Analisis pengembangan wilayah
http://epserv.fe.unila.ac.id
ABSTRAK
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH SEKTOR BASIS DILIHAT
DARI SISI KEBIJAKAN PEMERINTAH DI KOTA METRO
Oleh
Resha M oniyana Putri
Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan/
kelemahan di wilayahnya semakin penting. Sektor basis, memiliki prospek yang
lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor- sektor
lain untuk berkembang. Berkaitan dengan hal tersebut maka suatu daerah baik
itu propinsi, kotamadya, maupun kabupaten perlu merancang Peraturan Daerah,
Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Strategis yang mampu mewujudkan
pengembangan wilayah .
Penelitian ini memfokuskan permasalahannya pada karakteristik potensi wilayah
Kota Metro karena Kota Metro merupakan wilayah yang memberikan sumbangan
yang paling kecil kepada PDRB Provinsi Lampung, sehingga permasalahan yang
diangkat pada penelitian ini adalah ”Apakah kebijakan pengembangan wilayah
sektor basis yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Metro telah sesuai dengan
kondisi sektor- sektor ekonomi di wilayah tersebut?”. Penelitian ini berusaha
untuk menelaah kebijakan apa yang paling tepat dalam rangka mengembangkan
sektor basis di suatu daerah dengan memilah sektor-sektor riil yang berkompeten.
Untuk mengetahui sektor basis yang potensial di Kota Metro penelitian ini
menggunakan dua alat analisis, yaitu analisis Location Quatient (LQ) dan analisis
Shift–Share. Location quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya
peranan suatu sektor di satu wilayah (sub wilayah/ kabupaten(kota)) terhadap
besarnya peranan sektor tersebut di wilayah yang lebih luas (wilayah/provinsi),
sedangkan analisis shift–share dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui
pergeseran dan peranan perekonomian di daerah.
Dari hasil perhitungan LQ diketahui bahwa sektor basis di Kota Metro adalah
sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, air, dan gas bersih, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor bangunan sedangkan sektor non
basisnya adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Pada hasil
perhitungan Shift Share diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai differential
positif adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. serta sektor jasajasa serta sektor-sektor memiliki nilai differential negatif. Sektor yang memiliki
differential positif adalah sektor yang potensial dikembangkan dan sebaliknya.
Selanjutnya, sektor yang memiliki nilai proportional positif adalah sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sehingga dari
hasil perhitungan yang dianggap paling basis adalah sektor keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan.
Selanjutnya, jika dilakukan perbandingan antara hasil perhitungan dengan
kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2010
Kota Metro ditemukan adanya ketidaksesuain antara rencana kebijakan dengan
kenyataan sektor basis yang ada di Kota Metro. Hal tersebut dikarenakan
kebijakan dan program yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Metro tersebut
banyak mengarah pada sektor perdagangan, agroindustri, pertanian sedangkan
sektor basis yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan.
ABSTRAK
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH SEKTOR BASIS DILIHAT
DARI SISI KEBIJAKAN PEMERINTAH DI KOTA METRO
Oleh
Resha M oniyana Putri
Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan/
kelemahan di wilayahnya semakin penting. Sektor basis, memiliki prospek yang
lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor- sektor
lain untuk berkembang. Berkaitan dengan hal tersebut maka suatu daerah baik
itu propinsi, kotamadya, maupun kabupaten perlu merancang Peraturan Daerah,
Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Strategis yang mampu mewujudkan
pengembangan wilayah .
Penelitian ini memfokuskan permasalahannya pada karakteristik potensi wilayah
Kota Metro karena Kota Metro merupakan wilayah yang memberikan sumbangan
yang paling kecil kepada PDRB Provinsi Lampung, sehingga permasalahan yang
diangkat pada penelitian ini adalah ”Apakah kebijakan pengembangan wilayah
sektor basis yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Metro telah sesuai dengan
kondisi sektor- sektor ekonomi di wilayah tersebut?”. Penelitian ini berusaha
untuk menelaah kebijakan apa yang paling tepat dalam rangka mengembangkan
sektor basis di suatu daerah dengan memilah sektor-sektor riil yang berkompeten.
Untuk mengetahui sektor basis yang potensial di Kota Metro penelitian ini
menggunakan dua alat analisis, yaitu analisis Location Quatient (LQ) dan analisis
Shift–Share. Location quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya
peranan suatu sektor di satu wilayah (sub wilayah/ kabupaten(kota)) terhadap
besarnya peranan sektor tersebut di wilayah yang lebih luas (wilayah/provinsi),
sedangkan analisis shift–share dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui
pergeseran dan peranan perekonomian di daerah.
Dari hasil perhitungan LQ diketahui bahwa sektor basis di Kota Metro adalah
sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, air, dan gas bersih, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor bangunan sedangkan sektor non
basisnya adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Pada hasil
perhitungan Shift Share diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai differential
positif adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. serta sektor jasajasa serta sektor-sektor memiliki nilai differential negatif. Sektor yang memiliki
differential positif adalah sektor yang potensial dikembangkan dan sebaliknya.
Selanjutnya, sektor yang memiliki nilai proportional positif adalah sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sehingga dari
hasil perhitungan yang dianggap paling basis adalah sektor keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan.
Selanjutnya, jika dilakukan perbandingan antara hasil perhitungan dengan
kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2010
Kota Metro ditemukan adanya ketidaksesuain antara rencana kebijakan dengan
kenyataan sektor basis yang ada di Kota Metro. Hal tersebut dikarenakan
kebijakan dan program yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Metro tersebut
banyak mengarah pada sektor perdagangan, agroindustri, pertanian sedangkan
sektor basis yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan.