LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PENGUJIAN D

LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGIPENGUJIAN DIABETES
DAN ANTIDIABETES

I. TUJUAN
1. Mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya pada penyakit diabetes
2. Mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara konvensional dan komputerisasi
II. PRINSIP
1. Penyakit diabetes merupakan gangguan metabolisme yang salah satu symptomnya berupa kadar
glukosa dalam darah di atas batas normal yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau
absolute.
2. Obat hipoglikemik adalah obat yang merangsang sekresi insulin oleh sel β pancreas dan
meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor sehingga menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
3. Pengujian diabetes dan antidiabetes dapat dilakukan dengan cara komputerisasi (dry lab) atau
konvensional (wet lab).
II. TEORI
Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada
metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta.
Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam

sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas
maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik
(hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan
glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik
absolut maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008).
Kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh
karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah
(Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya sekresi insulin, gangguan efek
insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah
kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria,
polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai pada
infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan
ketoasidosis. Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes

adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung

(Reinauer et al, 2002).
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu sama.
Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi
kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan
gejala apa pun sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
1. Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:
a.

Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)

b.

Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)

c.

Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus meningkat, bertambah
gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan ini jumlah insulin masih dapat

mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
2. Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala yang disebabkan oleh
kurangnya insulin, yaitu :
a.

Banyak minum

b.

Banyak kencing

c.

Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)

d.

Mudah lelah

e.


Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, bahkan
penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa darah terlalu
tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik, gejala dan penurunan berat badan inilah yang
paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke dokter (Tjokroprawiro, 1998).

Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak), tetapi
penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap
penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau menahun (Katzung, 2002).
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut dibawah
ini :
1. Kesemutan
2.

Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum

3.

Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur


4.

Kram

5.

Capai, pegal-pegal

6.

Mudah mengantuk

7.

Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

8.

Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita


9.

Gigi mudah goyah dan mudah lepas

10. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg. (Tjokroprawiro, 1998).

Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)
Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan istilah yang digunakan
untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa pengobatan insulin.
Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta (β) dari
pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).
Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya serangan
adalah 12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan pengidap
IDDM (Katzung, 2002).
IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dengan
kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa IDDM dapat

timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat pula dipicu oleh faktor lingkungan
yang ada, termasuk bermacam-macam virus (Jones and Gill, 1998; Tunbridge and Home, 1991).
2.

Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM) merupakan istilah yang
digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang tidak memerlukan pengobatan dengan insulin
supaya dapat bertahan hidup, meskipun hampir 20% pasien menerima insulin dengan tujuan untuk
membantu mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya kombinasi
yang beragam dari tahanan insulin dan kekurangan insulin (Tunbridge and Home, 1991).
Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas. Berbagai
stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus yang paling kuat
adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam
membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan
jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai
(A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut proinsulin, dihidrolisis
dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan
insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.

Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-sel β
memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa darah
meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan peningkatan
ATP intraselular yang menutup kanal ATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β yang diakibatkannya
mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu pelepasan
insulin (Katzung, 2002).

Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α dan
dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit α,
kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi
dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin
tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase
subunit β dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal,
2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien tentang
penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen yang baru digunakan sebagai
kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan
sulfonilurea, biguanida,
turunan thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah

digunakan secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini tidak
dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan komplikasi akut
maupun kronis (Galacia et.al, 2002).

2.

B.

1.

2.

A. Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi insulin oleh sel β
pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongansulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel β
masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea antara lain:
a. Merangsang fungsi sel-sel β pulau Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.

c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a. Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, Chlorpropamide
b. Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon, Glibonuride.
Golonganglinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan mempunyai struktur yang
mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang singkat dan dapat menurunkan
kadar glukosa darah puasa. Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan
tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).
Sensitizer Insulin
Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan thiazolidinedione, yang dapat
membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (Depkes RI, 2005).
Golongan Biguanida
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Mekanisme kerja golongan
biguanid (metformin):
a. Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
b. Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi glukoneogenesis.
c. Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993; Soegondo, 2006)
Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon

Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Glitazon
merupakan agonist peroxisomeproliferator-activated receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif
dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja insulin yaitu jaringan adiposa, otot

skelet dan hati, sedang reseptor pada organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid,
diferensiasi adiposit, dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang
dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia, seperti GLUT 1, GLUT 4,
p85alphaPI-3K dan uncoupling protein-2 (UCP) (Soegondo, 2006).

Aloksan
CAS number

:

Rumus molekul

:

Masa molar

:

titik leleh

:

Kelarutan dalam air

:

Aloksan(2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 2,4,5,6-pirimidintetron) adalah suatu senyawa yang sering
digunakan untuk penelitian diabetes menggunakan hewan coba. Aloksan dapat menghasilkan radikal
hidroksil yang sangat reaktif dan dapat menyebabkan diabetes pada hewan coba. Efek diabetogenik
aloksan ini dapat dicegah oleh senyawa penangkap radikal hidroksil (Studiawan dan Santosa, 2005).
Glibenklamid
Sinonim

:

Gliburid

Indikasi

:

NIDDM ringan - sedang

Kontraindikasi

:

wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis

Peringatan

:

Penggunaan harus hati-hati pada pasien usia lanjut,

Efek samping

gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hemat

Interaksi

:

Dengan penghambat ACE dapat menambah efek hi

Dosis

:

Dosis awal 2,5 mg bersama sarapan, maksimal 15 m
(Depkes RI, 2000).

IV. ALAT DAN BAHAN
a. Percobaan Uji Diabetes Secara Konvensional (Wet Lab)
Hewan Percobaan :

utih
Alat Percobaan
1. Glukometer

:

2.
3.

Pisau cutter
Sonde Oral

Bahan percobaan
1. Glibenklamid
2.
Glukosa
3.
PGA 2%
b. Percobaan Uji Diabetes Menggunakan Komputerisasi (Dry Lab)
Alat Percobaan
:

A.

B.

1.

Komputer

2.

Software untuk uji diabetes

V. PROSEDUR
Percobaan Uji Diabetes Secara Konvensional (Wet Lab)
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran glukosa darah menggunakan glucose meter dan
glucose test scripts. Bagian ujung ekor mencit dipotong, kemudian darah diteteskan ke bagian ujung
strips dan setelah 20 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glucosemeter. Sebelum
percobaan hewan dipuasakan, tidak diberi makan teteapi tetap diberikan minum. Mencit ditimbang,
dan diamati sebelum pemberian obat. Mencit dikelompokkan menjadi 2 kelompok :
a. Kelompok control negative
c. Kelompok uji
Kelompok control negative diberikan PGA 2%, kelompok uji diberikan Gliben-klamid. Sebelum
pemberian glukosa dilakukan pengambilan darah pada semua mencit (t=0). Kemudian semua mencit
diberikan glukosa setelah t=30 menit.Dilakukan pengambilan darah pada semua mencit pada
menit 15,30, 60 setelah diberikan glukosa. Pengukuran glukosa darah dilakukan menggunakan
glucose meter dan glucose test strips. Bagian ujung ekor mencit dipotong, kemudian darah diteteskan
ke bagian ujung strip dan setelah 20 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glucose
meter. Data yang diperoleh diananlisis secara statistik berdasarkan analisis variansi dan kebermakna
perbedaan kadar glukosa antara kelompok control negative, dan kelompok uji kemudian dianalisis
dengan student’s test. Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
Percobaan Uji Diabetes Menggunakan Komputerisasi (Dry Lab)
Percobaan I : Pembuatan Kurva Standard dan Glukosa
Tube 1-5 disiapkan, dengan cara diklik dan didrag tabung kedalam slot incubator sesuai nomor
yang telah disediakan. Diklik dan ditahan mouse pada pipet tetes botol Glucose Standard,
kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 denga melepaskan tombol mouse. Langkah
tadi diulangi untuk tabung no.2-5. Tiap tabung otomatis akan mendapat larutan standar glukosa satu
tetes lebih banyak (Tabung no.2 mendapat 2 tetes, no.3 mendapat 3 tetes, no.4 mendapat 4 tetes,
dan no.5 mendapat 5 tetes). Diklik dan ditahan mouse pada pipet tetes botol Deionized Water,
kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan
memberikan 4 tetes pada tabung no 1. Langkah tadi diulangi untuk tabung no.2-4. Tiap tabung
otomatis akan mendapat larutan standar glukosa satu tetes lebih sedikit (tabung no.2 mendapat 3
tetes, no.3 mendapat 2 tetes, no. 4 mendapat 1 tetes). Tombol Mix diklik pada incubator yang
mencampur bahan dalam tabung. Diklik tombol Centrifuge, maka tabung akan turun kedalam

incubator dan disentrifugasi sehingga partikel yang mengendap di bagian bawah tabung yang disebut
‘pellet’. Diklik tombol Remove Pellet untuk menghilangkan endapan yang terbentuk . Diklik dan tahan
mouse pada pipet tetes botol Enzyme-Colour Reagent, kemudian drag dan teteskan pada tabung
no.1 dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 5 tetes. Diulangi langkah tadi
untuk tabung no.2-5. Diklik tombol incubate, tabung akan masuk kedalam incubator untuk
diinkubasi. Tombol Set Up diklik pada spektrofotometer yang memanaskan alat dan mengkalibrasinya
sehingga siap digunakan dalam pengukuran. Klik dan drag tabung no.1 ke dalam spektrofotometer
kemudian lepaskan tombol mouse, tabung akan terkunci pada tempatnya. Diklik tombol Analyze,
akan terlihat pada layer nilai Optical Density dan Glucose. Diklik tombol Record Data. Diklik
dan Didrag kedalam pencuci tabung. Ulangi langkah 13-16 untuk tabung yang lainnya. Setelah
semua tabung dianalisis, klik tombol Graph sehingga terbentuk kurva yang dapat digunakan pada
percobaan tahap II.
Percobaan II : Membandingkan kadar glukosa sebelum dan sesudah injeksi insulin
Alat suntik Saline pada tikus control diklik dan didrag kemudian dilepaskan tombol untuk
menginjeksi hewan tersebut. Diklik dan Didrag alat suntik Alloxan pada tikus percobaan dan lepaskan
tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut. Diklik dan Didrag tabung baru pada tikus control
dan lepaskan tombol, sehingga 3 tetes darah dari ekor tikus akan masuk ke dalam tabung,
kemudian diklik dan didrag tabung ke tempat no.1 pada inkubator. Diklik dan didrag tabung baru pada
ekor tikus percobaan dan dilepaskan tombol, sehingga 3 tetes darah dari ekor akan masuk ke dalam
tabung, kemudian diklik dan didrag tabung ke tempat no.2 pada incubator. Diklik dan didrag alat
suntik Insulin pada tikus control dan dilepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan
tersebut. Diulangi langkah tersebut untuk hewan percobaan. Diulangi langkah ke 3 dan 4 untuk
memperoleh sample darah dari tiap tikus dan disimpan ditempat no.3 dan 4 pada incubator. Diklik
tombol Obtainreagent pada cabinet sehingga alat sunti dan tikus akan hilang dan muncul 3 botol tetes
pada layar. Diklik dan tahan mouse pada pipet tetes botol Deionized Water, kemudian didrag
dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 5
tetes pada tabung no.1. Diulangi langkah tadi untuk tabung yang lainnya. Diklik dan ditahan mouse
pada pipet tetes tombol Barium Hydroxide (untuk menghilangkan protein) kemudian didrag
dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 5
tetes pada tabung no.1. Diulangi langkah tadi untuk tabung yang lainnya. Diklik dan Ditahan mouse
pada pipet tetes botol Heprin (sebagai antikoagulansehingga darah tidak menggumpal selama
pengujian) kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol
mouse. Diulangi langkah tadi untuk tabung yang lainnya . Diklik tombol Mix pada incubator untuk
mencampur bahan dalam tabung. Diklik tombol Centrifuge, maka tabung akan turun ke dalam
incubator dan disentrifugasi. Diklik tombol Remove Pellet untuk menghilangkan endapan yang
terbentu. Diklik dan ditahan mouse pada pipet tetes botol Enzyme-Colour Reagent, kemudian didrag
dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse. Diulangi langkah tadi untuk
tabung yang lainnya. Diklik tombol Incubate, tabung akan masuk ke dalam incubator untuk
inkubasi. Diklik tombol Set Up pada spektrofotometer untuk memanaskan alat dan mengkalibrasinya
sehingga siap digunakan pada pengukuran. Diklik tombol Graph Glucose Standard untuk
memunculkan grafik dari percobaan 1. Diklik dan drag tabung no.1 ke dalam spektrofotometer
kemudian lepaskan tombol mouse, tabung akan terkunci pada tempatnya. Diklik tombol Analyze,
akan terlihat pada layar garis horizontal dan nilai Optical Density. Drag moveable rule (garis vertical
merah pada bagian kanan monitor spektrofotometer) melewati garis horizontal melewati garis glukosa
standar. Lihatlah apa yang terjadi pada layar glukosa ketika memindahkan garis tersebut ke
kiriBacalah kadar glukosa ketika garis horizontal melewati garis standar glukosa

Tabung test no.1 : 86 mg/desiliter glukosa
Klik tombol Record Data. Klik dan drag tabung dari spektrofotometer ke dalam pencuci tabung,
kemudian klik Clear. Ulangi langkah 22-27 untuk tabung yang lainnya dan catatlah kadar glukosanya
Tabung test no.2 : 129 mg/desiliter glukosa
Tabung test no.3 : 86 mg/desiliter glukosa
Tabung test no.4 : 97 mg/desiliter glukosa

VI. DATA PENGAMATAN & PERHITUNGAN
Data Pengamatan
 Dry Lab
Percobaan I
Tube

Optical De

1

0,3

2

0,5

3

0,6

4

0,8

5

1

Percobaan II
Tube

Optical Densty

Glucose

1

0

2

0

3

0

4

0

 Wet Lab
Kelompok
Kontrol (-) PGA

Mencit

t=0 (mg/dL)
1

109

2

130

3

130

χ

123

Kontrol uji

1

157

Glibenkla-mid

2

134

3

135

χ

142

PERHITUNGAN
ANALISIS VARIAN
 HIPOTESIS
H0: Tidak ada pengaruh pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah
H1: Ada pengaruh pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah
 TARAF NYATA
α = 0.05
Kesimpulan
Karena Fhit