PETUNJUK TEKNIS APLIKASI and BUDIDAYA PU

PETUNJUK TEKNIS APLIKASI & BUDIDAYA
METODE PEMUPUKAN BERBASIS PADA

PUPUK ORGANIK DEWA PUPUK
TEKNOLOGI & STRATEGI PENINGKATAN RENDEMEN TANAMAN TEBU
(TERAPAN & PENGGUNAAN UNTUK LAHAN PER 1 Ha)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NILAI DASAR & TUJUAN TEKNOLOGI
Tujuan utama penanaman tebu adalah untuk memperoleh hasil hablur yang sebanyak
benyaknya, Hablur adalah gula sukrosa yang dikristalkan, dalam system produksi gula,
pembentukan gula terjadi didalam proses metabolise tanaman tebu yang terjadi dilahan tebu,
dan pabrik gula sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat ekstraksi untuk mengeluarkan nira
dari batang tebu dan mengolahnya menjadi gula.
Hablur yang dihasilkan mencerminkan nilai “rendemen tebu” yang dalam prosesnya ternyata
rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh keadaan tanaman dan faktor
lingkungan tumbu, tanaman harus bermutu baik dan ditebang pada saat yang tepat, namun
sebaik apapun mutu tebu jika pabrik sebagai sarana pengolahan tidak baik, hablur yang
didapat akan berbeda dengan kandungan sukrosa yang ada dibatang tanaman tebu.
Pada dasarnya rendemen atau kadar gula dibentuk dikebun tebu. Pembentukannya dilakukan

melalui reaksi fotosintesis yang melibatkan khlorofil dan radiasi matahari, CO2 dan Air, dengan
hasil berupa gula yang kemudian ditraslokasikan dan disimpan dalam batang tebu. Reaksi
biokimiawi fotosintesis yang rumit berlangsung di khloroplast. Pada suasana radiasi matahari
yang kurang optimal karena adanya anomaly iklim yang disertai hujan berkepanjangan,
mengakibatkan kapasitas fotosintesis tidak optimal.
Varietas tebu, tata cara budidaya dan perlakuan terhadap tanaman dan tanah tempat
tumbuhnya, termasuk penambahan input berupa bahan organik, pupuk DEWA PUPUK (produk
lengkap: PHM, POC, NPK Humik Plus Mg, Rendemen) dan bahan bahan pendukung lainnya,
secara terintegrasi, diharapkan dapat meningkatkan “rendemen tebu”.

JENIS - JENIS VARIETAS TEBU
Klasifikasi tanaman tebu dikelompokkan sebagai berikut: termasuk Divisi: Spermatophya,
Subdivisio: Angiospermae, Famili: Gramineae, Genus: sccharum dan termasuk sepsis:
Saccharum officinarum L. Dan Tanaman ini termasuk famili rumput-rumputan (gramine) yang
terdiri dari 3 varietas, yaitu : genyah, verietas : sedang dan varietas dalam, Varietas genyah
dapat dipanen pada 12 bulan. Varietas sedang pada umur 12~14 bulan dan varietas dalam
pada umur di atas 14 bulan sedangkan
Jenis varietas tebu yang sering ditanam di Indonesia adalah: POY 3016, P.S. 30, P.S. 41, P.S.
38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dan kidang kencana dll.


SYARAT TUMBUH






Tanaman tebu dapat ditanam di daratan rendah sampai daratan tinggi yang tidak lebih dari
500 m dpl. Biasanya pada daratan tinggi yang lebih dari 1.200 m dpl pertumbuhan
tanaman akan lambat, Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah, yaitu curah
hujan kurang dari 2000 mm per tahun.
Tanaman membutuhkan curah hujan yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif.
Setelah itu, tanaman tidak banyak membutuhkan curah hujan. Curah hujan yang tinggi
setelah fase vegetatif akan menurunkan rendemen gula.
Curah hujan yang ideal adalah 125 mm per bulan selama 6 bulan pertama, 125 mm per
bulan pada dua bulan berikutnya, dan kurang dari 75 mm per bulan (bulan kering) pada
akhir pertanaman.
Tanaman membutuhkan udara panas, yaitu suhu udara antara: 25 s/d 30C dengan
perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 60C, perbedaan suhu siang dan malam tidak


Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 1



lebih dari 100C. Tanah yang ideal bagi tanaman tebu adalah tanah berhumus dengan
tanah tidak terlalu masan, dan pH antara 5,7 sampai dengan 7.
Batang tebu mengandung serat dan kulit batang (12,5 %), dan nira yang terdiri dari air,
gula, mineral dan bahan-bahan non gula lainnya (87,5 %).

PEMBUKAAN KEBUN









Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan
utama atau lori pabrik
Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang
lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got
diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got
supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got-got malang mencapai
kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah
lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan
juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi.
Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan
kontrol sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, gulu dan
diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

TURUN TANAH/KEBRUK
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan
/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm. di musim
kemarau terik tebal + 15 - 20 cm.

PERSIAPAN TANAM

1. OLAH LAHAN – PRA TANAM (14 – 20 Hari)
1.

Larutkan 2 (dua) Liter PHM DEWA PUPUK dalam 120 liter air, dan tambahkan 3 -5
kg dedak, 1-2 ons gula pasir dan 1-2 ons Urea. Aduk hingga merata, dan didiamkan
6–12
jam.
Selanjutnya siramkan larutan tersebut pada tumpukan jerami secara merata, dan
tumpukan jerami tersebut disiram dengan air secara merata hingga basah dan
Biarkan tumpukan jerami selama 1–2 minggu. (Lihat tehnis pembuatan kompos)

2.

Olah tanah dengan cara dibajak hingga gembur dan siram agar lembab, dan
pengolahan tanah dilakukan sebanyak 3 kali, dan buat alur tanam dengan jarak
juring 1,2 m dan kedalaman juring 40 cm

3.

Bersihkan tanah dari tanaman liar atau gulma dan sisa-sisa akar tanaman

sebelumnya

4.

Buat got dengan ukuran lebar 60 cm dengan kedalaman 70 cm (got keliling), got
malang atau palang dengan ukuran lebar 50 cm dan dengan kedalaman 60 cm

5.

Buat juringan dengan ukuran lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah yang
cenderung basah, 25 cm untuk tanah kering

6.

Sebelum tanam, juringan harus diairi untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran
hancur dan halus.

2. SELEKASI BIBIT/BENIH
1.


Lakukan seleksi bibit/benih tebu dan gunakan bibit benih tebu yang baik mutunya.

2.

Sebelum melakukan tanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC
DEWA PUPUK dosis 7 (tujuh) tutup per 10 liter air selama 12 Jam. (manfaat POC

Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 2

DEWA PUPUK yang memiliki kandungan Auksin, Giberelin, Sitokinin sehingga
mempercepat proses tumbuh)
3.

Bibit stek harus ditanam berhimpitan (jarak cm) agar mendapatkan jumlah anakan
semaksimal mungkin. Bibit stek jumlahnya (+/-) 65.000 s/d 70.000 per ha.

MASA TANAM
Pengelolaan pada masa musim tanam khususnya pada tanaman tebu berlangsung pada

periode tertentu, pengelolaan hara pada produk ini didasarkan pada realita tidak hanya
berorientasi pada target hasil tebu, tetapi harus diorientasikan pada pengelolaan hara
keberlanjutan, hal ini berarti bahwa produksi tebu yang menguntungkan harus dicapai secara
terintegrasi dengan upaya memelihara kesuburan tanah on-farm dan meminimkan dampak
negative on-farm.
Teknologi produk ini memiliki program 7 (tujuh) langkah merupakan sarana pengelolaan hara
secara terpadu yang memungkinkan adopsi “praktek terbaik” pengelolaan hara On-farm antara
lain adalah:
1.

Mengetahui dan memahami kualitas tanah (pH antara 5,7 sd 7).

2.

Memahami dan mengelola proses-proses dan kehilangan hara.

3.

Lakukan Uji tanah secara berkala.


4.

Mengadopsi arahan/pedoman/metode pemupukan produk ini secara terarah.

5.

Menganalisa kecukupan masukan hara (mis. Dengan analisa daun BWD)

6.

Memelihara sumber daya pertanian bagi generasi mendatang; dan menjaga lingkungan
yang lebih luas dengan jalan “tidak menggunakan pupuk kimia secara berlebihan”

7.

Melakukan pencatatan yang baik, untuk dapat memodifikasi masukan hara pada waktu
dan tempat yang tepat sehinggan menghasilkan produksi yang tinggi.

Program dalam praktek tersebut diharapkan memberi peluang yang sangat besar untuk dapat
meminimumkan resiko “kehilangan produktivitas” (kehilangan hasil), “Profitabilitas” (kehilangan

keuntungan), “hara” (pencucian, run-off, pelarutan), dan “sumber daya tanah” (erosi dan
kehilangan kesuburan) oleh karenanya produk ini menyediakan paket teknologi lengkap.

1. CARA TANAM
1.

Bibit Bagal/debbeltop/generasi, dan tanah kasuran harus diratakan dahulu,
kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm.
Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke
samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

2.

Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu:
batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring +/45o derajat dan Arahkan menghadap kearah barat, dan jika bibit rayungan bermata
dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman
+ 1 cm. Dan usahakan arah yang bermata dua atau lebih arahnya menghadap barat
atau utara.

3.


Bibit sebaiknya ditanam berhimpitan dan tertata baik atau sejajar agar diperoleh
anakan dengan jumlah yang maksimal

4.

Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petakpetak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata dan mendapat sinar matahari
yang cukup.

2. WAKTU TANAM
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa
giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 3

3. PENYIRAMAN
Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari
tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

4. PENYULAMAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sulam sisipan, dikerjakan 5-7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan
bermata satu.
Sulaman ke-1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3-4 helai. Bibit dari
rayungan bermata dua atau pembibitan.
Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur
+1 bulan
Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan
pemberian air ke -2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan.
Lepaskan daun kering sebanyak 3 kali saat sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4
minggu sebelum tebang
Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2.

5. PEMBUMBUNAN TANAH
1.

Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3-4 helai.
Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik
guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman
sehingga tertimbun tanah.

2.

Pembumbunan ke-2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar +
20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2
bulan.

3.

Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus
diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

6. GARPU MUKA GULUD
Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir.
Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

7. KLENTEK
Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7
bulan dan 4 minggu sebelum tebang.

8. TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat.
Ros-ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun
dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.

FASE & PROSES TUMBUH TANAMAN TEBU
1.

KERANGKA DASAR TEKNOLOGI
dan seterusnya lihat: (lampiran 5)

2.

FASE VEGETATIF
Pada awal dari tanaman tebu ini adalah bahwa “Pabrik Gula” adalah tanaman tebu itu
sendiri, yang secara spesifik dilaksanakan oleh “Daun melalui Fotosintesa” dan hasil
dari proses fotosintesa selain oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan (Akar, Batang,
Daun dll) sebagian disimpan cadangan didalam batang.
Dalam proses fotosintesa yang maksimal jika mampu memanfaatkan semua sumber daya
yang tersedia secara optimal, sehinga hasilnya secara maksimal pula dapat dipakai

Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 4

tanaman sebagai sumber energy untuk pertumbuhan sekaligus sebagai cadangan energy
yang disimpan didalam batang, dan inilah Cadangan energi yang tersimpan dalam
batang tanaman tebu sebagai dasar terbentuknya sukrosa yang menjadi bahan
dasar gula Kristal putih.
3.

FASE GENETATIF
Hasil dari proses fotosintesa tanaman tebu yang bias diproses untuk menjadi gula Kristal
putih hanya dalam bentuk Sukrosa, padahal masih terdapat bentuk gula lain (Glukosa,
Fruktosa dll) sehingga problemnya adalah memacu terbentuknya gugus Sukrosa atau
menghambat terjadinya reaksi balik Sukrosa untuk menjadi Glukosa dan Fruktosa.

4.

FOTOSINTESIS
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibai ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4
dan CAM (crassulacatang tebu yang roan acid metabolism) dan seterusnya lihat:
(lampiran 1 dan lampiran 4)

5.

SINTESIS SUKROSE
Sukrose merupakan produksi akhir asimilasi karbon (C) pada proses fotosintesis yang
terjadi didaun dan bentuk karbohodrat yang mudah ditransformasikan kejaringan simpan
atau sink tissues dalam tanaman dan seterusnya lihat: (lampiran 2)

6.

SIMPANAN SUKROSE DIBATANG
Akumulasi sukrosa pada batang tebu dimulai pada intermodal yang sedang mengalami
proses pemanjangan (elongation) dan seterusnya lihat: (lampiran 3)

METODE PEMUPUKAN
Kesuburan tanah telah mengalami penurunan dibanyak tempat dan lokasi perkebunan tebu,
sehingga diperlukan aplikasi atau penggunaan pupuk yang berimbang berdasarkan hasul uji
tanah dan kebutuhan tanaman tebu.
Suplai hara yang berimbang sangat penting supaya tanaman tebu dapat mencapai “potensial
hasil” yang optimal, unsur hara yang sangat penting bagi tanaman tebu adalah: N, P, K, Mg, B,
Cu, Fe. Mn . Si dan Zn sehingga pemupukan tanaman tebu dapat mengoptimumkan produksi
tebu sehingga menghasilkan Sukrose untuk menjadi Glukosa dan Fruktosa dalam bentuk
yang maksimal. Defisiensi (kekurangan) atau kelebihan salah satu (atau lebih) unsur ini dapat
mengakibatkan hasil tanaman tebu menjadi terbatas atau kekurangan unsure hara, dan
penggunaan pupuk yang effisien merupakan komponen utama bagi para petani/kelompok
tani/koperasi tani/perusahaan perkebunan sehingga praktek budidaya yang layak ekonomis
memupuk dengan dosis yang konsisten melalui pemupukan berimbang.
TABEL 1.1 APLIKASI TANAMAN TEBU

Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 5

KETERANGAN:
1.

PEMBUATAN KOMPOS: Larutkan 2 (dua) Liter PHM DEWA PUPUK dalam 280 liter air
dan tambahkan 3-5 kg dedak, 1-2 ons gula pasir, 10 Gram Garam Krosok dan 1-2 ons
Urea, Aduk hingga merata dan didiamkan 6–12 jam. Selanjutnya siramkan larutan PHM
DEWA PUPUK pada tumpukan jerami secara merata, dan tumpukan jerami tersebut
disiram dengan air secara merata hingga basah dan Biarkan tumpukan jerami selama 1–2
minggu sehingga kompos masak diperkaya dengan mikoriza serta untuk memacu mikroba
tanah dan meningkatkan ketersediaan hara. (Lihat tehnis pembuatan kompos).
Ditambah dengan 100 Kg TSP diaplikasikan secara terpisah.

2.

PEMUPUKAN DASAR: dilakukan pada -5 (lima) hari menjelang tanam, Larutkan 1 (satu)
Liter PHM DEWA PUPUK dalam 140 Liter air, kemudian diamkan beberapa saat baru
kemudian dipergunakan, Sekali penyiraman / penyemprotan dikocorkan secara merata
pada media tanah atau perakaran, diperlukan 1 liter PHM DEWA PUPUK untuk per 1
hektar untuk tanaman tebu guna memacu tumbuhnya dan aktifitas mikroba tanah dan
meningkatkan ketersediaan hara,
Ditambah dengan 100 Kg DEWA PUPUK NPK Humik Plus dan diaplikasikan secara
terpisah.

3.

PERTUMBUHAN AWAL : dilakukan setelah tanaman pada umur 15 (lima belas) Hari
Setelah Tanam, Larutkan 1 (satu) Liter POC DEWA PUPUK dalam 140 Liter air, kemudian
diamkan beberapa saat, kemudian dipergunakan, Aplikasikan dengan sistem
penyemprotan kabut secara merata pada media Batang dan Daun dan diperlukan 1 liter
POC DEWA PUPUK untuk per 1 hektar untuk tanaman tebu guna memicu dan
meningkatkan kapasitas fotosintesis dari klorofil.

4.

PERAWATAN TANAMAN 1: dilakukan setelah tanaman pada umur 25 (dua puluh lima)
Hari Setelah Tanam, pemupukan menggunakan pupuk ZA sebanyak 5o Kg.

5.

PERAWATAN TANAMAN 2: dilakukan pada 45 (empat puluh lima) hari setelah tanam,
Larutkan 1 (satu) Liter PHM DEWA PUPUK dalam 140 Liter air, kemudian diamkan
beberapa saat baru kemudian dipergunakan, Sekali penyiraman / penyemprotan
dikocorkan secara merata pada media tanah atau sekitar perakaran, diperlukan 1 liter
PHM DEWA PUPUK untuk per 1 hektar untuk tanaman tebu guna memacu tumbuhnya
dan aktifitas mikroba tanah dan meningkatkan ketersediaan hara,
Ditambah dengan 100 Kg Pupuk KCL dan diaplikasikan secara terpisah. Pemupukan
ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.

6.

PERAWATAN TANAMAN 3: dilakukan setelah tanaman pada umur 60 (enam puluh) Hari
Setelah Tanam, Larutkan 1 (satu) Liter POC DEWA PUPUK dalam 140 Liter air, kemudian
diamkan beberapa saat, kemudian dipergunakan, Aplikasikan dengan sistem
penyemprotan kabut secara merata pada media Batang dan Daun dan diperlukan 1 liter
POC DEWA PUPUK untuk per 1 hektar untuk tanaman tebu guna memicu dan
meningkatkan kapasitas fotosintesis dari klorofil.
Ditambah dengan 50 Kg ZA diaplikasikan secara terpisah, Pemupukan ditaburkan di
samping kanan rumpun tebu.

7.

PERAWATAN TANAMAN 4: dilakukan setelah tanaman pada umur 90 (sempilan puluh)
Hari Setelah Tanam, Larutkan 1 (satu) Liter POC DEWA PUPUK dalam 140 Liter air,
kemudian diamkan beberapa saat, kemudian dipergunakan, Aplikasikan dengan sistem
penyemprotan kabut secara merata pada media Batang dan Daun dan diperlukan 1 liter
POC DEWA PUPUK untuk per 1 hektar untuk tanaman tebu guna memicu dan
meningkatkan kapasitas fotosintesis dari klorofil dan memacu sintesis Sukrose untuk
menjadi Glukosa dan Fruktosa yang maksimal.

8.

PERAWATAN TANAMAN 5: dilakukan setelah tanaman pada umur 120 (seratus dua
puluh) Hari Setelah Tanam, Larutkan 1 (satu) Liter RENDEMEN DEWA PUPUK dalam 140
Liter air, kemudian diamkan beberapa saat, kemudian dipergunakan, Aplikasikan dengan
sistem penyemprotan kabut secara merata pada media Batang dan Daun dan diperlukan 1

Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 6

liter RENDEMEN DEWA PUPUK untuk per 1 hektar untuk tanaman tebu guna memicu
dan meningkatkan :
a.) Kapasitas dan mengikat fotosintesis dari klorofil dan memacu sintesis, memiliki unsur
mikro dalam bentuk khelat organik sebagai aktifator enzim.
b.) Menghambat terjadinya reaksi balik dari Sukrose untuk menjadi Glukosa dan Fruktosa
dalam proses reaksi inversi.
c.) Mendorong kinerja dalam menghasilkan karbohidrat sebagai bahan baku dasar
terbentuknya disakarida (Sukrosa) secara optimum.
d.) Mendorong pembentukan sukarosa secara Enzimatis, dan mengarahkan enegy
respirasi untuk sintesa sucrosa bukan untuk pembelahan sel (pembentukan sogolan)
e.) Memperkuat/mengikat simpanan sucrose dibatang tebu pasca tebang.

9. Waktu penyemprotan pagi (06.00-09.00) dan sore (16.00-18.00), POC DEWA PUPUK
metode aplikasinya disemprotkan kabut ke tanaman (batang, daun dan pucuk daun) dan
PHM DEWA PUPUK aplikasinya disemprotkan atau dikocorkan ke tanah dan perakaran.
Tidak dianjurkan penggunaan POC DEWA PUPUK atau PHM DEWA PUPUK bersamaan
dengan bahan-bahan KIMIA (pupuk atau Pestisida)

RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat
kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai
umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di
bagian pucuk dan pangkal batang.
Produksi gula per-satuan luas dari tanaman tebu berkolerasi positif dengan akumulasi sukrosa
dalam tanaman tebu, sedangkan proses penyimpanan dalam batang tebu yang sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan unsure hara dalam media tumbuh tanaman. Kualitas gula dalam
batang tebu ini juga sangat dipengaruhi oleh fraksi glukosa secara langsung dan kondisi
fisiologis tanaman dan bulan kering.
Pada saat batang tebu dipanen maka proses biositesis sukrosa terhenti dan proses respirasi
mulai berjalan, dimana sukrosa yang merupakan makanan simpanan akan dibongkar dan
dikonversikan menjadi glukosa dan fruktosa dan selanjutnya menjadi CO2 dan H2O,
perubahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa saat masih dibatang tebu lebih dikarenakan
proses respirasi saat setelah ditebang (pada saat menunggu giliran digiling), permasalahan ini
membutuhkan stretagi amemperbaiki manajemen pemanenan dan pasca panen, sehingga
perlu dipikirkan upaya-upaya memperpendek masa jeda waktu dari saat pemotongan akar
dengan saat penggilingan, hal ini untuk menghindari respirasi yang berlebihan disaat jeda
waktu giling,
Pada tebu varietas baru, terdapat beberapa hibrida seperti Saccharum officinarum L. Mampu
menyimpan 21% sukrosa dalam batangnya (Sreenivissan and Nair, 1991), Saccharum
spontaneum menyimpan 6%(Bull and Glasziou, 1963) dan Saccharum robustum Brandes
kurang dari 10% (Rao.et.al, 1985) perbedaan utama diantara spesies dalam mengakumulasi
sukrosa dalam batang tebu disebabkan oleh factor-faktor morphology dan factor Enzymatik.
Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus
atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung sukrosa 10 %,
sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %, hal ini tergantung pada musim tanam
dan pada umumnya dipengaruhi oleh pemahaman tentang bibit tebu, musim tanam, metode
pemupukan, pengawasan, keadaan musim dll.

Aplikasi Pupuk DEWA PUPUK pada Tanaman Tebu

Page 7