat hukum dan hak atas waktu cukup
untuk mempersiapkan pembelaan (huruf b)
Hak untuk diadili seepatnya (huruf c)
Hak untuk membela diri secara langsung atau lewat penasehat atas
biaya sendiri atau biaya negara (huruf d)
Hak untuk diadili dengan kehadirannya (huruf d)
Hak untuk menguji pernyataan saksi a de chage di hadapan sidang
(huruf d)
Hak untuk menghadirkan saksi a de chage di hadapan sidang (huruf e)
Hak untuk meminta penerjemah (huruf f)
Hak untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian yang memberatkan
dirinya atau mengaku bersalah (huruf g)
Ayat (5) :
Hak atas upaya hukum ke pengadilan yang lebih tinggi
Ayat (6) :
Hak untuk ganti rugi apabila terjadi kesalahan penerapan peradilan
Ayat (7) :
Hak untuk tidak diadili atas perbuatan yang substansi materinya sama
b. Pasal 15 ICCPR
Ayat (1) :
Hak atas keringanan hukuman manakala terjadi perubahan peraturan
yang meringankan
Ayat (2) :
Hak atas non retro aktif
Konvensi Anti Penyiksaan
Adanya Konvensi anti penyiksaan adalah untuk melindungi
tersangka atau terdakwa dari adanya penyiksaan ataupun dugaan
penyiksaan yang dimuat di dalam pasal 1 yang berbunyi “Untuk
tujuan Konvensi ini, penyiksaan adalah setiap perbuatan dengan mana
sakit parah atau penderitaan, apakah fisik atau mental, sengaja
ditimpakan pada seseorang untuk tujuan seperti memperoleh darinya
atau dari orang ketiga informasi atau pengakuan, menghukumnya atas
suatu perbuatan dia atau orang ketiga yang telah dilakukan atau
diduga telah dilakukan, atau mengintimidasi atau memaksa dia atau
orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
diskriminasi dalam bentuk apapun, ketika rasa sakit atau penderitaan
yang ditimbulkan oleh atau atas hasutan atau dengan persetujuan atau
persetujuan dari orang resmi atau umum lainnya yang bertindak dalam
kapasitas resmi. Ini tidak termasuk rasa sakit atau penderitaan yang
timbul hanya dari, melekat atau yang terkait dengan sanksi hukum” .
B. ANALISIS
Pada bagian ini Penulis mencoba melakukan analisis perbandingan
antara pengaturan hak-hak tersangka/terdakwa di dalam Kompendium
dengan di dalam hukum nasional Indonesia. Analisis terutama akan
dilakukan
dengan
berpijak
pada
kategorisasi
hak-hak
tersangka/terdakwa dalam konteks pengaturan baik oleh Kompendium
maupun hukum nasional.
Apabila
diperbandingkan,
pengaturan
hak-hak
tersangka
atau
terdakwa dalam Kompendium dan hukum nasional bisa dikategorikan
menjadi 3 jenis. Pertama, ada hak-hak tersangka atau terdakwa yang
sama-sama diatur dalam Kompendium maupun dalam hukum
nasional. Kedua, ada pula hak-hak yang hanya diatur dalam
Kompendium, tetapi tidak diatur dalam hukum nasional. Ketiga, ada
hak-hak yang diatur dalam hukum nasional, namun tidak diatur dalam
kompendium. Ketiga kategori tersebut ditampilkan dalam tabel-tabel
di bawah ini.
No.
1.
Tabel Perbandingan Perlindungan Hak – hak Tersangka atau
Terdakwa dilihat dari Kompendium dan Hukum Nasional
Substansi Hak
Kompendium Hukum
Keterangan
Nasional
Hak untuk tidak
didiskriminasi
Prinsip 5
Pasal 28I ayat (2)
UUD 1945
Asas equality
before the law
(persamaan
dimuka hukum)
Pasal 3 ayat (3)
UU No. 39 tahun
1999 tentang
HAM
Pasal 5 ayat (1)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
2.
Hak untuk
diperlakukan secara
manusiawi
Prinsip 6
Pasal 33 ayat (1)
UU No. 39 tahun
1999 tentang
HAM
3.
Hak untuk
diberitahukan alasan
penangkapan
Prinsip 10
Pasal 59 KUHAP
4.
Hak untuk memilih
penasehat hukum
Prinsip 11
Pasal 55 KUHAP
5.
Hak untuk diberi
informasi dan
penjelasan mengenai
hak – haknya
Prinsip 13
Tidak ada
6.
Hak untuk
memperoleh
Prinsip 14
Pasal 53 ayat (1)
KUHAP
Hak untuk bebas
dari penyiksaan
penerjemah bahasa
atau juru bicara
7.
Hak untuk meminta
memberitahukan
keluarganya
mengenai tempat ia
ditahan
Prinsip 16
huruf (a)
8.
Hak untuk
berkomunikasi
dengan cara yang
sesuai dengan
konsuler atau misi
diplomatik dari
Negara asalnya
Prinsip 16
huruf (b)
Pasal 57 ayat (2)
KUHAP
9.
Hak untuk
mendapatkan
bantuan dari
penasehat hukum
dan fasilitas yang
memadai
Prinsip 17
Pasal 54
ayat (1)
KUHAP
Hak untuk
mendapatkan
penasehat hukum
secara cuma- cuma
Prinsip 17
Pasal 56
ayat (2)
KUHAP
Hak untuk
berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
Prinsip 18
Pasal 57 ayat (1)
KUHAP
Hak untuk diberikan
waktu yang
memadai dan
fasilitas untuk
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
Prinsip 18
10.
11.
12.
ayat (1)
ayat (2)
Pasal 59
KUHAP
Tidak ada
Berlaku bagi
orang asing
13.
Hak untuk
dikunjungi oleh
kuasa hukumnya
dalam kerahasiaan
penuh
Prinsip 18
ayat (3)
Pasal 19 UU No.
18 tahun 2003
tentang Advokat
Memberikan hak
kepada orang yang
ditahan untuk
melakukan
komunikasi
dengan kuasa
hukum tanpa di
mata – matai dan
terjaga
kerahasiaan dari
isi
pembicaraannya.
Hak untuk
dikunjungi anggota
keluarga dan harus
diberikan cukup
kesempatan untuk
berkomunikasi
dengan dunia luar
Prinsip 19
Pasal 60 KUHAP
Sesuai dengan
peraturah yang sah
15.
Hak untuk meminta
ditahan di tempat
penahanan yang
dekat dengan tempat
tinggalnya
Prinsip 20
Tidak ada
Dalam peraturan
tertulis tidak ada
namun dalam
prakteknya hak ini
memungkinkan
untuk diperoleh
16.
Hak untuk tidak
tunduk pada
intrograsi dengan
menggunakan
ancaman
Prinsip 21
Pasal 52 KUHAP
Bebas
memberikan
keterangan
17.
Hak untuk menolak
dijadikan
eksperimen medis
Prinsip 22
Tidak ada
18.
Hak untuk
mendapatkan
Prinsip 24
Pasal 28 H
14.
Pasal 61 KUHAP
ayat (2)
Di dalam hukum
nasional tidak ada
perawatan dan
pengobatan medis
secara gratis
UUD 1945
pengaturan
terhadap tersangka
atau terdakwa
untuk
mendapatkan
pengobatan medis
secara gratis tetapi
bisa mengacu pada
peraturan khusus
yang ada di dalam
UUD 1945 secara
umum bagi warga
negara indonesia
berhak
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
Di dalam pasal 4
UU No. 14 tahun
2008 menyebutkan
semua orang
berhak
memperoleh
informasi publik ,
maka tersangka
atau terdakwa pun
mempunyai hak
tersebut sebagai
warga negara
sesuai ketentuan
undang- undang
19.
Hak untuk
mendapatkan sumber
daya yang tersedia
seperti pendidikan ,
kebudayaan dan
informasi
Prinsip 28
Pasal 4 ayat (1)
dan (2) UU No.
14 tahun 2008
tentang
Keterbukaan
informasi publik
20.
Hak untuk
berkomunikasi
secara bebas dan
rahasia dengan orang
yang mengunjungi
tempat penahanan
atau penjara
Prinsip 29
Tidak ada
ayat (2)
21.
Hak untuk didengar
sebelum tindakan
disipliner diambil
Prinsip 30
Tidak ada
Untuk orang yang
di tahan atau
dipenjarakan
selama dalam
penahanan
22.
Hak untuk
menantang
keabsahan
penahanannya untuk
memperoleh
pembebasannya
Prinsip 32
Pasal 67 KUHAP
Hak ini bisa
digunakan dengan
pemanfaatan
upaya hukum baik
itu upaya hukum
biasa atau upaya
hukum luar biasa
23.
Hak untuk membuat
permintaan atau
keluhan tentang
pengobatannya
kepada pihak yang
bertanggung jawab
Prinsip 33
Tidak ada
Bila keluhan
kesehatan akibat
kasus penyiksaan
kejam dan tidak
manusiawi
24.
Hak untuk dianggap
tidak bersalah
sampai ada bukti
atas kesalahannya
Prinsip 36
Pasal 6 ayat (2)
ayat (1)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
kehakiman
ayat (2)
Pasal 18 ayat (1)
UU No. 39 tahun
1999 tentang
HAM
25.
Hak untuk segera
dihadapkan kemuka
sidang pengadilan
Prinsip 37
Pasal 50 ayat (2)
KUHAP
26.
Hak untuk diadili
secepatnya
Prinsip 38
Pasal 50 ayat (3)
KUHAP
Menganut asas
praduga tak
bersalah
27.
Hak atas Non retr
aktif
Tidak ada
Pasal 28 huruf (i)
UUD 1945
28.
Hak segera
mendapatkan
pemeriksaan
Tidak ada
Pasal 50 ayat (1)
KUHAP
29.
Hak menghubungi
dan menerima
kunjungan dokter
pribadinya untuk
kepentingan
kesehatan
Tidak ada
Pasal 58
Hak mengirim dan
menerima surat
kepada atau dari
penasehat hukum
dan keluargannya
Tidak ada
Hak menghubungi
dan menerima
kunjungan dari
rohaniawan
Tidak ada
Hak diadiili di
sidang pengadilan
yang terbuka untuk
umum
Tidak ada
Hak mengusahakan
dan mengajukan
saksi atau ahli yang
menguntungkan
baginya
Tidak ada
Hak menuntut ganti
rugi dan rehabilitasi
Tidak ada
30.
31.
32.
33.
34.
KUHAP
Pasal 62
KUHAP
Pasal 63
KUHAP
Pasal 64
KUHAP
Pasal 65
KUHAP
Pasal 68
KUHAP
Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hokum
a. Tabel Kategori I :
Hak tersangka atau terdakwa yang sama – sama dijamin di
dalam Kompendium dan Hukum nasional
No.
1.
Substansi Hak
Hak untuk tidak
didiskriminasi
Kompendium
Hukum
Nasional
Penjelasan
Prinsip 5
Pasal 28I ayat
(2)
Hak ini berlaku dan
diterapkan kepada
semua orang tanpa
membedakan ras,
bahasa, warna, jenis
kelamin, agama dan
status sosial
UUD 1945
Pasal 3 ayat (3)
UU No. 39
tahun 1999
tentang HAM
Pasal 5 ayat (1)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
2.
Hak untuk
diperlakukan secara
manusiawi
Prinsip 6
Pasal 33 ayat (1)
UU No. 39
tahun 1999
tentang HAM
3.
Hak untuk
diberitahukan alasan
penagkapan
Prinsip 10
Pasal 59
KUHAP
Hak tidak dikenai
penyiksaan atau
perlakuan kejam
(bebas dari
penyiksaan)
Hak untuk
diberitahukan alasan
penangkapan berlaku
bagi siapapun yang
ditangkap dan wajib
memberitahukan
tentang
penahanannya
kepada keluarganya
4.
Hak untuk memilih
penasehat hukumnya
Prinsip 11
5.
Hak untuk
memperoleh
penerjemah bahasa
atau juru bicara
Prinsip 14
6.
Hak untuk meminta
memberitahukan
keluarganya mengenai
tempat ia ditahan
Prinsip 16
huruf (a)
7.
Hak untuk
berkomunikasi dengan
cara yang sesuai
dengan konsuler atau
misi diplomatik dari
negara asalnya
Prinsip 16
huruf (b)
Pasal 55
KUHAP
Orang yang ditahan
mempunyai hak
untuk membela diri
dengan memilih
sendiri penasehat
hukumnya
Pasal 53 ayat (1) Tersangaka atau
KUHAP
terdakwa berhak
mendapat bantuan
juru bicara apabila
tidak cukup
memahami bahasa
yang digunakan
Pasal 59
KUHAP
Orang yang ditahan
berhak
memberitahukan
keluarganya
mengenai tempat ia
ditahan dimaksudkan
agar dapat meminta
bantuan untuk
mendapatkan
bantuan hukum atau
jaminan bagi
penagguhannya
Pasal 57 ayat (2) Bagi tersangka atau
KUHAP
terdakwa yang
berkebangsaan asing
juga berhak
menghubungi dan
berbicara dengan
perwakilan
negaranya dengan
cara yang sesuai
dengan konsuler dan
misi diplomatik
8.
9.
10.
11.
12.
Hak untuk
mendapatkan bantuan
dari penasehat hukum
dan fasilitas yang
memadai
Prinsip 17
Hak untuk
mendapatkan
penasehat hukum
secara cuma - cuma
Prinsip 17
Hak untuk
berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
prinsip 18
Hak untuk dikunjungi
oleh kuasa hukumnya
dalam kerahasiaan
penuh
Prinsip 18
Hak untuk dikunjungi
anggota keluarga dan
kesempatan cukup
untuk berkomunikasi
Prinsip 19
ayat (1)
ayat (2)
ayat (1)
ayat (3)
Pasal 54
KUHAP
Orang yang ditahan
berhak mendapatkan
bantuan hukum guna
untuk kepentingan
pembelaannya pada
setiap tingkat
pemeriksaan
Pasal 56
KUHAP
Bila orang yang
ditahan tidak
mempunyai pilihan
penasehat hukumnya
maka ia berhak
untuk mendapatkan
penasehat hukum
yang ditunjuk untuk
bertindak pada
semua tingkat
pemeriksaan dalam
proses peradilan
akan memberikan
bantuannya secara
cuma - cuma
Pasal 57 ayat (1)
KUHAP
Pasal 19 UU No. Advokat wajib
18 tahun 2003 merahasiakan segala
tentang Advokat sesuatu yang
diketahui dan berhak
atas kerahasiaan
penuh
Pasal 60
KUHAP
Pasal 61
dengan dunia luar
13.
14.
KUHAP
Hak untuk tidak
tunduk pada intrograsi
dengan menggunakan
ancaman
Prinsip 21
Hak untuk
mendapatkan
perawatan dan
pengobatan medis
secara gratis
Prinsip 24
ayat (2)
Pasal 52
KUHAP
Pasal 28 H
UUD 1945
Tersangka atau
terdakwa
mempunyai hak
untuk memberikan
keterangan secara
bebas dan tidak
memaksa untuk
mengaku dengan
menggunakan
ancaman ataupun
kekerasan
Tahanan ditawarkan
Pemeriksaan medis
beserta perawatan
dan pengobatan bila
diperlukan dan
diberikan secara
gratis
Dalam Pasal 28 H
UUD 1945 , hanya
menyebutkan berhak
mendapatkan
pelayanan kesehatan
hal ini ditujukan
untuk warga negara
dan tidak khusus
mengacu terhadap
tersangka atau
terdakwa (namun
tidak ada penekanan
apakah diberikan
secara gratis atau
tidak)
15.
Hak untuk
mendapatkan sumber
daya yang tersedia
Prinsip 28
Pasal 4 ayat (1)
dan (2)
Orang yang ditahan
berhak mendapatkan
pendidikan beserta
informasi publik dan
kebudayaan dengan
kondisi yang wajar
Di dalam pasal 4 UU
No. 14 tahun 2008
menyebutkan semua
orang berhak
memperoleh
informasi publik ,
maka tersangka atau
terdakwa pun
mempunyai hak tsb
sebagai warga
negara sesuai
ketentuan undangundang
16.
Hak untuk menentang
keabsahan penahanan
untuk memperoleh
pembebasannya
Prinsip 32
Pasal 67
KUHAP
Tersangka atau
terdakwa
mempunyai hak
untuk memanfaatkan
upaya hukum biasa
(banding dan kasasi)
atau upaya hukum
luar biasa
(peninjauan kembali)
dengan proses yang
sederhana , cepat
dan tanpa biaya
17.
Hak untuk dianggap
tidak bersalah sampai
ada bukti atas
kesalahannya
Prinsip 36
Pasal 6 ayat (2)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
Hak ini berpedoman
kepada asas praduga
tak bersalah
ayat (1)
Pasal 18 ayat (1)
UU No. 39
tahun 1999
tentang HAM
18.
Hak untuk segera
dihadapkan kemuka
sidang pengadilan
Prinsip 37
Pasal 50 ayat (2) Tersangka atau
KUHAP
terdakwa
mempunyai hak
untuk segera
dihadapkan kemuka
sidang pengadilan
dengan maksud tidak
berlama- lama di
dalam tahanan
19.
Hak untuk diadili
secepatnya
Prinsip 38
Pasal 50 ayat (3) Dimaksudkan agar
KUHAP
segera diadili dalam
jangka waktu yang
wajar dan tidak
ditunda terus
menerus
Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum.
Untuk hak-hak yang diatur baik dalam Kompendium maupun dalam
hukum nasional, tidak dapat dikatakan bahwa pengaturan keduanya
identik. Ada hak-hak tertentu yang meskipun diatur dalam Kompendium
maupun dalam hukum nasional ternyata memiliki keluasan pengaturan
yang berbeda. Hak-hak tersebut diuraikan di bawah ini:
1. Hak tersangka atau terdakwa untuk meminta memberitahukan
keluarganya mengenai tempat ia ditahan
Kompendium prinsip 16 huruf (a) hanya memberikan hak untuk
memberitahukan
penahanannya
keluarga
sedangkan
tersangka
di
dalam
atau
pasal
terdakwa
59
hak
tentang
untuk
memberitahukan keluarga tentang penahanan tersangka atau terdakwa
dilihat sebagai suatu kewajiban oleh pejabat yang berwenang karena
wajib memberitahukan penahanan tersangka tidak hanya kepada
keluarga tetapi juga kepada orang lain yang serumah dengan
tersangka atau orang yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka.
2. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas
yang memadai
Kompendium prinsip 17 ayat (1) selain memberikan hak untuk
mendapatkan bantuan dari penasehat hukum , tersangka atau terdakwa
akan diberitahu tentang haknya oleh pejabat yang berwenang serta
diberikan fasilitas yang memadai sedangkan pasal 54 KUHAP hanya
memberikan hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat
hukum tanpa mengatur tentang memberitahukan tentang hak tersangka
atau terdakwa dan memberikan fasilitas yang memadai kepada
tersangka atau terdakwa.
3. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma – cuma
Kompendium prinsip 17 ayat (2) memberikan hak untuk memiliki
penasihat hukum yang diberikan kepadanya jika ia tidak memiliki
penasihat hukum pilihan sendiri karena tidak mampu membayar
penasehat hukum sedangkan pasal 56 KUHAP mengatur lebih rinci
mengenai tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati atau
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum
wajib diberikan penasehat hukum yang bantuannya secara cuma –
cuma.
4. Hak untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan medis secara gratis
Di dalam Kompendium prinsip 24 adanya penawaran pemeriksaan
medis beserta perawatan dan pengobatan bila diperlukan dan diberikan
secara gratis kepada tersangka atau terdakwa sedangkan di dalam
hukum nasional tidak ada pengaturan terhadap tersangka atau terdakwa
untuk mendapatkan pengobatan medis secara gratis tetapi bisa
mengacu pada peraturan khusus yang ada di dalam pasal 28 H UUD
1945 secara umum bagi warga negara indonesia berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.
5. Hak untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia
Di dalam kompendium prinsip 28 memberikan hak kepada
tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan sumber daya
yang tersedia dari sumber-sumber publik dalam jumlah yang
wajar dari pendidikan, kebudayaan dan informasi sesuai
dengan kondisi yang wajar sedangkan di dalam hukum
nasional yang terdapat pada pasal 4 UU No. 14 tahun 2008
tentang keterbukaan informasi publik menyebutkan semua
orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka
atau terdakwa pun mempunyai hak tersebutb sebagai warga
negara sesuai ketentuan undang- undang.
6. Hak
untuk
dikunjungi
oleh
kuasa
hukumnya
dalam
kerahasiaan penuh
Prinsip 18 ayat (3) di dalam Kompendium menegaskan orang
yang ditahan mempunyai hak untuk berkonsultasi dan
berkomunikasi, tanpa penundaan atau sensor dan dalam
kerahasiaan penuh, dengan kuasa hukumnya sedangkan pasal
19 ayat (1) dan (2) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat
menjelaskan bahwa Advokat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya dan
Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien
serta perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi
elektronik Advokat yang membedakan antara pengaturan di
dalam kompendium dan UU No 19 tahun 2003 tentang
Advokat ialah kompendium menerapkan hak dikunjungi
kuasa hukum dalam kerahasiaan penuh dimiliki oleh orang
yang ditahan dalam hal ini tersangka atau terdakwa sedangan
pasal 19 UU Advokat memberikan hak atas kerahasian yang
diketahui dari klien ( tersangka atau terdakwa) lebih bersifat
menjadi hak dari kuasa hukum bukan hak dari tersangka atau
terdakwa walaupun demikian UU advokat secara tidak
langsung telah melindungi hak tersangka atau terdakwa untuk
dikunjungi kuasa hukumnya dalam kerahasian penuh.
b. Tabel Kategori II :
Hak tersangka atau terdakwa yang dijamin di dalam
Kompendium tetapi tidak dijamin di dalam Hukum nasional
No.
1.
Substansi Hak
Hak untuk diberi
informasi dan
penjelasan mengenai
Kompendium
Hukum
Nasional
Prinsip 13
Tidak ada
Penjelasan
Pada saat
penagkapan ,
penahanan atau
hak – haknya
2.
pemenjaraan orang
tersebut berhak
diberitahukan
mengenai hak –
haknya agar dapat
dimanfaatkan
Hak untuk diberikan
waktu yang memadai
dan fasilitas untuk
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
Prinsip 18
3.
Hak untuk meminta di
tahan di tempat
penahanan yang dekat
dengan tempat
tinggalnya
4.
Hak untuk menolak
dijadikan eksperimen
medis
Tidak ada
Yang dimaksud
waktu yang
memadai adalah
waktu yang cukup
untuk dapat
berkonsultasi dengan
kuasa hukumnya
tanpa harus terburuburu dan fasilitas
yang dimaksud
disini adalah
ruangan yang layak
dipergunakan untuk
berkonsultasi.
Prinsip 20
Tidak ada
Di dalam substansi
hak ini tidak nyata
tertulis dalam
peraturan
perundangan hukum
nasional akan tetapi
dalam prakteknya
hak ini ada
Prinsip 22
Tidak ada
Orang yang ditahan
mempunyai hak
untuk menolak
dijadikan ekperimen
terhadap dirinya bila
hal itu bisa merusak
kesehatannya baik
itu ekperimen medis
ataupun ilmiah.
ayat (2)
5.
6.
Hak untuk didengar
sebelum tindakan
disipliner diambil
Prinsip 30
Hak untuk membuat
permintaan atau
keluhan tentang
pengobatan kepada
pihak yang
bertanggung jawab
apabila mengalami
penyiksaan
Prinsip 33
Tidak ada
Untuk orang yang di
tahan atau
dipenjarakan selama
dalam penahanan
menimbulkan
terjadinya
pelanggaran disiplin
Tidak ada
Tersangka atau
terdakwa berhak
membuat keluhan
bila keluhan
kesehatan tersebut
akibat kasus
penyiksaan kejam
dan tidak manusiawi
ayat (2)
Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum
Berdasarkan tabel diatas adanya substansi hak tersangka atau terdakwa yang
hanya diatur di dalam Kompendium saja namun ada substansi hak tersangka atau
terdakwa yang di dalam hukum nasional substansi hak ini tidak nyata tertulis
dalam peraturan perundangan hukum nasional akan tetapi dalam prakteknya hak
ini ada yaitu Hak untuk meminta di tahan di tempat penahanan yang dekat
dengan tempat
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. HASIL PENELITIAN
1. PERLINDUNGAN
NORMATIF
HAK
TERSANGKA
/
TERDAKWA MENURUT HUKUM NASIONAL
Jaminan dan perlindungan terhadap HAM dalam peraturan
hukum acara dalam rangkaian proses dari hukum acara pidana ini
menjurus
kepada
penangkapan
,
pembatasanpenahanan,
pembatasan
penyitaan,
HAM
seperti
penggeledahan
dan
penghukuman , yang pada hakekatnya adalah pembatasan –
pembatasan HAM.
1
Meskipun rumusan pasal – pasal KUHAP
secara jelas merupakan rumusan HAM untuk tersangka atau
terdakwa ,
Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat
sebenarnya sudah diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal
117 ayat 1, “keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik
diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk
apapun.” Artinya dengan adanya Pasal tersebut, pemeriksaan oleh
penyidik
untuk
kepentingan
penyidikan
harus
sesuai
dan
menghormati HAM. Di samping asas persamaan kedudukan di
1
Erni Widhayati, Hak – hak Tersangka / Terdakwa di dalam KUHAP, hlm 34
hadapan hukum (equality before the law) menjadi element pokok
dari konsepsi HAM , juga dikenal element lainnya , yaitu asas
peradilan yang adil (fair trial) dan yang menjadi inti dari fair trial ini
secara sederhana dapat dijelaskan bahwa peradilan yang adil adalah
seluruh tahapan proses pengadilan dalam rangka penegakan HAM ,
termasuk hak asasi tersangka atau terdakwa berdasarkan etika
(moral), akal sehat (rasional) dan hati nurani yang bersih yang
berpegang teguh kepada integritas.
2
Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa peradilan yang adil (fair trial) yang tetap
mengedepankan persamaan kedudukan di hadapan hukum (equality
before the law) menjadi prasyarat mutlak dalam rangka melindungi
hak asasi tersangka atau terdakwa .
a. KUHAP
Di dalam hukum pidana kita mengenal istilah tersangka atau terdakwa
, istilah tersebut terdapat di dalam hukum acara pidana yang termuat
di dalam kitab hukum acara pidana atau disebut KUHAP, KUHAP ini
yang menjadi buku pedoman bagi aparat penegak hukum dalam
beracara dari tingkat Penangkapan, penahanan, sampai Proses
Persidangan.
Disini
juga
diatur
tahap-tahap
penyidikan
dan
penyelidikan, siapa saja yang berhak untuk melakukan penyidikan dan
2
Pengertian “ integritas” dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan, kejujuran”
peyelidikan dan berapa lama tersangka dan terdakwa dapat ditahan
sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht).
Hak atas kemerdekaan diri seperti bebas dari penangkapan atau
penahanan sewenang wenang dan otoritas mana yang berwenang
untuk menahan dan menangkap atau mencabut kemerdekaan diri
setiap orang. Mengenai penangkapan dan penahanan yang sewenang wenang, tersangka dan terdakwa memiliki hak untuk mengajukan
permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penangkapan dan
penahanan yang telah dilakukan , seperti dalam Pasal 79 KUHAP.
Selain tersangka dan terdakwa juga berhak atas penasehat hukum
selama persidangan dan memperoleh pengacara secara gratis dan juga
memperoleh akses untuk bertemu dan dikunjungi keluarga.
Untuk mengingat arti dari pada tersangka atau terdakwa , perlu
diperhatikan kembali pengertian yang dirumuskan pada pasal 1 butir
14 dan 15 KUHAP yang menjelaskan :
Tersangka adalah
seseorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya , berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana
Terdakwa adalah seorang tersagka yang dituntut , diperiksa dan diadili
di sidang pengadilan
Dari penjelasan diatas , baik tersangka maupun terdakwa adalah
orang yang diduga melakukan tindak pidana sesuai dengan bukti dan
keadaan yang nyata atau fakta , oleh karena itu orang tersebut : 3
Harus diselidiki , disidik dan iperiksa oleh penyidik
Harus dituntut dan diperiksa di muka sidang pengadilan oleh penuntut
umum dan hakim
Jika perlu terhadap tersangka atau terdakwa dapat dilakukan tindakan
upaya paksa berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan benda sesuai dengan cara yang ditentukan undang- undang
Akan tetapi seorang tersangka atau terdakwa sering dianggap apriori
sebagai orang jahat dan dapat diperlakukan sebagai objek pemerasan,
penganiayaan dan pembalasan dendam yang dalam kedudukannya
sebagai tersangka atau terdakwa yang ditanggali hak asasi dan harkat
martabat kemanusiaannya yang melihat tersangka atau terdakwa tidak
lebih daripada objek pemeriksaan yang dapat diperlakukan sesuka hati
oleh aparat penegak hukum.
Hukum nasional kita (baca : KUHAP) telah meletakkan
landasan prinsip legalitas dan pendekatan pemeriksaan dalam semua
tingkat dengan sistem akuisator . menempatkan tersangka dan
terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan sebagai manusia yang
mempunyai hak asasi dan harkat martabat , sebagai perisai untuk
3
M . Yahya Harahap , S. H , Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan edisi kedua . hlm 330
membela dan mempertahankan hak asasi dan harkat martabat
kemanusiaan tersangka atau terdakwa , di dalam KUHAP diatur pada
bab VI yaitu :
1. Hak tersangka atau terdakwa segera mendapat pemeriksaan
Prinsip peradilan sederhana , cepat dan biaya ringan dipertegas dalam
pasal 50 KUHAP , yang memberi hak yang sah menurut hukum dan
undang- undang kepada tersangka atau terdakwa :
Berhak segera diperiksa oleh penyidik
Berhak segera diajukan ke sidang pengadilan
Berhak segera diadili dan mendapat putusan pengadilan
2. Hak untuk melakukan pembelaan
Untuk kepentingan mempersiapkan hak pembelaan tersangka atau
terdakwa termuat dalam pasal 51 – 57 KUHAP, yaitu :
Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya
Hak pemberitahuan dilakukan pada waktu pemeriksaan mulai
dilakukan kepada tersangka atau terdakwa
Terdakwa juga berhak untuk diberitahukan dengan jelas dan bahasa
yang dapat dimengerti tentang apa yang didakwakan kepadanya
Berhak memberi keterangan dengan bebas dalam segala tingkat
pemeriksaan, mulai dari tingkat pemeriksaan, penyidikan dan
pemeriksaan sidang pengadilan.
Berhak mendapat juru bicara
Berhak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan dan
dalam setiap waktu yang diperlukan
Berhak secara bebas memilih penasehat hukum
Ketentuan pasal 55 ini menimbulkan cacat dalam praktek penegakan
hukum, karena kebebasan dan hak memilih penasehat hukum pasti
menimbulkan praktek diskriminatif
Dalam tindak pidana tertentu , hak mendapattkan bantuan hukum
berubah sifatnya menjadi “wajib”
Sifat wajib mendapatkan bantuan hukum bagi tersangka atau terdakwa
dalam semua tingkat pemeriksaan diatur dalam pasal 56 :
Jika sangkaan atau dakwaan yang disangkakan atau didakwakan
diancam dengan tindak pidana hukuman mati , hukuman 15 tahun atau
lebih.
Kewajiban bagi pejabat yang bersangkutan menunjuk penasehat
hukum bagi tersangka atau terdakwa , di gantungkan pada dua
keadaan yaitu tersangka atau terdakwa “tidak mampu” menyediakan
sendiri penasehat hukum dan ancaman hukuman pidana yang
bersangkutan atau didakwakan 15 tahun atau lebih.
Penasehat hukum yang ditunjuk pejabat memberi bantuan hukum
adalah cuma – cuma.
3. Hak tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan
Undang – undang memberi hak yang melindungi tersangka atau
terdakwa yang berada dalam penahanan , yaitu : 4
a. Berhak menghubungi penasehat hukum
b. Berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadi untuk
kepentingan kesehatan
c. Tersangka atau terdakwa berhak untuk diberitahukan penahanannya
kepada :
Keluarganya
Kepada orang yang serumah dengannya
Orang lain yang dibutuhkan bantuannya
Terhadap orang yang hendak memberi bantuan hukum atau jaminan
bagi pengguhan penahanannya
d. Selama tersangka berada dalam penahanan berhak :
Menghubungi pihak keluarga
Mendapat kunjungan dari pihak keluarga
e. Berhak secara langsung atau perantara penasehat hukum melakukan
hubungan :
Menghubungi dan menerima sanak keluarganya
Baik hal itu untu kepentingan perkaranya
atau untuk kepentingan kelurga maupun kepentingan pekerjaan
4
Ibid hlm 336 - 337
f. berhak atas surat menyurat
hak ini diatur dalam pasal 62 , yang memberi hak sepenuhnya kepada
tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan mengirim dan
menerima surat dari penasehat hukumnya serta dari sanak keluarganya
g. berhak atas kebebasan rahasia surat :
tidak boleh diperiksa oleh penyidik , penuntut umum, hakim,atau
pejabat rumah tahanan negara
kecuali cukup alasan untuk menduga bahwa surat menyurat tersebut
disalahgunakan.
h. Tersangka atau terdakwa
berhak menghubungi dan menerima
kunjungan rohaniawan.
4. Hak terdakwa di muka persidangan pengadilan
Selain hak yang diberikan dalam tingkat proses penyidikan dan
penuntutan, KUHAP juga memberikan hak kepada terdakwa selama
proses pemeriksaan persidangan pengadilan.
a. Berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum
b. Berhak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang
menguntungkan bagi terdakwa atau a de charge ditafsirkansecara
“konsisiten” dari ketentuan pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) , serta pasal
160 ayat (1) huruf e KUHAP
c. Terdakwa tidak boleh dibebani kewajiban pembuktian dalam
pemeriksaan yang dibebani kewajiban untuk membuktikan kesalahan
terdakwa adalah penuntut umum
5. Hak terdakwa memanfaatkan upaya hukum
Undang -undang memberi kemungkinan bagi terdakwa yang dijatuhi
hukuman untuk menolak atau tidak menerima putusan yang
dijatuhkan pengadilan. Ketidakpuasaan atas putusan , memberi
kesempatan bagi terdakwa : 5
Berhak memanfaatkan upaya hukum biasa , berupa permintaan
pemeriksaan
tingkat
banding
kepada
pengadilan
tinggi
atau
permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung
Berhak memanfaatkan upaya hukum luar biasa , berupa permintaan
pemeriksaan “peninjauan kembali” putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. Berhak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi
KUHAP memberi hak kepada tersangka untuk menuntut ganti rugi
dan rehabilitasi, apabila : 6
Penangkapan, penahanan, penggeledahan , atau penyitaan dilakukan
tanpa alasan hukum yang sah
5
6
Ibid hlm 338
Ibid hlm 338
Putusan pengadilan menyatakan terdakwa bebas karena tindak pidana
yang didakwakan kepadanya bukan merupakan tindak pidana
kejahatan atau pelanggaran
Selain mengatur semua mengenai tersangka atau terdakwa dan aparat
penegak hukum yang paling penting adalah apa yang menjadi hak
tersangka atau terdakwa , seperti apa hak tersebut telah diuraikan
diatas , dan hak tesebut harus disesuaikah dengan intrumen hak asasi
manusia.
b. Di luar KUHAP
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Di dalam UU HAM juga melindungi hak tersangka atau terdakwa
yang dimuat di dalam pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Setiap orang
yang
ditangkap,
ditahan,
dan
dituntut
karena
disangka
melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam
suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jamina hukum yang
diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (praduga tak bersalah)
UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Dalam UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman memuat
beberapa pasal yang secara tidak langsung turut melindungi hak
tersangka atau terdakwa yang terdapat di dalam pasal :
a. Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan Pengadilan mengadili menurut
hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. (equality before the
law)
b. Pasal 6 Ayat (2) : Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana,
kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa
seseorang
yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan
yang didakwakan atas dirinya. (praduga tak bersalah)
c. Pasal 9 ayat (1) : Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut,
atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau
karena
kekeliruan
mengenai
orangnya
atau
hukum
yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.
2. PERLINDUNGAN
NORMATIF
HAK
TERSANGKA
/
TERDAKWA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
a. KOMPENDIUM PBB
Bila dilihat dari isi Kompendium yang yang terdiri dari 4 bagian
pokok, maka penulis hanya akan mengambil bagian yang langsung
mengacu pada standar perlindungan bagi tersangka atau terdakwa
yaitu pada Bagian I yang mengatur mengenai Orang dalam tahanan,
non-penahanan sanksi, peradilan anak dan keadilan restoratif , yaitu :
Standar
Minimum
Peraturan
bagi
Perlakuan
terhadap
Narapidana
Sebagai prinsip dasar dari bagian standar minimum peraturan terhadap
narapidana , Kompendium menghendaki agar perlakuan terhadap
narapidana tidak boleh diskriminatif dan bagi setiap orang yang
ditahan atau dipenjara akan didata dan para tahanan masing-masing
akan menerima:
Informasi mengenai identitasnya;
Alasan komitmennya dan untuk itu kewenangan;
Hari dan jam masuk dan rilis.
Di dalam tahanan harus danya pemisahan kategori yang akan
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, catatan kriminal, alasan
penahanan dan
kebutuhan
pengobatan,
selain
itu
di
dalam
Kompendium yang mengatur standar minimum perlakuan terhadap
narpidana , para narapidana akan mendapatkan fasilitas yang memadai
seperti :
Ruang sel tahanan kamar yang individu dan memenuhi semua
persyaratan kesehatan
Tersediannya kamar mandi yang memadai untuk kebersihan umum
Untuk menunjang kebersihan pribadi harus disediakannya fasilias
untuk perawatan seperti rambut dan jenggot untuk bercukur secara
teratur , disediakan pakaian yang cocok untuk iklim dan sesuai dengan
standar lokal atau nasional, diberikan tempat tidur terpisah dan harus
sering diganti untuk memastikannya kebersihannya. Untuk memenuhi
standar perlindungan narapidana Pemerintah harus menyediakan
setiap tahanan makanan dari nilai gizi yang memadai untuk kesehatan
dan kekuatan, serta Air minum harus tersedia untuk setiap tahanan
setiap kali dia membutuhkannya dan bagi tahanan yang tidak
digunakan dalam pekerjaan luar harus memiliki setidaknya satu jam
latihan yang cocok di udara terbuka setiap hari jika cuaca
memungkinkan , di dalam tahanan juga harus tersedia pelayanan
medis yaitu layanan yang memenuhi syarat medis dan petugas yang
harus memiliki beberapa pengetahuan psikiatri .
Tubuh Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang Setiap bawah
Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan
Prinsip-prinsip ini berlaku untuk perlindungan semua orang dalam
segala bentuk penahanan atau pemenjaraan yang terdiri dari Prinsip 1
– Prinsip 38 yang akan diuraikan sebagai berikut :
Setiap
tahanan
harus
diperlakukan
secara
manusiawi
dan
menghormati martabat manusia berdasarkan ketentuan hukum dan
hanya pejabat yang berwenang yang dapat melakukan penangkapan
atau pemenjaraan yang tunduk pada kendali otorias pengadilan tanpa
adanya diskriminasi , atas dasar perbedaan ras , bahasa , warna , jenis
kelamin , agama , pendapat politik , nasional etnis ataupun status
sosial yang mana prinsip ini harus diterapkan kepada semua orang
yang berada di dalam wilayah setiap negara dan tidak akan dianggap
sutau diskriminasi bila memberikan status khusus kepada perempuan
hamil , ibu menyusui , anak – anak dan remaja perempuan untuk
melindungi hak – haknya , di dalam tahanan tidak dibenarkannya
suatu tindakan penyiksaan , perlakuan kejam dan tidak manusiawi dan
untuk melindungi hak tersangka atau terdakwa negara harus
memberikan sangsi dan tidak memihak terhadap setiap tindakan yang
bertentangan dengan pelanggaran hak , dan apabila terjadi atau diduga
akan terjadinya pelanggaran terhadap prinsip ini para pejabat harus
melaporkannya kepada yang berwenang, dalam prosedur penangkapan
siapapun orang yang ditangkap harus segera diberitahukan tentang
biaya terhadap dirinya pada saat pengkapan dan alasan pengkapan
terhadap dirinya , selain itu orang yang berada di dalam tahanan
diberikan hak :
1. Melalukan pembelaan terhadap dirinya atau dibantu oleh penasehat
hukum seperti yang ditentukan oleh hukum dan dalam hal tersebut
harus adanya catatan mengenai :
a. Alasan penangkapan
b. Tempat dimana orang tersebut ditangkap
c. Identitas petugas penegak hukum yang melakukan pengkapan
d. Informasi yang tepat mengenai tempat penahanan
kemudian catatan tersebut harus disampaikan kepada orang yang
ditahan atau penasehat hukumnya begitu juga saat dimulainya
pemenjaraan atau penahanan atas penagkapan seseorang wajib
diberikan penjelasan dan informasi atas hak – hak terhadap
dirinya yang dapat dimanfaatkannya .
2. Mendapatkan penerjemah bahasa dengan segera apabila orang
yang ditangkap tidak dapat memahami atau berbicara bahasa
yang digunakan.
3. Memberitahu atau meminta pihak yang berwenang untuk
memberitahukan anggota keluarganya atau orang lain jika orang
yang ditahan atau dipenjarakan dipindahkan kepenjara lain
dimana ia berada dalam tahanan dan apabila tahanan adalah orang
asing ia wajib diberitahukan tentang haknya untuk berkomunikasi
dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik
dari negara asalnya sesuai dengan hukum internasional dengan
wakil internasional yang kompeten dan jika orang yang ditahan
dan apabila terjadi penundaan pemberitahuan dalam prinsip ini
harus dalam jangka waktu yang wajar sesuai kebutuhan
penyelidikan selain itu orang yang ditahan berhak mendapatkan
bantuan dari penasehat hukum dan diberitahukan tentang hak –
haknya
serta
diberikan
fasilitas
yang
memadai
setelah
pengkapannya.
4. Memiliki penasehat hukum yang diberikan oleh hukum jika ia
tidak memiliki penasehat hukum pilihannya sendiri atau
dikarenakan tidak mampu membayar.
5. Untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan kuasa hukumnya
dengan waktu dan fasilitas yang memadai di dalam tahanan dalam
kerahasiaan penuh atau tanpa sensor dengan kuasa hukumnya saat
melakukan wawancara dan komunikasi antara orang yang ditahan
dengan penasehat hukumnya dapat dijadikan bukti.
6. Untuk dikunjungi oleh anggota keluarga dan harus diberikan
cukup kesempatan untuk berkomunikasi dengan dunia luar,
dengan wajar sesuai peraturan yang sah dan jika dimungkinkan
orang yang ditahan dapat meminta tempat penahanan yang cukup
dekat dengan tempat biasanya ia tinggal
7.
Untuk tidak dipaksa mengaku atau mengambil keuntungan dari
situasi yang memberatkan diri orang yang ditahan untuk bersaksi
melawan orang lain dan juga tidak diperkenankan untuk
digunakan sebagai eksperimen medis atau ilmiah yang dapat
merugikan kesehatannya tanpa atau dengan persetujuannya ,
dalam setiap melakukan intrograsi terhadap orang yang ditahan
durasi dari setiap intrograsi harus dicatat beserta identitas petugas
yang melakukan introgasi maupun orang yang hadir seperti yang
ditentukan oleh hukum dengan memberikan akses ke informasi
terhadap orang yang ditahan , apabila orang yang ditahan sakit
perlu dilakukan pemeriksaan medis yang layak serta perawatan
dan pengobatan medis kepada tahanan harus disediakan secara
gratis dalam menjalani pemeriksaan medis, nama dokter dan hasil
pemeriksaan tersebut harus diberi catantan.
8. Untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia, dari sumbersumber publik dan jumlah yang wajar dari pendidikan,
kebudayaan dan informasi , sesuai dengan kondisi yang wajar
untuk menjamin keamanan dan ketertiban di tempat penahanan
atau penjara.
9. Untuk berkomunikasi secara bebas dan dalam kerahasiaan penuh
dengan orang yang mengunjungi tempat-tempat penahanan atau
penjara. Dan untuk mengawasi ketaatan yang ketat dari hukum
dan peraturan, tempat penahanan harus dikunjungi secara teratur
oleh orang-orang berkualitas dan berpengalaman ditunjuk dan
bertanggung jawab kepada otoritas, di dalam tahanan juga
diterapkannya berbagai jenis tindakan disipliner terhadap prilaku
orang yang ditahan yang melakukan pelanggaran disiplin yang
mana hukuman tersebut ditentukan oleh peraturan sah yang telah
dibuat..
10. Untuk mengambil proses menurut hukum domestik sebelum
adanya keabsahan penahanan untuk memperoleh pembebasan
namun apabila terjadi kasus penyiksaan yang kejam dan tidak
manusiawi orang yang ditahan berhak membuat permintaan atau
keluhan atas pengobatannya kepada pihak yang bertanggung
jawab dan apabila selama dalam penahanan terjadi hilangnya
orang yang ditahan atau kematian wajib dilakukan penyelidikan
oleh peradilan atas penyebab hal tersebut yang mana timbulnya
suatu kelalaian atau kerusakan karena suatu tindakan harus
diberikan kompensasi atau ganti rugi sesuai dengan peraturan
yang berlaku oleh hukum domestic dan untuk menuntut
kompensasi atau ganti rugi harus diberikan prosedur dan
informasi yang disediakan oleh hukum dalam negeri.
Seperti yang kita ketahui mengenai asas equality before
the law , orang yang ditahan diduga atau dituduh melakukan
tindak pidana harus dianggap tidak bersalah dan harus
diperlakukan seperti itu sampai dibuktikan kesalahannya menurut
hukum dalam suatu pengadilan terbuka, di mana dia memperoleh
semua jaminan yang diperlukan untuknya dengan prosedur
penangkapan dan penahanan , tahanan harus segera dibawa ke
peradilan yang disediakan oleh hukum setelah penangkapannya
tanpa penundaan atas keabsahan perlu tidaknya penahanan, orang
yang ditahan berdasarkan tuduhan pidana berhak untuk diadili
dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan.
Prosedur untuk pelaksaan yang efektif dari Standar Minimum
Aturan untuk Perlakuan terhadap narapidana
Untuk memenuhi standar minimum perlakuan terhadap narapidana
ada beberapa prosedur yang harus diterapkan , antara lain :
Bagi semua negara yang belum memenuhi standar minimum aturan
untuk perlakuan terhadap narapidana harus mengadopsi peraturan
ini untuk adaptasi terhadap hukum dan budaya tanpa penyimpangan
tujuan dalam aplikasi dan eksekusi sistem peradilan pidana harus
tersedia untuk semua orang yang bersangkutan terutama untuk
penegak hukum dan personil pemasyarakatan.
Tentang pendaftaran masuk dan selama mereka dalam tahanan
harus tersedia sebagaimana yang terdapat di dalam peraturan
nasional maupun peraturan lain yang mana Negara harus
memberikan informasi sejauh mana pelaksanaan dan kemajuan yang
dibuat dengan memperhatikan penerapan Peraturan Minimum
Standar beserta faktor dan kesulitannya jika ada dan apa yang
mempengaruhi pelaksanaannya kepada Sekretaris Jenderal PBB
setiap lima tahun, dengan menanggapi Kuesioner Sekretaris
Jenderal dan untuk mempermudah penerapan prosedur, Negara
harus memberikan Sekretaris Jenderal :
(a) Salinan atau abstrak dari semua peraturan hukum dan tindakan
administratif tentang penerapan Aturan Standar Minimum untuk
orang di bawah penahanan dan ke tempat-tempat dan program
penahanan
(b) Setiap data statistik yang tersedia dan bahan deskriptif pada
program pengobatan, tenaga dan jumlah orang dalam segala bentuk
penahanan
(c) Setiap informasi lain yang relevan mengenai pelaksanaan dari
Peraturan, serta informasi tentang kemungkinan kesulitan dalam
aplikasi mereka.
Sekretaris Jenderal juga harus menyebarkan Peraturan Standar
Minimum dengan menerapkan prosedur ini agar tersedia bagi semua
Negara dan antar pemerintah dan non-pemerintah organisasi yang
bersangkutan, untuk memastikan sirkulasi terluas yang telah
menerapkan
prosedur
beserta
laporan
tentang
pelaksanaan
Peraturan, termasuk ringkasan analisis survei periodik, laporan
Komite
Pencegahan
Kejahatan
dan
Pengendalian,
laporan
dipersiapkan untuk Amerika dan harus ada referensi seluas mungkin
dari penggunaan teks peraturan di semua program yang relevan ,
termasuk kegiatan kerja sama teknis dan hal ini harus dipastikan
oleh sekretaris jendral. Sebagai bagian dari kerjasama teknis dan
program pembangunan PBB harus:
(a) Memberi bantuan kepada Pemerintah atas permintaan mereka,
dalam mendirikan dan memperkuat komprehensif dan sistem
pemasyarakatan yang manusiawi;
(b) Meminta layanan dari para ahli dan penasihat regional dan
interregional pada pencegahan kejahatan dan peradilan pidana;
(c) Menggalakkan seminar nasional dan regional dan pertemuan lain
pada tingkat profesional dan non-profesional untuk memajukan
penyebaran Standar Minimum Aturan dan prosedur pelaksanaan ini;
(d) Memperkuat dukungan substantif untuk riset regional dan
pelatihan lembaga dalam pencegahan kejahatan dan peradilan
pidana yang berkaitan dengan PBB.
Selain itu Komite Pencegahan Kejahatan dan Pengendalian wajib
membantu Jenderal Majelis, Dewan Ekonomi dan Sosial dan setiap
Serikat Bangsa lainnya ,badan hak asasi manusia, sebagaimana
mestinya, dengan rekomendasi yang berkaitan dengan laporan
komisi penyelidikan ad hoc, sehubungan dengan masalah yang
berkaitan dengan penerapan dan pelaksanaan dari Peraturan Standar
Minimum dan tidak ada dalam prosedur pelaksanaan ini dapat
dianggap sebagai menghalangi resor di bawah hukum internasional
atau ditetapkan oleh badan-badan PBB lainnya .
Prinsip Dasar untuk Perlakuan terhadap Narapidana
Dalam memeperlakukan narapidana , harus berpedoman dalam prinsip
dasar yang berupa :
Semua tahanan harus diperlakukan dengan hormat karena martabat
mereka dan nilai sebagai manusia.
Tidak akan ada diskriminasi atas dasar ras, bahasa, warna, jenis
kelamin, agama, pendapat politik atau lainnya, asal nasional atau
sosial, kepemilikan, kelahiran atau status lainnya.
Untuk menghormati keyakinan agama dan ajaran budaya dari
kelompok mana tahanan dalam kondisi lokal.
Tanggung jawab penjara atas penahanan tahanan dan untuk
perlindungan masyarakat terhadap kejahatan harus dibuat sesuai
dengan Negara sosial lainnya tujuan dan tanggung jawab mendasar
untuk mempromosikan kesejahteraan dan perkembangan semua
anggota masyarakat.
Kecuali untuk keterbatasan yang terbukti, semua tahanan akan
mempertahankan hak asasi manusia dan fundamental kebebasan yang
diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Semua tahanan memiliki hak untuk ambil bagian dalam kegiatan
budaya dan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan
sepenuhnya kepribadian manusia.
Upaya yang ditujukan kepada penghapusan sel isolasi sebagai
hukuman, atau pembatasan penggunaannya.
Ketentuan ini dibuat memungkinkan tahanan untuk melakukan
pekerjaan yang akan memfasilitasi reintegrasi mereka ke dalam negara
pasar tenaga kerja dan mengizinkan mereka untuk berkontribusi pada
keuangan mereka sendiri dukungan dan untuk keluarga mereka.
Tahanan harus memiliki akses ke layanan kesehatan yang tersedia di
negara ini tanpa diskriminasi atas dasar situasi hukum mereka.
Dengan partisipasi dan bantuan dari masyarakat dan lembaga sosial,
dan dengan memperhatikan kepentingan korban, kondisi yang
menguntungkan harus dibuat untuk reintegrasi mantan tahanan ke
dalam masyarakat di bawah kondisi terbaik yang memungkinkan.
Prinsip-prinsip di atas harus diterapkan tidak memihak.
b. Di luar Kompendium
DUHAM
Penegakan HAM dalam upaya melindungi hak tersangka atau
terdakwa dimuat di dalam beberapa pasal yang terdapat di dalam
DUHAM, antara lain :
a. Pasal 2 DUHAM menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam
Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti
pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau
pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik,
kelahiran ataupun kedudukan lain.
b. Pasal 7 DUHAM menegasakan Semua orang sama di depan hukum
dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap
setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini,
dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi
semacam ini. (equality before the law)
c. Pasal 10 DUHAM menjelaskan Setiap orang, dalam persamaan yang
penuh, berhak atas peradilan yang adil dan terbuka oleh
pengadilan yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak
dan kewajiban-kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang
dijatuhkan kepadanya. (hak atas peradilan yang fair, independent dan
tidak memihak dan hak atas peradilan yang terbuka untuk umum)
d. Pasal 11 ayat (1) DUHAM menyatakan Setiap orang yang dituntut
karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam
suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua
jaminan yang perlukan untuk pembelaannya. (praduga tak bersalah)
ICCPR
Dapat diketahui bahwa ICCPR sebagai konvensi internasional yang
kini menjadi hukum positif di indonesia memiliki bayak persamaan
dengan KUHAP, ada beberapa ketentuan hak tersangka maupun
terdakwa di atur di dalam ICCPR yang telah diakomodasi di dalam
KUHAP , hak – hak tersebut antara lain :
1. Hak – hak dasar yang harus dihormati
Untuk menghormati standar non diskriminasi dapat dikaji dalam
artikel 3 dan 26 ICCPR
2. Hak untuk hidup dan bebas dari penyiksaan atau tindakan pemidanaan
yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan yang lain :
a. Hak untuk hidup
Perampasan terhadap hak untuk hidup merupakan pengingkaran
utama dari martabat kemanusiaan
b. Penyiksaan
Walaupun larangan penyiksaan dilarang dalam berbagai instrument
internasional dan hukum nasional namun dalam praktek masih sering
terjadi maka hal ini diatur di dalam artikel 6, 7 dan 10 ICCPR.
3. Hak atas kebebasan dan hak – hak terpidana
Penangkapan dan penahanan secara abrtrair merupakan pelanggaran
berat terhadap martabat kemanusiaan, mereka yang sejatinya
merupakan orang- orang yang menjadi korban penagkapan sewengwenang termasuk perlakuan yang tidak manusiawi di penjara dan hal
ini di kaji dalam artikel 9 dan 11 ICCPR.
4. Hak atas fair trial
Memberikan jaminan terselenggaranya peradilan yang jujur terhadap
semua orang yang dituduh melakukan tindak pidana, landasan fair
trial ini terdapat dalam artikel 14 dan 15 ICCPR yang menegaskan
eksistensi hak seseorang atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh
pengadilan.
Dari hak – hak diatas yang terdapat di dalam ICCPR , bila diuraikan
lebih rinci mengenai hak – hak tersangka atau terdakwa , yaitu :
a. Pasal 14 ICCPR
Ayat (1) :
Hak atas peradilan yang fair, independent dan tidak memihak
Hak atas peradilan yang terbuka untuk umum
Hak persamaan kedudukan di hadapan hukum
Ayat (2) :
Hak atas presumption of innocence
Ayat (3) :
Hak untuk diberitahukan tentang sangkaan atau dakwaan terhadapnya
(huruf a)
Hak untuk menunjuk penasehat hukum dan hak atas waktu cukup
untuk mempersiapkan pembelaan (huruf b)
Hak untuk diadili seepatnya (huruf c)
Hak untuk membela diri secara langsung atau lewat penasehat atas
biaya sendiri atau biaya negara (huruf d)
Hak untuk diadili dengan kehadirannya (huruf d)
Hak untuk menguji pernyataan saksi a de chage di hadapan sidang
(huruf d)
Hak untuk menghadirkan saksi a de chage di hadapan sidang (huruf e)
Hak untuk meminta penerjemah (huruf f)
Hak untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian yang memberatkan
dirinya atau mengaku bersalah (huruf g)
Ayat (5) :
Hak atas upaya hukum ke pengadilan yang lebih tinggi
Ayat (6) :
Hak untuk ganti rugi apabila terjadi kesalahan penerapan peradilan
Ayat (7) :
Hak untuk tidak diadili atas perbuatan yang substansi materinya sama
b. Pasal 15 ICCPR
Ayat (1) :
Hak atas keringanan hukuman manakala terjadi perubahan peraturan
yang meringankan
Ayat (2) :
Hak atas non retro aktif
Konvensi Anti Penyiksaan
Adanya Konvensi anti penyiksaan adalah untuk melindungi
tersangka atau terdakwa dari adanya penyiksaan ataupun dugaan
penyiksaan yang dimuat di dalam pasal 1 yang berbunyi “Untuk
tujuan Konvensi ini, penyiksaan adalah setiap perbuatan dengan mana
sakit parah atau penderitaan, apakah fisik atau mental, sengaja
ditimpakan pada seseorang untuk tujuan seperti memperoleh darinya
atau dari orang ketiga informasi atau pengakuan, menghukumnya atas
suatu perbuatan dia atau orang ketiga yang telah dilakukan atau
diduga telah dilakukan, atau mengintimidasi atau memaksa dia atau
orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
diskriminasi dalam bentuk apapun, ketika rasa sakit atau penderitaan
yang ditimbulkan oleh atau atas hasutan atau dengan persetujuan atau
persetujuan dari orang resmi atau umum lainnya yang bertindak dalam
kapasitas resmi. Ini tidak termasuk rasa sakit atau penderitaan yang
timbul hanya dari, melekat atau yang terkait dengan sanksi hukum” .
B. ANALISIS
Pada bagian ini Penulis mencoba melakukan analisis perbandingan
antara pengaturan hak-hak tersangka/terdakwa di dalam Kompendium
dengan di dalam hukum nasional Indonesia. Analisis terutama akan
dilakukan
dengan
berpijak
pada
kategorisasi
hak-hak
tersangka/terdakwa dalam konteks pengaturan baik oleh Kompendium
maupun hukum nasional.
Apabila
diperbandingkan,
pengaturan
hak-hak
tersangka
atau
terdakwa dalam Kompendium dan hukum nasional bisa dikategorikan
menjadi 3 jenis. Pertama, ada hak-hak tersangka atau terdakwa yang
sama-sama diatur dalam Kompendium maupun dalam hukum
nasional. Kedua, ada pula hak-hak yang hanya diatur dalam
Kompendium, tetapi tidak diatur dalam hukum nasional. Ketiga, ada
hak-hak yang diatur dalam hukum nasional, namun tidak diatur dalam
kompendium. Ketiga kategori tersebut ditampilkan dalam tabel-tabel
di bawah ini.
No.
1.
Tabel Perbandingan Perlindungan Hak – hak Tersangka atau
Terdakwa dilihat dari Kompendium dan Hukum Nasional
Substansi Hak
Kompendium Hukum
Keterangan
Nasional
Hak untuk tidak
didiskriminasi
Prinsip 5
Pasal 28I ayat (2)
UUD 1945
Asas equality
before the law
(persamaan
dimuka hukum)
Pasal 3 ayat (3)
UU No. 39 tahun
1999 tentang
HAM
Pasal 5 ayat (1)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
2.
Hak untuk
diperlakukan secara
manusiawi
Prinsip 6
Pasal 33 ayat (1)
UU No. 39 tahun
1999 tentang
HAM
3.
Hak untuk
diberitahukan alasan
penangkapan
Prinsip 10
Pasal 59 KUHAP
4.
Hak untuk memilih
penasehat hukum
Prinsip 11
Pasal 55 KUHAP
5.
Hak untuk diberi
informasi dan
penjelasan mengenai
hak – haknya
Prinsip 13
Tidak ada
6.
Hak untuk
memperoleh
Prinsip 14
Pasal 53 ayat (1)
KUHAP
Hak untuk bebas
dari penyiksaan
penerjemah bahasa
atau juru bicara
7.
Hak untuk meminta
memberitahukan
keluarganya
mengenai tempat ia
ditahan
Prinsip 16
huruf (a)
8.
Hak untuk
berkomunikasi
dengan cara yang
sesuai dengan
konsuler atau misi
diplomatik dari
Negara asalnya
Prinsip 16
huruf (b)
Pasal 57 ayat (2)
KUHAP
9.
Hak untuk
mendapatkan
bantuan dari
penasehat hukum
dan fasilitas yang
memadai
Prinsip 17
Pasal 54
ayat (1)
KUHAP
Hak untuk
mendapatkan
penasehat hukum
secara cuma- cuma
Prinsip 17
Pasal 56
ayat (2)
KUHAP
Hak untuk
berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
Prinsip 18
Pasal 57 ayat (1)
KUHAP
Hak untuk diberikan
waktu yang
memadai dan
fasilitas untuk
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
Prinsip 18
10.
11.
12.
ayat (1)
ayat (2)
Pasal 59
KUHAP
Tidak ada
Berlaku bagi
orang asing
13.
Hak untuk
dikunjungi oleh
kuasa hukumnya
dalam kerahasiaan
penuh
Prinsip 18
ayat (3)
Pasal 19 UU No.
18 tahun 2003
tentang Advokat
Memberikan hak
kepada orang yang
ditahan untuk
melakukan
komunikasi
dengan kuasa
hukum tanpa di
mata – matai dan
terjaga
kerahasiaan dari
isi
pembicaraannya.
Hak untuk
dikunjungi anggota
keluarga dan harus
diberikan cukup
kesempatan untuk
berkomunikasi
dengan dunia luar
Prinsip 19
Pasal 60 KUHAP
Sesuai dengan
peraturah yang sah
15.
Hak untuk meminta
ditahan di tempat
penahanan yang
dekat dengan tempat
tinggalnya
Prinsip 20
Tidak ada
Dalam peraturan
tertulis tidak ada
namun dalam
prakteknya hak ini
memungkinkan
untuk diperoleh
16.
Hak untuk tidak
tunduk pada
intrograsi dengan
menggunakan
ancaman
Prinsip 21
Pasal 52 KUHAP
Bebas
memberikan
keterangan
17.
Hak untuk menolak
dijadikan
eksperimen medis
Prinsip 22
Tidak ada
18.
Hak untuk
mendapatkan
Prinsip 24
Pasal 28 H
14.
Pasal 61 KUHAP
ayat (2)
Di dalam hukum
nasional tidak ada
perawatan dan
pengobatan medis
secara gratis
UUD 1945
pengaturan
terhadap tersangka
atau terdakwa
untuk
mendapatkan
pengobatan medis
secara gratis tetapi
bisa mengacu pada
peraturan khusus
yang ada di dalam
UUD 1945 secara
umum bagi warga
negara indonesia
berhak
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
Di dalam pasal 4
UU No. 14 tahun
2008 menyebutkan
semua orang
berhak
memperoleh
informasi publik ,
maka tersangka
atau terdakwa pun
mempunyai hak
tersebut sebagai
warga negara
sesuai ketentuan
undang- undang
19.
Hak untuk
mendapatkan sumber
daya yang tersedia
seperti pendidikan ,
kebudayaan dan
informasi
Prinsip 28
Pasal 4 ayat (1)
dan (2) UU No.
14 tahun 2008
tentang
Keterbukaan
informasi publik
20.
Hak untuk
berkomunikasi
secara bebas dan
rahasia dengan orang
yang mengunjungi
tempat penahanan
atau penjara
Prinsip 29
Tidak ada
ayat (2)
21.
Hak untuk didengar
sebelum tindakan
disipliner diambil
Prinsip 30
Tidak ada
Untuk orang yang
di tahan atau
dipenjarakan
selama dalam
penahanan
22.
Hak untuk
menantang
keabsahan
penahanannya untuk
memperoleh
pembebasannya
Prinsip 32
Pasal 67 KUHAP
Hak ini bisa
digunakan dengan
pemanfaatan
upaya hukum baik
itu upaya hukum
biasa atau upaya
hukum luar biasa
23.
Hak untuk membuat
permintaan atau
keluhan tentang
pengobatannya
kepada pihak yang
bertanggung jawab
Prinsip 33
Tidak ada
Bila keluhan
kesehatan akibat
kasus penyiksaan
kejam dan tidak
manusiawi
24.
Hak untuk dianggap
tidak bersalah
sampai ada bukti
atas kesalahannya
Prinsip 36
Pasal 6 ayat (2)
ayat (1)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
kehakiman
ayat (2)
Pasal 18 ayat (1)
UU No. 39 tahun
1999 tentang
HAM
25.
Hak untuk segera
dihadapkan kemuka
sidang pengadilan
Prinsip 37
Pasal 50 ayat (2)
KUHAP
26.
Hak untuk diadili
secepatnya
Prinsip 38
Pasal 50 ayat (3)
KUHAP
Menganut asas
praduga tak
bersalah
27.
Hak atas Non retr
aktif
Tidak ada
Pasal 28 huruf (i)
UUD 1945
28.
Hak segera
mendapatkan
pemeriksaan
Tidak ada
Pasal 50 ayat (1)
KUHAP
29.
Hak menghubungi
dan menerima
kunjungan dokter
pribadinya untuk
kepentingan
kesehatan
Tidak ada
Pasal 58
Hak mengirim dan
menerima surat
kepada atau dari
penasehat hukum
dan keluargannya
Tidak ada
Hak menghubungi
dan menerima
kunjungan dari
rohaniawan
Tidak ada
Hak diadiili di
sidang pengadilan
yang terbuka untuk
umum
Tidak ada
Hak mengusahakan
dan mengajukan
saksi atau ahli yang
menguntungkan
baginya
Tidak ada
Hak menuntut ganti
rugi dan rehabilitasi
Tidak ada
30.
31.
32.
33.
34.
KUHAP
Pasal 62
KUHAP
Pasal 63
KUHAP
Pasal 64
KUHAP
Pasal 65
KUHAP
Pasal 68
KUHAP
Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hokum
a. Tabel Kategori I :
Hak tersangka atau terdakwa yang sama – sama dijamin di
dalam Kompendium dan Hukum nasional
No.
1.
Substansi Hak
Hak untuk tidak
didiskriminasi
Kompendium
Hukum
Nasional
Penjelasan
Prinsip 5
Pasal 28I ayat
(2)
Hak ini berlaku dan
diterapkan kepada
semua orang tanpa
membedakan ras,
bahasa, warna, jenis
kelamin, agama dan
status sosial
UUD 1945
Pasal 3 ayat (3)
UU No. 39
tahun 1999
tentang HAM
Pasal 5 ayat (1)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
2.
Hak untuk
diperlakukan secara
manusiawi
Prinsip 6
Pasal 33 ayat (1)
UU No. 39
tahun 1999
tentang HAM
3.
Hak untuk
diberitahukan alasan
penagkapan
Prinsip 10
Pasal 59
KUHAP
Hak tidak dikenai
penyiksaan atau
perlakuan kejam
(bebas dari
penyiksaan)
Hak untuk
diberitahukan alasan
penangkapan berlaku
bagi siapapun yang
ditangkap dan wajib
memberitahukan
tentang
penahanannya
kepada keluarganya
4.
Hak untuk memilih
penasehat hukumnya
Prinsip 11
5.
Hak untuk
memperoleh
penerjemah bahasa
atau juru bicara
Prinsip 14
6.
Hak untuk meminta
memberitahukan
keluarganya mengenai
tempat ia ditahan
Prinsip 16
huruf (a)
7.
Hak untuk
berkomunikasi dengan
cara yang sesuai
dengan konsuler atau
misi diplomatik dari
negara asalnya
Prinsip 16
huruf (b)
Pasal 55
KUHAP
Orang yang ditahan
mempunyai hak
untuk membela diri
dengan memilih
sendiri penasehat
hukumnya
Pasal 53 ayat (1) Tersangaka atau
KUHAP
terdakwa berhak
mendapat bantuan
juru bicara apabila
tidak cukup
memahami bahasa
yang digunakan
Pasal 59
KUHAP
Orang yang ditahan
berhak
memberitahukan
keluarganya
mengenai tempat ia
ditahan dimaksudkan
agar dapat meminta
bantuan untuk
mendapatkan
bantuan hukum atau
jaminan bagi
penagguhannya
Pasal 57 ayat (2) Bagi tersangka atau
KUHAP
terdakwa yang
berkebangsaan asing
juga berhak
menghubungi dan
berbicara dengan
perwakilan
negaranya dengan
cara yang sesuai
dengan konsuler dan
misi diplomatik
8.
9.
10.
11.
12.
Hak untuk
mendapatkan bantuan
dari penasehat hukum
dan fasilitas yang
memadai
Prinsip 17
Hak untuk
mendapatkan
penasehat hukum
secara cuma - cuma
Prinsip 17
Hak untuk
berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
prinsip 18
Hak untuk dikunjungi
oleh kuasa hukumnya
dalam kerahasiaan
penuh
Prinsip 18
Hak untuk dikunjungi
anggota keluarga dan
kesempatan cukup
untuk berkomunikasi
Prinsip 19
ayat (1)
ayat (2)
ayat (1)
ayat (3)
Pasal 54
KUHAP
Orang yang ditahan
berhak mendapatkan
bantuan hukum guna
untuk kepentingan
pembelaannya pada
setiap tingkat
pemeriksaan
Pasal 56
KUHAP
Bila orang yang
ditahan tidak
mempunyai pilihan
penasehat hukumnya
maka ia berhak
untuk mendapatkan
penasehat hukum
yang ditunjuk untuk
bertindak pada
semua tingkat
pemeriksaan dalam
proses peradilan
akan memberikan
bantuannya secara
cuma - cuma
Pasal 57 ayat (1)
KUHAP
Pasal 19 UU No. Advokat wajib
18 tahun 2003 merahasiakan segala
tentang Advokat sesuatu yang
diketahui dan berhak
atas kerahasiaan
penuh
Pasal 60
KUHAP
Pasal 61
dengan dunia luar
13.
14.
KUHAP
Hak untuk tidak
tunduk pada intrograsi
dengan menggunakan
ancaman
Prinsip 21
Hak untuk
mendapatkan
perawatan dan
pengobatan medis
secara gratis
Prinsip 24
ayat (2)
Pasal 52
KUHAP
Pasal 28 H
UUD 1945
Tersangka atau
terdakwa
mempunyai hak
untuk memberikan
keterangan secara
bebas dan tidak
memaksa untuk
mengaku dengan
menggunakan
ancaman ataupun
kekerasan
Tahanan ditawarkan
Pemeriksaan medis
beserta perawatan
dan pengobatan bila
diperlukan dan
diberikan secara
gratis
Dalam Pasal 28 H
UUD 1945 , hanya
menyebutkan berhak
mendapatkan
pelayanan kesehatan
hal ini ditujukan
untuk warga negara
dan tidak khusus
mengacu terhadap
tersangka atau
terdakwa (namun
tidak ada penekanan
apakah diberikan
secara gratis atau
tidak)
15.
Hak untuk
mendapatkan sumber
daya yang tersedia
Prinsip 28
Pasal 4 ayat (1)
dan (2)
Orang yang ditahan
berhak mendapatkan
pendidikan beserta
informasi publik dan
kebudayaan dengan
kondisi yang wajar
Di dalam pasal 4 UU
No. 14 tahun 2008
menyebutkan semua
orang berhak
memperoleh
informasi publik ,
maka tersangka atau
terdakwa pun
mempunyai hak tsb
sebagai warga
negara sesuai
ketentuan undangundang
16.
Hak untuk menentang
keabsahan penahanan
untuk memperoleh
pembebasannya
Prinsip 32
Pasal 67
KUHAP
Tersangka atau
terdakwa
mempunyai hak
untuk memanfaatkan
upaya hukum biasa
(banding dan kasasi)
atau upaya hukum
luar biasa
(peninjauan kembali)
dengan proses yang
sederhana , cepat
dan tanpa biaya
17.
Hak untuk dianggap
tidak bersalah sampai
ada bukti atas
kesalahannya
Prinsip 36
Pasal 6 ayat (2)
UU No. 4 tahun
2004 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
Hak ini berpedoman
kepada asas praduga
tak bersalah
ayat (1)
Pasal 18 ayat (1)
UU No. 39
tahun 1999
tentang HAM
18.
Hak untuk segera
dihadapkan kemuka
sidang pengadilan
Prinsip 37
Pasal 50 ayat (2) Tersangka atau
KUHAP
terdakwa
mempunyai hak
untuk segera
dihadapkan kemuka
sidang pengadilan
dengan maksud tidak
berlama- lama di
dalam tahanan
19.
Hak untuk diadili
secepatnya
Prinsip 38
Pasal 50 ayat (3) Dimaksudkan agar
KUHAP
segera diadili dalam
jangka waktu yang
wajar dan tidak
ditunda terus
menerus
Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum.
Untuk hak-hak yang diatur baik dalam Kompendium maupun dalam
hukum nasional, tidak dapat dikatakan bahwa pengaturan keduanya
identik. Ada hak-hak tertentu yang meskipun diatur dalam Kompendium
maupun dalam hukum nasional ternyata memiliki keluasan pengaturan
yang berbeda. Hak-hak tersebut diuraikan di bawah ini:
1. Hak tersangka atau terdakwa untuk meminta memberitahukan
keluarganya mengenai tempat ia ditahan
Kompendium prinsip 16 huruf (a) hanya memberikan hak untuk
memberitahukan
penahanannya
keluarga
sedangkan
tersangka
di
dalam
atau
pasal
terdakwa
59
hak
tentang
untuk
memberitahukan keluarga tentang penahanan tersangka atau terdakwa
dilihat sebagai suatu kewajiban oleh pejabat yang berwenang karena
wajib memberitahukan penahanan tersangka tidak hanya kepada
keluarga tetapi juga kepada orang lain yang serumah dengan
tersangka atau orang yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka.
2. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas
yang memadai
Kompendium prinsip 17 ayat (1) selain memberikan hak untuk
mendapatkan bantuan dari penasehat hukum , tersangka atau terdakwa
akan diberitahu tentang haknya oleh pejabat yang berwenang serta
diberikan fasilitas yang memadai sedangkan pasal 54 KUHAP hanya
memberikan hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari penasehat
hukum tanpa mengatur tentang memberitahukan tentang hak tersangka
atau terdakwa dan memberikan fasilitas yang memadai kepada
tersangka atau terdakwa.
3. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma – cuma
Kompendium prinsip 17 ayat (2) memberikan hak untuk memiliki
penasihat hukum yang diberikan kepadanya jika ia tidak memiliki
penasihat hukum pilihan sendiri karena tidak mampu membayar
penasehat hukum sedangkan pasal 56 KUHAP mengatur lebih rinci
mengenai tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati atau
pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum
wajib diberikan penasehat hukum yang bantuannya secara cuma –
cuma.
4. Hak untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan medis secara gratis
Di dalam Kompendium prinsip 24 adanya penawaran pemeriksaan
medis beserta perawatan dan pengobatan bila diperlukan dan diberikan
secara gratis kepada tersangka atau terdakwa sedangkan di dalam
hukum nasional tidak ada pengaturan terhadap tersangka atau terdakwa
untuk mendapatkan pengobatan medis secara gratis tetapi bisa
mengacu pada peraturan khusus yang ada di dalam pasal 28 H UUD
1945 secara umum bagi warga negara indonesia berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.
5. Hak untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia
Di dalam kompendium prinsip 28 memberikan hak kepada
tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan sumber daya
yang tersedia dari sumber-sumber publik dalam jumlah yang
wajar dari pendidikan, kebudayaan dan informasi sesuai
dengan kondisi yang wajar sedangkan di dalam hukum
nasional yang terdapat pada pasal 4 UU No. 14 tahun 2008
tentang keterbukaan informasi publik menyebutkan semua
orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka
atau terdakwa pun mempunyai hak tersebutb sebagai warga
negara sesuai ketentuan undang- undang.
6. Hak
untuk
dikunjungi
oleh
kuasa
hukumnya
dalam
kerahasiaan penuh
Prinsip 18 ayat (3) di dalam Kompendium menegaskan orang
yang ditahan mempunyai hak untuk berkonsultasi dan
berkomunikasi, tanpa penundaan atau sensor dan dalam
kerahasiaan penuh, dengan kuasa hukumnya sedangkan pasal
19 ayat (1) dan (2) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat
menjelaskan bahwa Advokat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya dan
Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien
serta perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi
elektronik Advokat yang membedakan antara pengaturan di
dalam kompendium dan UU No 19 tahun 2003 tentang
Advokat ialah kompendium menerapkan hak dikunjungi
kuasa hukum dalam kerahasiaan penuh dimiliki oleh orang
yang ditahan dalam hal ini tersangka atau terdakwa sedangan
pasal 19 UU Advokat memberikan hak atas kerahasian yang
diketahui dari klien ( tersangka atau terdakwa) lebih bersifat
menjadi hak dari kuasa hukum bukan hak dari tersangka atau
terdakwa walaupun demikian UU advokat secara tidak
langsung telah melindungi hak tersangka atau terdakwa untuk
dikunjungi kuasa hukumnya dalam kerahasian penuh.
b. Tabel Kategori II :
Hak tersangka atau terdakwa yang dijamin di dalam
Kompendium tetapi tidak dijamin di dalam Hukum nasional
No.
1.
Substansi Hak
Hak untuk diberi
informasi dan
penjelasan mengenai
Kompendium
Hukum
Nasional
Prinsip 13
Tidak ada
Penjelasan
Pada saat
penagkapan ,
penahanan atau
hak – haknya
2.
pemenjaraan orang
tersebut berhak
diberitahukan
mengenai hak –
haknya agar dapat
dimanfaatkan
Hak untuk diberikan
waktu yang memadai
dan fasilitas untuk
berkonsultasi dengan
penasehat hukumnya
Prinsip 18
3.
Hak untuk meminta di
tahan di tempat
penahanan yang dekat
dengan tempat
tinggalnya
4.
Hak untuk menolak
dijadikan eksperimen
medis
Tidak ada
Yang dimaksud
waktu yang
memadai adalah
waktu yang cukup
untuk dapat
berkonsultasi dengan
kuasa hukumnya
tanpa harus terburuburu dan fasilitas
yang dimaksud
disini adalah
ruangan yang layak
dipergunakan untuk
berkonsultasi.
Prinsip 20
Tidak ada
Di dalam substansi
hak ini tidak nyata
tertulis dalam
peraturan
perundangan hukum
nasional akan tetapi
dalam prakteknya
hak ini ada
Prinsip 22
Tidak ada
Orang yang ditahan
mempunyai hak
untuk menolak
dijadikan ekperimen
terhadap dirinya bila
hal itu bisa merusak
kesehatannya baik
itu ekperimen medis
ataupun ilmiah.
ayat (2)
5.
6.
Hak untuk didengar
sebelum tindakan
disipliner diambil
Prinsip 30
Hak untuk membuat
permintaan atau
keluhan tentang
pengobatan kepada
pihak yang
bertanggung jawab
apabila mengalami
penyiksaan
Prinsip 33
Tidak ada
Untuk orang yang di
tahan atau
dipenjarakan selama
dalam penahanan
menimbulkan
terjadinya
pelanggaran disiplin
Tidak ada
Tersangka atau
terdakwa berhak
membuat keluhan
bila keluhan
kesehatan tersebut
akibat kasus
penyiksaan kejam
dan tidak manusiawi
ayat (2)
Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum
Berdasarkan tabel diatas adanya substansi hak tersangka atau terdakwa yang
hanya diatur di dalam Kompendium saja namun ada substansi hak tersangka atau
terdakwa yang di dalam hukum nasional substansi hak ini tidak nyata tertulis
dalam peraturan perundangan hukum nasional akan tetapi dalam prakteknya hak
ini ada yaitu Hak untuk meminta di tahan di tempat penahanan yang dekat
dengan tempat