HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEM

LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI DI DESA KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh : SRI HANDAYANI NIM ST 13066 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

ii

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku dalam

Pemberian ASI Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancer.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat:

1. Drs. Agnes Sri Harti, M. Si Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Wahyuning Safitri, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan saran serta membantu dalam penyusunan skripsi.

iv

4. Maria Wisnu Kanita, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Pendamping yang

senantiasa memberikan saran serta membantu dalam pembuatan skripsi.

5. Suami dan Anak saya yang telah memberikan dukungan moral dan material dalam pembuatan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Transfer Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Akhir kata penulis berharap semoga dengan doa, dukungan, dan nasehat yang telah diberikan, dapat bermanfaat bagi penulis untuk menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 18 Agustus 2015

Sri Handayani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................

3.2 Populasi dan Sampel ..............................................................

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala .............................

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ........................

3.6 Teknik Pengelolahan dan Analisa Data .................................

35 BAB IV HASIL PENELITIAN

3.7 Etika Penelitian ......................................................................

4.1 Karakteristik Responden .......................................................

40 BAB V PEMBAHASAN

4.2 Analisa Bivariat .....................................................................

5.1 Karakteristik Responden .......................................................

5.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku Dalam Pemberian Asi ...................

42 BAB IV PENUTUP

6.1 Kesimpulan ............................................................................

47 DAFTAR PUSTAKA

6.2 Saran ......................................................................................

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI Matur

13 Tabel 2 Kandungan Imunoglobulin

13 Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

37 Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

38 Tabel 5 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

38 Tabel 6 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi

39 Tabel 7 Perilaku Perilaku Pemberian ASI

39 Tabel 8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Menyusui Bayi

15 Gambar 2.2 Posisi Menyusui Bayi

16 Gambar 2.3 Kerangka Teori

23 Gambar 2.4 Kerangka Konsep

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Topik Penelitian Lampiran 2 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Lembar Opponent Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 5 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 6 Lembar Konsultasi Lampiran 7 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Manajemen Laktasi Lampiran 8 Kuesioner Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian Lampiran 10 Uji Validitas Tingkat Pengetahuan Lampiran 11 Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Lampiran 12 Uji Validitas Perilaku Pemberian ASI Lampiran 13 Uji Reliabilitas Perilaku Pemberian ASI Lampiran 14 Analisa Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pemberian ASI

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA PRODI S-1 KEPERAWATAN 2015

Sri Handayani

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMBERIAN ASI DI DESA KENOKOREJO POLOKARTO SUKOHARJO

Abstrak

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta. Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi. Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai

petani, pedagang, teknik sipil atau pekerja swasta. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang.

Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI. Kesimpulan penelitian ini Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo

Kata Kunci : ASI Esklusif, Pengetahuan, Perilaku Kepustakaan : 44 (2005-2014)

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, teknik sipil, atau swasta.Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi (Depkes, 2005).Manajemen Laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu untuk menunjang keberhasilan menyusui.Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi. Ruang lingkup manajemen laktasi periode post natal meliputi ASI esklusif, cara menyusui, memeras ASI peras, dan memberikan ASI peras (Siregar, 2009 ).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI esklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan hal yang sama tentang pemberian ASI esklusif sekurang-kuragnya 6 bulan (Suradi, 2010). Data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI esklusif hanya sekitar 28,96 % terjadi sedikit peningkatan dibandingkan Tahun 2007 yang mencapai 27,35 %.

Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI esklusif Tahun 2010 sebesar 80 % (Dinkes, 2008).

Pemberian ASI esklusif dapat dihambat oleh beberapa hal seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemsaran susu formula, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan faktor ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang, tekink sipil atau pekerja swasta (Dinkes, 2008). Survey Demografi Kesehatan Indonesa (SDKI ) 2007 menunjukkan 57 % tenaga kerja di Indonesia adalah wanita. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo”.

1.2 Rumusan Masalah

Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan baik dan benar jika terdapat informasi lengkap tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajeman Laktasi sehingga peneliti mengambil rumusan masalah “ BagaimanaPengetahuan IbuTentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Dalam Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto Sukoharjo?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan IbuTentang Manajemen Laktasi Dan Perilaku Dalam Pemberian Asi Di DesaKenokorejo Polokarto Sukoharjo.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik resonden ibu menyusui di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo..

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo..

3. Untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian ASI di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat djadikan sumber referensi dan menambah pustaka dalam manajemen laktasi.

1.4.2. Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi serta dapat menambah pengetahuan pihak Puskesmas tentang manajemen laktasi.

1.4.3. Peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh penelitian lain yang akan meneliti lebih lanjut lagi tentang manajemen laktasi.

1.4.4. Peneliti

Diharapakan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manajemen laktasi.

1.4.5. Perawat

Diharapkan dengan penelitian ini perawat dapat menambah pengetahuan manajemen laktasi serta bisa menjadi edukator maupun penyuluh kesehatan kepada ibu yang menyusui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN TEORI

2.1.1. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari rasa tahu dan ini terjadi karena setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa.Sebagian besar pengetahuan manusia melaui mata dan telinga (Bestable, 2002).Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007).Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau

a. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah obyek tertentu.

b. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan – bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal – hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.

c. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan tehadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga.

Berdasarkan definisi dari pengetahuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera tehadap obyek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus Berdasarkan definisi dari pengetahuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera tehadap obyek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus

2. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang bergerak dari yang sederhana sampai yang kompleks.

a. Tahu (know). Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutka, menyatakan. (Notoatmojo, 2005).

b. Memahami (understanding). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan menjelaskan secara benar arti suatu bahan pelajaran atau tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara benar, seperti menafsirkan, menjelaskan, meringkas tentang sesuatu.Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada tahu (Notoatmodjo, 2005).

c. Penerapan (application). Penerapan adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkrit, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip, dan teori.Kemampuan ini lebih tinggi nilainya daripada pehamaman.(Notoatmodjo, 2005).

d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian – bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.Kemampuan ini meliputi mengenal masalah – masalah, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi materi pelajaran (Bestable, 2002).

e. Sintetis (synthetic) Kemampuan sintetis merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana, atau melihat hubungan/ abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Jadi kemampuan merumuskan suatu pola atau struktur baru berdasarkan informasi dan fakta Bestable, 2002 ).

f. Evalusi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk membuat suatu penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.Kriteria yang digunakan dapat bersifat internal dan dapat bersifat relevan dengan maksud tertentu (Bestable, 2002).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

3. Fakor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

a. Pendidikan Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidkan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku, beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi orang, bahwa pada umumnya pendidikan sekolah itu mempertinggi taraf inteligensi orang – orangnya. Hal ini sebenarnya sudah dapat diduga lebih dahulu, tetapi perlu pembuktian eksprimental.

b. Usia Usia sangat mempengaruhi perkembangan sesorang didalam memahami sesuatu. Menurut penelitian ilmu psikologi inteligensi sesorang berkembang sesuai dengan pertambahan usia.

c. Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar seseorang yang dapat menjadi acuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak strategi seseorang di dalam mengatasi suatu masalah.

d. Sumber informasi Sumber informasi adalah data yang diperoleh kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata.Menurut Effendi (1998), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh – pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan yang banyak menyediakan informasi akan menambah pengetahuan seseorang.

4. Cara memperoleh pengetahuan

a. Cara tradisional

1) Cara coba – coba (trial and error) Cara coba coba ini dengan menggunakan kemungkinan dalam memecakan masalah, apabila kemungkinan itu tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain (Notoatmodjo, 2005).

2) Cara kekuasaan atau otoritas Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang disampaikan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik secara empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri (Notoatmodjo, 2005).

3) Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang lalu (Notoatmodjo, 2005).

4) Melalui jalan pikiran. Seiring dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui cara berpikir deduksi ataupun induksi (Notoatmodjo, 2005).

b. Cara modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian. Melalui metode ini selanjutnya menggabungkan cara berpikir deduktif, induktif, dan verifikatif yang selanjutnya dikenal dengan metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2. Manajemen laktasi

1. Pengertian Manajemen laktasi adalah segala upaya yang di lakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui.Ruang lingkup manajemen laktasi di mulai dari masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui 1. Pengertian Manajemen laktasi adalah segala upaya yang di lakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui.Ruang lingkup manajemen laktasi di mulai dari masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui

2. Fisiologi Laktasi Amosuat, all (2011) mengungkapkan bahwa menyusui merupakan cara terbaik dalam menyediakan makananideal untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi sehat.Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis. Sehingga sekresi ASI semakin lancar.Pada ibu ada 2 macam refleks yang menentukan keberhasilan dalam menyusui. Refleks tersebut adalah reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflek). (Perinasi, 2009).

3. ASI Eksklusif Agampodi. Et.all (2009) dalam riset mengungkapkan ASI eksklusif telah di definisikan WHO dimana bayi hanya mendapatkan ASI, tidak ada cairan lain atau padat dengan pengecualian tetes atau syrup yang terdiri dari vitamin, mineral, suplemen, atau obat – obatan.

Menurut AAP (2012) merekomendasikan bahwa pemberian ASI eklusif dapat dilakukan sampai usia 6 bulan.ASI terdiri dari air, alta – laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, antibodi terhadapkuman, virus, dan jamur. ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga akan merangsang pertumbuhan bayi normal (Proverawati, 2010).

4. Kandungan ASI Kandungan nutrisi dalam ASI jauh lebih tinggi di bandingkan dengan susu sapi. Kandungan proteindalam kolostrum jauh lebih tinggi daripada ASI.

Kolostrum merupakan cairan yang dikeluarkan pada hari pertama sampai hari ketiga setalah bayi lahir yang berwarna kekuning – kuningan, berbentuk agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel – sel epitel. Kolostrum mengandung kadar protein tinggi dan zat antibodi yang mampu melindungi tubuh bayi terhadap infeksi (Kristinasari, 2009).

Tabel 1 Kandungan kolostrum ASI transisi dan ASI matur No

Kandungan

Kolostrum

Transisi ASI Matur

1 Energi ( kg kal )

2 Laktosa ( gr / 100 ml )

3 Lemak ( gr / 100 ml )

4 Protein ( gr / 100 ml )

0,3 0,2 Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi

5 Mineral ( gr / 100 ml )

Indonesia – Jakarta 2003.

Table.2 Kandungan Imunoglobulin No

Kandungan

Kolostrum

Transisi ASI matur

4 Lisosin ( mg /100 ml ) 14,2 – 16,4 - 1,324

- 0,2 Sumber : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi

5 Laktoferin

420 - 520

Indonesia – Jakarta 2003.

5. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI untuk bayi Roesli (2005) menjelaskan bahwa ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mengandung komposisi yang tepat, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, sehingga menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal.

b. Manfaat ASI untuk ibu Perinasia (2009) dengan menyusui isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin. Oksitosin membantu marangsang involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Berkurangnya perdarahan akan mengurangi prevalensi anemia. Selain itu juga mengurangi kemungkinan banyak kanker payudara. Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang sehingga dapat mengurangi kehamilan.

6. Cara menyusui yang benar Cara menyusui yang benar menurut Kristiyanasari (2009) adalah sebagai berikut :

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan sekitar payudara.

b. Bayi di letakkan menghadap perut ibu / payudara ibu, bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan. Kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu.

c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan satu di depan.

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

e. Bayi diberi rangsang agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi.

f. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke payudara ibu serta areola payudara di masukkan ke mulut bayi.

g. Posisi salah apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, akan mengakibatkan masukan ASI tidak kuat dan puting lecet.

Gambar 2.1 Cara menyusui bayi

Sumber :https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar. Dikutip pada 8 Oktober 2013.

Gambar.2 Posisi menyusui bayi

Sumber : https://www.google.com/#psj=1&q=gambar+cara+mennyusui+yang+benar. Dikutip pada 8 Oktober 2013.

7. Cara memerah ASI Mensah (2011) dalam risetnya mengungkapkan banyak ibu yang kembali bekerja setelah melahirkan dan mereka harus meninggalkan bayi mereka di rumah.Mereka tidak dapat menyusui bayinya dengan baik seperti yang dipersyaratkan oleh WHO karena kurangnya fasilitas tempat kerja.Dalam hal ini bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusifselama paling sedikit 4 bulan.Dan ibu bakerja di anjurkan memberikan ASI perah kepada bayinya selama ditinggal ibu bekerja.

Manfaat dari pemberian ASI menurut Roesli (2005) selain bayi tetap memperolah ASI saat ibunya bekerja juga dapat menghilangkan bendungan ASI, meghilangkan rembesan ASI, juga menjaga kelangsungan persediaan ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.

Menurut Bubak (2009) cara memerah ASI dengan tangan adalah sebagai berikut :

a. Cuci tangan sampai bersih, pegang cangkir bersih untuk menampung ASI.

b. Condongkan badan ke depan dan sanggah payudara dengan tangan.

c. Mulai dari letakkan jari di atas areola dan jari – jari lain di bawahnya.

d. Peras ASI dengan menekan payudara sambil ibu jari dan jari – jari lain mengurut ke arah depan.

e. Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali dengan

gerakan berirama sampai ASI mulai mengalir keluar.

f. Jangan menarik atau memijat puting susu, karena tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan sakit.

8. Penyimpanan ASI Asi yang dekeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Perinasi (2009) menyatakan perbedaan lamanya di simpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan yaitu sebagai berikut :

a. Di udara bebas / terbuka yaitu 6 – 4 jam.

b. Di lemari es / 24 ‘ C yaitu 24 jam.

c. Di lemari pendingin / beku ( - 18 ‘ C ) yaitu 6 bulan.

9. Cara mencairkan ASI dan menghangatkan ASI

a. ASI beku atau yang dimasukkan di dalam lemari pendingin dapat dihangatkan di panci yang berisi air suam – suam kuku.

b. Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan atau menghangatkan ASI.

c. ASI yang dicairkan harus digunakan dalam 24 jam pencairan.

d. ASI yang dicairkan tidak boleh di bekukan atau di simpan lagi. (Codwell and Cindy. 2011).

2.1.3. Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi. Pada penelitian Elmiyasa (2009) yang merupakan penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, masalah dalam ASI seperti ASI tidak keluar, selain itu pada ibu yang bekerja tidak tahu bagaimana memberikan ASI perah dan menyimpan ASI perah, faktor lain karena ibu menyusui yang bekerja beranggapan ASI tidak cukup di berikan pada bayi dan bayi tidak akan merasa kenyang.

2.1.4. Ibu bekerja Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut ibu.Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah seorang ibu.Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah 2.1.4. Ibu bekerja Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut ibu.Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah seorang ibu.Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah

2.1.5. Dukungan tempat kerja. Hak menyusui yang dimaksud di sini tidak hanya seorang ibu memberikan ASI langsung kepada bayi tapi juga hak ibu untuk dapat memerah ASI di kantor untuk diberikan kepada buah hati di rumah.Masalah yang sering terjadi adalah tidak semua tempat kerja menyediakan tempat khusus untuk dapat melakukan hal ini, sehingga ibu terpaksa harus mencari ruangan kosong dimana harus selalu waspada akan adanya orang yang akan masuk, atau mushola atau bahkan toilet yang secara kebersihan belum tentu terjamin. Hal ini menjadi masalah di kantor mana pun. Dilemanya adalah ibu ingin memberikan ASI kepada buah hati, sedangkan di kantor tidak memiliki keleluasaan untuk mendukung hal ini.

Keberhasilan seorang ibu untuk menyusui, sangat membutuhkan dukungan dari berbagai macam pihak.Mulai dari pasangan, keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, pengusaha dan pemerintah.Dukungan dari sesama teman kerja juga merupakan salah satu kunci keberhasilan menyusui bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Sehingga dibutuhkan di tiap kantor untuk dapat memberikan fasilitas yang baik dan cukup kepada para perempuan untuk memenuhi hak maternitas mereka termasuk hamil dan menyusui adalah salah satu kunci penting dalam keberhasilan menyusui.

Tujuan pengaturan Tata Cara Penyediaan Ruang ASI adalah untuk memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif dan memenuhi hak anak untuk mendapatkan ASI Eksklusif dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.Dalam menyediakan ruang ASI, pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat

sarana umum harus memperhatikan unsur-unsur:

1. Perencanaan.

2. Sarana dan prasarana.

3. Ketenagaan.

4. Pendanaan. Pengaturan tata cara penyediaan ruang ASI dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu IBU. Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 (96).

2.1.6. Perilaku ibu dalam pemberian ASI

Perilaku pemberian ASI adalah suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif yaitu tanpa tambahan makanan dari bayi lahir sampai berusia 6 bulan (Dinkes, 2008).Rendahnya pemberian ASI banyak ditemukan diantara perempuan yang bekerja karena alasan seperti Perilaku pemberian ASI adalah suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif yaitu tanpa tambahan makanan dari bayi lahir sampai berusia 6 bulan (Dinkes, 2008).Rendahnya pemberian ASI banyak ditemukan diantara perempuan yang bekerja karena alasan seperti

1. Pendidikan Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu berpengaruh dalam praktek menyusui.Penelitian Singh (2010) menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan memberikan kecenderungan ibu dalam bersikap dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi. Penelitian serupa oleh Amosu, et. all (2011) telah menunjukkan bahwa perilaku menyusui sangat rendah diantara perempuan berpendidikan tinggi dan bekerja.

2. Pekerjaan Menurut Encyclopedisi of Child’s Health, ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan mengurus anak di rumah.Singh (2010) mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja diluar rumah secara signifikans berhubungan dengan tingkat yang lebih rendah dalam menyusui dan lebih pendek waktunya dalam pemberian ASI eksklusif.

Dalam penelitian Fayod, at all (2012) menyatakan tentang dampak pekerja terhadap praktek pemberian ASI, bahwa sebagian besar ibu – ibu bekerja menghentikan pemberian ASI setelah kembali bekerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penghentian ASI adalah kurangnya fasilitas di tempat Dalam penelitian Fayod, at all (2012) menyatakan tentang dampak pekerja terhadap praktek pemberian ASI, bahwa sebagian besar ibu – ibu bekerja menghentikan pemberian ASI setelah kembali bekerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penghentian ASI adalah kurangnya fasilitas di tempat

1. Menyiapkan sarana ruang memerah ASI.

2. Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.

3. Menyediakan materi penyuluhan ASI.

4. Mengembangkan dan membina TPA.

5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha (Repkuri, 2005).

2.2. KERANGKA TEORI

Faktor – faktor yang Manajemen laktasi mempengaruhi 1. Fisiologi laktasi

pengetahuan :

2. ASI eksklusif

1. Pendidikan

Pengetahuan ibu

3. Kandungan ASI

2. Umur

yang bekerja

4. Manfaat ASI

3. Pengalaman

5. Cara menyusui

4. Sumber

6. Memeras ASI informasi

7. Menyimpan ASI

8. Memberi ASI

Faktor – faktor yang Faktor – faktor yang mendukung adanya fasilitas

mempengaruhi perilaku tempat kerja :

pemberian ASI :

1. Perencanaan

1. Pendidikan

2. Sarana dan prasarana

2. Pekerjaan

3. Ketenagaan

3. Fasilitas tempat kerja

4. Pendanaan

Pemberian ASI :

1. Eksklusif

2. Tidak eksklusif Keterangan

: : yang diteliti

: yang tidak diteliti

Gambar 3 Kerangka Teori

2.3. KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan ibu

bekerja tentang

manajemen laktasi

1. Baik

2. Cukup

3. Kurang Perilaku ibu dalam

pemberian ASI

1. Eksklusif

2. Tidak eksklusif

Dukungan tempat kerja

1. Mendukung

2. Tidak mendukung

Gambar 4 Kerangka Konsep

2.4. HIPOTESIS

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H 0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI.

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

Jln. Jaya Wijaya No 11, Kadipiro Surakarta, telp (0271) 857724

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian deskriptif correlation dengan pendekatan Cross Sectional dan tujuan penelitian ini guna menjelaskan penelitian dengan bermacam – macam hubungan (Sugiyono, 2013).Penelitian ini fokus antara variabel dan analisa untuk menguji hipotesa.Karakteristik dari penelitian ini adalah penggambaran dengan mengumpulkan data dari pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi, dukungan tempat kerja dan perilaku ibu dalam pemberian ASI.Dan hasil dari analisanya untuk mengetahui hubungan dari mereka.

Penelitian ini menggunakan penjelasan penelitian dengan cross sectional approach sebagai ukurannya (Sugiyono, 2013).

3.2. Populasi Dan Sampel

1. Populasi dan Sampel Populasi merupakan subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Aziz, 2003).Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bekerja yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo.Penelitian seluruhnya adalah 50 orang. Kriteria responden dalam penelitian

a. Kriteria inklusif Adalah subyek yang memenuhi kriteria sebagai responden (Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Ibu yang mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan.

2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto.

3) Ibu yang bekerja di suatu instansi / perusahaan.

4) Ibu bekerja yang bersedia menjadi responden.

5) Masih menyusui.

6) Pendidikan terakhir.

7) Mampu menulis dan membaca.

b. Kriteria eksklusif Menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang dianggap tidak memenuhi kriteria inklusif dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Ibu yang tidak mempunyai bayi umur 1 – 6 bulan.

2) Tidak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto.

3) Ibu yang tidak bekerja di suatu instansi / perusahaan.

4) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

5) Tidak menyusui.

6) Tidak mampu menulis dan membaca.

3.3. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Polokarto Sukoharjo yaitu di posyandu atau kantor tempat ibu – ibu bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi angket atau selebaran kepada ibu – ibu yang bekerja yang mau menjadi responden dengan mendatangi langsung ke rumah – rumah atau Puskesmas 1 Polokarto yang mempunyai bayi dan masih menyusui yang sesuai kriteria dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 – Juni 2015.

3.4. Variabel, Definisi Operasional, Dan Skala Ukur

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas Pengetahuan ibu bekerja tentang manajemen laktasi.

2. Variabel Terikat Perilaku ibu dalam pemberian ASI ekskusif dan tidak eksklusif.

3.4.2 Definisi Operasional

1. Pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi

a. Definisi operasional Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang bekerja di instansi/ perusahaan tentang manajemen laktasi yang berhubungan dengan ASI eksklusif, cara mennyusi, cara memerah ASI, dan menyimpan ASI.

b. Alat ukur Kuisioner dengan menggunakan Guttman dengan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah (Arikunto, 2006).

c. Kategori Baik : bila jawaban benar 76 – 100 % Cukup : bila jawaban benar 56 – 75 % Kurang : bila jawaban benar 55 %

d. Skala Ordinal

2. Perilaku ibu dalam pemberian ASI

a. Definisi operasional Suatu tindakan aktif dari seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif jika tanpa makanan.

b. Alat ukur Check list b. Alat ukur Check list

Tidak eksklusif

d. Skala Nominal

3.5. Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan.Skala Guttman digunakan dalam pengukuran pengetahuan yaitu jawaban dikotomi (benar, salah).(Sugiyono, 2013). Dimana : Butir Favorable

Jawaban Nilai Benar ( B )

1 ( satu ) Salah ( S )

0 ( nol )

Butir Unfavorable Jawaban

Nilai Benar ( B )

0 ( nol ) Salah ( S )

1 ( satu )

Uji coba instrument sangat diperlukan dalam suatu penelitian untuk mengetahui apakah instrument tersebut layak untuk digunakan.Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur yang baik apabila terbukti valid dan reabel. Dengan demikian akan digunakan uji validitas dan reabilitas.

1. Uji Validitas Validitas merupakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecemasan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Singarimbun, 1995). Jenis validitas yang dipakai adalah validitas isi.

Validitas isi adalah suatu alat pengukur di tentukan sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili aspek yang dianggap aspek kerangka konsep (Sugiyono, 2013).

Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara instrument dengan materi pelayanan yang telah diajarkan. Jenis statistik untuk menilai validitas isi menggunakan korelasi product moment dengan rumus :

r = _ N ∑xy-(∑x)(∑y)

2 2 2 2 √(N∑x -(∑x) )(N∑y -(∑y) )

Keterangan : r = koefisien korelasi suatu butir ( item )

X = skor untuk semua pertanyaan

N = jumlah responden

Keputusan uji : R xy ≥ r tabel item pertanyaan tersebut valid R xy ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak valid

(Arikunto, 1997 ). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di posyandu Desa Ledok dengan jumlah 30 orang. Hasil uji validitasdidapatkan (Arikunto, 1997 ). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di posyandu Desa Ledok dengan jumlah 30 orang. Hasil uji validitasdidapatkan

13, 14, 15, 19, 21, 22, 28 sedangkan perilaku yang valid adalah no

2. Uji Reabilitas Reabilitas merupakan penilaian untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran tetap konsiten bila dilakukan pengukuran ulang terhadap gejala yang sama dan dengan alat pengukur yang sama (Singarimbun, 1995).

Uji keandalan (reabilitas) alat ukur pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja menggunakan tehnik Cronbach’s Coefficient alpha yaitu :

Keterangan : ri = Cronbach’s coefficient alpha

k = jumlah pecahan

si = total dari masing – masing varian pecahan

St = total varian

Keputusan uji :

α ≥ r tabel item pertanyaan tersebut reabel α ≤ r tabel item pertanyaan tersebut tidak reabel (Jogiyanto, 2008).

Interpretation reliability test dari Cronbach’s Coefficient alpha adalah ; 0,80 – 1,00 adalah sangat tinggi ; 0,40 – 0,60 adalah sedang ; 0,20 – 0,40 adalah rendah dan 0,00 – 0,20 adalah sangat rendah. Hasil uji reliabilitas pada 10 butir pertanyaan pengetahuan adalah 0,850 sehingga tingkat reliabilitas sangat tinggi sedangkan pada 10 butir pertanyaan perilaku didapatkan nilai reliabilitas 0,811 maka tingkat reliabilitas sangat tinggi.

3.5.2 Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data Dalam usaha memperoleh bahan dan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka langkah – langkah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Langkah – langkah pengumpulan data tersebut dinamakan tehnik pengumpulan data.

Metode utama yang dipakai dalam pengumpulan data adalahn tes atau kuisioner. Kuisioner adalah rentetan – rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2005).

3.6. Teknik Pengelolahan Dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan

Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut :

1. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.Hal ini dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi. Selama proses penelitian ada beberapa data yang tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap.

2. Coding Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah mengolah data, hanya 1 variabel diberi kode yaitu variabel dependen (Nursalam 2013).Sikap ada tiga kategori yaitu 1 untuk kurang, 2 untuk sedang dan 3 untuk baik.

3. Entry data Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program komputer.

4. Cleaning Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau 4. Cleaning Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau

5. Tabulating Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian diolah dengan bantuan komputer.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat.Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa yang digunakan sebagai berikut :

1. Analisa Univariat Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masing- masing variabel (Notoatmodjo, 2005).

Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data yang sudah dikelompokkan, nilai median yang merupakan nilai yang berada di tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta nilai modus yang digunakan untuk menyatakan fenomena yang paling Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data yang sudah dikelompokkan, nilai median yang merupakan nilai yang berada di tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta nilai modus yang digunakan untuk menyatakan fenomena yang paling

2. Analisa Bivariat Analisis bivariat menggunakan uji Uji Kendall Tav yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Analisa hasil uji statistik : Apabila p value ≤ 0,05 maka H o diterima artinya tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo. Apabila p value > 0,05 maka H o ditolak artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di desa Kenokorejo Polokarto Sukoharjo.

3.7. Etika Penelitian

1. Informed Consent Informed Consent (lembar persetujuan) diberikan kepada responden yang akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud, dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama, dan sesudah pengumpulan data.Jika responden bersedia untuk di teliti, maka responden di minta untuk menandatangani lembar persetujuan 1. Informed Consent Informed Consent (lembar persetujuan) diberikan kepada responden yang akan di teliti. Peneliti menjelaskan maksud, dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama, dan sesudah pengumpulan data.Jika responden bersedia untuk di teliti, maka responden di minta untuk menandatangani lembar persetujuan

2. Anominity Untuk

responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data (kuesioner), cukup dengan memberi atau nomor tertentu pada lembar kuesioner tersebut.

menjaga

kerahasian

3. Confidentialy Kerahasian informasi yang di berikan oleh responden di jamin oleh penelit, hanya kelompok data tertentu yang akan di sajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset, dan tidak akan di sampaikan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan penelitian (Nursalam, 2003).

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Responden

4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin yang telah disusun dalam bentuk tabel serta deskripsi.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Karakteristik responden menurut umur hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur (n=50)

Presentase (%) 26-35 Tahun

Klasifikasi Umur

Jumlah (n)

25 50% 36-45 Tahun

20 40% 46-55 Tahun

5 10% Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun.

4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden menurut jenis kelamin hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (n=50) Klasifikasi Jenis

Jumlah (n)

Presentase (%)

Kelamin Laki-Laki

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini semua perempuan dengan jumlah 50 responden.

4.1.3. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Karakteristik responden menurut tingkat pendidika hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

(n=50)

Presentase (%) Pendidikan SD

Klasifikasi Tingkat

Jumlah (n)

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dostribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang (60%).

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi (n=50)

Tingkat Pengetahuan

Presentase (%) Kurang

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas didapatkan data tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi yang paling banyak adalah cukup yaitu 32 orang (64%).

4.2.2. Perilaku Perilaku Pemberian ASI Tabel 4.5 Perilaku Perilaku Pemberian ASI (n=50)

Tingkat Pengetahuan

Presentase (%) Kurang

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas didapatkan data perilaku pemberian ASI paling banyak adalah cukup yaitu 30 responden (60%) dan yang paling sedikit adalah kurang yaitu 4 responden (8%).

4.3. Analisis Bivariat Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI

(n=50) Variabel

P Value Tingkat Pengetahuan

0,016 Perilaku

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p value = 0,016 maka p value < 0,05 sehingga H 0 ditolak dan

H 1 diterima artinya ada hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI. .

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden