Arsitektur Ruang Pendidikan Islam di Lin

ARSITEKTUR RUANG PENDIDIKAN ISLAM DI LINGKUNGAN MINORITAS
MUSLIM SEBAGAI CERMINAN DAKWAH ISLAM
Studi Kasus: Yayasan Anak Emas, Kota Denpasar, Provinsi Bali
Andika Saputra

Alumni S-2 Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada
Sleman, Yogyakarta, Indonesia
e-mail: andikasapoetra87@yahoo.com

Muhammad Rochis

Alumni S-1 Teknik Arsitektur Universitas Warmadewa
Denpasar, Bali, Indonesia
e-mail: muhammadrochis_90@yahoo.com

Abstract
Islam require followers to search of knowledge (al-ilm), so the space of Islamic education has an important role
for Muslim in Province of Bali. Through the visual structure of the architectural space of Islamic education can
be seen the strategy of da'wah of Islam in Province of Bali. This early study aim to acknowledging the strategy
of da’wah of Islam in the minority neighborhood of Muslim which is reflected from the architectural space of
Islamic education. This study use a qualitative-inductive method with a variables (1) the arrange order of

space; and (2) the forming element of space. Locus of this study in Denpasar City and the object of study used
Yayasan Anak Emas. The findings showed that (1) the open space in front of the area of education and notmassive fence aim to give the openness impression which is a reflection of community of Muslim that is open to
all society; and (2) the fusion forming element of space between the Balinese style architecture, modern
architecture, and the characteristic of identity of Islam aim to reflect the strategy of da'wah of Islam that
respect local culture which is not contrary with Islam and means that Islam is relevant for all time and
personality of Muslim which openness to the times and life in accordance with Islamic value.
Keywords: architectural space of Islamic education, minority neighborhood of Muslim, da’wah of Islam

Abstrak
Islam mewajibkan umatnya untuk mencari dan menguasai ilmu, sehingga ruang pendidikan Islam memiliki
peran penting bagi umat Islam di Provinsi Bali. Melalui struktur visual arsitektur ruangnya dapat diketahui
strategi dakwah Islam di Provinsi Bali. Kajian awal ini bertujuan untuk mengetahui strategi dakwah Islam di
lingkungan minoritas Muslim yang tercermin dari arsitektur ruang pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, kajian ini menggunakan metode kualitatif-induktif dengan variabel (1) tata atur ruang;
dan (2) elemen pembentuk ruang. Lokus kajian di Kota Denpasar yang merupakan kabupaten di Provinsi Bali
dengan jumlah umat Islam terbanyak dan obyek kajian adalah Yayasan Anak Emas yang merupakan pelopor
pendidikan playgroup di Provinsi Bali. Hasil kajian menunjukkan bahwa (1) ruang terbuka di area depan ruang
pendidikan dan pagar pembatas yang tidak masif bertujuan untuk memberikan kesan keterbukaan yang
merupakan cerminan umat Islam yang terbuka kepada seluruh kalangan dan lapisan masyarakat; dan (2)
perpaduan elemen pembentuk ruang antara arsitektur gaya Bali, arsitektur modern, dan ciri khas identitas

Islam bertujuan untuk mencerminkan strategi dakwah Islam yang menghargai budaya setempat yang tidak
bertentangan dengan Islam serta memiliki makna bahwa Islam relevan sepanjang zaman dan kepribadian umat
Islam yang membuka diri dari perkembangan zaman dan hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Kata kunci: arsitektur ruang pendidikan Islam, lingkungan minoritas Muslim, dakwah Islam

Pendahuluan
1

Ziauddin Sardar menyatakan bahwa, sepanjang
sejarahnya masyarakat Islam dikenal sebagai
masyarakat ilmu dikarenakan Islam mendorong
batasan potensial umatnya untuk mencari ilmu
sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Allah
Subhaanahu wa Ta’ala. Giatnya umat Islam
mempelajari ilmu yang ditunjukkan sepanjang

sejarah Peradaban Islam dikarenakan Islam
menempatkan ilmu sebagai landasan amal, sehingga
mempelajari dan menguasai ilmu merupakan
kewajiban bagi seluruh umat Islam, sebagaimana

perintah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
berikut,
“Menuntut ilmu diwajibkan atas diri
setiap Muslim” (riwayat Ibnu Majah)2

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
Malang, 29 Oktober 2014 | 1

Menurut Imam Muhammad bin Abdul Wahhab,
menguasai ilmu adalah langkah pertama sebelum
beramal, berdakwah, dan bersabar atas segala
gangguan yang dihadapi di jalan dakwah3. Bagi umat
Islam, menguasai ilmu tidak ditujukan untuk ilmu itu
sendiri (scientism), namun untuk melakukan
perbaikan (al-ishlah) terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan negara, sebagai wujud penghambaan
dirinya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Tingginya kedudukan dan derajat ilmu di dalam
Islam
menjadikan

ruang
pendidikan
Islam
mendapatkan perhatian sejak awal dirintis dan
dituntunkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam dan sepanjang sejarah umat Islam hingga
masa kini yang terus mengalami perkembangan
seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan
umat. Konsistensi perhatian umat Islam terhadap
ruang
pendidikan
Islam
sepanjang
sejarah
menjadikannya memiliki kelebihan dan kekuatan
serta telah memberikan sumbangan yang besar bagi
gerakan keilmuan, kebudayaan, dan Peradaban
Islam4.
Bercermin dari ruang pendidikan Islam yang
dirintis oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,

yaitu ash-shuffah, tidak saja secara fungsional
merupakan tempat untuk menyampaikan dan
memahami ilmu, namun juga merupakan ruang untuk
merencanakan strategi dakwah5. Ruang pendidikan
Islam sejak awal dirintisnya memiliki keterikatan dan
tidak dapat dilepaskan dari kegiatan dakwah Islam,
dikarenakan
sebagaimana
perkataan
Imam
Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa mencari dan
memahami ilmu adalah langkah awal untuk beramal
dan berdakwah. Sehingga ruang pendidikan Islam
merupakan cerminan dari Islam yang menempatkan
ilmu-amal-dakwah-sabar sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisahkan.
Begitu pula bagi umat Islam di Provinsi Bali
yang hidup dan berkehidupan di tengah lingkungan
mayoritas umat Hindu-Bali, ruang pendidikan Islam
memiliki peran yang sangat penting. Di satu sisi

untuk membentuk generasi umat yang memahami
dan mengamalkan Islam secara kaffah, sehingga
hidup di tengah lingkungan minoritas Muslim tidak
menjadikan identitas ke-Islam-an umat hilang. Di sisi
lain untuk membentuk generasi umat yang dapat
menunjukkan bahwa Islam adalah rahmat bagi
seluruh alam di tengah lingkungan minoritas Muslim.
Jumlah terbanyak umat Islam di Provinsi Bali
terdapat di Kota Denpasar yang merupakan ibukota
Provinsi Bali, sehingga menjadikannya sebagai pusat
kegiatan pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan
bagi seluruh masyarakat Bali pada umumnya, dan
umat Islam di Provinsi Bali pada khususnya, yaitu
mencapai 135.861 jiwa6 pada tahun 2009 dengan
menduduki peringkat kedua jumlah umat beragama
terbanyak di Kota Denpasar setelah umat Hindu-Bali,
yaitu mencapai angka 15,18%.

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
2 | Malang, 29 Oktober 2014


Hingga tahun 2009, di Kota Denpasar terdapat
31 ruang pendidikan Islam yang tidak tersebar
merata di empat kecamatan Kota Denpasar dengan
rincian 22 ruang pendidikan TK, 5 ruang pendidikan
SD, 3 ruang pendidikan SMP, dan 1 ruang pendidikan
SMA. Jika dibandingkan dengan jumlah umat Islam di
Kota Denpasar, maka ruang pendidikan Islam yang
tersedia masih kurang dari aspek jumlah, terkhusus
pada jenjang pendidikan SD hingga SMA yang
menjadikan umat Islam memberikan perhatian lebih
dengan memanfaatkan secara maksimal ruang-ruang
pendidikan Islam yang tersedia, baik secara
fungsional maupun sebagai petanda citra Islam dan
dakwah Islam di tengah lingkungan minoritas Muslim.
Menggunakan pendekatan Amos Rapoport7,
ruang
pendidikan
Islam
secara

arsitektural
merupakan sebuah institusi yang dibangun dengan
berbagai tujuan yang kompleks, tidak hanya sekedar
struktur visual, namun memuat sejumlah makna
untuk dikomunikasikan. Ruang pendidikan Islam tidak
saja sekedar struktur fisik untuk memenuhi tingkat
kebutuhan dan kenyamanan kegiatan yang diwadahi,
namun melalui struktur fisiknya dapat diketahui
gagasan, tujuan, dan pesan-pesan mengenai kegiatan
dan identitas pihak pembangunnya. Dengan mengkaji
ruang pendidikan Islam di Provinsi Bali secara
arsitektural dapat diketahui strategi dakwah yang
dilakukan umat Islam di lingkungan minoritas Muslim.
Kajian ini merupakan kajian awal yang
bertujuan untuk mengetahui strategi dakwah Islam
di lingkungan minoritas Muslim yang tercermin dari
arsitektur ruang pendidikan Islam. Hasil kajian ini
dapat memberikan manfaat dalam tiga aspek.
Pertama, bagi pelaku pendidikan Islam di daerah
minoritas Muslim pada umumnya, dan di Provinsi Bali

pada khususnya, hasil kajian ini dapat digunakan
sebagai masukan untuk menyesuaikan antara strategi
dakwah dengan arsitektur ruang pendidikan Islam,
sehingga gagasan dan tujuan dakwah yang
ditetapkan tercermin dalam wujud arsitektur
ruangnya. Kedua, bagi praktisi arsitektur, hasil
kajian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk
melakukan kegiatan perancangan arsitektur ruang
pendidikan Islam di lingkungan minoritas Muslim. Dan
ketiga, hasil kajian ini dapat memperkaya khazanah
keilmuan Arsitektur Islam mengenai arsitektur ruang
pendidikan Islam yang pada masa mendatang dapat
ditindaklanjuti dengan kajian-kajian serupa hingga
dapat dirumuskan teori, konsep, dan prinsip
arsitektur ruang pendidikan Islam, terkhusus pada
konteks lingkungan minoritas Muslim.

Metode Penelitian
Kajian awal arsitektur pendidikan Islam di
lingkungan minoritas Muslim menerapkan metode

kualitatif-induktif dengan fokus penelitian (1)
mendeskripsikan arsitektur ruang pendidikan Islam;
dan (2) menggali makna di balik wujud arsitektur

ruang pendidikan Islam sebagai cerminan dakwah
Islam. Berdasarkan metode penelitian yang
digunakan, lokus dan obyek kajian ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive, yaitu Kota
Denpasar dikarenakan merupakan kabupaten di
Provinsi Bali dengan jumlah umat Islam terbanyak
dan obyek kajian Yayasan Anak Emas yang
merupakan salah satu yayasan penyelenggara
pendidikan Islam di Kota Denpasar berdasarkan pada
beberapa pendekatan sebagai berikut:
1. Yayasan Anak Emas didirikan oleh Fauzi
Hamid
Basulthana,
Lc,
MpdI
yang

merupakan ulama dan tokoh umat Islam di
Provinsi Bali yang dikenal dengan ciri khas
metode dakwahnya yang kultural.
2. Yayasan Anak Emas didirikan atas inisiatif
pribadi pendirinya yang tidak berafiliasi
kepada salah satu organisasi masyarakat
(ormas) Islam.
3. Yayasan Anak Emas merupakan pelopor
pendidikan playgroup di Provinsi Bali.

berangkat dari obyek kajian untuk merumuskan
sebuah teori berdasarkan analisis dan abstraksi
terhadap data-data yang didapatkan. Semakin
banyak jumlah obyek kajian yang dilibatkan maka
teori yang dibangun akan semakin kuat dan semakin
luas persebaran obyek kajian yang dilibatkan maka
teori yang dibangun akan semakin bersifat general.
Kajian awal ini yang melibatkan obyek kajian
dalam jumlah dan lingkup yang terbatas menjadikan
temuan kajiannya bersifat lokal, yaitu hanya berlaku
pada obyek kajian yang dilibatkan. Seiring
penambahan jumlah obyek kajian pada kajian-kajian
selanjutnya yang berada di daerah yang berbeda
serta didirikan dan dikelola oleh berbagai kalangan
umat Islam yang berbeda akan didapatkan temuan
kajian yang komprehensif serta temuan kajiannya
bersifat general untuk dapat menjelaskan fenomena
arsitektur ruang pendidikan Islam di Provinsi Bali
sebagai cerminan dakwah Islam di lingkungan
minoritas Muslim.
Dalam kajian awal ini digunakan variabel yang
difungsikan sebagai panduan jalannya kajian, bukan
difungsikan untuk verifikasi. Variabel yang digunakan
meliputi (1) tata atur ruang; dan (2) elemen
pembentuk ruang. Dalam kajian selanjutnya dapat
dilakukan penambahan variabel kajian untuk
didapatkan hasil kajian yang menyeluruh dari
berbagai aspek arsitektural yang terkait dengan
strategi dakwah Islam di lingkungan minoritas Muslim
yang tercermin melalui ruang pendidikan Islam.

Gambar 1. Peta lokasi ruang pendidikan Islam Anak Emas
(Sumber: Berbagai sumber, 2014)

Yayasan Anak Emas hingga kini memiliki dan
mengelola dua ruang pendidikan Islam di Kota
Denpasar. Ruang pertama mewadahi pendidikan
Islam jenjang Toddler, Playgroup, dan Taman KanakKanak, sekaligus kantor yayasan yang berlokasi di
Jalan Teuku Umar No.17, Kecamatan Denpasar
Barat. Dan ruang kedua mewadahi pendidikan Islam
jenjang Sekolah Dasar yang berlokasi di Jalan Buana
Raya No.99x Kecamatan Denpasar Barat.
Logika induksi merupakan pola penalaran dari
khusus ke umum. Induksi sebagai metode penelitian

Diagram 1. Kerangka penelitian
(Sumber: Analisis, 2014)

Berdasarkan metode penelitian yang digunakan,
pengumpulan data menggunakan teknik observasi
dan wawancara semi-terstruktur. Teknik observasi
bertujuan untuk mendapatkan data fisik melalui
kegiatan pengambilan gambar dan penggambaran.
Sedangkan teknik wawancara semi-terstruktur
bertujuan untuk mendapatkan data non-fisik dengan

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
Malang, 29 Oktober 2014 | 3

kisi-kisi wawancara yang bersifat terbuka untuk
dilakukan pendalaman pada saat wawancara
bersama
narasumber.
Penentuan
narasumber
menggunakan teknik purposive dengan pendekatan
otoritas dan kepemilikan data obyek kajian.
Narasumber yang digunakan dalam kajian awal ini
adalah sebagai berikut:
1. Fauzi Hamid Basulthana, Lc, MpdI, sebagai
pendiri dan pembina Yayasan Anak Emas.
2. Dianti Januliawati sebagai Kepala Sekolah
TK Anak Emas.
3. Ernawati sebagai Koordinator Kelompok
Bermain TK Anak Emas.
4. Aris Fatmawati sebagai guru SD Anak Emas.
Dikarenakan keterbatasan waktu dan sifat
kajian ini yang merupakan kajian awal, data nonfisik yang didapatkan belum mencapai taraf jenuh,
sehingga pada kajian selanjutnya dapat dilakukan
pendalaman data kepada narasumber di atas hingga
mencapai taraf jenuh dan penambahan jumlah
narasumber dengan menggunakan teknik snowball
sampling sesuai arahan dari narasumber yang
digunakan dalam kajian ini.

Profil Obyek
Yayasan Anak Emas didirikan oleh Fauzi Hamid
Basulthana, Lc, MpdI dan istri pada 13 November
1997 yang didorong oleh rasa ketidakpuasan
terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan Islam di
Bali pada umumnya, dan di Kota Denpasar pada
khususnya, serta keinginan dan cita-cita untuk
mendakwahkan Islam di tengah lingkungan minoritas
Muslim melalui jalur pendidikan. Yayasan Anak Emas
dengan slogannya Ilmu-Amal-Dakwah-Sabar ditujukan
oleh pendirinya untuk melahirkan generasi emas
umat Islam yang dapat menunjukkan dan
mendakwahkan Islam yang merupakan rahmat bagi
seluruh alam kepada seluruh kalangan dan lapisan
masyarakat dan senantiasa dapat menjaga nama baik
Islam di tengah lingkungan mayoritas non Muslim.
Awal mulanya Yayasan Anak Emas menggunakan
nama Ad-Dzahabi yang diambil dari nama anak
pertama pendiri dan terinspirasi dari nama seorang
ulama besar, yaitu Imam Dzahabi. Penggunaan nama
Ad-Dzahabi mengalami hambatan dalam proses
perizinan yayasan disebabkan merupakan nama Arab
dan nama yang asing di tengah lingkungan mayoritas
Hindu-Bali. Untuk memudahkan proses perizinan
dilakukan perubahan nama menjadi Yayasan Anak
Emas yang tetap digunakan hingga kini.
Awal mula berdiri dan menjalankan kegiatan
pendidikannya banyak pihak, baik dari kalangan
pemerintah maupun umat Islam sendiri, meragukan
kualitas pendidikan yang diberikan oleh Yayasan
Anak Emas. Bagi kalangan pemerintah keraguan
tersebut
disebabkan
kepemilikan
dan
pengelolaannya oleh swasta, sedangkan bagi umat
Islam sendiri keraguan tersebut disebabkan nama
Yayasan Anak Emas tidak mencerminkan tradisi Islam

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
4 | Malang, 29 Oktober 2014

dan ciri khas pendidikan Islam yang pada umumnya
menggunakan nama Arab.
Pada tahun 1998, Yayasan Anak Emas membuka
ruang pendidikan Islam untuk jenjang playgroup
bersebelahan dengan ruang hunian pendiri dengan
rujukan
playgroup
al-Falah
Surabaya
yang
menjadikannya sebagai playgroup pertama di
Provinsi Bali. Awal berjalannya, Playgroup Anak
Emas memiliki 30 orang murid dengan seluruh
infrastruktur
dan
kelengkapan
pembelajaran
dirancang sendiri oleh pendiri. Pada tahun 2001,
ruang pendidikan Playgroup Anak Emas mengalami
penambahan bangunan kantor di samping ruang
hunian pendiri yang tetap difungsikan hingga kini.
Pada tahun 2003, Yayasan Anak Emas membuka
jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak dengan
lokasi yang relatif dekat dengan ruang pendidikan
playgroup. Pada tahun 2013 setelah selesai
pembangunan bangunan 4 lantai, TK Anak Emas
dipindahkan dan menempati area yang sama dengan
playgroup di atas lahan milik pribadi pihak pendiri.
Seiring waktu menjalankan pendidikannya,
Yayasan Anak Emas mendapatkan pengakuan
terhadap
kualitas
pendidikan
Islam
yang
diberikannya yang menitikberatkan pada penanaman
dan pemahaman adab kepada anak murid. Atas
permintaan dari umat Islam di Kota Denpasar,
Yayasan Anak Emas pada tahun 2008 membuka
jenjang pendidikan Islam tingkat Sekolah Dasar di
atas lahan sewa seluas 38,5 are dan mulai
menjalankan kegiatan pendidikannya pada tahun
ajaran 2009.

Gambar 2. Kegiatan pendidikan TK Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Yayasan Anak Emas telah mendirikan dan
mengelola ruang pendidikan Islam dari tingkat
Toddler untuk anak berusia 1-2 tahun, Playgroup
untuk anak berusia 2-4 tahun, Taman Kanak-Kanak
untuk anak berusia 4-6 tahun, hingga Sekolah Dasar
untuk anak berusia 6-12 tahun. Untuk jenjang
pendidikan Sekolah Dasar, Yayasan Anak Emas
membuka kelas khusus yang diperuntukkan bagi anak
yang memiliki kebutuhan khusus di mana 1 orang
murid dibimbing oleh 1 guru atau 2 orang murid
dibimbing oleh 1 guru, yang menjadikan SD Anak
Emas memiliki kelebihan dibandingkan Sekolah Dasar
lainnya dari aspek pelayanan pendidikan yang
diberikan.

Jenjang pendidikan Islam SD Anak Emas
memiliki fasilitas (1) ruang kelas yang diperuntukkan
untuk kelas 1-4 yang terdiri dari kelas A dan B dan
kelas 5-6 yang terdiri dari kelas pria dan wanita; (2)
ruang kantor yang diperuntukkan untuk ruang guru,
kepala sekolah, dan ruang tamu; (3) ruang
perpustakaan; (4) ruang laboratorium komputer; (5)
ruang UKS; (6) ruang serbaguna; (7) area bermain di
ruang terbuka; dan (8) mushola.

Gambar 3. Kegiatan pendidikan SD Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Untuk menjalankan kegiatan pendidikannya,
Yayasan Anak Emas memiliki beragam fasilitas.
Jenjang pendidikan Islam Playgroup dan TK Anak
Emas memiliki fasilitas (1) ruang kelas playgroup; (2)
ruang kelas TK 4 lantai di mana lantai 1
diperuntukkan untuk ruang sentra sains dan bahan
alam, sentra persiapan, serta sentra olahtubuh;
lantai 2 diperuntukkan untuk ruang sentra seni kreasi
dan sentra balok; lantai 3 diperuntukkan untuk ruang
sentra bermain peran; dan lantai 4 diperuntukkan
untuk ruang sentra memasak; (3) bale bengong yang
difungsikan sebagai panggung untuk tempat latihan
pertunjukan; (4) area bermain di ruang terbuka; (5)
mushola; (6) ruang kantor yayasan 2 lantai; dan (7)
ruang serbaguna.

Gambar 6. Area bermain di ruang luar SD
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Ruang pendidikan Islam SD Anak Emas sedang
mengalami perluasan ke arah Timur yang
direncanakan untuk memperluas lingkup dakwah
Yayasan Anak Emas dengan membuka ruang
pendidikan Islam untuk jenjang Sekolah Menengah
Pertama dan untuk mewadahi pendidikan Akademi
Sirah yang merupakan pengembangan kegiatan
dakwah pendiri, selain beberapa kegiatan pengkajian
Islam yang diperuntukkan untuk kalangan umum
umat Islam yang telah rutin diselenggarakan di ruang
pendidikan Playgroup dan TK Anak Emas.

Gambar 4. Bangunan sentra olah tubuh
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 7. Pengembangan ruang pendidikan Islam SD
Anak Emas (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Analisis

Gambar 5. Area bermain di ruang luar TK
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

1. Ruang Pendidikan Toddler, Playgroup, TK.
Di ruang pendidikan Islam Anak Emas jenjang
toddler, playgroup, dan TK terdapat (1) bangunan
kantor yayasan; (2) bangunan kelas playgroup; (3)
bangunan kelas TK; (4) bangunan sentra persiapan;
(5) bangunan serbaguna; (6) bangunan mushola; (7)
bangunan bale bengong; (8) bangunan garasi; dan (9)
bangunan hunian pendiri yayasan. Perletakan
bangunan di ruang pendidikan toddler, playgroup,

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
Malang, 29 Oktober 2014 | 5

dan TK didasarkan faktor ketersediaan lahan yang
awal mulanya merupakan lahan hunian pribadi
pendiri yayasan kemudian perlahan mengalami
perluasan untuk mewadahi fungsi pendidikan.
Perletakan bangunan berdasarkan ketersediaan lahan
menjadikan bangunan kelas TK terletak di area
paling belakang ruang pendidikan dikarenakan
bangunan yang paling akhir didirikan, yaitu selesai
pada tahun 2013.
Perletakan bangunan playgroup, bangunan
sentra persiapan, bangunan mushola, dan bangunan
serbaguna
membentuk
ruang
terbuka
yang
difungsikan untuk ruang bermain di ruang luar bagi
murid. Perletakan bangunan ruang kelas dan ruang
bermain yang berada di area belakang ruang
pendidikan
dimaksudkan
untuk
memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi murid dengan
menjauhkannya dari sirkulasi kendaraan dan jalan
utama di area depan ruang pendidikan. Faktor
keamanan dan kenyamanan bagi murid yang
berkegiatan di ruang terbuka ditingkatkan dengan
perletakan bangunan sebagai elemen pembentuk
ruang terbuka, sehingga murid tidak dapat
mengakses sirkulasi kendaraan dan jalan utama yang
memiliki tingkat bahaya tinggi bagi anak-anak.

Gambar 8. Layout ruang pendidikan Islam TK Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Di area depan ruang pendidikan toddler,
playgroup, dan TK terdapat ruang terbuka yang
difungsikan untuk ruang parkir kendaraan bermotor
dan untuk memberikan jarak pandang yang leluasa,
sehingga ruang pendidikan dapat terlihat dari arah
jalan utama oleh masyarakat luas. Perletakan ruang
terbuka di area depan ruang pendidikan dan pagar
yang tidak masif sebagai elemen pembentuk
ruangnya yang menjadi pemisah antara ruang
pendidikan dengan ruang publik dimaksudkan untuk
memberikan kesan keterbukaan sebagai cerminan
umat Islam yang terbuka kepada seluruh kalangan
dan lapisan masyarakat dan menjunjung tinggi
toleransi.
Perletakan bangunan kantor yayasan di area
depan ruang pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan akses bagi pengunjung dan
sebagai buffer untuk memberikan privasi kegiatan
pembelajaran di ruang kelas yang berada di belakang
bangunan kantor yayasan, serta agar mudah terlihat
dari arah jalan utama sehingga fungsinya sebagai
ruang pendidikan Islam mudah diketahui dan dikenali
oleh masyarakat melalui penanda-penanda yang
melekat pada elemen pembentuk ruang bangunan
kantor yayasan, yaitu penggunaan warna terang dan
berbagai atribut kanak-kanak yang identik dengan
ruang pendidikan.

Gambar 9. Ruang terbuka di area depan ruang
pendidikan Islam TK Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Keterangan: (1) Kantor yayasan; (2) Bangunan
playgroup; (3) Bangunan TK; (4) Bangunan sentra
persiapan; (5) Bangunan serbaguna; (6) Mushola; (7)
Bale bengong; (8) Bangunan garasi; (9) Hunian
pendiri yayasan; (10) Area bermain; (11) Area parkir

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
6 | Malang, 29 Oktober 2014

Bangunan hunian pendiri yayasan yang
merupakan bangunan paling awal berdiri di ruang
pendidikan toddler, playgroup, dan TK menerapkan
elemen pembentuk ruang yang berciri khas-kan
arsitektur gaya Bali, yaitu menggunakan baru paras
dan batu batas ekspos, dan ornamen pepatran yang
berbentuk tetumbuhan. Yang membedakannya
dengan arsitektur gaya Bali adalah ornamen kaligrafi
dari bahan batu paras dan batu bata ekspos yang
mendominasi bagian muka bangunan. Perletakan
bangunan hunian pendiri yayasan di area depan
ruang pendidikan sehingga mudah terlihat dari jalan
utama dan elemen pembentuk ruang yang
memadukan antara elemen arsitektur gaya Bali dan
penanda ciri khas Islam dimaksudkan untuk

menyampaikan pesan strategi dakwah Islam secara
kultural di lingkungan minoritas Muslim.
Sebagaimana
bangunan
hunian
pendiri
yayasan, seluruh bangunan yang semula berdiri di
ruang pendidikan toddler, playgroup, dan TK
menerapkan elemen pembentuk ruang yang berciri
khas-kan arsitektur gaya Bali, yaitu bangunan yang
kini difungsikan untuk ruang serbaguna, ruang kelas
playgroup, dan bangunan bale bengong yang
difungsikan untuk ruang berlatih pertunjukan.

Gambar 10. Bangunan ruang kelas playgroup
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 11. Bangunan bale bengong
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 12. Bangunan hunian pendiri yayasan
bersebelahan dengan bangunan kantor yayasan
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Berbeda dengan bangunan yang telah semula
berdiri, bangunan baru di ruang pendidikan toddler,

playgroup, dan TK menerapkan elemen pembentuk
ruang bergaya arsitektur modern. Tampak dari jalan
utama bangunan hunian pendiri yayasan yang
menerapkan elemen arsitektur gaya Bali yang
tampak tradisional bersebelahan dengan bangunan
kantor yayasan yang menerapkan elemen arsitektur
modern, sehingga keduanya tampak kontras yang
dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa
Islam relevan sepanjang zaman dan untuk
mencerminkan bahwa umat Islam tidak menutup diri
terhadap perkembangan zaman.
2. Ruang Pendidikan SD.
Dalam ruang pendidikan Islam Anak Emas
jenjang SD terdapat 3 bangunan yang dibangun
bertahap seiring kebutuhan kegiatan pendidikan
dengan perkembangan ruang pendidikan ke arah
Timur berdasarkan faktor ketersediaan lahan,
sehingga bangunan yang berada paling Barat
merupakan bangunan yang paling awal didirikan dan
bangunan yang berada paling Timur merupakan
bangunan yang paling akhir didirikan yang hingga kini
masih dalam proses pembangunan.
Bangunan pertama memanjang linier ke arah
utara-selatan, bangunan kedua membentuk huruf U,
dan bangunan ketiga memanjang linier ke arah
timur-barat. Perletakan bangunan di ruang
pendidikan SD menempel pada dinding belakang
lahan, sehingga membentuk ruang terbuka di area
depan ruang pendidikan yang berbatasan langsung
dengan jalan lingkungan. Terdapat empat ruang
terbuka di ruang pendidikan SD, yaitu (1) ruang
terbuka di timur bangunan pertama yang difungsikan
untuk ruang parkir guru dan pegawai; (2) ruang
terbuka di depan bangunan kedua yang difungsikan
untuk ruang bermain murid di ruang luar; (3) ruang
terbuka di timur bangunan kedua yang difungsikan
untuk ruang parkir pengunjung dan wali murid dan
pada waktu-waktu tertentu difungsikan untuk ruang
olahraga dan kegiatan bersama di ruang luar; dan (4)
ruang terbuka di barat dan di depan bangunan ketiga
yang direncanakan untuk pengembangan ruang parkir
yang hingga kini masih dalam proses pembangunan.

Keterangan: (1) Bangunan pertama; (2) Bangunan
kedua; (3) Bangunan ketiga (sedang dalam
pembangunan); (4) Bangunan garasi; (5) Area parkir
guru dan karyawan; (6) Area bermain; (7) Area parkir
pengunjung dan wali murid; (8) Pengembangan area
parkir
Gambar 13. Layout ruang pendidikan Islam SD Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
Malang, 29 Oktober 2014 | 7

Ruang terbuka yang berada di area depan
ruang pendidikan dan dibatasi dari jalan lingkungan
dengan pagar yang relatif rendah dan bentuk yang
tidak masif dimaksudkan untuk memudahkan
masyarakat mengetahui fungsi ruang dan kegiatan
yang diselenggarakan di dalam ruang pendidikan
Islam SD Anak Emas serta untuk mencerminankan
umat Islam terbuka kepada seluruh masyarakat dan
menjunjung tinggi toleransi.

Gambar 14. Ruang terbuka di timur bangunan pertama
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

mengenali fungsi ruang yang merupakan ruang
pendidikan.
Sedangkan
elemen
pagar
yang
merupakan elemen pemisah antara ruang pendidikan
dan ruang publik dibiarkan apa adanya dengan bahan
batako ekspos dikarenakan bukan merupakan elemen
pembentuk ruang yang berpengaruh langsung dalam
kegiatan pembelajaran juga dimaksudkan untuk
menyampaikan pesan larangan Islam terhadap gaya
hidup berlebih-lebihan dalam menggunakan harta
dan membelanjakan harta untuk sesuatu yang tidak
dibutuhkan.

Gambar 17. Pagar pendidikan Islam SD Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Pembahasan

Gambar 15. Ruang terbuka di depan bangunan kedua
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Ruang pendidikan Islam yang didirikan dan
dikelola Yayasan Anak Emas memiliki karakteristik
yang mencerminkan strategi dakwah Islam yang
dilakukannya di tengah lingkungan minoritas Muslim,
sebagaimana pemaparan analisis di atas. Pertama,
ruang terbuka di area depan ruang pendidikan yang
dipisahkan dari jalan akses dengan elemen pagar
yang tidak masif dimaksudkan untuk memberikan
kesan keterbukaan kepada masyarakat bahwa umat
Islam bersifat terbuka kepada seluruh kalangan dan
lapisan masyarakat, sebagaimana ditunjukkan oleh
Yayasan Anak Emas pada jenjang pendidikan Islam
Sekolah Dasar yang memiliki seorang guru wanita non
Muslim yang diberi amanah sebagai guru wali kelas
dan guru pelajaran Bahasa Bali.

Gambar 16. Ruang terbuka di timur bangunan kedua
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Elemen pembentuk ruang luar bangunan kelas
menggunakan warna terang yang bertujuan selain
untuk menstimulasi murid, juga dimaksudkan untuk
memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
8 | Malang, 29 Oktober 2014

Gambar 18. Pelajaran Bahasa Bali di SD Anak Emas
dengan guru non-Muslim
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Menghadirkan kesan keterbukaan melalui
ruang terbuka dan pagar yang tidak masif juga
dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya kecurigaan
umat non Muslim terhadap kegiatan umat Islam,
terkhusus kegiatan pendidikan Islam, yang muncul
disebabkan berbagai pemberitaan yang tidak benar
oleh berbagai media terhadap Islam yang
mengidentikkan
kegiatan
ke-Islam-an
sebagai
kegiatan terorisme dan anti toleransi.
Kesan keterbukaan yang ingin ditunjukkan
Yayasan Anak Emas terhadap kegiatan pendidikannya
dikuatkan dari aspek lokasi keberadaan ruang
pendidikannya. Ruang pendidikan Islam Anak Emas
jenjang toddler, playgroup, dan TK berada di tengah
pusat kegiatan ekonomi di Kota Denpasar
menjadikan kegiatan pendidikannya dapat dilihat
dan diketahui oleh masyarakat luas. Beberapa meter
di arah timur ruang pendidikan bersebelahan dengan
gereja Katolik, sehingga kesan keterbukaan yang
dihadirkan merupakan upaya untuk menjalin
kerukunan
dan
menumbuhkan
sikap
saling
memahami dan menghargai antar umat beragama.
Sedangkan ruang pendidikan Islam Anak Emas
jenjang SD berada di tengah permukiman umat Islam
dan umat non Muslim bertujuan agar murid dapat
langsung belajar menjalin ukhuwah dengan warga
Muslim serta hidup dan ber-muamalah dengan warga
non Muslim sesuai dengan nilai-nilai Islam untuk
menunjukkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh
alam dan menunjukkan kepribadian umat Islam yang
ramah dan toleran.

arsitektur gaya Bali dan elemen arsitektur modern
yang memiliki makna untuk dapat dipahami oleh
umat Islam dan umat non Muslim. Bagi umat Islam,
perpaduan elemen pembentuk ruang dimaksudkan
untuk menyampaikan pesan bahwa Islam relevan
sepanjang zaman. Mengingat kondisi sebagian umat
Islam di Kota Denpasar khususnya yang meyakini
Islam tidak lagi relevan pada masa kini dan Islam
tidak
dapat
menghadirkan
solusi
terhadap
permasalahan kekinian. Yayasan Anak Emas melalui
pendidikan Islam yang didirikan dan dikelolanya dan
berbagai program dakwah yang dilaksanakan oleh
pihak pendiri bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada umat Islam untuk kembali
kepada keyakinan bahwa Islam adalah kebenaran
mutlak yang relevan sepanjang zaman. Perpaduan
elemen pembentuk ruang tersebut juga dimaksudkan
untuk menyampaikan pesan bahwa umat Islam tidak
boleh jumud dan menutup diri dari perkembangan
zaman, namun jangan sampai larut dengan
perkembangan zaman yang akan menyebabkannya
jauh dari nilai-nilai Islam dan meyakini serta
menerapkan nilai-nilai yang bukan Islam.

Gambar 20. Lokasi SD Anak Emas di tengah permukiman
umat Islam dan non-Muslim
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Gambar 19. Lokasi TK Anak Emas di pusat kegiatan
ekonomi Kota Denpasar
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Dalam
kegiatan
pendidikannya
untuk
menumbuhkan sikap keterbukaan, murid dibimbing
dan dilatih untuk dapat membaur dan bersosialisai
dengan warga non Muslim melalui kerjasama dengan
warga non Muslim dan kegiatan berbagi kepada
warga non Musli terutamanya pada bulan Romadhon.
Berdasarkan hal tersebut, keterbukaan dalam
kegiatan pendidikan Islam Anak Emas terhadap
masyarakat tercermin dan memiliki keterkaitan
dengan tata atur ruang pendidikan dan elemen
pembentuk ruang pendidikan yang memisahkan
antara ruang pendidikan dengan ruang publik.
Kedua, elemen pembentuk ruang pendidikan
Yayasan Anak Emas memadukan antara elemen

Bagi umat Islam dan umat non Muslim,
penerapan elemen pembentuk ruang berciri khas
arsitektur
gaya
Bali
dimaksudkan
untuk
mencerminkan strategi dakwah Islam secara
kultural, bahwa umat Islam menghargai budaya
setempat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Islam dan menjauhi strategi dakwah yang
konfrontatif yang dapat menyebabkan tegangan
sosial antara umat Islam dengan umat non Muslim
maupun menimbulkan sikap apatis dari kalangan
umat Islam sendiri.
Perpaduan elemen pembentuk ruang berciri
khas arsitektur gaya Bali dengan kaligrafi Islam
dimaksudkan untuk menekankan bahwa umat Islam
yang hidup di lingkungan minoritas Muslim harus
dapat membaur secara sosial dengan seluruh
kalangan dan lapisan masyarakat, namun tidak
melebur di dalamnya. Dalam artian umat Islam yang
menghargai
budaya
setempat
yang
tidak
bertentangan dengan nilai Islam namun tetap
menunjukkan dan menegaskan identitas ke-Islamannya di tengah lingkungan minoritas Muslim.

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
Malang, 29 Oktober 2014 | 9

merupakan cerminan dari strategi dakwah Islam yang
menghargai
budaya
setempat
yang
tidak
bertentangan dengan Islam serta bermakna bahwa
Islam relevan sepanjang zaman, dan kepribadian
umat Islam yang membuka diri dari perkembangan
zaman secara kritis dan hidup sesuai dengan nilainilai Islam.

Gambar 21. Penggunaan baju Endek di SD Anak Emas
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)

Terkait dengan penerimaan dan penerapan
budaya setempat yang tidak bertengangan dengan
nilai Islam sebagai strategi dakwah Islam, dalam
kegiatan pendidikannya Yayasan Anak Emas selain
memberikan pelajaran Bahasa Arab agar murid dapat
mempelajari Islam langsung dari sumber utamanya,
dan pelajaran Bahasa Inggris agar murid dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
juga diberikan pelajaran Bahasa Bali agar murid
dapat bersosialisasi dan membaur secara sosial
dengan masyarakat yang mayoritasnya merupakan
warga Hindu-Bali, serta penggunaan seragam model
baju Endek yang merupakan ciri khas pakaian Bali
pada hari Jum’at yang merupakan hari paling utama
dn paling diagungkan oleh umat Islam dalam
sepekan. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan
pendidikan Islam Yayasan Anak Emas yang
menerapkan strategi dakwah Islam secara kultural
tercermin dan memiliki keterkaitan dengan elemen
pembentuk ruang pendidikannya yang menerapkan
perpaduan elemen pembentuk ruang berciri khas
arsitektur gaya Bali, elemen arsitektur modern dan
elemen berciri khas identitas Islam.
Diagram 2. Kesimpulan kajian arsitektur ruang
pendidikan Islam di lingkungan minoritas Muslim
(Sumber: Analisis, 2014)

Penutup
Yayasan Anak Emas memanfaatkan arsitektur
ruang pendidikan Islam yang didirikan dan
dikelolanya tidak saja secara fungsional untuk
mewadahi
kegiatan
pendidikan
Islam
yang
diselenggarakan, namun struktur visualnya memuat
sejumlah makna untuk dikomunikasikan berkaitan
dengan strategi dakwah Islam di tengah lingkungan
minoritas Muslim yang diperuntukkan kepada seluruh
kalangan dan lapisan masyarakat.
Dari kajian awal ini dapat disimpulkan dua
poin sesuai dengan variabel kajian yang digunakan.
Pertama, tata atur ruang yang membentuk ruang
terbuka di area depan ruang pendidikan merupakan
cerminan dari keterbukaan umat Islam kepada
seluruh kalangan dan lapisan masyarakat untuk
menunjukkan bahwa Islam merupakan rahmat bagi
seluruh alam dan menunjukkan kepribadian umat
Islam yang ramah dan menjunjung tinggi toleransi.
Kedua, elemen pembentuk ruang yang digunakan

Seminar Nasional Lustrum Arsitektur 2
10 | Malang, 29 Oktober 2014

Referensi
1

Ziauddin Sardar (ed). 2000. Merombak Pola Pikir
Intelektual Muslim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2
Imam Al-Ghazali. 2001. Ihya Ulumiddin Jilid 1; Ilmu
Dan Keyakinan. Jakarta: Penerbit Republika.
3
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. 1999. Syarhu
Tsalatsatil Ushul (terj). Jakarta: Darul Haq.
4
Abuddin Nata. 2012. Sejarah Sosial Intelektual
Islam Dan Institusi Pendidikannya. Jakarta: Penerbit
Raja Grafindo Persada.
5
Huri Yasin Husain. 2011. Fikih Masjid. Jakarta: alKautsar.
6
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2010. Bali Dalam
Angka 2010. Denpasar: BPS Provinsi Bali.
7
Amos Rapoport. 1969. House, Form, and Culture.
New Jersey: Prentice-Hall Inc.