Kebijakan Plastik Berbayar Tak Efektif A (1)

Kebijakan Plastik Berbayar Tak Efektif Atasi Persoalan Sampah
news.unair.ac.id/2016/02/23/kebijakan-plastik-berbayar-tak-efektif-atasi-persoalan-sampah/

UNAIR News

23/2/2016

Prof. Ir. Agoes Soegianto, DEA, dosen di Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga (Foto: Istimewa)
UNAIR NEWS – Kebijakan mengenai plastik berbayar telah resmi diberlakukan. Setiap masyarakat yang
berbelanja di pasar swalayan wajib membayar Rp200,00 per lembar plastik. Menurut pemerintah, kebijakan ini
diterapkan untuk mengurangi penggunaan plastik dan menekan dampak buruk limbah plastik terhadap
lingkungan.
Menurut Prof. Ir. Agoes Soegianto, DEA, selaku dosen di Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga (FST UNAIR), kebijakan plastik berbayar belum dirasa tepat. Cara paling efektif menekan
jumlah limbah plastik adalah dengan memperbaiki proses pengolahannya.
“Seperti kita tahu, pemisahan sampah di TPA (tempat pembuangan akhir) masih belum dilakukan. Ini murni
tanggungjawab pemerintah yang harus mengurusnya. Tidak dengan cara membebankan pada masyarakat
untuk menekan peredaran plastik,” jelas Prof. Agoes ketika ditemui ruangannya, Senin (22/2).
Prof. Agoes menyesalkan bahwa penumpukan sampah di TPA masih bercampur aduk. Padahal, di beberapa
ruang publik tempat sampah telah dibuat terpisah. Sebab, pemisahan sampah menjadi percuma dan limbah

plastik akan sulit dipisahkan ataupun didaur ulang.
BACA JUGA: Peduli Lingkungan, UNAIR Bisa Berperan dalam Mengolah Sampah Plastik
“Di beberapa negara maju, selain pemerintah mengimbau masyarakat untuk memisahkan sampah, mereka juga
memiliki teknik pemisahan sampah di TPA. Sampah di TPA itu kemudian diolah hingga menghasilkan energi.
Teknik pemisahan dan pengolahan itulah yang belum diaplikasikan di sini,” tambah Prof. Agoes.
Selain itu, menurut Guru Besar bidang Ekotoksikologi FST UNAIR, kebijakan plastik berbayar tak akan bisa

1/2

menyelesaikan masalah sampah plastik. Hal ini justru akan membuka peluang penyelewengan dana karena
tidak adanya kejelasan aliran uang pengganti plastik.
Permasalahan sampah merupakan tanggungjawab pemerintah yang membutuhkan komitmen dan dukungan
masyarakat. Untuk itu, perlu adanya imbauan untuk membuang sampah secara terpisah dan menjaga
kebersihan lingkungan bagi masyarakat. Pemerintah juga harus memiliki komitmen dan tindakan untuk
mengolah sampah.
“Penelitian mengenai pengelohan sampah telah banyak, dan sudah lama dilakukan. Sebetulnya, Indonesia
sudah siap. Pemerintah saja yang belum berkomitmen ke arah sana,” tegas Prof. Agoes.(*)
Penulis: Okky Putri Rahayu
Editor: Defrina Sukma S
Post Views: 352


2/2