Seminar Spiritualitas Hidup Berkeluarga. doc
SPIRITUALITAS HIDUP BERKELUARGA
Sintese
Spiritualitas hidup berkeluarga penting untuk dipahami oleh para petugas pastoral agar dapat
memahami dan mengerti sungguh-sungguh persoalan hidup konkret umat. Dalam spiritualitas hidup
berkeluarga, perlu dipahami makna keluarga katolik itu sendiri. Keluarga katolik memiliki hubungan
perkawinan yang khas karena dasar sakramental (suci), tak terceraikan, dan monogami. Keluarga
katolik menjadi tanda kehadiran Allah dalam kasih yang satu dan kudus. Keluarga katolik juga menjadi
Gereja kecil dalam penghayatan iman katolik.
Sebagai Gereja kecil, keluarga katolik mengemban tugas sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai
imam, keluarga katolik memiliki tugas pengudusan terhadap setiap anggota keluarganya melalui
pembinaan iman yang tepat dan karena perkawinan yang dilakukan adalah kudus, yaitu sebagai rekan
Allah pencipta. Sebagai nabi, keluarga katolik bertugas mewartakan cinta kasih Allah ke dalam (para
anggotanya) dan dalam masyarakat di sekitarnya. Sebagai raja, keluarga katolik memiliki kebebasan
dan kemerdekaan sebagai anak-anak Allah. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa keluarga
katolik berpartisipasi aktif dalam setiap karya Allah di dunia.
Keluarga memperoleh sumber hidup spiritualnya sebagai imam, nabi dan raja melalui doa,
sabda dan Ekaristi. Melalui doa, keluarga disatukan secara batin dengan Allah dan dengan anggota
keluarga yang lain. Hal ini tampak misalnya ketika mendoakan anggota keluarga yang berulang tahun,
atau anggota keluarga yang sakit. Pendalaman sabda ilahi dalam keluarga juga sangat penting
dilakukan karena dari situlah keluarga mendapatkan pencerahan imannya. Ekaristi menjadi hal
terpenting bagi keluarga katolik, karena Ekaristi menjadi puncak perayaan iman kristiani sekaligus
sebagai sumber utama kekuatan dan keselamatan orang beriman.
Keluarga juga menjadi komunitas pendidik. Orangtua memiliki tugas penting yaitu menjadi
pendidik utama bagi anak-anaknya. Anak-anak akan menjadi pelestari kehidupan keluarga dan
masyarakat. Jika penerusnya tidak dapat hidup dengan baik, masa depan keluarga juga akan buruk.
Keluarga mendidik anggotanya untuk menjadi manusia yang utuh, dewasa, dan bertanggung jawab.
Keluarga katolik juga bertugas mendidik anak-anak dalam nilai-nilai iman.
Hal penting lainnya ialah seks dan cinta dalam keluarga. Seks di sini mengarah pada hidup
seksual suami istri dan pendidikan seksualitas bagi anak-anak usia remaja. Mereka perlu mengerti
makna seks yang sejati dan unsur dasar apa yang berperan di dalamnya. Dasar utama yang harus
ditanamkan dengan baik dalam keluarga adalah cinta kasih sejati yang memberi diri, bukan cinta untuk
menguasai atau memiliki. Kehidupan seks bukan semata-mata hasrat mencapai kenikmatan, melainkan
ungkapan cinta kasih dalam hidup perkawinan sekaligus proses penyatuan diri dengan pasangannya
dan juga ambil bagian dalam karya kasih Tuhan.
Secara praktis hidup keluarga juga tak lepas dari perekonomian. Dalam hal ekonomi,
diperlukan sikap jujur dan terbuka dalam keluarga. Perekonomian yang sehat dalam keluarga tercapai
ketika setiap anggota keluarga melatih diri untuk hidup seimbang, tahu batas, dan peduli terhadap
sesama anggota keluarga maupun dengan orang-orang di sekitarnya. Diperlukan juga pembedaan roh
yang tepat dalam mengelola perekonomian rumah tangga.
Hidup berkeluarga yang sehat mutlak membutuhkan komunikasi yang lancar. Tidak jarang
konflik muncul karena komunikasi yang tidak lancar. Dengan komunikasi yang baik, keluarga dapat
dengan mudah mengatasi konflik yang. Konflik yang diatasi dengan komunikasi yang baik akan
memberi keluarga kesadaran untuk rela mengurbankan dan membuka diri untuk saling melengkapi.
Persoalan-persoalan yang muncul dalam keluarga, misalnya dalam hal ekonomi, pendidikan anak,
hubungan suami istri, dsb. dapat diatasi melalui komunikasi yang baik.
Di tengah masyarakat, keluarga katolik menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah dunia.
Keluarga perlu menunjukkan diri sebagai orang beriman katolik yang teguh dan peduli. Dengan
demikian keluarga katolik dapat menjadi damai, garam dan terang bagi masyarakat. Isu-isu globalisasi
yang berkembang di masyarakat perlu bijak disikapi. Keluarga katolik tidak bisa menutup diri dari
perkembangan dunia dan kultur budaya masyarakat setempat. Perkembangan dunia menuntut keluarga
untuk sungguh bijaksana menentukan yang baik dan dapat diterima dari masyarakat dan yang buruk.
Kesadaran-kesadaran akan hal-hal tersebut di atas kiranya dapat menjadi sarana bagi keluarga
katolik untuk menghidupi keluarga dengan baik dan bijak. Secara praktis, keluarga katolik memiliki
aneka cara baik untuk menyegarkan, menjernihkan, bahkan menyembuhkan setiap keluarga katolik.
Rekreasi, retret, rekoleksi, atau ziarah dapat menjadi sarana praktis untuk menghidupi keluarga.
Pendampingan bagi keluarga yang dilakukan oleh keuskupan atau para biarawan juga dapat menjadi
sarana yang sangat menolong bagi keluarga.
Demi terbentuknya keluarga katolik yang baik, diperlukan reksa pastoral yang tepat pula.
Diperlukan pendampingan keluarga yang tertata untuk mencakup seluruh lapisan keluarga.
Pendampingan dapat ditujukan berdasarkan usia perkawinan, kelompok usia anggota keluarga (anakanak, remaja, orang dewasa, lansia), dsb. Yang terpenting dalam reksa pastoral tersebut ialah materi
yang tepat dengan metode yang tepat kepada sasaran yang tepat. Hal ini perlu disiapkan dengan baik
untuk memberikan hasil yang optimal.
Refleksi
Dari materi perkuliahan ini, saya dipersiapkan untuk menghadapi umat yang akan saya layani
jika cita-cita saya sebagai imam terpenuhi. Andaikan pun sebaliknya, materi ini dapat saya gunakan
untuk menghayati dan menghidupi panggilan hidup berkeluarga dengan lebih baik. Spiritualitas hidup
berkeluarga ini bagi saya amatlah penting karena dalam hidup berkeluargalah realitas hidup umat
dijumpai. Mereka yang hidup dalam realitas yang penuh tantangan ini, terlebih mereka yang hidup
dalam keluarga katolik, membutuhkan pendampingan yang memadai untuk menguatkan, menyatukan,
memelihara, dan mempertahankan hidup berkeluarga.
Setiap orang berasal dari keluarga, entah bagaimanapun bentuknya. Saya pun lahir dan hidup
dalam sebuah keluarga katolik yang baik. Kami hidup rukun dan bahagia, namun bukannya tanpa
halangan. Saya sendiri melihat dan sedikit banyak mengalami sendiri apa yang dirasakan oleh kedua
orangtua saya ketika saya sakit, ketika harus memutuskan dan melakukan perpindahan rumah,
mengurus saya dan adik-adik saya sekolah. Saya mensyukuri itu semua sebagai pelajaran hidup yang
tidak dapat dipelajari di mana pun, selain dalam keluarga.
Sintese
Spiritualitas hidup berkeluarga penting untuk dipahami oleh para petugas pastoral agar dapat
memahami dan mengerti sungguh-sungguh persoalan hidup konkret umat. Dalam spiritualitas hidup
berkeluarga, perlu dipahami makna keluarga katolik itu sendiri. Keluarga katolik memiliki hubungan
perkawinan yang khas karena dasar sakramental (suci), tak terceraikan, dan monogami. Keluarga
katolik menjadi tanda kehadiran Allah dalam kasih yang satu dan kudus. Keluarga katolik juga menjadi
Gereja kecil dalam penghayatan iman katolik.
Sebagai Gereja kecil, keluarga katolik mengemban tugas sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai
imam, keluarga katolik memiliki tugas pengudusan terhadap setiap anggota keluarganya melalui
pembinaan iman yang tepat dan karena perkawinan yang dilakukan adalah kudus, yaitu sebagai rekan
Allah pencipta. Sebagai nabi, keluarga katolik bertugas mewartakan cinta kasih Allah ke dalam (para
anggotanya) dan dalam masyarakat di sekitarnya. Sebagai raja, keluarga katolik memiliki kebebasan
dan kemerdekaan sebagai anak-anak Allah. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa keluarga
katolik berpartisipasi aktif dalam setiap karya Allah di dunia.
Keluarga memperoleh sumber hidup spiritualnya sebagai imam, nabi dan raja melalui doa,
sabda dan Ekaristi. Melalui doa, keluarga disatukan secara batin dengan Allah dan dengan anggota
keluarga yang lain. Hal ini tampak misalnya ketika mendoakan anggota keluarga yang berulang tahun,
atau anggota keluarga yang sakit. Pendalaman sabda ilahi dalam keluarga juga sangat penting
dilakukan karena dari situlah keluarga mendapatkan pencerahan imannya. Ekaristi menjadi hal
terpenting bagi keluarga katolik, karena Ekaristi menjadi puncak perayaan iman kristiani sekaligus
sebagai sumber utama kekuatan dan keselamatan orang beriman.
Keluarga juga menjadi komunitas pendidik. Orangtua memiliki tugas penting yaitu menjadi
pendidik utama bagi anak-anaknya. Anak-anak akan menjadi pelestari kehidupan keluarga dan
masyarakat. Jika penerusnya tidak dapat hidup dengan baik, masa depan keluarga juga akan buruk.
Keluarga mendidik anggotanya untuk menjadi manusia yang utuh, dewasa, dan bertanggung jawab.
Keluarga katolik juga bertugas mendidik anak-anak dalam nilai-nilai iman.
Hal penting lainnya ialah seks dan cinta dalam keluarga. Seks di sini mengarah pada hidup
seksual suami istri dan pendidikan seksualitas bagi anak-anak usia remaja. Mereka perlu mengerti
makna seks yang sejati dan unsur dasar apa yang berperan di dalamnya. Dasar utama yang harus
ditanamkan dengan baik dalam keluarga adalah cinta kasih sejati yang memberi diri, bukan cinta untuk
menguasai atau memiliki. Kehidupan seks bukan semata-mata hasrat mencapai kenikmatan, melainkan
ungkapan cinta kasih dalam hidup perkawinan sekaligus proses penyatuan diri dengan pasangannya
dan juga ambil bagian dalam karya kasih Tuhan.
Secara praktis hidup keluarga juga tak lepas dari perekonomian. Dalam hal ekonomi,
diperlukan sikap jujur dan terbuka dalam keluarga. Perekonomian yang sehat dalam keluarga tercapai
ketika setiap anggota keluarga melatih diri untuk hidup seimbang, tahu batas, dan peduli terhadap
sesama anggota keluarga maupun dengan orang-orang di sekitarnya. Diperlukan juga pembedaan roh
yang tepat dalam mengelola perekonomian rumah tangga.
Hidup berkeluarga yang sehat mutlak membutuhkan komunikasi yang lancar. Tidak jarang
konflik muncul karena komunikasi yang tidak lancar. Dengan komunikasi yang baik, keluarga dapat
dengan mudah mengatasi konflik yang. Konflik yang diatasi dengan komunikasi yang baik akan
memberi keluarga kesadaran untuk rela mengurbankan dan membuka diri untuk saling melengkapi.
Persoalan-persoalan yang muncul dalam keluarga, misalnya dalam hal ekonomi, pendidikan anak,
hubungan suami istri, dsb. dapat diatasi melalui komunikasi yang baik.
Di tengah masyarakat, keluarga katolik menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah dunia.
Keluarga perlu menunjukkan diri sebagai orang beriman katolik yang teguh dan peduli. Dengan
demikian keluarga katolik dapat menjadi damai, garam dan terang bagi masyarakat. Isu-isu globalisasi
yang berkembang di masyarakat perlu bijak disikapi. Keluarga katolik tidak bisa menutup diri dari
perkembangan dunia dan kultur budaya masyarakat setempat. Perkembangan dunia menuntut keluarga
untuk sungguh bijaksana menentukan yang baik dan dapat diterima dari masyarakat dan yang buruk.
Kesadaran-kesadaran akan hal-hal tersebut di atas kiranya dapat menjadi sarana bagi keluarga
katolik untuk menghidupi keluarga dengan baik dan bijak. Secara praktis, keluarga katolik memiliki
aneka cara baik untuk menyegarkan, menjernihkan, bahkan menyembuhkan setiap keluarga katolik.
Rekreasi, retret, rekoleksi, atau ziarah dapat menjadi sarana praktis untuk menghidupi keluarga.
Pendampingan bagi keluarga yang dilakukan oleh keuskupan atau para biarawan juga dapat menjadi
sarana yang sangat menolong bagi keluarga.
Demi terbentuknya keluarga katolik yang baik, diperlukan reksa pastoral yang tepat pula.
Diperlukan pendampingan keluarga yang tertata untuk mencakup seluruh lapisan keluarga.
Pendampingan dapat ditujukan berdasarkan usia perkawinan, kelompok usia anggota keluarga (anakanak, remaja, orang dewasa, lansia), dsb. Yang terpenting dalam reksa pastoral tersebut ialah materi
yang tepat dengan metode yang tepat kepada sasaran yang tepat. Hal ini perlu disiapkan dengan baik
untuk memberikan hasil yang optimal.
Refleksi
Dari materi perkuliahan ini, saya dipersiapkan untuk menghadapi umat yang akan saya layani
jika cita-cita saya sebagai imam terpenuhi. Andaikan pun sebaliknya, materi ini dapat saya gunakan
untuk menghayati dan menghidupi panggilan hidup berkeluarga dengan lebih baik. Spiritualitas hidup
berkeluarga ini bagi saya amatlah penting karena dalam hidup berkeluargalah realitas hidup umat
dijumpai. Mereka yang hidup dalam realitas yang penuh tantangan ini, terlebih mereka yang hidup
dalam keluarga katolik, membutuhkan pendampingan yang memadai untuk menguatkan, menyatukan,
memelihara, dan mempertahankan hidup berkeluarga.
Setiap orang berasal dari keluarga, entah bagaimanapun bentuknya. Saya pun lahir dan hidup
dalam sebuah keluarga katolik yang baik. Kami hidup rukun dan bahagia, namun bukannya tanpa
halangan. Saya sendiri melihat dan sedikit banyak mengalami sendiri apa yang dirasakan oleh kedua
orangtua saya ketika saya sakit, ketika harus memutuskan dan melakukan perpindahan rumah,
mengurus saya dan adik-adik saya sekolah. Saya mensyukuri itu semua sebagai pelajaran hidup yang
tidak dapat dipelajari di mana pun, selain dalam keluarga.