Perbedaan Kepedulian Orang Tua Pada Kegi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal akan kekayaan dari segi
sumber daya alam, baik dari sektor agraria maupun maritim. Begitu juga dengan
sumber daya manusia yang memiliki penduduk yang banyak. Namun dari dahulu
sampai sekarang, orang-orang yang tinggal di negara Indonesia belum mampu untuk
memanfaatkan kekayaan alamnya yang ada secara maksimal. Oleh karena itu, salah
satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini tentu saja
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui potensi yang dimiliki masingmasing individu baik melalui pemenuhan pendidikan dan kesehatan yang baik.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia seringkali dikaitkan dengan
masalah “material” (dana) yang akan dipakai dalam pelaksanaan. Untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, negara dituntut untuk memberikan
perhatian yang diikuti kerjasama pendidik dan orang tua.
Orang tua merupakan pihak lain yang melihat secara langsung seberapa besar
dana yang dimiliki sehingga dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk anakanaknya sehingga anaknya dapat menjadi seorang yang berkualitas. Pihak orang tua
pada umumnya menilai, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi
begitu erat kaitannya dengan uang. Padahal tidak selamanya ‘pendidikan’ yang mahal
memberikan


pelayanan

dengan

kualitas

prima.

Sebut

saja

permasalahan-

permasalahan yang terdapat di lembaga pendidikan: bullying, tawuran, mencontek,

13
Universitas Sumatera Utara

pre-marital sex, narkoba, dll. Seringkali lembaga-lembaga pendidikan dengan guruguru yang profesional tidak mampu menangani permasalahan-permasalahan yang ada

di sekolah. Apalagi menurut Megawangi, orang tua yang terlambat mengisi
pendidikan yang baik pada anaknya, maka bisa lebih dulu diisi dengan hal yang
buruk oleh pihak lain.
Selama

ini upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di

Indonesia selalu dikaitkan proses peningkatan kualitas pendidikan formal. Proses
peningkatan kualitas pendidikan formal itu sendiri telah dilakukan tetapi ternyata
memunculkan berbagai masalah, terutama perihal anggaran yang harus dialokasikan
untuk membiayai keperluan proses belajar mengajar. Sehingga pendidikan terasa
menjadi begitu mahal. Untuk kalangan yang beruntung, persoalan biaya memang
bukan soal. Lain halnya dengan orang miskin. Jangankan untuk bersekolah di tempat
yang mewah dan berfasilitas lengkap. Untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti
sadang, pangan dan papan pun sangat jauh dari cukup. Mereka tentu akan sangat
terbantu dengan adanya bantuan pemerintah, swasta dan juga lembaga swadaya
masyarakat seperti BOS, pemberian beasiswa, dan pelayanan lain yang setidaknya
dapat menghantarkan putera-puteri bangsa ini megenyam pendidikan yang cukup
(setidaknya sampai dengan SMU atau bahkan perguruan tinggi). Sehingga sudah
cukup bagi mereka bersekolah di tempat yang sederhana. Tetapi apakah pendidikan

yang mereka raih di sekolahnya tersebut lebih buruk? Akankah kualitas hidup mereka
akan lebih buruk dari pada anak-anak yang memiliki kesempatan mengenyam
pendidikan di sekolah yang mewah?

14
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, pendidikan formal yang memiliki fasilitas lengkap, mahal
dan berprestasi di segala bidang tidak selamanya memberikan jaminan sebagai alat
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Seringkali, tidak berbeda
dengan pendidikan formal di sekolah, pendidikan di dalam keluarga juga seringkali
dalam dikaitkan dengan ‘uang’. Anak yang lahir di dalam keluarga miskin
diasumsikan akan memiliki masa depan yang lebih suram dari pada anak yang lahir
dari keluarga yang berkecukupan. Seorang anak yang miskin tentu akan mendapatkan
gizi yang buruk, contoh yang buruk dari orang tuanya, dan lingkungan masyarakat
yang buruk. Sebaliknya anak yang lahir dari keluarga yang berkecukupan akan
mendapatkan gizi yang baik, bimbingan yang baik dari orang tuanya karena orang
tuanya juga berpendidikan tinggi, dan terlindungi dari pengaruh lingkungan
masyarakat yang buruk. Pada praktiknya sebagian besar asumsi tersebut tidak
selamanya benar. Ada anak yang lahir dari keluarga miskin.

Desi Dwi Wulandari(2009 : 5), salah satu kunci dalam pendidikan ialah
peranan orang tua. Sebenamya kalau kita me1ihat keterlibatan orang tua sampai saat
ini masih sangat kurang, terutama orang tua yang di kota, yang sibuk dengan aktivitas
di kantor, sehingga terlihat sekali bahwa anak tersebut seolah-olah itu semua
tanggung jawab guru. Kesibukan mereka tersebut dipengaruhi cara berpikir mereka
bahwa dengan mencari nafkah sebanyak-banyaknya dapat memenuhi kebutuhan
pendidikan anak adalah utama dan sekolah yang berkewajiban untuk membuat anak
mnjadi orang yang sukses. Padahal orang tua juga harus terlibat di dalam hal itu
karena anak tersebut tidak hanya bisa dikreatifkan selama di sekolah saja. Sedangkan
di desa, orang tua kurang memperdulikan pendidikan anak karena cenderung mencari

15
Universitas Sumatera Utara

nafkah karena kesulitan ekonomi, dan tingkat pendidikan yang masih rendah
membuat pola pikir mereka mengenai pendidikan anak menjadi terbatas. Bagi mereka
anak sampai pada pendidikan Sekolah Menegah Pertama atau Sekolah Menengah
Umum sudah hebat dibandingkan mereka yang hanya tamatan Sekolah Dasar.
Anak tidak akan bisa kreatif kalau tidak ada pantauan secara langsung dari
orang tuanya. Keterkaitan orang tua dalam hal ini sangat penting, apalagi kalau

dilihat dalam proses belajar mengajar, ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dijawab,
harusnya orang tua juga kreatif mencari dari buku yang lain atau pun membimbing
anak mencarikan hal - hal yang lain sehingga dia merasa bahwa orang tuanya tidak
sekadar memberikan uang jajan atau menyekolahkan dia, tetapi juga ikut
meningkatkan kreativitas atau meningkatkan pendidikan. Dengan kata lain, dalam
penggunaan pendidikan maka semua pihak terlibat, dan oleh karenanya, baik guru,
siswa, maupun orang tua mesti kreatif.
Selama ini sebagian orang berpikir bahwa pendidikan itu hanya merupakan
tanggung jawab sekolah. Oleh sebab itu, ketika orang tua memasukan anaknya ke
sekolah, mereka seolah-olah berpikir bahwa masalah telah selesai. Padahal mereka
lupa bahwa orang tua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberhasilan
pendidikan itu sendiri. Sesuai UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional), pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga,
sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga.
Peralihan bentuk pendidikan informal/keluarga ke formal/sekolah memerlukan
kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah

16
Universitas Sumatera Utara


terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Sehingga diperlukan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya
selama di sekolah (Idris, Z, 1981).
Menurut Bashori (2004) dalam tulisannya mengenai peran keluarga dalam
pendidikan, orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya

dan

menghargai

usaha-usahanya,

menunjukkan

kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah dan atau membuat pekerjaan
rumahnya. Ketika orangtua terlibat langsung dalam kehidupan dan pendidikan anakanaknya, maka mereka akan memberi perlakuan yang lebih tepat kepada anak-anak.

1.2 Perumusan Masalah

Pada saat ini, kepedulian orang tua lebih kepada sisi material dibandingkan
perhatian terhadap sisi pendidikannya. Tanpa mereka sadari kepedulian dalam
kegiatan belajar sangat mempengaruhi kemampuan belajar anak. Adapun yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah: sejauh manakah perbedaan
kepedulian orang tua di desa dan kota terhadap pendidikan anak sekolah dasar
terutama dalam hal kegiatan belajar?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang
lebih besar tentang kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya yang
masih duduk di bangku sekolah dasar terutama pada kegiatan belajar siswa
berdasarkan kediaman orang tua di desa dan kota.

17
Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan

dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai perbandingan kepedulian
orang tua terhadap pendidikan anak sekolah dasar di desa dan kota dalam
pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya Ilmu Sosiologi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan sumbangan bagi orangtua di
daerah yang bersangkutan agar dapat lebih memberi perhatian atau lebih peduli
pendidikan anak sekolah dasar baik untuk orang tua yang ada di desa maupun di kota.
1.5 Kerangka Teori
Pengertian keluarga bahwa keluarga disebut dengan kata “famili” dimana
hubungan yang terdiri dari beberapa keluarga atau anak-anak dan cucu yang belum
menikah dengan hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang dikepalai oleh kepala
famili atau “patriach”. Ikatan famili memliki fungsi sosial, kesatuan hukum,
upacara-upacara ritual dan juga pendidikan anak. Peranan Keluarga Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

18
Universitas Sumatera Utara


1. Peranan Ayah : Sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan juga sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan
atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung
dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua tiga dan seterusnya. Dengan demikian
keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan
tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap
keinginan yang dipilih oleh orang tua.

Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai fungsi

anak yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial
(Horowirz, 1985; Suparlan, 1989; Zinn dan Eitzen, 1990). Pertama, anak dapat lebih
mengikat tali perkawinan. Pasangan suami istri merasa lebih puas dalam perkawinan

19
Universitas Sumatera Utara

dengan melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga telah
mendorong komunikasi antara suami istri karena mereka merasakan pengalaman
bersama anak mereka.
Kedua, orang tua merasa lebih muda dengan membayangkan masa muda
mereka melalui kegiatan anak mereka. Ketiga, anak merupakan simbol yang
menghubungkan masa depan dan masa lalu. Dalam kaitan ini, orang tua sering
menemukan kebahagiaan diri mereka dalam anak-anak mereka, kepribadian, sifat,
nilai, dan tingkat laku mereka diturunkan lewat anak-anak mereka. Keempat, orang
tua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak. Kelima, anak merupakan
sumber kasih sayang dan perhatian. Keenam, anak dapat meningkatkan status
seseorang. Pada beberapa masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia
memiliki anak. Ketujuh, anak merupakan penerus keturunan. Untuk mereka yang
menganut sistem patrilineal, seperti Cina, Korea, Taiwan, dan Suku Batak, adanya

anak laki-laki sangat diharapkan karena anak laki-laki akan meneruskan garis
keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak
laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan, dan keluarga itu dianggap akan
punah.
Kedelapan, anak merupakan pewaris harta pusaka. Bagi masyarakat yang
menganut sistem matrilineal, anak perempuan selain sebagai penerus keturunan, juga
bertindak sebagai pewaris dan penjaga harta pusaka yang diwarisinya. Sedangkan
anak laki-laki hanya mempunyai hak guna atau hak pakai. Sebaliknya, pada
masyarakat yang menganut sistem patrilineal, anak laki-lakilah yang mewariskan

20
Universitas Sumatera Utara

harta pusaka. Kesembilan, anak juga mempunyai nilai ekonomis yang penting. Di
daerah pedesaan Jawa, anak sudah dapat membantu orang tua pada usia yang sangat
muda. White (1982) menemukan bahwa umumnya anak mulai teratur membantu
orang tua pada usia 7-9 tahun, tetapi juga ditemukan beberapa kasus anak yang
membantu sejak mereka berumur 5-6 tahun. Anak laki-laki biasanya mengumpulkan
rumput, memelihara ternak, mengolah sawah atau pekarangan, menjaga adik, dan
mengambil air. Semakin besar usia mereka, semakin berat pekerjaan yang harus
mereka lakukan. Menurut Leman sebagai orang tua,

adalah sebuah kebanggaan

tersendiri yang tak akan hilang bila berhasil membimbing anak dalam studi dan
menjadikannya sukses. Bahkan orang tua, akan rela berusaha semaksimal mungkin
dan melakukan apa saja demi membantu anak sukses dalam studinya.
Setiap orang (dalam hal ini orang tua), telah memiliki sumber-sumber yang
terbatas dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kepuasan dengan
memilih antara berbagai barang, termasuk pilihan jumlah anak yang diinginkan.
Dengan pendekatan ini sulit diterangkan mengapa meningkatnya penghasilan justru
menyebabkan turunnya fertilitas. Salah satu jawabannya adalah bahwa dengan
meningkatnya penghasilan, orang tua ingin agar anaknya bependidikan lebih tinggi,
sehingga mereka lebih memilih kualitas dari pada kuantitas anak (Jones dalam Lucas,
1990). Sejalan dengan diadakannya pembangunan sosial ekonomi, maka keinginan
mempunyai anak lebih merupakan suatu proses ekonomis daripada proses biologi
(Robinson dalam Lucas dkk, 1990). Menurut Robinson (Rahmawatiunhas, 2008:5)
ada tiga macam tipe kegunaan anak yakni :

21
Universitas Sumatera Utara

1) Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi,
misalnya sebagai sumber hiburan.
2) Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni
dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu yang menambah pendapatan keluarga.
3) Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik
pada hari tua maupun sebaliknya.

Di antara berbagai pendekatan terhadap nilai anak, adalah pendekatan mikro
ekonomi dan pendekatan psikologi sosial yang dikembangkan dari kerangka kerja
Hoffman (Fawcett, 1983). Pendekatan ini menekankan adanya kebutuhan masingmasing orang yang terpenuhi dengan mempunyai anak, cara lain untuk memenuhi
kebutuhan ini, dan interaksi antara nilai emosional, sosial dan ekonomi, serta “beban”
karena mempunyai anak (Fawcett, 1986). Di beberapa negara, termasuk Indonesia,
umumnya anak laki-laki mempunyai arti khusus sehingga anak lelaki paling banyak
dipilih. Orang tua dari golongan menengah lebih memilih anak perempuan yang
dapat menjadi kawan bagi ibu. Perbedaan tanggapan yang relatif kecil antara suami
dan istri ada hubungannya dengan peranan mereka dan pembagian tugas dalam
keluarga. Misalnya, wanita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengasuh
anak, mempunyai lingkungan kehidupan sosial yang lebih sempit, menitikberatkan
anak sebagai teman dan kebutuhan emosional serta fisik dari pengasuhan anak. Di
lain pihak, agaknya para suami lebih mementingkan kebutuhan akan keturunan untuk
melanjutkan garis keluarga dan lebih prihatin terhadap biaya anak (Oppong, 1983).

22
Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku
masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.
Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan
harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi
masyarakat dan negara. Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah,
dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Apakah mungkin menciptakan anak yang
berkualitas di tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan apakah
mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan
yang terbatas. Menurut Bouge dalam Lucas (1990) mengemukakan bahwa
pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap kehadiran anak daripada
variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi tentu saja dapat
mempertimbangkan berapa keuntungan finansial. Menurut Bellante dan Jackson
(1990) anak-anak memberikan utilitas dan jasa pelayanan yang produktif bagi orang
tua mereka. Dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah (terutama pada daerah
pertanian dan pesisir), anak-anak dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan sumber
pendapatan yang penting bagi keluarga. Selain itu, anak dinilai sebagai investasi hari
tua atau sebagai komoditas ekonomi yang dapat disimpan di kemudian hari. Hal
tersebut merupakan hubungan positif antara penghasilan dengan nilai anak.
Berkorelasi negatif apabila penghasilan yang tinggi akan menilai anak bukan sebagai
potensi, modal atau rezeki. Mereka menilai anak sebagai beban dalam keluarga.
Anak di sekolah merupakan individu yang diutamakan. Prestasi akademik di
pengaruhi pribadi dari secara khusus, namun proses pembelajaran harus diikuti oleh

23
Universitas Sumatera Utara

partisipasi da kerja sama yang kompak antara orang tua, guru (pengajar) dan
pemerintah. Menurut, J. Goode (1991 : 157), seorang anak akan menjadi jika
mendapat dorongan yang kuat dari orang tua khususnya ibu yang mendapat
kekuasaan menempa anak untuk dapat berprestasi dan mandiri dalam mencapai
tujuan hidupnya. Jika anak gagal di keluarga maka ia akan berusaha untuk dapat
menang di luar lingkungan.

Dalam Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2002 tentang: Perlindungan Anak
Bab IV tentang Kewajiban dan Tangung Jawab, khususnya bagian keempat tentang
kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan Orang Tua, pada pasal Pasal 26 yang
mana salah satunya ayatnya disebutkan bahwa
(l) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. mengasuh, meme1ihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya; dan
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Dari sini nampak bahwa negara memberi peran kepada orang tua agar
sungguh-sungguh menunjukan perhatian kepada anak, termasuk dalam masalah
pendidikan. Olehnya, jika orang tua mengabaikan hal tersebut, maka mereka dapat
dikenakan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang berlaku.
Hasil-hasil penelitian (Henderson dan Mapp, 2002; National Standards for
Parent/Family Involvement Programs, 2004) membuktikan bahwa keterlibatan
orangtua dalam pendidikan anak berhubungan dengan :

24
Universitas Sumatera Utara

1. Prestasi anak


Ketika orangtua terlibat, anak memiliki prestasi yang lebih tinggi, tidak
memperhatikan status sosial ekonomi, latar belakang etnis/ras atau tingkat
pendidikan orangtua. Kepedulian orang tua dalam bentuk perhatian terhadap
pendidikan anak secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan
pendidikan anak. Social ekonomi, latar belakang etnis atau tingkat pendidikan
orang tua yang baik tanpa perhatian orang tua menjadi sia-sia karena perhatian
merupakan hal yang penting.



Ketika orangtua terlibat dalam pendidikan anak mereka, anak-anaknya
memiliki skor tes yang lebih tinggi, anak lebih sering menyelesaikan
pekerjaan rumah, dan kehadiran anak di sekolah lebih tinggi. Orang tua
terlibat sebagai pemberi arahan bukan berarti orang tua yang diutamakan
dalam menyelesaikan tugas anak. Keterlibatan ini dapat mengatasi
perkembangan nilai-nilai anak dalam pendidikan. Perhatian yang baik menjadi
kontrol bagi anak dalam memberikan hasil belajar yang memuaskan.



Dalam program yang dirancang untuk melibatkan orangtua dalam kemitraan
yang penuh, prestasi anak-anak dari keluarga yang tidak beruntung tidak
hanya meningkat tetapi juga mampu mencapai level standar yang
dipersyaratkan bagi anak-anak dari status sosial ekonomi menengah. Maka
dari itu keadaan sosial ekonomi orang tua tidak sepenuhnya mempengaruhi
pendidikan anak. Tanpa di sadari jika anak yang berasal dari keluarga yang

25
Universitas Sumatera Utara

belum beruntung mendapat perhatian orang tua yang lebih, maka ia dapat
menaikkan tingkat sosial ekonomi keluarganya.


Para siswa kemungkinan besar mengalami kemunduran dalam prestasi
akademik jika orangtua tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah,
tidak mengembangkan sebuah hubungan yang menguntungkan dengan guru,
dan tidak memantau apa yang terjadi di sekolah anak-anak mereka.



Anak-anak lulus dari sekolah dengan nilai yang lebih tinggi. Orang tua yang
perhatian terhadap kegiatan belajar anak mendapat hadiah yang member
kepuaan atas hasil kerja sama yang baik. Anak juga dapat termotivasi untuk
mempertahankan dan meraih nilai yang lebih baik lagi.



Anak-anak memiliki kemungkinan besar untuk memasuki pendidikan tinggi.
Pendidikan dijalani secara bertahap. Pada akhirnya jika seorang anak yang
duduk di bangku Sekolah Dasar dapat melalui tahapan-tahapan tersebut
sehingga anak sam ke jenjang pergutuan tinggi.

2. Perilaku anak


Ketika para siswa melaporkan dirinya merasa mendapat dukungan dari
sekolah dan rumah, mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi,
merasa sekolah lebih penting, cenderung melakukan sesuatu dengan lebih
baik



Perilaku-perilaku siswa seperti terlibat dalam penyalahgunaan narkoba,
perilaku kekerasan, dan perilaku antisosial lainnya menunjukkan penurunan
seiring dengan meningkatnya keterlibatan orangtua

26
Universitas Sumatera Utara



Anak memperlihatkan sikap-sikap dan perilaku-perilaku yang lebih positif.
Anak menerapkan apa yang dilihat, diamati, diajarkan dan diperbuat orang
tuanya. Anak mempunyai waktu yang lebih lama dengan orang tua dari pada
dengan pihak lain seperti sekolah, lingkungan teman bermain dan komunitas
lainnya.

3. Budaya
Sekolah-sekolah yang berhasil adalah sekolah-sekolah yang berhasil
melibatkan orangtua dari berbagai latarbelakang sosial-ekonomi-budaya, memusatkan
diri pada membangun hubungan kemitraan yang menguntungkan antara para guru,
keluarga, dan anggota masyarakat; mengakui, menghargai, dan mempertimbangkan
kebutuhan keluarga seperti halnya perbedaan status dan budaya; mengembangkan
sebuah pandangan kemitraan bahwa wewenang dan tanggung jawab adalah dipikul
bersama-sama.
4. Usia
Keuntungan-keuntungan dari keterlibatan orangtua tidak terbatasi pada anakanak usia dini; mereka semua mendapatkan keuntungan yang bemakna pada semua
kelompok usia dan semua tingkatan pendidikan.
5. Kualitas Sekolah


Sekolah-sekolah

yang

bekerjasama

dengan

orangtua

dengan

baik

meningkatkan semangat guru dan mendapat penilaian yang lebih tinggi dari
para orangtua. Orang tua memberikan hal-hal yang dapat memotivasi guru
untuk lebih semangat dalam mengajar anak mereka di sekolah.

27
Universitas Sumatera Utara



Sekolah-sekolah yang para orangtuanya terlibat memiliki dukungan yang
lebih banyak dari para orangtua dan memiliki reputasi yang lebih baik di
masyarakat. Pihak sekolah dapat terus melakukan hal-hal yang dapat
membangun kualitas sekolah, sehingga anak menjadi lebih pintar dalam
belajar. Hal ini dapat diperoleh dari fasilitas yang lebih memadai baik
bersumber dari pihak sekolah maupun partisipasi sekolah.



Sekolah-sekolah yang dinilai bagus dalam program kemitraan dengan
orangtua memperlihatkan hasil ujian nasional yang lebih baik. Sekolah
merupakan sumber pendidikan anak di sekolah. Namun, pendidikan itu akan
menjadi sempurna jika orang tua juga memberi perhatian di rumah. Kerja
sama antara pihak sekolah dan orang tua memberikan hasil yang memuaskan
pada nilai ujian anak di sekolah.

1.6 Hipotesis:
Model kajian akan dilakukan untuk wilayah desa dan kota. Kedua wilayah
tersebut akan dibandingkan dengan menggunakan model kajian yang sama. Sehingga
hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
1. Kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar di rumah
di kota lebih tinggi daripada di desa.
2. Kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar di rumah
di desa lebih tinggi daripada di kota.

28
Universitas Sumatera Utara

3. Tidak ada perbedaan kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak
Sekolah Dasar di rumah di kota lebih tinggi daripada di desa.
Model Kajian (Model Analisis) akan di tunjukkan melalui bagan berikut ini :
Kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anak

Kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anak

Perhatian orang tua
terhadap kegiatan anak
setelah pulang sekolah
• Keikutsertaan dirumah
• Pengawasan di rumah
• Motivasi belajar di
rumah
Perhatian orang tua
terhadap kegiatan anak di
sekolah :
 Keikutsertaan di
sekolah
 Pengawasan
perkembangan
 Motivasi belajar di
sekolah

Perhatian orang tua
terhadap kegiatan anak
setelah pulang sekolah
• Keikutsertaan dirumah
• Pengawasan dirumah
• Motivasi belajar di
rumah
Perhatian orang tua
terhadap kegiatan anak di
sekolah :
 Keikutsertaan di
sekolah
 Pengawasan
perkembangan
 Motivasi belajar di
sekolah

Kegiatan
belajar
anak
Sekolah
Dasar

1.7 Defenisi Konsep
Dalam mengetahui penjelasan maksud, pengertian dan kesalahpahaman
penafsiran, maka diperlukan penguraian batasan konsep yang digunakan. Maka yang
menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
a. Perbedaan :
Suatu kajian yang berisi tentang satu hal yang ingin di ketahui perbedaan
antara satu hal dengan hal lain, atau satu hal yang sama namun wilayah yang
akan dikaji berada di dua wilayah yang akan dibedakan. Pembahasan
mengenai kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar

29
Universitas Sumatera Utara

yang dibedakan oleh dua wilayah yang memiliki ciri khas wilayah yang
berbeda.
b. Kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak di rumah:
Perhatian yang diberikan orangtua terhadap pendidikan anak. Kepedulian
orang tua dalam bentuk perhatian yang bermacam-macam diberikan orang
tua dimulai setelah anak pulang sekolah sampai anak sampai malam.
Perkiraan waktu yang dimulai dari pukul 15.00-21.00 WIB atau dengan kata
lain setelah anak pulang sekolah sampai jam belajar anak di malam hari.
c. Desa :
Suatu wilayah yang terdiri dari beberapa dusun yang memiliki penduduk
yang bersifat tunggal terdiri atas kumpulan rumahtangga. Wilayah ini masih
bersifat tradisional yang sesuai dengan adat dan tradisi yang bersifat turun
temurun dan sudah menjadi suatu kebiasaan.
d. Kota:
Suatu wilayah yang terdiri dari beberapa desa yang penduduknya sudah
bersifat majemuk. Wilayah ini sudah mengalami modernisasi. Penduduknya
dipengaruhi oleh beberapa kebiasaan dari sifat majemuk tersebut. Kota yang
menjadi daerah penelitian adalah kota Sidikalang yang merupakan ibukota
dari kabupaten Dairi. Di kota ini terdapat sekolah Dasar Negeri sebanyak 25
sekolah dan Sekolah Dasar Swasta sebanyak 2 sekolah. Dari sekolah-sekolah
tersebut, terdapat anak Sekolah Dasar 6052 orang di Sekolah Dasar Negeri
dan Sekolah Dasar Swasta yang masing-masing sekolah terdiri dari enam
kelas yaitu kelas 1-6. Dari semua siswa Sekolah Dasar tersebut memiliki

30
Universitas Sumatera Utara

kepedulian orang tua yang berbeda-beda terhadap kegiatan belajar anak di
rumah.
e. Kegiatan belajar anak di rumah:
Segala rutinitas yang sering dan yang lama-kelamaan menjadi kebiasaan
anak dalam belajar di rumah. Kegiatan belajar anak tidak hanya sebatas di
sekolah saja. Kegiatan belajar dapat dilakukan setelah anak pulang sekolah
sampai kepada keesokan harinya anak meningggalkan rumah dan berangkat
ke sekolah. Kegiatan belajar anak di rumah yang mendapat perhatian dari
orang tua atau tidak ada sama sekali.
f. Kegiatan belajar anak di sekolah:
Kegiatan belajar anak di sekolah secara tidak langsung tidak boleh terlepas
dari perhatian orang tua. Selama anak di sekolah, orang tua dapat memberi
perhatian dalam berbagai bentuk, seperti pemberian dana atau sumbangan
terhadap sekolah. Agar pihak sekolah dapat menyediakan pelayanan yang
terhadap anak. Segala bentuk perhatian orang tua menjadi suatu kgiatan kerja
sama dengan tujuan yang baik. Tujuan tersebut adalah menjadikan anak yang
berhasil.

1.8 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian kuantitatif secara umum terdapat variabel penelitian. Pada
penelitian ini untuk variabel kepedulian orang tua yaitu perhatian terhadap
pendidikan di rumah dan perhatian terhadap pendidikan di sekolah. Indikator dari
perhatian terhadap pendidikan di rumah adalah:

31
Universitas Sumatera Utara

Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak setelah pulang sekolah
(pukul 15:00 – 21:00) terdiri atas :


Keikutsertaan di rumah
Orang tua menjadi pihak yang dapat terlibat secara langsung untuk setiap
kegiatan anak di rumah. Keikutsertaan orang tua di rumah terdiri atas tugas
dari sekolah biasanya di berikan oleh guru agar dapat melatih kemampuan dan
membantu mengulangi materi yang diajarkan di sekolah. Bentuk perhatian
orang tua yaitu menanyakan ada atau tidaknya tugas atau pe-er, membantu
mengerjakannya dan dapat juga memberi soal latihan tambahan misalnya
memberikan soal-soal dalam bentuk angka-angka operasi matematika untuk
berhitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, dan
memberikan kata-kata atau kalimat-kalimat untuk melatih membaca dan
menulis. Informasi dapat diperoleh dari media massa dan elektronik. Untuk
karakter anak Sekolah Dasar, media massa yang dapat memberi informasi
seperti rubrik anak di surat kabar, dan majalah. Sedangkan media elektronik
melalui televisi yang menayangkan acara yang mengandung pengetahuan baik
umum atau materi pelajaran dan hiburan.



Pengawasan di rumah
Selain dari guru di sekolah dan orangtua di rumah, orang tua memberikan
kursus yang menambah kemahiran dalam menguasai materi pelajaran. Kursus
dapat berupa: kursus matematika, kursus bahasa (Inggris, Mandarin,
Perancis), dan lain-lain. Kegiatan yang lain dapat berupa belajar mengaji

32
Universitas Sumatera Utara

dalam bidang keagamaan. Setiap anak memiliki minat belajar yang berbeda.
Orang tua dapat mengawasi anak dalam hal menanyakan nilai-nilai tugas
anak, dan mengamati mata pelajaran yang cenderung diminati oleh anak.


Memberikan motivasi belajar
Motivasi diperlukan untuk mendorong minat belajar anak. Motivasi dapat
dilakukan dengan cara-cara pandangan ini dapat dilihat dari pendapat orang
tua mengenai rencana kelanjutan dari pendidikan anak yang saat ini duduk di
bangku Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama dan Atas atau
Kejuruan (SMP, SMA/SMK), sampai ke perguruan tinggi dan pemberian
nasehat pada anak. Orang tua dapat memberikan motivasi dalam hal, yaitu
pemberian hadiah yang dapat berupa bingkisan atau hal-hal yang disukai anak
dan hukuman. Pemberian bingkisan atau hal yang disukai anak jika anak
mendapat nilai bagus atau peringkat baik (peringkat satu sampai dengan
sepuluh). Sedangkan hukuman diberikan jika anak mendapat nilai dan
peringkat yang jelek (di bawah peringkat sepuluh). Di rumah orang tua dapat
memberikan fasilitas sesuai kemampuan masing-masing. Fasilitas yang
diperoleh anak untuk belajar di rumah yaitu meja dan kursi belajar, papan
tulis, buku-buku bacaan, buku soal latihan. Pemenuhan kebutuhan makanan,
dan pakaian sesuai kemampuan.Kebutuhan dalam hal sandang yaitu seragam
sekolah yang lengkap ( baju celana/rok, dasi, topi dan atribut), sepatu, tas dan
peralatan alat tulis. Kebutuhan dalam hal pangan yaitu makanan dan minuman
yang bersih dan makanan empat sehat lima sempurna.

33
Universitas Sumatera Utara

Kemudian, selain variabel tersebut terdapat variabel kegiatan belajar anak di
sekolah. Indikator variabelnya adalah segala kegiatan anak yang dilakukan mulai
pukul 08.00-14.00 Wib, terdiri atas :
 Keikutsertaan di sekolah terdiri atas:
Orang tua memilih sekolah berdasarkan apa yang diinginkan dari anaknya, yaitu
yang menonjolkan kemandirian, disiplin, dan nilai religius (bertaqwa) sesuai
agama dan kepercayaan yang dimiliki. Kegiatan di sekolah dapat berupa
pengambilan rapor atau nilai hasil akhir semester, undangan tertentu dalam hal
rapat komite, dan acara keagamaan yang diadakan sekolah seperti Israj Mi’Raj,
Natal dan lain-lain
 Pengawasan perkembangan
Kehadiran di sekolah merupakan hal yang penting. Dari segi kehadiran, hal yang
dilakukan orang tua yaitu memberangkatkan anak sampai ke sekolah,
membiasakan untuk tidak memberikan izin kepada anak untuk tidak sekolah jika
sakit

biasa-biasa saja.

Partisipasi

ini dilakukan dalam

hal

membantu

perkembangan sekolah. Bentuk partisipasi yang dilakukan berupa sumbangan dari
segi pendanaan maupun sumbangan dalam bentuk barang tertentu yang berguna
untuk pembangunan sekolah.

34
Universitas Sumatera Utara

 Motivasi belajar di sekolah
Administrasi di sekolah dapat berupa uang sekolah, uang buku, dan uang kutipan
lain-lain dari pihak sekolah. Di sekolah anak tidak saja membutuhkan uang untuk
biaya sekolah, tetapi adakalanya anak membutuhkan uang untuk kebutuhan lain,
misalnya membeli makanan; membeli keperluan yang mendadak, seperti membeli
alat tulis yang akan dipergunakan di hari tertentu tetapi tinggal di rumah.

35
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65