BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Manajemen Ekstrakurikuler Untuk Meningkatkan Prestasi Non Akademik Siswa Pada SMP Negeri Sub Rayon Boja Kabupaten Kendal
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Di eks kawedanan Boja terdapat 3 kecamatan yaitu kecamatan Singorojo, Boja dan Limbangan atau lebih dikenal dengan daerah SIBOLI . Ada 11 SMP Negeri yang terletak di eks kawedanan tersebut, namun dengan mempertimbangkan efetivitas dan penyebaran secara geografis juga latar belakang sosial budaya serta ekonomi, yang dijadikan sumber data penelitian hanya
4 SMP yaitu SMP Negeri 1 dan 3 Boja, SMP Negeri 1 Limbangan dan SMP Negeri 2 Singorojo. SMP Negeri 2 Singorojo terletak di desa Ngareanak kecamatan Singorojo, berada pada jalur alternatif antara Boja dan Sukorejo, kurang lebih 6 km dari Boja. Secara geografis SMP tersebut berada di daerah perbukitan, sehingga siswanya berasal dari daerah-daerah sekitarnya dengan latar belakang sosial dan ekonomi heterogen, namun lebih banyak yang agraris. Jumlah kelas yang terdapat di SMP Negeri 2 Singorojo adalah 15 kelas dengan jumlah siswa lebih
kurang 500 siswa, terdapat 8 jenis kegiatan ekstrakurikuler. SMP Negeri 1 Boja berada di desa Boja, terletak di pusat pemerintahan dan ekonomi kecamatan Boja, menajadikan SMP Negeri 1 Boja sebagai sekolah dengan berbagai macam kelebihan dan kemudahan. SMP yang sesungguhnya telah ada sejak tahun 1962, kurang 500 siswa, terdapat 8 jenis kegiatan ekstrakurikuler. SMP Negeri 1 Boja berada di desa Boja, terletak di pusat pemerintahan dan ekonomi kecamatan Boja, menajadikan SMP Negeri 1 Boja sebagai sekolah dengan berbagai macam kelebihan dan kemudahan. SMP yang sesungguhnya telah ada sejak tahun 1962,
15 Januari 1976 tersebut beralamat di jalan raya Kaliwung Boja nomor 20 Boja, kabupaten Kendal. Dewasa ini memiliki 21 kelas dengan lebih dari 650 siswa. Di SMP Negeri 1 Boja ada sekitar 20 jenis ekstrakurikuler baik yang berupa krida (Pramuka, PMR, UKS, Paskibra, Karya Ilmiah (KIR,English club), Latihan olah bakat dan minat (Paduan suara, jurnalistik, basket, voli, TIK) maupun keagamaan (Baca
tulis Qur’an, rebana). SMP Negeri 3 Boja terletak di lereng gunung
Ungaran, tepatnya di desa puguh kecamatan Boja, berada pada perlintasan jalan alternatif antara objek wisata Nglimut, Gonoharjo dan Semarang. Memiliki 15 kelas dengan lebih dari 500 siswa. Seperti halnya sekolah yang terletak di daerah pedesaan, karakteristik siswanya berlatar belakang sosial ekonomi yang ditopang oleh sistem agraris, karena sebagian besar orang tua siswa mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka. Tentu saja dewasa ini kesadaran masyarakat pedesaan jauh lebih maju dalam hal pendidikan. Ada sekitar 10 jenis kegiatan ekstrakurikuler yang berada di SMP Negeri 3 Boja.
Sedangkan SMP Negeri 1 Limbangan yang terletak di desa Limbangan, menjadi pusat daya tarik tersendiri bagi lulusan SD di daerah Limbangan dan sekitarnya.
terletak di pusat pemerintahan dan ekonomi kecamatan Limbangan, berada satu kompleks dengan SMA Negeri Limbangan, Puskesmas, Koramil dan Polsek. SMP yang sekarang ini dipimpin oleh Bapak Supardi, S,Pd. M.Pd. memiliki 18
SMP
tersebut tersebut
4.2 Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini sudah divalidasi oleh ahli atau orang yang kompeten di bidangnya. Untuk model manajemen
ekstrakurikuler yang selama ini dilaksanakan di SMP Negeri sub rayon boja studi literatur, angket dan hasil wawancaranya sudah didiskusikan dengan praktisi dalam hal ini para pengelola kegiatan ekstrakurikuler, terdiri dari unsur pelatih dan kesiswaan, yang telah menangani kegiatan tersebut selama bertahun-tahun dan diakui hasilnya baik oleh
teman sejawat/guru lain maupun menghasilkan prestasi yang sangat baik. Untuk model manajemen ekstrakurikuler yang dapat memperbaiki model sebelumnya yang melibatkan partisipasi aktif baik dari orang tua maupun peserta/siswa hasil angket dan wawancaranya sudah divalidasi oleh unsur kesiswaan, kepala sekolah, komite sekolah dan praktisi kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Dan efektivitas model manajemen ekstrakurikuler partisipatif yang lebih melibatkan peserta didik dan orang tua juga masyarakat, hasil angket dan wawancaranya telah didiskusikan dengan para pembina kesiswaan, kepala sekolah dan selanjutnya dijadikan bahan untuk melakukan focus group discussion (FGD) dengan ahli di bidang manajemen pendidikan dari UKSW Salatiga yaitu Dr. Bambang Ismanto, M.Si.
1.2.1 Model Manajemen Ekstrakurikuler Yang Selama Ini Diterapkan di SMP Negeri se Sub Rayon Boja.
Berdasarkan data angket yang peneliti sebarkan, yang terdiri dari 8 pertanyaan yaitu:
Skor No
Daftar Pertanyaan 1 2 3 4
1 Kelengkapan pedoman pelaksanaan manajemen pembinaan kesiswaaan khususnya ekstrakurikuler yang dikeluarkan instansi terkait berupa Buku pedoman, petunjuk teknis/juknis, petunjuk pelaksanaan/juklak, atau pedoman lainnya 2 Kelengkapan pedoman pelaksanaan manajemen pembinaan kesiswaan khususnya ekstrakurikuler yang dikeluarkan oleh pihak sekolah dalam perencanaan/planning (program kerja), pengorganisasian/organizing (Penunjukan pembina/pelatih), pelaksanaan/actuating (jurnal latiahan, daftar hadir) maupun pengawasan/controlling (daftar nilai,evaluasi), dan sebagainya 3 Tersedianya
alat
kelengkapan/
sarana prasarana yang memadai dalam
menunjang
pelaksanaan
kegiatan pembinaan
manajemen
pembinaan kesiswaan khususnya ekstrakurikuler di sekolah 4 Adanya pembina dan pelatih ekstrakurikuler dalam menjalankan fungsi manajemen pembinaan kesiswaan 5 Tersedianya sumber dana untuk menunjang kegiatan pembinaan kesiswaan khususnya ekstrakurikuler 6 Tersedianya kegiatan yang berupa kompetisi dalam memajukan dan memotivasi pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan khususnya ekstrakurikuler di sekolah 4 Adanya pembina dan pelatih ekstrakurikuler dalam menjalankan fungsi manajemen pembinaan kesiswaan 5 Tersedianya sumber dana untuk menunjang kegiatan pembinaan kesiswaan khususnya ekstrakurikuler 6 Tersedianya kegiatan yang berupa kompetisi dalam memajukan dan memotivasi pelaksanaan kegiatan
dengan ketentuan angka 1 untuk jawaban yang kurang, angka 2 untuk jawaban cukup, angka 3 untuk jawaban baik dan angka 4 untuk jawaban baik sekali, sedangkan
1 ≤kurang<1.75, 1.75≤cukup<2.50, 2.50≤baik<3.25, 3.25≤baik sekali<4. Ketika model partisipatif dari orang tua dan siswa belum diterapkan, dapat dideskripsikan sebagai
rangenya
adalah
berikut: Untuk angket kepada kepala sekolah dan urusan kesisiwaan/pembina OSIS, juga dilengkapi dengan observasi dan dokumentasi, peneliti mendapatkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini dilakukan di sekolah-sekolah Negeri se sub rayon boja telah dilaksanakan dengan cukup baik, namun pelaksanaannya hanya rutinitas belaka. Hal tersebut nampak dari kenyataan di lapangan bahwa kegiatan ekstrakurikuler belum mengacu pada pedoman pelaksanaan, juknis, juklak maupun pedoman lainnya.
Dari 8 kepala sekolah dan kesiswaan yang diberikan angket dengan skala likert 1-4 (kurang, cukup, baik dan baik sekali). Ada 3 kepala sekolah dan Dari 8 kepala sekolah dan kesiswaan yang diberikan angket dengan skala likert 1-4 (kurang, cukup, baik dan baik sekali). Ada 3 kepala sekolah dan
manajemen ekstrakurikuler juga belum memadai dengan masih sulit ditemukannya prinsip-prinsip manajemen mulai dari perencanaan program, pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan program yang masih banyak kendala dan pengawasan maupun evaluasi yang masih lemah. Bahkan di beberapa tempat peneliti menemukan, melalui pengamatan, ada beberapa sekolah secara administratif
Kelengkapan
administrasi
namun dalam mengimplementasikan
lengkap
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler belum maksimal. Namun sebaliknya, ada sekolah yang dilihat dari kegiatan ekstrakurikuler sangat maju namun secara administratif kurang.
Berdasarkan angket dengan skala likert tentang kelengkapan administrasi yang peneliti sebar, ada 2 kepala sekolah dan kesiswaan yang menjawab cukup, 3 menjawab baik dan 3 menjawab baik sekali. Dapat dijelaskan bahwa kelengkapan administrasi kegiatan ekstrakurikuler (program kerja, jurnal latihan, daftar hadir, dan sebagainya) yang kondisinya cukup ada 25%, 37,5% dalam kondisi baik, sisanya 37,5% baik sekali, sedangkan rata-ratanya adalah 3,125 yang artinya masuk pada kategori baik.
Sarana dan prasarana penunjang sebenarnya sudah mencukupi, namun penyebaran pada tiap jenis Sarana dan prasarana penunjang sebenarnya sudah mencukupi, namun penyebaran pada tiap jenis
sehingga kemampuan sekolah dalam menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler juga tidak sama.
Menurut jawaban angket dari sumber data penelitian yang terdiri kepala sekolah dan urusan kesiswaan/pembina OSIS, ada 2 kepala sekolah, kesiswaan dan pembina OSIS yang menjawab cukup, 3 menjawab baik dan 3 yang menjawab baik sekali. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup ada 25%, baik ada 37,5% dan 37,5 % menyatakan baik sekali sedangkan nilai rata-ratanya adalah 3,125 yang dikategorikan baik.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
dipengaruhi oleh tersedianya pembina maupun pelatih yang kompeten di bidangnya masing-masing. Pola pikir yang menganggap bahwa pembinaan kesiswaan khususnya kegiatan ekstrakurikuler hanya menjadi tanggung jawab guru- guru tertentu juga mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler.
juga
sangat
Dari angket yang peneliti sebar berkaitann dengan
dan pelatih ekstrakurikuler, dapat dilihat fakta bahwa ada 1 yang menjawab kurang, 2 menjawab cukup, 3 menjawab baik dan 2 menjawab baik sekali. Sehingga dapat diambil kesimpulan, ada 12,5% yang keberadaannya kurang, 25% yang keberadaannya cukup, 37,5% baik
keberadaan
pembina pembina
Pendanaan kegiatan ekstrakurikuler hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah, hal tersebut mengakibatkan kemampuan bersaing dari masing- masing kegiatan ekstrakurikuler kurang tinggi. Dewasa ini persaingan kegiatan ekstrakurikuler dalam berbagai lomba pada tingkat sekolah, regional, daerah maupun antar
apabila hanya mengandalkan sumber dana dari sekolah masih terasa sangat minim. Hasil angketnya adalah sebagai berikut, ada 1 orang kepala sekolah atau kesiswaan yang menjawab kurang, 2 orang yang menjawab cukup, 3 menjawab baik dan 3 orang yang menjawab baik sekali. Dari hasil angket tersebut dapat dijelaskan bahwa ketersediaan dana untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler terdapat 12,5% yang menyatakan kurang, 25% yang menyatakan cukup tersedia, 37,5% menyatakan tersedia dengan baik dan 37,5% menyatakan baik sekali. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 2,75 artinya masuk pada kategori baik.
Sebagai akibat dari minimnya dukungan dana dari pihak sekolah, adalah kurang tersedianya kompetisi sebagai wadah untuk mengukur sekaligus mengevaluasi
kegiatan pembinaan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sebuah sekolah dalam kurun waktu tertentu. Kompetisi atau perlombaan dan pertandingan menjadi tempat mengaktualisasi peserta kegiatan ekstrakurikuler sekaligus mengukur kemampuan mereka.
berbagai
Dari data angket yang peneliti dapatkan berkaitan dengan tersediannya kompetisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, diperoleh hasil sebagai berikut, terdapat 1 orang yang menjawab kurang, 2 orang yang menjawab cukup, 4 orang yang menjawab baik dan 1 orang yang menjawab baik sekali. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ada 12,5% yang menyatakan kurang, 25% menyatakan cukup, 50% menjawab baik dan 12,5% menyatakan baik sekali, nilai rata-ratanya 2,625 dikategorikan baik.
organisasi, kegiatan ekstrakurikuler seharusnya juga menerapkan prinsip- prinsip manajemen dalam melaksanakan program. Minimnya perencanaan, kurangnya pengorganisasian dan lemahnya pengawasan juga menjadikan sebab kurang berhasilnya kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan selama ini. Hasil angket yang peneliti dapat adalah sebagai berikut, terdapat 3 orang kepala sekolah, kesiswaan dan pembina OSIS yang menyatakan cukup, terdapat 3 orang yang menyatakan baik dan 2 orang yang menyatakan baik sekali. Jika dijelaskan dalam prosentase adalah bahwa yang menjawab cukup 37,5%, yang menjawab baik 37,5% dan yang menjawab baik sekali 25%, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 2,875 masuk pada kategori baik.
Sebagai
sebuah
Pada beberapa sekolah, angka partisipasi dari orang tua juga masih terlalu rendah, dari empat sekolah yang menjadi sumber data, hanya ada satu SMP Negeri yang telah berhasil mengoptimalisasi peran serta orang tua/masyarakat dalam pelaksanaan manajemen kegiatan ekstrakurikuler secara cukup Pada beberapa sekolah, angka partisipasi dari orang tua juga masih terlalu rendah, dari empat sekolah yang menjadi sumber data, hanya ada satu SMP Negeri yang telah berhasil mengoptimalisasi peran serta orang tua/masyarakat dalam pelaksanaan manajemen kegiatan ekstrakurikuler secara cukup
Data angket yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut, terdapat 3 orang kepala sekolah, kesiswaan dan pembina OSIS yang menjawab cukup, 3 orang yang menjawab baik dan 2 orang yang menjawab baik sekali. Jika diprosentase menjadi 37,5% menjawab cukup, 37,5% menjawab baik dan 25% menjawab baik sekali, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 2,875 masuk pada kategori baik.
Apabila nilai rata-rata kedelapan pertanyaan di atas dijumlah diperoleh hasil 2,8 yang berarti masuk pada kategori baik, sehingga dapat dijelaskan bahwa sebenarnya
manajemen ekstrakurikuler telah dilaksanakan dengan cukup baik pada saat model partisipatif yang lebih melibatkan peran serta peserta didik, orang tua dan masyarakat belum diterapkan.
4.2.2 Model Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri se Sub Rayon Boja Yang Mampu Memperbaiki Model Manajemen Yang Selama Ini Dilaksanakan.
Melalui angket yang sama, wawancara maupun diskusi dengan stake holder kegiatan ekstrakurikuler yang
sekolah, urusan sekolah, urusan
pengurus komite, pelatih/instruktur
OSIS,
peserta kegiatan ekstrakurikuler, observasi dan dokumentasi di SMP Negeri se sub rayon Boja yang peneliti peroleh dapat disimpulkan bahwa kegaiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah-sekolah Negeri se sub rayon Boja memerlukan partisipasi lebih baik dari orang tua/masyarakat, karena dengan partisipasi yang lebih aktif dari orang tua maupun peserta didik maka prinsip-prinsip manajemen dapat dilaksanakan dengan baik dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler. Sebaliknya apabila kegiatan ekstrakurikuler hanya dibebankan kepada pihak sekolah, maka hasilnya kurang maksimal.
dan
pendidikan/sekolah menggunakan model manajemen yang lebih partisipatif yang melibatkan peserta didik, orang tua dan masyarakat diperoleh hasil sebagai berikut:
Setelah
satuan
Kegiatan ekstrakurikuler sudah mengacu pada pedoman pelaksanaan, juknis, juklak maupun pedoman lainnya. Dari 8 kepala sekolah dan kesiswaan yang diberikan angket,ada 1 kepala sekolah dan kesiswaan menjawab kurang, 2 menjawab baik dan 5 menjawab baik sekali. Artinya ada 12,5% yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler kurang mengacu pada pedoman pelaksanaan manajemen esktrakurikuler, 25% menyatakan baik sedangkan 62,5% menyatakan baik sekali. Sedangkan nilai rata- ratanya adalah 3,375 yang artinya masuk pada kategori baik sekali.
manajemen ekstrakurikuler juga lebih memadai dengan telah dilaksanakannya prinsip-prinsip manajemen mulai dari perencanaan program, pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan program, dan pengawasan maupun evaluasi.
Kelengkapan
administrasi
tentang kelengkapan administrasi yang peneliti sebar, ada 1 kepala sekolah dan kesiswaan yang menjawab kurang, 2 menjawab baik dan 5 menjawab baik sekali. Dapat dijelaskan bahwa
Berdasarkan
angket
kelengkapan administrasi kegiatan ekstrakurikuler (program kerja, jurnal latihan, daftar hadir, dan sebagainya) yang kondisinya kurang ada 12,5%, 25% dalam kondisi baik, sisanya 62,5% baik sekali, sedangkan rata-ratanya adalah 3,375 yang artinya masuk pada kategori baik sekali.
Sarana dan prasarana penunjang sudah sangat mencukupi, dan cukup merata penyebarannya. Menurut jawaban angket dari sumber data penelitian yang
dan urusan kesiswaan/pembina OSIS, ada 2 kepala sekolah, kesiswaan dan pembina OSIS yang menjawab cukup, 1 menjawab baik dan 5 yang menjawab baik sekali. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup ada 25%, baik ada 12,5% dan 62,5 % menyatakan baik sekali sedangkan nilai rata-ratanya adalah 3,375 yang dikategorikan baik sekali.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
dipengaruhi oleh tersedianya pembina maupun pelatih yang kompeten di
juga
sangat sangat
Pendanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah, namun orang tua lebih dapat dilibatkan dalam menggali dana. Hasil angketnya adalah sebagai berikut, ada 2 orang yang menjawab cukup, 1 menjawab baik dan 5 orang yang menjawab baik sekali. Dari hasil angket tersebut dapat dijelaskan bahwa ketersediaan dana untuk menunjang kegiatan
ekstrakurikuler terdapat 25% yang menyatakan cukup tersedia, 12,5% menyatakan tersedia dengan baik dan 62,5% menyatakan baik sekali. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3,6875 artinya masuk pada kategori baik sekali.
Tersedianya dukungan dana dari pihak sekolah, peserta didik, orang tua maupun masyarakat mengakibatkan kompetisi sebagai wadah untuk mengukur sekaligus mengevaluasi berbagai kegiatan pembinaan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sebuah sekolah dalam kurun waktu tertentu dapat lebih banyak dilaksnakan atau diikuri. Kompetisi atau perlombaan dan pertandingan menjadi tempat mengaktualisasi peserta kegiatan ekstrakurikuler sekaligus mengukur kemampuan mereka.
Dari data angket yang peneliti dapatkan berkaitan dengan tersediannya kompetisi untuk Dari data angket yang peneliti dapatkan berkaitan dengan tersediannya kompetisi untuk
Prinsip-prinsip manajemen telah dilaksanakan dengan baik dalam kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan juga evaluasi. Hasil angket yang peneliti dapat adalah sebagai berikut, terdapat 1 orang kepala sekolah, kesiswaan dan pembina OSIS yang
pengorganisasian,
menyatakan kurang, terdapat 3 orang yang menyatakan baik dan 4 orang yang menyatakan baik sekali. Jika dijelaskan dalam prosentase adalah bahwa yang menjawab kurang 12,5%, yang menjawab baik 37,5% dan yang menjawab baik sekali 50%, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 3,25 masuk pada kategori baik.
Pada sekolah yang menjadi sumber data, angka partisipasi dari orang tua dan peserta/siswa sudah cukup tinggi, dari empat sekolah yang menjadi sumber data, data angket yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut, terdapat 1 orang kepala sekolah, kesiswaan dan pembina OSIS yang menjawab kurang, 3 orang yang menjawab baik dan 4 orang yang menjawab baik sekali. Jika diprosentase menjadi 12,5% menjawab kurang, 37,5% menjawab baik dan 50% menjawab baik sekali, nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3,25 masuk pada kategori baik.
Apabila nilai rata-rata kedelapan pertanyaan di atas dijumlah diperoleh hasil 3,4 yang berarti masuk pada kategori baik sekali, sehingga dapat dijelaskan bahwa manajemen ekstrakurikuler dilaksanakan jauh lebih baik pada saat model partisipatif yang lebih melibatkan peran serta peserta didik, orang tua dan masyarakat diterapkan.
Mengacu pada pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan Permendikbud RI nomor
62 tahun 2014, yang secara cukup rinci mengatur pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler baik dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan maupun evaluasinya, maka kegiatan ekstrakurikuler dapat lebih dimaksimalkan. Di dalam pedoman
kegiatan ekstrakurikuler sesuai Permendikbud RI nomor 62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah telah tercantum secara cukup detail prinsip-prinsip manajemen. Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai
seluruh kegiatan ekstrakurikuler di suatu satuan pendidikan. Berkaitan dengan pertanyaan apakah pedoman kegiatan
penanggung
jawab
ekstrakurikuler telah mengacu pada Permendikbud nomor 62 tahun 2014, Drs. Agus Chrismoro, M.Pd. (Kepala SMP Negeri 1 Boja) pada saat wawancara dengan peneliti pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 menyatakan:
“Ya, meskipun tidak mesti persis tetapi menjadi acuan, pada prinsipnya sekolah kami sebagai satuan pendidikan
yang berada di bawah Kemendikbud selalu adaptif dan mengikuti segala petunjuk dan pedoman yang dikeluarkan yang berada di bawah Kemendikbud selalu adaptif dan mengikuti segala petunjuk dan pedoman yang dikeluarkan
Darmono, S.Pd. (Kepala SMP Negeri 2 Singorojo) sehari berikutnya juga menyampaikan “Ya, 95% mengacu pada pedoman kegiatan ekstra yang terlampir dalam Permendikbud No.62 tahun 2014 ” .
Prinsip perencanaan program nampak dengan adanya mekanisme pengembangan dalam pedoman tersebut. Menurut pedoman kegiatan ekstrakurikuler yang terlampir dalam Permendikbud nomor 62 tahun 2014 pengembangan kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1) analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler, 2) identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik, 3) menetapkan bentuk
diselenggarakan, 4) mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya, 5) menyusun program kegiatan ekstrakurikuler. Satuan pendidikan harus menyusun program kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah (RKS). Program kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan
kegiatan
yang
mempertimbangkan penggunaan sumber daya bersama yang tersedia pada gugus sekolah. Program kegiatan ekstrakurikuler disosialisasikan kepada peserta didik dan orang tua/wali pada setiap awal tahun pelajaran. Sedangkan sistematika
dengan
ekstrakurikuler setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut: rasional
program
kegiatan kegiatan
Pada model manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang peneliti terapkan di SMP sub rayon Boja, telah secara aktif melibatkan siswa didik dan orang tua peserta pada proses perencanaan program. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket yang peneliti sebarkan pada 10 siswa peserta kegiatan ekstrakurikuler di 4 SMP Negeri se sub rayon Boja yang dijadikan sumber data penelitian, dari 10 jawaban peserta kegiatan ekstrakurikuler 6 menjawab terlibat (3 menjawab sangat dilibatkan dan 3 menjawab dilibatkan) sedangkan 4 siswa menjawab kurang dilibatkan. Artinya dapat ditarik kesimpulan bahwa semua siswa dilibatkan (100%) tetapi dengan prosentase yang berbeda, ada 60 % peserta menjawab dilibatkan pada perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler dan hanya 40 % peserta yang merasa kurang dilibatkan .
Berikut petikan wawancara dengan perwakilan orang tua peserta didik berkaitan dengan keterlibatan mereka pada program kegiatan ekstrakurikuler, yang diwakili oleh Tri Joko Uripto (pengurus komite SMP Negeri 1 Limbangan) sebagai sumber data penelitian, pada hari Kamis tanggal 15 Januari 2015 menyatakan sebagai berikut:
“...sebagian besar mengetahui program latihan yang ada terutama yang berhubungan dengan aktivitas taekwondo,
dan kegiatan lainnya, biasanya kami mengetahui program ekstrakurikuler
yang terkait dengan pelaksanaan ekstrakurikuler atau dari putra kami yang mengikuti kegiatan tersebut... ”.
dari
edaran edaran
Pernyataan
tersebut
12 Januari 2015, dengan menyatakan “...target adalah prestasi yang maksimal, siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik... ” atau oleh Setyo Herlina Purwidyantini (pengurus
komite lainnya) yang menyatakan:
“target maksimal adalah: mampu meraih prestasi di tingkat nasional, target untuk siswa: mampu mengembangkan potensi sesuai dengan bakat & minat yang dimiliki secara optimal, sehingga semua talenta siswa dapat tersalur
dengan baik ”.
Pernyataan lain berasal dari pihak manajemen sekolah dalam hal ini oleh Darmono, S.Pd. (kepala SMP Negeri 2 Singorojo) pada hai Selasa tanggal 13 Januari 2015, menyatakan “orang tua mendukung, seperti membantu pendanaan di keg.ekstra tertentu saat mengikut i lomba”. Pernyataan dari Istighfarlin (pelatih kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 3 Boja) pada
hari Senin tanggal 15 Desember 2014, juga menyebutkan keterlibatan dan dukungan orang tua dalam perencanaan kegiatan, dengan pernyataan:
“dilibatkan, sebelum pemilihan ekstra orang tua diberi surat edaran/blanko untuk memilih EC bagi putra-
putrinya, edaran tersebut biasanya diberikan pada awal tahun pelajaran kepada semua siswa untuk didiskusikan dengan orang tua mereka, hasilnya kemudian dijadikan acuan bagi pihak sekolah untuk menjalankan kegiatan
ekstrakurikuler ”.
Dari petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua secara aktif terlibat dan mengetahui program dan tujuan atau target yang hendak dicapai dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh putra putri mereka, sehingga mereka dapat lebih berperan dalam perencanaan program suatu kegiatan ekstrakurikuler.
Di dalam pedoman kegiatan ekstrakurikuler yang terlampir dalam Permendikbud nomor 62 tahun 2014 juga tercantum pihak-pihak mana saja yang dilibatkan untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler sebagai perwujudan prinsip pengorganisasian, yaitu: 1) kebijakan satuan pendidikan, pengembangan dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kewenangan dan tanggung jawab penuh dari satuan pendidikan.
untuk dapat mengembangkan
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
dan
kebijakan satuan pendidikan yang ditetapkan dalam rapat satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. 2) Ketersediaan
diperlukan
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler harus didukung dengan ketersediaan pembina. Satuan pendidikan dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pembina. 3) Ketersediaan sarana dan prasarana satuan pendidikan, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler memerlukan dukungan berupa ketersediaan sarana prasarana satuan pendidikan. Yang termasuk sarana satuan pendidikan adalah segala kebutuhan fisik, sosial, dan kultural yang diperlukan unuk mewujudkan
pembina, pembina,
Dari data angket dan wawancara yang peneliti dapatkan, data angket yang berasal dari peserta didik menyatakan ada 6 peserta didik yang menyatakan bahawa sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler memuaskan dan 4 siswa menyatakan biasa saja. Dapat diartikan bahwa 60% siswa puas dengan sarana prasarana
untuk kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan 40% menyatakan biasa saja. Hasil wawancara terkait dengan kondisi sarana dan prasarana setelah penerapan model manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang lebih melibatkan peran aktif peserta didik dan orang tua atau masyarakat antara lain dari orang tua siswa SMP 1 Boja yang diwakili oleh pengurus komite menyatakan sebagai berikut:
yang
disediakan
“fasilitas cukup memadai. Kekurangan di sana sini pasti ada dan komite siap mendukung dan memfasilitasi, pada prinsipnya kami menyadari untuk mendapatkan prestasi yang optimal perlu dukungan sarana dan prasarana yang maksimal juga, jika fasilitas kurang memadai pasti menghambat program ekstrakurikuler ”.
Atau dari perwakilan orang tua siswa yang lain di SMP Negeri 1 Boja yang menyatakan hal serupa yaitu
“sudah baik, namun masih perlu adanya peningkatan sarana
memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler”.
guna
dapat
Pernyataan dari orang tua kemudian diperkuat oleh pernyataan dari unsur manajemen sekolah dalam Pernyataan dari orang tua kemudian diperkuat oleh pernyataan dari unsur manajemen sekolah dalam
semua terdukung dan dapat terlaksana” . Atau wawancara dengan Kepala SMP Negeri 2 Singorojo yang
menyatakan “sudah
hanya perlu ditingkatkan/ ditambah”. Sedangkan prinsip pelaksanaan nampak pada penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler yang dirancang di awal tahun pelajaran oleh pembina di bawah bimbingan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. Penjadwalan tidak hanya memuat waktu pelaksanaan saja, namun juga penggunaan sarana maupun prasarana yang akan digunakan. Hal tersebut diatur agar kegiatan ekstrakurikuler tidak menghambat pelaksanaan kegiatan intra maupun kokurikuler.
mendukung
Hasil angket yang diberikan kepada 10 peserta didik menyatakan bahwa, 6 siswa (60%) menyatakan sangat dilibatkan dan dilibatkan, sedangkan hanya 4 peserta didik (40%) yang menyatakan kurang dilibatkan. Wawancara kepada salah satu orang tua siswa SMP Negeri 1 Boja tentang dukungan dan peran orang tua dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler hasilnya sebagai berikut:
“mendukung, dengan memberi ijin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di luar jam sekolah, dukungan kami tidak sebatas hanya memberikan ijin namun juga dukungan yang lainnya, baik berupa pendanaan, fasilitas maupun perhatian, selagi kegiatan tersebut positif dan untuk kemajuan anak-anak kami, pasti kami suport ”.
Prinsip pengawasan diterapkan dengan kegiatan penilaian dan evaluasi, kinerja peserta didik dalam Prinsip pengawasan diterapkan dengan kegiatan penilaian dan evaluasi, kinerja peserta didik dalam
proses dan pencapaian kompetensi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi pilihannya, dilakukan secara kualitatif. Komponen proses dapat dijelaskan bahwa selama melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler peserta dapat diamati dalam hal keaktifan melalui daftar hadir, loyalitas, kerjasama dan tanggung jawabnya baik dalam kegiatan latihan maupun persiapan
keberhasilannya
meliputi
menghadapai kompetisi. Sedangkan komponen pencapaian kompetensi dapat diukur dengan pencapaian pada saat peserta mengikuti kompetisi yang diikuti, apakah telah memenuhi target atau belum.
Peserta didik wajib memeperoleh nilai “baik”, pada
wajib yaitu kepramukaan setiap semesternya, demikian juga pada kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapatkan bimbingan terus menerus untuk mencapainya. Nilai tersebut dicapai tidak hanya berdasarkan formalitas karena seorang peserta didik mengikuti suatu kegiatan ekstrakurikuler, namun juga berdasarkan komponen proses yang telah dijelaskan seperti di atas.
kegiatan
ekstrakurikuler
Hasil angket terhadap peserta didik terkait dengan kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah sebanyak 7 peserta didik (70%) menyatakan selalu ada pengawasan melalui daftar hadir maupun daftar nilai, sedangkan 3 siswa (30%) menyatakan jarang atau satu kali tiap semester.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan secara rutin dilakukan oleh pihak sekolah melalui berbagai instrumen antara lain daftar hadir dan daftar nilai.
Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan dalam perencanaan satuan pendidikan. Satuan pendidikan hendaknya mengevaluasi setiap indikator yang sudah tercapai maupun yang belum. Berdasarkan hasil evaluasi, satuan pendidikan dapat melakukan perbaikan rencana tindak lanjut untuk siklus kegiatan berikutnya.
Hasil angket peserta didik terhadap evaluasi program
ekstrakurikuler, penilaian maupun pencapaian target perlombaan adalah 8 siswa menyatakan sangat sering dan sering (80%) sedangkan hanya 1 siswa (10%) yang menyatakan hanya tiap semester/tahun dan 1 siswa (10%) yaang menyatakan tidak pernah.
Hasil tersebut di atas diperkuat oleh hasil wawancara terhadap orang tua siswa yang diwakili oleh Widodo (pengurus komite SMP Negeri 3 Boja) mengenai kegiatan evaluasi pada kegiatan ekstrakurikuler, pada hari Seni tanggal 15 Desember 2014, menyatakan “iya, akhir semester, lewat nilai EC” . Hasil wawancara
terhadap perwakilan orang tua SMP Negeri 2 Singorojo menyatakan “perlu, program yang tidak berjalan, sepi peserta dihentikan, hemat biaya”. Sedangkan hasil wawancara terhadap perwakilan orang tua di SMP Negeri 1 Limbangan menyatakan:
“diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dengan melihat kontinyuitas pelatihan, metode yang dipakai dan
prestasi yang dicapai, artinya setiap program kegiatan ekstrakurikuker harus mendaptkan evaluasi baik terhadap program latihannya, cara latihannya maupun hasil yang dicapai ”.
Berdasarkan hasil angket, wawancara dan dokumen yang telah disajikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses kegiatan manajemen ekstrakurikuler di SMP Negeri se sub rayon Boja telah secara aktif melibatkan peran peserta didik dan orang tua
demi mengoptimalkan kinerja kegiatan ekstrakurikuler
akgirnya dapat meningkatkan fungsi kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah pembentukan karakter dan jati diri peserta didik.
model manajemen kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri sub rayon
efektivitas
mempertimbangkan partisipasi aktif dari orang tua maupun peserta
Boja
yang
Law and Kelton (Anwar 2003:37) mendefinisikan model sebagai representasi dari suatu sistem, di mana model tersebut dipandang mewakili sistem yang sesungguhnya. George R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito, 2001: 3).
Manajemen kegiatan ekstrakurikuler menjadi efektif jika setidaknya memuat 4 prinsip manajemen yaitu
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (contolling) atau lebih sering disingkat POAC.
perencanaan
(planning),
Pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan dan kebudayaan, telah mengeluarkan Permendikbud RI nomor 62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikluler pada pendidikan dasar dan menengah yang dalam lampirannya
pedoman kegiatan ekstrakurikuler. Pedoman yang dikeluarkan oleh Kemendikbud tersebut telah secara rinci mengatur pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan khususnya pada pendidikan dasar dan menengah, sesuai dengan manajemen efektif yang setidaknya memuat 4 prisip manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
terdapat
Suatu kegiatan ekstrakurikuler biasanya dimulai dengan perencanaan program kegiatan. Sesuai pedoman pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler, perencanaan
dengan melakukan pengembangan yang pada proses tersebut juga terdapat kegiatan
dilakukan
penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler. Pengorganisasian
ekstrakurikuler dilakukan dengan menyediakan segala elemen pendukung demi lancarnya kegiatan ekstrakurikuler. Mulai dari pemilihan pembina, pelatih atau instruktur juga penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan oleh suatu jenis kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan
kegiatan kegiatan
ekstrakurikuler, dilaksanakan dengan merancang
kegiatan dan pengaturan penggunaan sarana prasarana. Hal tersebut harus dilakukan agar waktu dan sarana prasarana kegiatan penggunaannya tidak saling menghambat, baik pada kegiatan intra, kokurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
jadwal
pelaksanaan
Proses pengawasan dan evaluasi dilakukan baik oleh pihak manajemen sekolah maupun orang tua atau masyarakat melalui pengurus komite. Sebagai mitra sekolah komite sekolah memberikan dukungan, saran, dan kontrol dalam mewujudkan keunggulan ragam kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan kegiatan evaluasi dilakukan guna mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan dalam perencanaan satuan pendidikan, berdasarkan hasil evaluasi, satuan pendidikan dapat melakukan perbaikan rencana tindak lanjut untuk siklus kegiatan berikutnya.
Hasil angket terhadap pendapat peserta didik berkaitan dengan model latihan yang efektif, dari 10 siswa sumber data yang berasal dari 4 SMP Negeri se sub rayon Boja, 6 siswa (60%) menyatakan model latihan yang efektif sangat bagus, sedangkan 4 siswa (40%) menyatakan bagus.
Untuk Pendapat siswa terkait dengan prestasi atau kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, 8 siswa (80%) menyatakan meningkat
sedangkan 2 siswa (20%) menyatakan sangat meningkat. Kemudian terkait dengan pertanyaan sedangkan 2 siswa (20%) menyatakan sangat meningkat. Kemudian terkait dengan pertanyaan
lebih ditingkatkan, 5 siswa (50%) menyatakan selalu dan 5 siswa (50%) menyatakan terkadang.
Hasil analisis pendapat siswa tersebut di atas menyatakan bahwa perlu lebih ditingkatkan lagi pernanan baik peserta didik maupun orang tua siswa di dalam kegaiata manajemen ekstrakurikuler yang dilaksanakan disuatu satuan pendidikan.
Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan orang tua siswa di SMP Negeri 1 Boja (Setyo Herlina Purwidyantini) terkait dengan usulan terhadap partisipasi peserta/siswa dengan orang tua terhadap kegiatan ekstrakurikuler yang menyatakan:
“Ada. Pada bagian pihak yang terlibat, disitu tertulis satuan pendidikan, komite sekolah/madrasah dan orang tua. Menurut saya, bisa ditambahkan dengan masyarakat, karena ada masyarakat luar (yang bukan komite maupun wali murid) yang memiliki kepedulian tinggi terhadp pengembangan
ekstrakurikuler di sekolah. Semakin banyak stake holder yang mendukung kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, maka keberhasilan program akan lebih maksimal”.
kegiatan
Dari hasil analisis pendapat siswa dan wawancara terhadap orang tua peserta didik, terkait dengan pelaksanaan model yang efektif yang berupa peningkatan peranan peserta didik dan orang tua mereka terhadap kegiatan ekstrakurikuler dapat diambil kesimpulan bahwa setelah orang tua dan siswa lebih
kegiatan manajemen ekstrakurikuler hasilnya adalah bahwa siswa merasa model kegiatan yang mereka ikuti lebih efektif, hal tersebut menjadikan kemampuan peserta didik dalam
dilibatkan
dalam dalam
4.3 Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di 4 SMP Negeri sub rayon Boja kabupaten Kendal untuk mendeskripsikan model manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini dilaksanakan. Menghasilkan model manajemen kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri sub rayon Boja yang mampu memperbaiki model manajemen yang selama ini dilaksanakan. Selain itu penelitian ini juga menguji keefektifan model manajemen kegiatan ekstrakurikulerlakukan sebuah pengembanagan se di SMP Negeri sub rayon Boja dengan mempertimbangkan partisipasi aktif baik dari orang tua/masyarakat maupun peserta/siswa.
4.3.1 Model manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini dilaksanakan di SMP Negeri se sub rayon Boja
Keberhasilan suatu kegiatan ekstrakurikuler ditentukan oleh banyak komponen. Sebelum model manajemen partisipatif diterapkan di SMP Negeri sub rayon Boja, banyak hal menjadi kendala. Hal tersebut disebabkan hampir
fungsi manajemen dilaksanakan oleh pihak sekolah, tanpa secara aktif melibatkan orang tua/masyarakat dan peserta didik.
semua
Apabila semua proses manajemen hanya dilakukan oleh salah satu pihak, dalam hal ini oleh satuan pendidikan/sekolah saja, maka hasilnya tidak akan maksimal. Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun pengawasan, akan menjadi sulit dilakukan apabila tidak melibatkan peranan peserta didik atau orang tua secara menyeluruh.
Proses perencanaan yang hanya dilakukan oleh pihak
sekolah/satuan pendidikan, kurang mengakomodir kepentingan peserta didik dan minim masukan dari orang tua siswa. Sebagai akibatnya, kegiatan ekstrakurikuler tidak terlalu diminati peserta didik dan sedikit dukungan dari orang tua/wali siswa.
Proses pengorganisasian yang kurang melibatkan peranan peserta didik dan orang tua juga mempunyai banyak resiko. Peserta didik biasanya sekaligus menjadi peserta kegiatan ekstrakurikuler, jika peserta didik kurang terlibat dalam kegiatan penjadwalan kegiatan, pengaturan sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler
pengoganisasian ekstrakurikuler lainnya, para siswa akan kurang merasa memiliki kegiatan tersebut. Sebagai akibatnya, motivasi mereka mengikuti kegiatan tersebut juga kurang maksimal.
atau
kegiatan
Pada proses pelaksanaan yang menjadi salah satu
suatu kegiatan ekstrakurikuler, peran aktif para peserta didik dan orang tua mereka juga sangat diperlukan, peran yang minim dari peserta didik dan orang tua mengakibatkan kontribusi mereka terhadap keberhasilan program yang menjadi target ekstrakurikuler sangat sulit tercapai.
tahapan
manajemen
Terjadi banyak kendala dalam melaksanakan setiap program kegiatan ekstrakurikuler, karena kurangnya peran stakeholder kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik merasa belum menjadi bagian dari keseluruhan pelaksanaan manajemen kegiatan ekatrakurikuler.
Tahapan manajemen yang paling sulit dilakukan adalah pengawasan dan evaluasi. Pada proses ini satuan pendidikan/sekolah
sangat sulit melaksanakannya
akan
tanpa ada dukungan/keterlibatan peserta didik terlebih orang tua/wali.
apabila
Perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, mungkin sedikit lebih mudah untuk dilakukan oleh pihak sekolah secara mandiri, namun tahap pengawasan dan evaluasi jauh lebih sulit dikerjakan. Menjadi hal yang sangat tidak sehat, jika sekolah melakukan perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan suatu program ekstrakurikuler sekaligus mengawasi dan mengevaluasinya, akan timbul sikap subyektif yang sangat tinggi.
Dari uraian singkat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peran aktif peserta didik dan orang tua/wali juga masyarakat sangat diperlukan demi keberhasilan
pelaksanaan manajemen kegiatan ekstrakurikuler di suatu satuan pendidikan/sekolah agar tercapai target pembinaan kesiswaan yaitu membentuk generasi muda penerus bangsa yang utuh, baik ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun etikanya.
manajemen kegiatan ekstrakurikuler (mengacu pada Permendibud No. 62 Tahun 2014) yang selama ini dilaksanakan di SMP Negeri se sub rayon Boja adalah sebagai berikut:
Adapun
model
Model Manajemen Ekstrakurikuler Yang Telah Dilaksanakan (Model Awal: Mengacu pada Permendikbud No. 62 Tahun 2014)
No Prinsip manajemen dalam kegiatan
Keterangan ekstrakurikuler
Kegiatan
1 Planning
Sesuai dengan (Perencanaan)
Tahapan Pengembangan:
1.Analisis sumber daya yang
Pedoman
diperlukan dalam
Pelaksanaan
penyelenggaraan kegiatan
Kegiatan
ekstra kurikukler, 2.
Ekstrakurikuler
identifikasi kebutuhan, potensi,
Permendikbud
dan minat peserta didik,
No.62 Th.2014
3.Menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan, 4.Mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya, 5.Menyusun program kegiatan ekstrakurikuler. Sistematika program:rasional dan tujuan umum, deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler, pengelolaan, pendanaan, evaluasi.
2 Organizing
Pada prinsip pengorganisasian,
(Pengorganisas pihak-pihak yang dilibatkan ian)
dalam kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri dari: 1.pihak sekolah (Kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pembina ekstrakurikuler), 2.Komite sekolah, 3.Orang tua.
3 Actuating
Proses pelaksanaan manajemen
(Pelaksanaan)
ekstrakurikuler berupa ekstrakurikuler berupa
4 Controlling
Proses pengawasan dilakukan
(Pengawasan)
dengan memonitor kehadiran peserta melalui presensi/daftar hadir maupun daftar nilai dilakukan baik oleh pihak manajemen sekolah (kepala sekolah atau pembina), maupun oleh orang tua/masyarakat. Juga dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan pencapaian target kegiatan.
4.3.2 Model manajemen kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri se sub rayon Boja yang mampu memperbaiki model manajemen yang selama ini dilaksanakan.
Manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang setidaknya memuat 4 prinsip manajemen yaitu perencanaan (planing), pengorganisasian (orgonizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) harus benar-benar dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, dengan dukungan dan partisipasi aktif dari orang tua dan peserta didik.
Pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen dalam kegiatan ekstrakurikuler yang efektif mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat diimplementasikan menggunakan Pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen dalam kegiatan ekstrakurikuler yang efektif mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat diimplementasikan menggunakan
2014, penulis menyimpulkan bahwa diperlukan beberapa tambahan guna
No.62
Tahun
menyempurnakan pedoman pelaksanaan tersebut. Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) peneliti, praktisi dan ahli yaitu Dr. Bambang Ismanto, M.Si. yang juga dilakukan dengan teknik Delphi, teknik tersebut dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Masalah. Masalah yang muncul adalah belum maksimalnya peran serta baik peserta/siswa maupun orang tua dan masyarakat dalam kegiatan manajemen ekstrakurikuler.
2. Memilih Praktisi/partisipan dan Ahli. Agar diperoleh hasil yang valid, dipilih partisipan yang berasal dari unsur manajemen sekolah antara lain
wakasek bidang kesiswaan/urusan
kepala
sekolah,
kesiswaan, pembina ekstrakurikuler, dan pelatih/instruktur. Beberapa siswa sebagai perwakilan peserta dan orang tua. Di mana identitas para partisipan tidak dipublikasikan untuk mengurangi kemungkinan hambatan sosial.
3. Menyusun Kuisioner. Untuk
mendapatkan data, disusun daftar pertanyaan/kuisioner terkait dengan kelengkapan administrasi, keterlibatan siswa, orang tua, dan masyarakat,
model yang dikembangkan.
dan
efektivitas
4. Menyerahkan kuisioner dan menganalisanya. Daftar kuisioner tersebut, diserahkan kepada partisipan/praktisi yang berpengalaman di bidang manajemen ekstrakurikuler, jawabannya kemudian dianalisis.
5. Menyusun Kesimpulan Awal. Hasil rekap jawaban dari partisipan kemudian dijadikan
dalam menyusun kesimpulan awal dalam menyusun draft model yang akan dikembangkan, sebagai acuan adalah model manajemen ekstrakurikuler yang terdapat dalam Permendikbud No. 62 Tahun 2014.
sebagai
dasar
6. Menyelenggarakan Pertemuan Kelompok partisipan. Diadakan FGD peneliti dengan praktisi/partisipan, kemudian dengan ahli manajemen pendidikan yang dipilih yaitu Dr. Bambang Ismanto, M.Si.
7. Menyiapkan Laporan Akhir. FGD baik dengan partisipan/praktisi maupun dengan ahli untuk mengetahui efektivitas model, selanjutnya dijadikan komponen utama dalam penyusunan model final.
Adapun model final yang dikembangkan oleh penulis hanya sebatas memberikan tambahan berupa lebih dimaksimalkannya peran serta baik peserta didik maupun orang tua/wali dan masyarakat dalam proses manajemen kegiatan ekstrakurikuler.
Model manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang efektif dengan mempertimbangkan partisipasi aktif baik dari orang tua/masyarakat maupun
siswa/peserta
(Model Final)
No Prinsip manajemen dalam kegiatan ekstrakurikuler
Usulan Perbaikan
Model
Keterangan dan Tindak Lanjut 1 Planning (Perencanaan)
Tahapan Pengembangan: 1.Analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstra kurikurikuler, 2. Identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik, 3.Menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan, 4.Mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya
5. Menyusun program kegiatan ekstrakurikuler. Sistematika program:rasional dan tujuan umum, deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler, pengelolaan, pendanaan, evaluasi.