Laporan Eksplorasi PT. Benamakmur Selara
DESA TENGKAPAK KECAMATAN TANJUNG PALAS TIMUR KABUPATEN MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2016
KATA PENGANTAR
PT. Benamakmur Selaras Sejahtera telah mendapatkan penyesuaian KP Eksplorasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bulungan Nomor: 467.1/K-IV/540/2010 ( IUP Eksplorasi tanggal 29 April 2010 seluas 3.544 Ha di wilayah Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Penyusunan Laporan Eksplorasi ini berpedoman kepada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 7 tahun 2014, 6 Maret 20014 dan didukung oleh persyaratan lain, seperti Laporan : Kegiatan Eksplorasi dan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan dokumen Rencana Reklamasi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dokumen ini dapat tersusun tepat pada waktunya. Harapan kami semoga laporan ini dapat diterima dan menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkaituntuk selanjutnya bisa ditingkatkan menjadi IUP Operasi Produksi.
Bulungan, …………. 2016
PT. Benamakmur Selaras Sejahtera
Direktur
ii
PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
Jl. Cempedak RT 96 No. 43 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan – Kalimantan Utara
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksplorasi Batubara telah banyak dilakukan di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir ini, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Batubara di Indonesia merupakan salah satu sumber energi andalan dan harapan utama sebagai sumber energi alternatif, mengingat endapan batubara tersedia cukup banyak terutama di Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau Irian dan Pulau Jawa.
Cekungan Tarakan di Provinsi Kalimantan Utara merupakan salahsatu cekungan di Indonesia yang mempunyai potensi endapan batubara cukup potensial.Selama ini penyelidikan batubara yang telah dilakukan pihak pemerintah maupun swasta pada cekungan tersebut belum menghasilkan informasi batubara yang memadai dan terpadu. Oleh karena itu, pemerintah melalui Pusat Sumber Daya Geologi melakukan suatu program penyelidikan batubara bersistem pada Cekungan Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Daerah yang diselidiki adalah Daerah Tengkapak, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bulungan No. 467.1/K- IV/540/2010, PT. Benamakmur Selaras Sejahtera diberikan Izin Usaha Pertambangan eksplorasi Batubara yang ditetapkan pada tanggal 29 April 2010 dengan luas 3.544,740 Ha (Tiga Ribu Lima Ratus Empat Puluh Empat Koma Tujuh Ratus Empat Puluh) di daerah Desa Tengkapak, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Sehubungan dengan Keputusan Bupati sesuai dengan Sk yang diberikan Kepada PT. Benamakmur Selaras Sejahtera maka diadakan kegiatan Eksplorasi di lokasi WIUP. PT. BSS untuk persyarat ketahap perizinan selanjutnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari eksplorasi batubara ini adalah untuk mengetahui luas sebaran di bawah permukaan tanah, jumlah lapisan batubara, jenis batuan, jumlah sumberdaya, dan sarana/infrastruktur yang sudah tersedia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan eksploitasi penambangan dan konstruksi desain tambang. Tujuannya adalah untuk membuat rencana kerja tambang yang sesuai dengan jumlah sumberdaya terukur batubara yang dapat dieksploitasi sehingga pada tahapan ini dapat membantu pembuatan master plan kawasan tambang yang efisien dan ekonomis serta ramah lingkungan.
1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan
Wilayah IUP Tahap Eksplorasi bahan galian batubara yang akan ditingkatkan ke tahap operasi produksi secara administratif terletak di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara. Lokasi daerah penyelidikan,
secara geografis dibatasi oleh garis Bujur Timur 117 0 25’ 53,5” di bagian Barat sampai dengan 117 0 31’ 47,6” di bagian Timur, serta garis Lintang Utara 2 0 49’ 43,7” pada bagian Selatan sampai dengan 2 0 48’ 50,3” pada bagian Utara, dengan areal seluas 3.544,740 Ha.
TABEL I I - 1 Koordinat Geografis Pt. Benamakmur Selaras Sejahtera
NO
BUJUR TIMUR
LINTANG UTARA
1.4 KESAMPAIAN DAERAH
Desa yang terdapat di dalam wilayah penyelidikan yang merupakan Wilayah Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, yaitu Desa Tengkapak dan sekitarnya
Lokasi Penyelidikan dapat dicapai dengan rute sebagai berikut : • Dari Jakarta menggunakan pesawat terbang menuju Balikpapan selama ± 1
jam 55 menit penerbangan. • dari Balikpapan dengan menggunakan pesawat terbang selama + 50 menit menuju Tarakan. • Dari Kota Tarakan dengan pesawat kecil menuju Kota Bulungan selama 25
menit. • Dari Kota Bulungan dilanjutkan dengan perjalanan darat + 15 km dengan
kondisi jalan + 13 km beraspal dan sisanya pengerasan jalan dan tanah.
Gambar 1.1 Lokasi Proyek dan Kesampaian Daerah
1.5 Keadaan Lingkungan
Uraian tentang kondisi umum daerah kegiatan ekslorasi meliputi kondisi sosial ekonomi, iklim dan curah hujan, flora dan fauna, serta tataguna lahan, adalah seperti berikut ini.
1.5.1. Kondisi Sosial Ekonomi
Pada saat sekarang ini pengusahaan lahan pertanian di lokasi dekat aktifitas penambangan dilakukan masyarakat dengan motivasi untuk menguatkan kepemilikan dan penguasaan atas lahan tersebut. Apabila nanti lahan tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan penambangan batubara, maka penduduk akan memperoleh dana konpensasi.
Berdasarkan informasi langsung dari masyarakat di sekitar wilayah penyelidikan, nilai atau harga tanah dan sumberdaya alam lain sangat bervariasi tergantung dari posisi tanah dan kandungan lahan tersebut.
1.5.2 IKLIM
Daerah penyelidikan yang dekat dengan khatulistiwa mempunyai karakteristik iklim yang sedikit berbeda dengan daerah Indonesia pada umumnya, meskipun pada dasarnya terdiri atas dua musim, yakni musim hujan dan kemarau. Musim hujan terdiri dari musim hujan kecil yang jatuh pada bulan April – Mei dan Oktober – Nopember serta musim hujan besar yang jatuh antara bulan Januari – Maret dan Nopember – Desember. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
26 – 33 O C, dengan perbedaan temperatur siang dan malam kurang lebih 5 C. Kelembaban udara rata-rata bulanan relatif, yaitu berkisar 83% - 87%.
TABEL I - 2
BANYAKNYA HARI HUJAN MENURUT BULAN (2010-2015)
Banyaknya Hari Hujan Per Bulan
BPS Kabupaten Bulungan, 2015
TABEL I-3
BANYAKNYA CURAH HUJAN MENURUT BULAN (2005-2015) Banyaknya Curah Hujan Per Bulan (mm)
BPS Kabupaten Bulungan, 2015
Dengan melihat curah hujan pada tabel di atas, maka Daerah Kabupaten Bulungan menurut klasifikasi Oldeman termasuk B1, yaitu rata-rata bulan basah/curah hujan lebih dari 200 mm/bulan sebanyak 8 bulan dan bulan lembab/curah hujan antara 90 s/d 200 mm/bulan sebanyak 4 bulan selama tahun 2015 .
1.5.3 MORFOLOGI
Daerah penyelidikan pada umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombang lemah hingga sedang dengan ketinggian berkisar 30 – 100 meter
di atas permukaan air laut. Kemiringan lereng berkisar 10 O – 15 . Proses geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan dan erosi. Proses pelapukan
berlangsung cukup intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top soil, sehingga batuan jarang dijumpai. Singkapan batuan hanya dapat ditemukan pada alur- alur sungai dan bukit yang telah mengalami proses erosi. Secara umum, morfologi ini disusun oleh batupasir, batupasir lepas dan batupasir kuarsa.
Aliran sungai di daerah penyelidikan mempunyai pola sub-dendritik, hal ini didukung oleh keadaan morfologi yang relatif rendah dengan batuan yang relatif homogen
Gambar 1.2. Kenampakan Satuan Pendataran (a) dan Satuan perbukitan Landai B
Gambar 1.3. Kenampakan Satuan Perbukitan Bergelombang (a) dan Satuan Perbukitan Landai (b)
1.5.4 FLORA DAN FAUNA
Keadaan flora dan fauna di daerah penyelidikan sangat bervariasi namun dapat digolongkan dalam kelompok paleotropis yang umumnya dijumpai di Indonesia.
- Flora yang dijumpai di daerah penyelidikan antara lain : nipah, rumbia, rumput-rumputan dan ilalang, rotan, karet, kelapa, petai, cempedak, kelapa sawit, nangka, rambutan dan durian.
- Sedangkan fauna yang dijumpai adalah : babi hutan, kijang, payau, biawak, kura-kura sungai, monyet, ular, berbagai jenis burung, ikan sungai, itik, ayam, kambing, sapi dan kerbau.
1.5.5 TATA GUNA LAHAN
Wilayah daerah penyelidikan yang mencakup bagian Wilayah Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Timur, secara umum masih merupakan kawasan non budidaya kehutanan.
Berdasarkan RUTR Dati II Kabupaten Bulungan, kebijakan pemanfaatan lahan secara umum diklasifikasikan berdasarkan ketentuan penetapan fungsi kawasan, yakni berupa kawasan budidaya dan non-budidaya.
Kawasan non-budidaya berupa : ruang upaya konservasi, penelitian, rehabilitasi, obyek wisata lingkungan dan sejenisnya. Sedangkan kawasan budidaya adalah bentuk-bentuk pengaturan pemanfaatan ruang seperti eksploitasi pertambangan, kehutanan, pertanian dan kegiatan pembangunan permukiman, industri, pariwisata, perkebunan dan sebagainya.
Berdasarkan interpretasi, wilayah penyelidikan dulu tertutupi hutan primer, saat ini wilayah penyelidikan banyak ditumbuhi tanaman heterogen khas wilayah hutan dan semak belukar. Secara umum di wilayah penyelidikan terdapat tanaman ilalang, perdu dan akasia. Perkebunan berkembang, sehingga luas hutan yang tersisa semakin berkurang. Tanah pertanian hanya terbatas pada daerah yang berhubungan langsung dengan perkampungan. Sawah yang ditanami padi dan kebun sayuran terdapat di sepanjang lembah sungai.
I.6. Waktu
Pelaksanaan Kegiatan eksplorasi potensi batubara dari persiapan sampai pembuatan laporan berlangsung kurang lebih selama 4 (Empat) bulan seperti pada tabel 1.2 dibawah ini :
No. Uraian Pekerjaan
Sep-13
Okt-13
Nop-13 Des-13
1 Persiapan dan mobilisasi alat
2 Pemboran
3 Pemetaan singkapan
4 Topography
161Ha
6 Pembuatan laporan
Tabel 1.4.Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Eksplorasi PT.Benamakmur Selaras Sejahtera
I.7 Metoda dan Peralatan
Metode yang digunakan dalam kegiata Eksplorasi adalah pemetaan geologi termasuk didalamnya pemetaan singkapan batubara,pembuatan sumur uji,pemboran dengan metode open hole dan coring serta pemetaan topografi.
Pemetaan geologi dilakukan dengan menggunakan peta geologi regional skala 1:50.000, sedangkan pemetaan seam batubara dilakukan dengan skala 1:10.000, dengan cara menelusuri alur-alur sungai, bukaan-bukaan jalan, bukit terpotong untuk mencari singkapan-singkapan batubara maupun singkapan batuan lainnya. Pengamatan dan pencatatan dilakukan pada semua singkapan batuan termasuk didalamnya pengukuran jurus dan kemiringan lapisan, ketebalan lapisan batubara yang dikoreksi terhadap kemiringannya
Peralatan yang dipergunakan dalam Kegiatan eksplorasiini terdiri dari : - GPS 2 buah, kompas geologi 2 buah, palu geologi 2 buah, loupe 2 buah, peta topografi skala 1 : 52.161 20 lembar, pita ukur 2 buah, tongkat Jacob’s 2 buah, kamera 2 buah dan peralatan tulis
- Jackro 175 ( 2 Unit ) - Alat penggali seperti : cangkul, linggis, blincong masing-masing 3 buah - Parang, gergaji dan alat-alat potong masing-masing 3 buah - Mobil Strada Triton 1 Unit
I.8 Pelaksana
Dalam melakukan kegiatan penyelidikan, melibatkan tenaga kerja terdiri atas :
1. Project Manager
3. Technical Support
6. Asisten Driller
: 1 Orang
7. Mekanik
: 2 Orang
8. Driver
: 2 Orang
9. Helper
: 7 Orang
PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
Jl. Cempedak RT 96 No. 43 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan – Kalimantan Utara
BAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI
2.1 Keadaan Geologi Regional
Wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum PT.Benamakmur Selaras Sejahtera termasuk dalam Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Redeb, skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), tahun 1994.
Geologi Kalimantan pada umumnya adalah merupakan hasil interaksi lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik. Geologi di daerah ini biasanya didasari oleh batuan Pra-Tersier dari kerak benua yang dikenal dengan Sundaland. Pada kala Paleosen akhir atau Eosen. Awal terjadinya pemekaran besar-besaran di bagian timur Sundaland yang menjadikan terbentuknya cekungan-cekungan Tersier di Kalimantan.
Cekungan Kutai adalah merupakan cekungan Tersier yang terpenting di Kalimantan dan terkenal karena kaya akan minyak bumi dan batubaranya. Secara geografis cekungan ini di sebelah barat dibatasi oleh Tinggian Kuching dan di timur oleh Selat Makasar. Antara cekungan Kutai dan cekungan Tarakan di utara dibatasi oleh punggungan Mangkalihat. Sedangkan dengan cekungan Barito, Asam-asam dan Pasir di selatan dibatasi oleh pegunungan Meratus.
Namun dengan dilakukannya pemetaan geologi oleh Pusat Penelitian Geologi 1995, kerancuan mengenai satuan stratigrafi ini telah dapat diatasi dengan melakukan penyeragaman yang bisa diterima oleh pihak perusahaan minyak bumi, batubara dan perusahaan pertambangan lainnya. Dan berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Tanjung Redeb skala 1 : 250.000 oleh R.L. Situmorang dan G. Burhan , maka stratigrafi umum daerah ini dapat dilihat pada Peta Geologi Regional.
Gambar 2.1 Peta Geologi Regional Wilayah IUP PT.BST
2.1.1 Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di Lembar Tanjung Redeb adalah sinklin, antiklin, sesar mendatar dan sesar naik. Kegiatan tektonik di daerah ini dimulai sejak paleosen yang menghasilkan perlipatan yang sangat kuat pada batuan sedimen kelompok embaluh. Perlipatan tersebut memperlihatkan arah sumber hampir utara – selatan, yang diikuti oleh sesar naik yang searah dengan sumbu lipatan dan sesar mendatar mengiring (sinistral) dengan arah barat laut – tenggara. Sesar-sesar tersebut diantaranya mensesarkan batuan sekis paking dan batuan ultrabasa terhadap batuan Kelompok Embaluh.
Pada Kala Eosen batuan Kelompok Embaluh tertindih secara tidak selaras oleh batuan sedimen Formasi Malinau yang menjemari dengan Formasi Sebakung. Pada Kala Oligosen sampai Miosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan Gunungapi Jelai. Batuan batuan tersebut ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Langap dan ditrobos oleh batuan intrusi yang tersusun oleh batuan andesit sampai basal dan diduga berumur Miosen.
Gambar 2.2 Struktur Geologi Regional Kalimantan
2.1.2 Stratigrafi
Daerah penyelidikan secara regional merupakan bagian dari Cekungan Tarakan. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Redeb skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penyelidikan Dan Pengembangan Geologi (1989), urutan stratigrafi dari yang termuda sampai ke yang tua adalah :
ALLUVIUM (Qa) : Lumpur, lanau, krikil, krakal dan gambut berwarna kelabu sampai kehitaman ,tebalnya lebih dari 40 cm.
BATU GAMPING TRUMBU (Ql) : Trumbu, koral dan breksi koral berwarna putih sampai kelabu, coklat, kristalin, berongga mengandung koral setempat.
FORMASI SAJAU (TQps) : Perselingan batulempung, batulanau, batupasir, kolongmerat, disisipi lapisan batubara, mengandung moluska, kuarsit dan mika; menunjukkan struktur silang siur dan laminasi, lapisan batubara (20 – 40 cm). Berwarna hitam, coklat, tebal satuan batuan lebih kurang 775 m diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan delta.
FORMASI SINJIN (Tps): Perselingan tuf,aglomerat,tufa lapili,lava andesit prikosen,tuf terkersikkan,batu lempung tufaan dan kaolin,mengandung lignit,kuarsa,feldspar dan mineral hitam.Tebal satuan lebih kurang 500 m.
FORMASI DOMARING (Tmpd) : Batugamping terumbu, batugamping kapuran,
napal dan sisipan batubara muda diendapkan dalam lingkungan rawa litoral; tebalnya mencapai 1000 m.Umurnya Miosen Akhir – Pliosen.
FORMASI LABANAN : Perselingan kolongmerat aneka bahan,batu pasir, batulanau, batulempung dan disisipi batugamping dan batubara (20 – 150 cm),berwana hitam, coklat, tebal satuan lebih kurang 450 m;diendapkan dalam lingkungan flufiatil .Umurnya Miosen Akhir – Pliosen.
FORMASI TABUL : Terdiri dari batu pasir, batulempung konglomerat dan sisipan
batubara mengandung Operculina sp., tebal satuan lebih kurang 1050 m satuan batuan merupakan endapan regresif delta. Umurnya miosen akhir.
FORMASI LATIH : batupasir kuarsa, batulempung, batulanau dan batubara dibagian atas ,dan bersisipan serpih pasiran dan batu gamping dibagian bawah. Lapisan batubara (0.2 – 5.5 m) berwarna hitam, coklat, tebal satuan batuan lebih kurang 800 m, diendapkan dalam lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal ; mengandung fosil antara lain pra orbulina glomerosa, praorbulina transitoria, umurnya miosen awal – miosen tengah.
BATUAN GUNUNG API JELAI : Breksi gunung api, batu pasir tufaan dan tuf
setempat bersisipan dengan batubara menunjukkan struktur lapisan bersusun dan silang- siur diterobos retas –retas batuan beku bersusunan andesit, tebal satuan batuan antara 100 dan 200 m.
FORMASI BIRANG : Perselingan napal, batu gamping, dan tuf dibagian atas, dan
perselingan napal, rijang, konglomerat, batu pasir kuarsa, dan batu gamping dibagian bawah. Tebal satuan batuan lebih dari 10 m ; mengandung fosil antara lain : Lepidocyclina ephicides, spiroclypeus sp, miogypsina sp, marginopora vertebralis sp, operculina sp, globigerina tripartika, globoquadrina altispira, globorotalia mayeri, globorotalia peripheronda, globigerinoides immaturus, perselingan napal, rijang, konglomerat, batu pasir kuarsa, dan batu gamping dibagian bawah. Tebal satuan batuan lebih dari 10 m ; mengandung fosil antara lain : Lepidocyclina ephicides, spiroclypeus sp, miogypsina sp, marginopora vertebralis sp, operculina sp, globigerina tripartika, globoquadrina altispira, globorotalia mayeri, globorotalia peripheronda, globigerinoides immaturus,
Gambar 2.3 Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan.
2.2 Keadaan Geologi daerah Penyelidikan
Di daerah penyelidikan Wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera, terdapat dua formasi, yaitu : Formasi Malinau (Tema) berumur Eosen – Miosen Awal terendapkan pada lingkungan darat. Formasi ini tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Langap berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Satuan ini terdiri atas batulempung berbutir, graded bedding, mengandung kuarsa dan sedikit mineral hitam, struktur sedimen silang siur (crossbedding), laminasi, dengan tebal lapisan sampai 5 meter. Formasi ini tersebar di seluruh daerah penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur sungai dimana aktifitas
erosi terjadi. Batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11 O ampai
20 O dengan arah jurus relatif dari Utara - Selatan. Struktur geologi daerah ini menunjukkan adanya perlipatan menunjam yang
membentuk antiklin dengan arah sumbu relatif Utara - Selatan.
2.2.1 Stratigrafi Geologi Lokal
Stratigrafi dan litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi secara langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologinya, maka litologi daerah penyelidikan dapat dikelompokan kedalam Formasi Sebakung,Formasi Dumaring,Formasi Sajau dan Alluvial.
Formasi Sajau (TQps) memiliki litologi yang terdiri dari : Perselingan batulempung, batulanau, batupasir, kolongmerat, disisipi lapisan batubara, mengandung moluska, kuarsit dan mika; menunjukkan struktur silang siur dan laminasi, lapisan batubara (20 – 40 cm). Berwarna hitam, coklat, tebal satuan batuan lebih kurang 775 m diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan delta. Formasi ini menempati 30 % daerah penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur sungai dimana aktifitas erosi terjadi di ketinggian > 90 m dpl.
Endapan batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11 O sampai
15 O dengan arah jurus relatif dari Barat laut - Tenggara.
2.2.2 Struktur Geologi Lokal
Pengamatan struktur geologi didasarkan pada kedudukan lapisan batuan dan morfologi daerah penyelidikan. Berdasarkan kedudukan lapisan batuan diketahui
bahwa di daerah penyelidikan pada umum jurus lapisan batuan, yaitu N 60 O E dengan arah kemiringan 11 O . Hal ini menunjukkan bahwa di daerah penyelidikan
tidak mempunyai struktur geologi
2.3 Penyelidik dan Penyelidikan Terdahulu
Kajian Geologi di daerah ini sangatlah terbatas dan kebanyakan tidak dipublikasikan sehingga kajian literatur dilakukan berdasarkan analisis peta geologi regional Lembar Tanjung Redeb yang terbitkan oleh Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung pada tahun1995 berdasarkan Peta Citra Radar Skala 1 : 250.000 Lembar Tanjung Redeb (1819) dan Bakorsutanal edisi 1987.
Analisis Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Redeb disebutkan bahwa Formasi Sajau merupakan formasi pembawa batubara yang memiliki ketebalan formasi hingga ratusan meter sehingga berangkat dari hasil penelitian terdahulu ini Tim eksplorasi menindaklanjuti untuk membuktikan jumlah cadangan batubara yang ada di formasi ini
PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
Jl. Cempedak RT 96 No. 43 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan – Kalimantan Utara
BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN
BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN
3.1 Penyelidikan Sebelum Kelapangan
Kegiatan ini berupa persiapan sebelum ke lapangan yang meliputi studi literatur geologi daerah peninjauan dari peneliti terdahulu serta penyediaan peta topografi dengan skala 1 : 50.000 dan peta geologi regional daerah penyelidikan untuk kegiatan lapangan dengan skala 1 : 250.000.
3.2 Penyelidikan Lapangan
Tahap Kerja Lapangan dengan metode pemetaan permukaan (surface mapping) Batubara yaitu dengan mengamati ciri-ciri fisik batubara, pengukuran kedudukan lapisan, ketebalan, penyebaran, dan tebal tanah penutup overburden (OB), juga dilakukan penelitian roof, floor, parting dan key bed untuk mengetahui pelamparan batubara. Ketebalan batubara dapat diukur langsung dilapangan jika roof dan floor diketahui, sedangkan yang tidak tersingkap semua dilakukan test pit dan trenching untuk mengetahui roof dan floor serta ketebalannya. Survey dilakukan dengan menyusuri aliran-aliran sungai dan jalan untuk mencari singkapan-singkapan batubara (outcrop).
Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan seam dan korelasi singkapan batubara serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi batubara di daerah ini selanjutnya.
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran seam batubara, cadangan batubara yang selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan daerah Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
3.2.1 Pemetaan Geologi
Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan seam dan korelasi singkapan batubara serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi batubara di daerahiniselanjutnya.
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran seam batubara, cadanganbatubara yang selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohon peningkatan usulan daerah Kuasa Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
Peta dasar yang digunakan dalam penyelidikan ini adalah peta topografi skala 1 : 50.000 dari BAKOSURTANAL, sedang pengukuran posisi singkapan batubara, lokasi sumur uji / parit uji, dilakukan dengan alat ukur GPS.
Tujuan utama dari kegiatan pemetaan geologi adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan geologi/jumlah seam dan untuk menentukan titik pemboran. Semua singkapan yang ditemukan dideskripsi, khusus untuk singkapan batubara dideskripsi lebih detail yang meliputi kedudukan lapisan (jurus dan kemiringan lapisan), tebal sebenarnya, jenis roof dan floor, serta jenis parting. Peralatan yang dipergunakan dalam pemetaan geologi diantaranya
kompas geologi, palu geologi, GPS, roll meter, pita stasiun pengamatan, alat tulis dan peta dasar skala 1:10.000.
Selanjutnya untuk melakukan pengamatan terhadap singkapan batubara, kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pengamatan sifat fisik batubara (warna, kilap, gores, kekerasan, cleat, pengotor, tingkat pelapukan)
2. Pengamatan roof , floor , parting dan interburden batubara.
3. Pengukuran kedudukan lapisan batubara.
4. Pengukuran ketebalan batubara, roof, floor, parting dan interburden batubara.
5. Pengukuran ketebalan pelapukan vertikal dan horizontal batubara.
6. Pengamatan lapisan tanah penutup (overburden) batubara.
3.2.2 Penyelidikan Geokimia
Penyelidikan Geokima bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur kimia yang ada di daerah penyelidikan. Namun dalam hal ini penyelidikan Geokimia tidak dilakukan. Ini dikarenakan, pada tahap ini team eksplorasi lebih terfokus pada kegiatan pemetaan geologi dan pemetaan batubara.
3.2.3 Penyelidikan Geofisika
Penyelidikan yang dimaksudkan adalah penggunakan metode well logging untuk menentukan ketebelan lapisan batubara ,batas atas dan bawah serta membuat atau gambara umum mengenai urutan litologi batuan pada setiap lubang bor.Hasil penyelidikan well logging memberikan gambaran sangat jelas urutan litologi pada setiap lubang bor.
Kontras yang paling jelas untuk mendeteksi lapisan batubara terlihat dari hasil pengukuran logging gamma ray,maka metode ini harus diprioritaskan terlebih dalulu dalam pengukuran dilapangan.
Pada tahap penyelikan umum PT. Benamakmur Selaras Sejahtera, tidak melakukan penyelidikan geofisika (well logging) karena cukup full coring.
3.2.4 Pembuatan Sumur Uji dan Parit Uji
Pada beberapa lokasi singkapan batubara yang tertutup tanah akan dilakukan pembuatan sumur uji (test pit) atau parit uji (trenching). Pembuatan sumur uji dan parit uji dapat menggunakan alat berat atau dengan peralatan sederhana seperti cangkul, ganco, belincong, linggis dan ember.
Kegunaan dari sumur uji / parit uji dapat untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah penutup, lapisan bawah dari lapisan batubara, memperoleh kejelasan posisi jurus dan kemiringan lapisan batubara serta untuk mengukur ketebalan lapisan batubara dan mendapatkan contoh batubara yang masih segar.
Sumur uji yang dibuat berukuran 1 m x 1 m dengan kedalama mencapai batubara > 1.6m .Lokasi pembuatan sumur uji dipilih yang tepat dan mewakili.Umumnya sumur uji dibuat tidak jauh dari lokasi singkapan dan di lokasi yang berlereng sehingga penggalian tidak terlalu dalam (Foto 3.1).
Foto 3.1 Sumur Uji dengan kedalam 1.5 M Belum tembus bottom
3.2.5 Pemboran
Tujuan utama pemboran adalah untuk mengetahui secara pasti ketebalan batubara, variasi ketebalan, jumlah lapisan batubara, dan urutan litologi yang ada di daerah penyelidikan. Perencanaan titik pemboran dilakukan berdasarkan data hasil pemetaan geologi lokal terutama pada posisi singkapan batubara sehingga dapat ditentukan jumlah dan penyebaran titik bor.
Dalam pelaksanaan pemboran menggunakan mesin bor jacro (type 175),jenis mesin bor jacro dapat mencapai kedalaman 100 m.Resume pemboran wilayah Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT.Benamakmur Selaras Sejahtera dapat dilihat Pada Gambar 3.2
Foto 3.2 Kegiatan Pemboran Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT.BSS
3.2.6 Penyelidikan Lain ( Hidrogeologi,K3,dan Lain Sebagainya )
Penelitian hidrogeologi bertujuan untuk mengidentifikasikan lapisan akuifer atau lapisan pembawa air tanah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan penambangan. Analisis tentang hidrogeologi daerah tambang didasarkan data litologi, karakteristik batuan dan struktur geologi.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suata pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,dan manusia pada umumnya,hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
3.3 Penyelidikan Laboratorium
3.3.1 Analisa Kimia
Contoh batubara diambil dari hasil pengamatan lapangan berupa singkapan, sumur uji, dan pemboran dengan sistem coring (hasil pemboran inti). Contoh batubara yang diambil adalah yang mewakili seam, dibersihkan dari lapukan sehingga Contoh batubara diambil dari hasil pengamatan lapangan berupa singkapan, sumur uji, dan pemboran dengan sistem coring (hasil pemboran inti). Contoh batubara yang diambil adalah yang mewakili seam, dibersihkan dari lapukan sehingga
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada laboratorium Surveyor CCI Samarinda dengan beberapa parameter : Proximate (Moisture, Ash, Volatile Matter, Fixed Carbon), TotalMoisture, Total Sulphur , Berat Jenis dan Calorivic Value dalam kondisi udara kering (adb) dengan standard ASTM.
kualitas batubara yang dianalisis diantaranya : - Total Moisture (% AR)
- Moisture (% ADB) - Ash Content (% ADB) - Volatile Matter (% ADB) - Fixed Carbon (% ADB) - Total Sulphur (% ADB) - Gross Caloric Value (Kcal/Kg ADB)
Seluruh parameter kualitas di atas merupakan parameter dasar untuk mengevaluasi sifat-sifat dan mutu batubara
3.3.2 Analisa Fisika
Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk mengetahui ketahanan tanah atau batuan di bawah tekanan statik atau dinamik. Untuk tekanan satu (1) dimensi digunakan Uji Kuat Tekan atau Unconfined Compressive Strength. Untuk tekanan dua (2) dimensi adalah Uji Geser Langsung dan untuk tekanan tiga (3) dimensi adalah Uji Triaxial. Untuk Uji Geser Langsung akan menghasilkan Nilai Kohesi (C) dan Sudut Geser Dalam (Ф).
3.4 Pengolahan Data
3.4.1 Pengolahan Data Geologi
Adapun data yang di peroleh dari hasil eksplorasi adalah berupa data singkapan, data pengeboran, data sumur dan data parit uji. Dari data-data inilah kemudian akan dilakukan perhitungan sumberdaya batubara di daerah penelitian. Selanjutnya akan Adapun data yang di peroleh dari hasil eksplorasi adalah berupa data singkapan, data pengeboran, data sumur dan data parit uji. Dari data-data inilah kemudian akan dilakukan perhitungan sumberdaya batubara di daerah penelitian. Selanjutnya akan
3.4.2 Pengolahan Data Geofisika
Pada tahan pengolahan data geofisika kali ini,tidak ada dilakukan. Ini dikarenakan tidak adanya dilakukan kegiatan penyelidikan geofisika.
PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
Jl. Cempedak RT 96 No. 43 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan – Kalimantan Utara
BAB IV HASIL PENYELIDIKAN
BAB IV HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Geologi
4.1.1 Keadaan Dan Penyebaran Seam Batubara
Satuan batuan pembawa batubara (bearing formations) di wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera adalah Formasi Sajau (TQps). Penyebaran singkapan batubara tersebut di bagian barat wilayah IUP, yakni tersebar sepanjang sayapnya. Batubara pada bagian ini mempunyai penyebaran yang relatif menerus dengan arah jurus (strike) relatif Barat laut – Tenggara, sedangkan ketebalan lapisan batubaranya bervariasi, berkisar antara 1 – 7meter. Sudut kemiringan/dip
yang landai antara 9 O - 12 dengan kemiringan ke arah Timur Laut, sehingga diperkirakan cukup mudah untuk dilakukan penambangan nantinya.
Dari hasil temuan 13 singkapan di wilayah IUP tersebut, setelah dilakukan analisa mengenai karakteristik ketebalan, jurus dan kemiringannya serta interpretasi penyebarannya, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah lapisan (seam) batubara di daerah ini sebanyak 7 (empat) seam, yaitu Seam 1, Seam 2, Seam 3,Seam 4,Seam 5,Seam 6 dan Sampai Seam 9.
Seam 1 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 2,5 meter, Seam 2 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 1 meter, Seam 3 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata
1 meter, Seam 4 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 2,5, Seam 5 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 7, Seam 6 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 1,2 meter meter meter dan Seam 7 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 2,65 meter.
Seluruh temuan batubara memperlihatkan karakteristik yang hampir sama, yaitu : o Berwarna hitam kecoklatan, kusam, berlembar/berlaminasi, lunak.
o Ketebalan lapisan batubara umumnya regular dan cukup konstan, penipisan dan penghilangan lapisan batubara yang mendadak ditafsirkan suatu o Ketebalan lapisan batubara umumnya regular dan cukup konstan, penipisan dan penghilangan lapisan batubara yang mendadak ditafsirkan suatu
TABEL IV - 1
DATA SINGKAPAN BATUBARA FORMASI LANGAP DAN FORMASI MALINAU
Gambar 4.1 Peta Lokasi Sebaran Batubara
4.1.2 Kualitas Endapan Batubara
Dari hasil pengamatan di lapangan pada beberapa singkapan batubara dan hasil dari pemboran dapat diketahui, bahwa karakteristik batubara pada seluruh blok yang ada pada wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera mempunyai karakteristik yang sama, yaitu : hitam kusam, berlembar/berlaminasi, keras, maka dapat disimpulkan bahwa batubara daerah penyelidikan merupakan batubara berkualitas lignite.
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada laboratorium Surveyor CCI Samarinda dengan beberapa parameter : Proximate (Moisture, Ash, Volatile Matter, Fixed Carbon), Total Moisture, Total Sulphur, Berat Jenis dan Calorivic Value dalam kondisi udara kering (adb) dengan standard ASTM. Hasil analisa laboratoriumnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
TABEL IV -2 HASIL ANALISA CONTO BATUBARA
Melihat hasil di atas menunjukkan kalori berkisar antara 4600 – 5103 kcal/kg (adb) dengan kandungan sulfur berkisar dari 0,12 %.
Gambar IV.2 Sampling Batubara PT.Benamakmur Selaras Sejahtera
4.2 Geokimia
Pada tahap penyelidikan dikonsesi PT.Benamakmur Selaras Sejahtera tidak berkonsentari pada pemeniralan karena hanya mencari penyebaran batubara untuk meningkatkan proses tahap perizinan ketahap berikutnya.
4.3 Geofisika
Pada tahap penyelidikan diarea konsesi PT.Benamakmur Selaras Sejahtera tidak menggunaka metode geofisika yang membuat catatan rinci mengenai formasi geologi yang di tembus oleh lubang bor,sehingga data geothermal tidak dapat disajikan pada laporan akhir penyelidikan umum
4.4 Pemboran
Pemboran dilakukan untuk mengetahui kondisi dan posisi keberadaan batubara termasuk ketebalan, kedalaman dan penyebaran batubara secara horizontal dan vertikal. Pemboran secara vertikal dilakukan dengan metode “touch coring”, dimana pengambilan inti pemboran (core) hanya dilakukan pada lapisan batubara sedangkan lapisan batuan lain dibor dengan sistem ‘open hole. Pengamatan batuan dan batubara dilakukan berdasarkan jenis pecahan batuan “cutting” yang diangkut sirkulasi air pembilas pemboran yang ditampung di dalam bak-bak dan pada setiap lapisan batubara dilakukan pemboran inti (coring).
Pengambilan data pemboran dilakukan sebagai berikut :
Pengambilan data kedalaman pemboran dilakukan setiap saat pemboran
berlangsung, terutama pada saat perputaran mesin bor mengalami perubahan, yang menunjukkan perubahan litologi, juga pada saat air pembilas yang keluar dari lubang bor berkurang, menunjukkan adanya struktur geologi.
Pendiskripsian batuan yang tertembus mata bor pada saat pemboran non
coring dilakukan dengan mendiskripsi cutting hasil pemboran. Sedang deskripsi untuk inti bor batubara yang terambil dilakukan seperti pendiskripsian batubara di singkapan.
Pemotretan inti bor, pengukuran ketebalan batubara, deskripsi variasi
litologi pengotor (parting) dilakukan terhadap conto batubara yang terambil saat pemboran coring.
Kegiatan pemboran yang telah dilakukan di wilayah IUP sebanyak 14 titik bor, dimana koordinat lokasi dan kedalaman pemboran ditunjukkan pada di bawah ini. Seluruh titik bor (diberi kode DH-BSS) terletak di wilayah IUP, dimana jarak / spasi antara titik pemboran berkisar dari 100 meter hingga 300 meter.
TABEL IV-3
REKAPITULASI KEGIATAN PEMBORAN
4.5 Pemineralan
Berdasarkan hasil pengamatan selama penyelidikan lapangan pada konsesi PT.Benamakmur Selaras Sejahtera terdapat unsur mineral lain yaitu kuarsa mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh team teknis pada saat penyelidikan.
4.6 Estimasi Perhitungan Endapan Batubara
Dalam perhitungan cadangan geologi batubara dihitung secara manual dengan dasar klasifikasi standar dari USGS (United States of Geological Survey), sebagai berikut:
4.6.1 Sumberdaya Batubara (Coal Resource)
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.
Klasifikasi Sumberdaya Batubara (Coal Resource) sebagai berikut :
Sumberdaya Tereka (Inferred Coal Resource) adalah sumberdaya
batubara yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Awal. Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap Eksplorasi Pendahuluan. Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah :
- Daerah pengaruh yang digunakan adalah 500 – 1000 m dari masing- masing titik bor dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
- Ketebalan batubara sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung sebagai potensi sumberdaya batubara. - Sumberdaya Tertunjuk (Indicated Coal Resource) adalah sumberdaya
batubara yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi. Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
Eksplorasi Pendahuluan. Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah :
- Daerah pengaruh yang digunakan adalah 250 – 500 m dari masing- masing titik bor dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
- Ketebalan batubara dianggap sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung sebagai potensi sumberdaya batubara. - Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah
sumberdaya batubara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci. Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah :
- Daerah pengaruh yang digunakan adalah 0 - 250 m dari masing-masing titik bor dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara. - Ketebalan batubara dianggap sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung sebagai potensi sumberdaya batubara.
Untuk perhitungan sumberdaya batubara, data-data yang digunakan sebagai acuan adalah :
Peta singkapan batubara (outcrops mapping) Data-data ketebalan batubara pada hasil pemboran yang telah dilakukan. Survey Topografi daerah penyelidikan. Peta daerah pengaruh masing-masing titik bor.
Lapisan batubara yang digunakan untuk perhitungan sumberdaya adalah batubara yang mempunyai ketebalan > 0.2 meter.
Sumberdaya batubara dihitung dengan menggunakan rumus :
Tonnage = Ts x L X S x R
Dimana : • Ts = Ketebalan semu rata-rata batubara,
• L = Luas datar sesuai kategori, (terukur, terindikasi atau tereka),
• S = Densitas batubara (1,3 ton/m 3 ) • R = Recovery (90%, geological losses 10 %)
Jumlah sumberdaya batubara setiap blok ada dalam Tabel di bawah ini :
TABEL IV-4 POTENSI SUMBERDAYA BATUBARA PT. BENAMAKMUR SELARAS SEJAHTERA
4.6.2 Cadangan Batubara (Coal Reserve)
Cadangan batubara adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.
Beberapa pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut : Ketebalan batubara didasarkan pada ketebalan lubang bor pada daerah
pengaruh dengan metode poligon, Batubara yang dihitung adalah batubara Seam 1, Seam 2, Seam 3, sampai Seam 9 , serta mempunyai ketebalan ≥ 0,20 m, Batubara yang dihitung hanya pada daerah dengan klasifikasi sumberdaya measured . Kemiringan lapisan (untuk penentuan true thickness) yang digunakan adalah 10° - 21°, sesuai dengan kemiringan lapisan batubara. Perhitungan cadangan tertambang berdasarkan batasan dari kajian Geoteknik.
1. Cadangan Terbukti
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode penampang, yaitu penentuan luas overburden dan batubara dilakukan pada masing-masing penampang. Cadangan batubara terbukti di wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera adalah sebesar 4.497.085,82 ton. Besarnya cadangan batubara terbukti pada masing-masing seam dapat dilihat pada Tabel III- 21 di bawah ini.
2. Cadangan Tertambang
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode penampang, yaitu penentuan luas overburden dan batubara dilakukan pada masing-masing penampang. Cadangan batubara tertambang sebesar 4,047,377.24 ton dan volume tanah penutup yang akan digali dan dipindahkan sebesar 9,893,588.80 bcm, sehingga nilai Stripping Ratio sebesar 2,20 : 1
TABEL IV-5
PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA BERDASARKAN METODE PENAMPANG
Cadangan Batubara (ton)
No Seam
SR
Overburden (bcm)
459,154.08 Total Cadangan
9 I 208,706.40
4.7 Hidrogeologi, K3, dan lain Sebagainya.
Penelitian hidrogeologi bertujuan untuk mengidentifikasikan lapisan akuifer atau lapisan pembawa air tanah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan penambangan. Analisis tentang hidrogeologi daerah tambang didasarkan data litologi, karakteristik batuan dan struktur geologi.
Berdasarkan penampang bor dan interpretasinya, litologi di wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera terdiri dari dua satuan batuan, yaitu batulempung dan batupasir. Posisi stratigrafi kedua lapisan batuan tersebut letaknya berselang- seling. Selain itu, kadang-kadang batupasir membentuk lensa-lensa yang berada pada lapisan claystone dan sebaliknya lensa-lensa claystone berada dalam batupasir.
Apabila susunan batuan yang berada pada tiap lubang bor dikorelasikan, maka kedudukan stratigrafi batupasir dan batulempung menjadi simpang siur. Kedudukan seam-seam batubara dapat terletak di dalam lapisan batulempung atau di dalam lapisan batupasir.
Penelitian hidrogeologi oleh PT. Benamakmur Selaras Sejahtera, meliputi :
• Penelitian kondisi air tanah tertekan & tidak tertekan pada sumur bor dan
sumur gali. • Penyelidikan geolistrik untuk mengetahui konfigurasi akuifer. • Uji pemompaan (pumping test) untuk mengetahui parameter akuifer. • Pengukuran beberapa sifat fisik dan kimia air, seperti warna, rasa, DHL,
temperatur dan pH yang dilakukan di lapangan dan laboratorium.
1. Konfigurasi Sistim Akuifer
Secara umum sistim akuifer dibagi menjadi dua, yaitu sistim akuifer tak tertekan yang terdapat pada permukaan dan akuifer tertekan yang berada di bawah permukaan. Penelitian akuifer tak tertekan dilakukan pada sumur galian, sedangkan untuk akuifer tertekan dikerjakan pada lubang bor. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara uji pemompaan untuk mengetahui nilai parameter akuifer (permeabilitas). Pengujian yang dilakukan pada sumur galian dan lubang bor masing-masing menghasilkan angka permeabilitas sekitar 0,86 m³/hari dan 2,51 m³/hari.
Untuk mengetahui kondisi lapisan-lapisan akuifer bawah permukaan, dilakukan pengukuran dengan cara geolistrik menggunakan metode Schlumberger. Hasil penyelidikan ini dapat menunjukkan adanya keterkaitan antara nilai tahan jenis batuan dengan litologi akuifer bawah permukan. Keterkaitan antara tahanan jenis dan litologi tersebut dapat diperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
• Bagian atas memiliki tahanan jenis 7,87 – 1402,02 Ω m, yang mengindikasikan lapisan batuan dibentuk oleh tanah penutup dan material lepas yang umumnya berukuran pasir sampai kerakal bercampur lempung.
• Tahanan jenis batuan kurang dari 15,567 Ω m, ditafsirkan sebagai batulempung yang mengandung batulanau, sisipan batulempung dan batubara.
• Tahanan jenis batuan antara 46,72 – 151,27 Ω m, ditafsirkan sebagai lapisan batupasir yang mengandung sisipan batulempung, batulanau dan batubara.
Berdasarkan hasil analisis sebaran litologi akuifer bawah permukaan tersebut diatas, maka sistim akuifer di wilayah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Sistem akuifer umumnya termasuk dalam akuifer tertekan (confined aquifer) dan semi tertekan (semi confined aquifer) serta bagian lainnya berupa akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer).
2) Pembentuk akuifer tidak tertekan adalah lapisan batupasir lempungan yang bersifat lepas sampai semi tertekan adalah batupasir dan batulanau pasiran.
2. Parameter Akuifer
Penelitian terhadap parameter akuifer merupakan upaya untuk mengetahui karakteristik hidraulik akuifer. Penilaian parameter akuifer ini didasarkan atas analisis data uji pemompaan yang dilakukan pada beberapa lokasi terpilih secara langsung di lapangan, baik terhadap sistim akuifer tidak tertekan maupung tertekan.
Dalam pengujian ini pemompaan dilakukan dengan debit tetap sampai muka air tanah turun pada kedalaman tertentu, kemudian pemompaan dihentikan dan diukur pulihnya kembali muka air tanah dengan selang waktu tertentu sampai tercapai kedudukan muka air tanah statis (MAS) seperti semula. Data uji pemompaan yang diperoleh secara langsung di lapangan ini dianalisis dengan metode Bouwer-Rices yang dipandang paling sesuai untuk kondisi sumur berdiameter relatif besar.
Uji pemompaan pada sumur bor (diameter 6 inchi) dengan sistim akuifer tertekan (berdasarkan data sumur bor dan geolistrik) dilakukan pada SMR 1. Berdasarkan hasil uji pemompaan, maka parameter akuifer pada sistim akuifer tak tertekan mempunyai nilai permeabilitas 0,86 m³/hari. Sedangkan pada sistim akuifer tak tertekan/semi tertekan diketahui nilainya rata-rata 2,51 m³.
3. Kualitas Air Tanah
Sifat kimia dan fisika air tanah daerah penelitian diketahui dari hasil pemeriksaan beberapa unsur kimia dan fisika tertentu dari air tanah secara langsung di lapangan, yakni meliputi warna, bau, rasa, daya hantar listrik (DHL), temperatur dan derajat keasaman (pH), kemudian dilakukan pengumpulan per conto dari sumur gali, sumur bor dan mata air di lokasi yang tertentu untuk keperluan analisis unsur kimia/fisika air tanah secara lengkap di laboratorium.
Sifat kimia dan fisika air tanah di daerah penyelidikan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama menyangkut kondisi litologi dan lingkungannya, dimana air tanah tersebut berada, yaitu :
• Jenis litologi akuifer, tempat terakumulasinya air tanah. • Kondisi batuan dan lingkungan lainnya, dimana pergerakan air tanah
berlangsung. • Jarak dari daerah resapan, dimana pembentukan air tanah mulai berlangsung.
Berdasarkan hasil pemeriksaan unsur kimia dan fisika air tanah dari sejumlah per conto yang dikumpulkan dari beberapa lokasi tertentu, analisis mengenai komposisi kimia/fisika air tanah serta mutu air tanah untuk keprluan air minum, baik berasal dari akuifer tidak tertekan, akuifer tertekan dan mata air.
4. Mutu Air Tanah Untuk Keperluan Air Minum
Penilaian mutu air tanah untuk air minum dilakukan dengan membandingkan hasil analisis kimia per conto air tanah di laboratorium dengan baku mutu air minum yang tertuang dalam bentuk Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002.
Hasil analisis air tanah ini dapat memenuhi standar untuk keperluan air minum. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut sebaiknya penggunaan air minum harus direbus lebih dahulu.
Untuk menghidari terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada saat pelaksanaan kegiatan penyelidikan maka sebelum melaksanakan kegiatan management PT.Benamakmur Selaras Sejahtera terlebih dahulu mengadakan sosiallisasi kepada tokoh – tokoh pemuka masyarakat yang masuk didaerah penelitian,serta team lapangan mempersiap pengamanan perlengkapan kerja (helem,jas hujan,sepatu boat dan lain – lain).
Hidrologi
Penyaliran Tambang
Bentuk umum dari bukaan tambang adalah berupa cekungan (pit), maka operasi penambangan akan selalu dihadapkan pada masalah air. Air tersebut dapat berupa air tanah, air sungai maupun air hujan. Jika daerah penambangan tergenang air, maka alat-alat akan sulit beroperasi dengan baik. Kemantapan lereng pun akan terganggu bila lereng selalu dalam keadaan basah. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistim penyaliran yang baik.
Berdasarkan kajian hidrogeologi diketahui bahwa air tanah tidak akan mempengaruhi daerah penambangan. Air dari aliran sungai akan ditangani dengan cara mengalihkan aliran yang mungkin masuk ke tambang ke lokasi lain yang lebih rendah.
Masalah air hujan ditangani dengan dua cara, yaitu : 1). Air hujan yang jatuh di luar pit diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalir
ke dalam pit dengan membuat paritan/saluran di sekeliling pit atau di lereng pit untuk mengalirkan air tersebut ke daerah lain yang lebih rendah.
2). Air yang jatuh ke dalam pit akan ditangani dengan menggunakan sistim penyaliran open sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan cara membuat sumuran (sump) di elevasi terendah daerah penambangan (lantai tambang), kemudian air dalam sumuran dipompakan ke luar pit.
Sistim penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat paritan di dekat kaki jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta mencegah genangan air di daerah jenjang. Paritan-paritan ini merupakan paritan yang bersifat sementara yang akan berubah kedudukannya sesuai dengan kemajuan tambang. Sumuran berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara sebelum dipompa ke luar daerah tambang. Agar daerah penggalian tidak tergenang air maka elevasi sumuran dibuat lebih rendah dari elevasi daerah penggalian, sehingga semua air akan mengalir ke dalam sumuran. Untuk menjaga agar tidak terjadi genangan air pada lereng (yang dapat menyebabkan terganggunya kemantapan lereng), maka lantai jenjang dibuat miring dan pada sisi jenjang dibuat paritan. Paritan ini akan mengalirkan air langsung ke luar daerah tambang. Air yang tidak mungkin dialirkan langsung keluar daerah tambang akan dialirkan ke sumuran yang terdapat pada lantai tambang. Selanjutnya air akan dipompa ke luar pit kemudian diendapkan dalam kolam pengendap yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu, sebelum dialirkan ke sungai-sungai di sekitar daerah tambang.
a). Rancangan Penyaliran