Konsep yang akan datang kemampuan

C4ISR TNI : Ulasan dan Konsep yang Akan Datang

Submitted by Serdadu17 on Wed, 05/18/2011 - 07:02.



Strategy

Oleh: Mayor Chb Mohamad Nazar, Kasirenlat Subditbindiklat Dithubad

"We’re able to monitor the situation in real time. That's the way it is now, and if you don't like it,
you're in the wrong line of work."
(John Brennan; Assistant to the President for Homeland Security and Counterterrorism)[1]
1. Umum.
C4ISR berkembang dari komponen pendukung yang terkandung di dalam setiap kata di dalamnya yaitu
Command, Control, Communications, Computers, Surveillance and Reconnaissance yang saat ini menjadi
trend seiring fungsi serta peran C4ISR di dalam dunia kemiliteran. C4ISR merupakan system of system
yang terus berkembang, dikarenakan C4ISR merupakan sebuah kebutuhan dan menjadi sebuah
komponen utama pada setiap Organisasi Militer baik pada saat damai maupun pada saat operasi militer
atau perang.
Kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi, baik itu teknologi komunikasi, komputer, teknologi

informasi serta teknik dan elektronika, sangat mempengaruhi sebuah sistem pada dunia kemiliteran yang
kesemuanya itu bertujuan untuk mencapai keunggulan informasi ( intelijen) serta keunggulan manajemen
pertempuran yang bertujuan untuk meningkatkan keunggulan daya tempur di dalam sebuah peperangan.
Hal ini membawa perubahan pada Strategi, Taktik dan Teknik kemiliteran yang dijalankan karena
kesadaran yang dalam akan peran dominasi teknologi pada sebuah postur Militer. Teknologi informasi
dikombinasikan dengan teknologi perang memungkinkan untuk menciptakan jenis perang yang secara
kualitatif berbeda sangat jauh, baik dari segi manajemen pertempuran, komando kendali , sistem senjata,
sistem dukungan logistik dll sehingga kehadiran C4ISR ini terus disempurnakan oleh setiap organisasi
militer di dunia.

Penggunaan teknologi informasi yang intensif, mendorong terjadinya penyesuaian konsep atau doktrin
perang dengan kemajuan teknologi yang melekat di jamannya. Inti dari sebuah manajemen peperangan
adalah terletak pada kemampuan sang manager perang itu sendiri yaitu seorang Komandan. Proses
manajemen peperangan yang dilakukan oleh Sang Komandan adalah dinamakan Komando dan Kendali.
Komando dan Kendali (K2), adalah pada prinsipnya merupakan hubungan internal antara Komandan
dengan anak buahnya dalam kaitan tugas operasi. Kemudian pentingnya komunikasi dengan kesatuan lain
atau eselon lain dalam suatu operasi menjadi suatu keharusan, sehingga lahirlah konsep baru yaitu
Komando, Kendali, dan Komunikasi (K3). Teknologi komunikasi saja pun tidak cukup, keterangan atau data
intelijen sangat dominan peranannya dalam sebuah peperangan sehingga menghasilkan konsep baru
yakni Komando, Kendali, Komunikasi dan Intelijen (K3I). Saat ini dengan kemajuan teknologi komputer

banyak analis menulis mengenai Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer dan Intelijen (K4I). Sistem K4I
masih menjadi pembahasan yang terus menerus bagi TNI karena sistem informasi yang berbasiskan
komputer menjadi fungsi yang sangat penting dalam peperangan. Saat ini menurut para analis militer ada
konsep baru yaitu Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, dan Manajemen Pertempuran
(K4I/MP) sebagai satu kesatuan yang bulat dalam rangka memenangkan pertempuran. (Command,
Control, Communications, Computers, Intelligence and Battle Management -C4I/BM). Ada pula yang
merumuskan dengan Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian
(K4IPP) – Command, Control, Communications, Computers, Surveillance and Reconnaissance - C4ISR).
(Budiman SP)
1-1 C4ISR sebagai Chain of Command
“ Peperangan dalam abad menjelang abad 21 ini, menuntut suatu pengetahuan mendekati sempurna
secara waktu nyata atas keadaan musuh serta meng-komunikasikan masalah tersebut kepada seluruh
kekuatan yang ada.” [2]
Disinilah kiranya peran dari sistem C4ISR tersebut! Yaitu bahwa C4ISR mempunyai suatu kemampuan
memperoleh informasi-informasi akurat dan andal, tentang kondisi aktual musuh yang diperoleh melalui
sistem sensor-sensor (radar) maupun sistem satelit pencitraan, mengumpulkan data musuh serta keadaan
geografis dan mengirimkannya ke Command Center, kemudian Sub-System lain mengolahnya menjadi
suatu informasi yang dibutuhkan bagi Komandan atau Sub-System pemegang keputusan lainnya ( staf ),
yang pada gilirannya akan mengeluarkan sinyal-sinyal perintah yang akan diberikan kepada pelaksanapelaksana tempur di medan pertempuran ( Udara, Darat maupun Laut) untuk melaksanakan kegiatankegiatan eksekusi perintah sehingga dapat menangkal atau membuat serangan terhadap musuh.


C4ISR di dalam sebuah Komando dan Kendali lebih menjurus pada pembuatan arahan kepada keputusan
yang dilaksanakan oleh seorang Komandan guna mengatur gerak pasukannya dalam menyelesaikan misi
yang komplek. Peran itu didukung oleh beberapa layer Sub-System salah satunya teknologi informasi
dimana komputer komunikasi menyediakan kemampuan utama untuk mewujudkan situasi kesiapan
komando yaitu informasi pertempuran tentang mengenai kedudukan dan kekuatan pasukan musuh dan

pasukan sendiri serta parameter peperangan lainnya yang dibutuhkan oleh seorang Panglima atau
Komandan sehingga sistem ini berperan secara praktis, cepat dan tepat untuk mencapai keunggulan
pertempuran ketika keputusan dibuat.
1-2 C4ISR adalah bentuk Hybrid dari Medan Perang baru Information Warfare
Globalisasi telah berimplikasi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap dimensi ideologi, ekonomi,
teknologi dan informasi, sehingga karakteristik dari hakekat ancaman terhadap TNI telah mengalami
transformasi. Sebagai konsekuensinya, ancaman yang sebelumnya dapat dikategorikan sebagai ancaman
luar (external threats) berbentuk konvensional/ inkonvensional bagi TNI, sekarang bisa menjelma /
mentransformasikan dirinya menjadi ancaman internal (internal threats). Oleh karenanya, sudah
sepatutnya TNI di dalam melihat hakekat ancaman ini harus melihat seluruh konteks yang obyektif, up-todate dan sebenarnya, dimana ancaman internal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dari hakekat ancaman eksternal. Ini semua tentu akan berdampak kepada terciptanya kenyataan bahwa
kekuatan lawan dapat masuk ke wilayah suatu negara tanpa harus / hanya dengan wujud militer negara
tertentu, tetapi efek dari serangannya memiliki kekuatan dan dampak militer yang signifikan, serta
mempunyai kontribusi besar di dalam konteks mengancam kedaulatan negara tersebut ( not necessarily

military forms of threats, but has the capability and high severe impacts to the sovereignity of a nation).
Bahkan lebih jauh lagi, berdasarkan riset RAND dan beberapa lembaga think-tank di Amerika Serikat,
kekuatan-kekuatan non-negara tersebut telah beroperasi untuk mengganggu Militer suatu negara (antara
lain lewat sabotase elektronik dan bahkan opini dalam konteks Perang Informasi Strategis). Ancaman
bentuk inilah yang kemudian dikategorikan sebagai Information Warfare. Ini berkaitan dengan sistem
informasi dan kemampuan yang berkait dengannya. Di masa lalu militer memandang informasi hanya
merupakan pendukung pertempuran. Di masa yang akan datang informasi tidak lagi merupakan fungsi
pendukung tetapi sudah memegang peranan yang utama di dalam pertempuran. Di masa depan, Teknologi
Informasi menyebabkan organisasi yang hirarkis akan menjadi suatu yang usang. Ini akan mendorong ke
arah berkembangnya organisasi yang lebih flat, dan struktur yang ada sekarang ini perlu untuk ditinjau
ulang. Penyiapan konsep perang informasi berupa penyusunan sistem C4ISR yang didukung
perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kemampuan pasukan, merubah cara kerja
organisasi, skala organisasi, sistem integrasi, dan infrastruktur perang ataupun kekuatan militer.
1-3 C4ISR adalah sebuah System of System.

Harmonisasi berbagai Arsitektur suatu Angkatan Bersenjata dengan fungsi komando yang berbeda-beda
tiap matra atau area service yang bermacam-macam, satuan TNI yang tergelar sangat komplek serta
menuntut suatu sistem yang mengatur berbagai sistem yang sudah ada dan sudah atau belum tergelar.
Pengembangan sistem yang berbasis system Command, Control, Communications, Computing,
Surveillance, Reconnaissance, Intelligence diharapkan dapat menjawab pengintegrasian tersebut. C4ISR

Architecture Framework telah dikembangkan NATO dengan berbagai model, teknik, dan bentuk. Sejarah
awal penyusunannya mengadaptasi sistem sebelumnya yaitu system Consultation, Command, and Control

(C3) System Architecture Framework untuk mengintegrasikan berbagai sistem dari beberapa anggota
NATO yang bermacam-macam. Pada Framework ini C4I Support Plan (C4ISP) telah dikembangkan
menjadi sistem untuk dipakai di lapangan oleh Angkatan Bersenjata Amerika, untuk meningkatkan
kemampuan integrasi dari berbagai komponen itu maka dibuatlah suatu sistem yaitu berupa sistem di
atasnya yang bersifat khusus dan terintegrasi dinamakan C4I Architecture.
Sebuah perangkat dipakai oleh Framework C4ISR untuk menghubungkan tiga jenis lingkup yaitu Lingkup
Operasional yang digunakan Angkatan Bersenjata, Lingkup Sistem untuk dikembangkan oleh para
Pengembang dan Departemen terkait, dan Lingkup Teknis untuk digunakan sebagai standar pada pola
pengintegrasian sebuah Sistem Terpusat pada sebuah sistem yang bekerja. Seluruh perangkat tersusun
secara logic pada backbone yang bernilai untuk sebuah proses verifikasi, validasi dan akreditasi (The tools
are therefore logically a valuable backbone for the verification, validation, and accreditation (VV&A)
process). Dikarenakan aplikasi tersebut tidak terbatas pada sistem C4ISR saja, maka dapat juga
digunakan pada sebuah simulasi, sebagai contoh permintaan kebutuhan simulasi sebuah ranpur yang
terkoneksi dengan permintaan kondisi lingkungan taktis yang berkembang. Aplikasi ini akan memfasilitasi
VV&A sesuai kebutuhan permintaan .
2. Keadaan Command Center TNI
2-1 Sekilas Evaluasi Beberapa Operasi TNI

Komando kendali yang telah tergelar oleh TNI sudah cukup memadai bila dihadapkan dengan kondisi
ancaman saat ini serta dihadapkan dengan kemampuan Negara di dalam melengkapai alutsista TNI
beberapa tahun ke depan. Akan tetapi pengalaman membuktikan bahwa, komando kendali TNI akan jauh
lebih berdaya guna serta dapat ditingkatkan berkali-kali lipat apabila sistem C4ISR ini telah dipakai jauhjauh hari. Penulis mencontihkan , dari beberapa penanganan operasi yang digelar oleh TNI pada OMSP,
baik itu operasi Darurat militer di Aceh, operasi pengamanan perbatasan ( Papua, Kalimantan dan Pulau
Terluar) serta operasi penanganan bencana alam tsunamai di Aceh, gempa Nias, Pangandaran serta
terakhir letusan Gunung Merapi, maka ada beberapa kekurangan yang perlu ditingkatkan baik dari segi
manajemen operasi maupun behaviour pasukan TNI.
Contoh penanganan pemberontak atau insurjensi di beberapa wilayah Indonesia, gelar operasi TNI masih
mempunyai kendala-kendala sebagai berikut:
· Penanganan Pemberontak yang sporadis ditangani secara sporadis juga. Hal ini dapat dioptimalkan
apabila ada sebuah surveillance system yang melengkapi data intelijen secara dini, kemudian saat
penindakan dilengkapi dengan asupan data real time yang akurat, kemudian setelah penindakan sistem ini
dapat menguntit pergerakan pemberontak sehingga operasi pengejaran dapat menemukan sisa dari
pasukan pemberontak.
· Pembagian informasi tidak terpadu: Masih terjadi sharing informasi yang belum terintegrasi antara Satgas
dengan Sub-Satgas atau dengan Satgas yang lain, menyebabkan terlalu lamanya data musuh diolah
sehingga mengurangi daya kejut yang diharapkan untuk kepentingan serbuan. Selain keunggulan
informasi untuk meningkatkan daya kejut, sistem terintegrasi ini akan menghindarkan dari data intelijen
yang kurang valid.

· Belum optimalnya manajemen operasi peperangan : Kesinambungan aliran informasi serta data yang lain
belum terkoneksi secara otomatis, perlu beberapa tindakan otentifikasi data untuk mengolah data intelijen
bagi pasukan pemukul. Satuan lain yang tergabung di dalam Satgas yang sama kadang-kadang tidak
mendapatkan informasi yang sama dan seimbang.
· Suplai logistik yang tidak otomatis: Kegiatan Logistik diatur secara manual sehingga sistem logistik yang
efisien tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Semua bagian Logistik, mulai sumber logistik, saluran ,

waktu serta rute diatur secara manual, belum ada otomatisasi sistem perhitungan logistik yang akurat. Hal
ini akan mengurangi daya gempur pasukan pada sebuah operasi. Contoh: Pada saat penanganan
bencana alam tsunami, dimana terjadi penimbunan barang logistik yang luar biasa banyak di gudanggudang penyimpanan. Armada angkutan yang kurang memadai, sistem penggudangan yang terkesan
rumit serta sasaran bantuan yang kurang tepat sasaran menjadi masalah yang setiap hari dihadapi oleh
para petugas logistik di lapangan. Ditambah lagi adanya tumpang tindih dengan bantuan logistic=k dari
NGO maupun relawan lain yang datang silih berganti.
· Laporan pemberitaan yang kurang rahasia: Hal ini yang sangat tabu bagi operasi yang dilakukan TNI.
Kejadian adanya dokumen yang beredar di internet menunjukan bahwa kesadaran tentang keamanan
pemberitaan kurang memdapat perhatian. selain faktor manusia, keamanan pemberitaan dapat di-manage
melalui sistem yang terpadu menggunakan jalur komunikasi yang aman dan diarsipkan dengan
manajemen yang aman pula. Manajemen pengarsipan dokumen militer akan optimal apabila mulai dari
pembuatan dokumen, otentifikasi, pengiriman sampai dengan pengarsipan dilakukan terintegrasi dengan
sistem yang lain sehingga celah kebocoran akan seminimal mungkin akan terjadi

· Integrasi Pengendalian belum maksimal. Gelar pasukan yang melibatkan tiga matra serta komponen lain
yang terlibat, tentunya membutuhkan sebuah sistem pengendalian yang ter-digital-kan, sehingga dalam
posisi dan waktu yang rentan pun, proses C2 dapat mengalir dengan lancar tanpa ada kendala.
· Laporan pemberitaan yang kurang tertib: laporan yang simpang siur pada saat penanganan bencana
antara beberapa Satgas yang terlibat tentunya menjadi masalah bagi TNI yang berada di lapangan,
ditambah peran media yang seakan-akan mengejar-ngejar berita terkini akibat tuntutan jurnalistik,
mengakibatkan ada beberapa berita yang keluar dan didengar oleh publik tidak sinkron. Upaya sinkronisasi
telah dilaksanakan, akan tetapi perlu bebrapa waktu untuk melaksanakannya, padahal waktu berjalan
dalam hitungan detik.
3. Trend C4ISR.
C4ISR menghilangkan manajemen Berperang Konvensional yg masih diajarkan di lemdik-lemdik TNI.
Terlepas dari sebuah taktik bertempur yang tentunya berbeda bagi tiap matra, sedangkan taktik selalu
dalam posisi pengkajian karena berkembang terus-menerus, maka C4ISR akan lebih fleksibel di dalam
menerima perubahan taktik modern yang tergambarkan menjadi sebuah sistem yaitu sistem pertempuran.
Sistem yang tergelar di TNI diharapkan menuju kepada sebuah sistem pertempuran yang lebih terukur,
efektif, cepat, tepat, terintegrasi, rahasia, dan dapat dikembangkan untuk upgrade ke sistem selanjutnya
yang terus disempurnakan.
a. Battlefield Management System (BMS)
Di berbagai media bisa kita saksikan berbagai aksi Angkatan Bersenjata Negara-negara maju terlibat
perang yang di dalamnya terdapat pergerakan ribuan personel, ratusan pesawat tempur, tank, kapal dan

kendaraan yang lain secara bahu membahu dan berjalan teratur, tetapi kita tidak mengerti bagaimana arus
informasi yang menyebabkan semua itu terjadi. Dalam semua pergerakan Pasukan serta ribuan kendaran
dan pesawat tempur tersebut terdapat ribuan juga informasi yang menghubungakan kesemuanya itu. Arus
informasi itulah yang lebih penting dalam fungsi militer yang sekarang memegang peran penting di dalam
sebuah Battlefield Management System.
Sepuluh tahun yang lalupun, Amerika telah mempertontokan operasi militernya yang sarat dengan
manajemen pertempuran yang modern. Amerika Serikat mempunyai system AWACS (Airborne Warning
and Control System) dan J-STARS (Joint Surveillance and Target Attack Radar System). AWACS
merupakan pesawat Boeing 707 yang dilengkapi dengan komputer, sarana komunikasi, radar, sensor yang
dapat memantau 360 derajat, untuk mendeteksi pesawat dan senjata musuh dan mengirimkan data
tersebut kepada J-STARS di darat. J-STARS dapat memberikan sasaran dan gambar pergerakan musuh

kepada komandan pada jangkauan 155 mil dalam segala cuaca dengan ketepatan 90 persen. Dengan
menggunakan teknologi ini maka sasaran dapat secara tepat dipilih, terutama sasaran yang sangat bernilai
taktis seperti menara komunikasi gelombang mikro, sentral-sentral telepon, jaringan serat optik, dan
sarana lain yang berperan sebagai otak dari kekuatan perang musuhnya. [3]
b. NCW ( Network Centric Warfare)
Sebagai contoh pada perkembangan teknologi perang darat. Di dalam upaya peningkatan kemampuan
pasukan darat, beberapa Negara mencoba sebuah model pertempuran yang menghubungkan setiap
prajurit dengan sistem senjata secara elektronis. Tim peneliti dari Motorola dan laboratorium US Army di

Natick, Massachusetts, merencanakan suatu prototipe dari peralatan untuk tentara masa depan dengan
membuat helm prajuritnya dilengkapi dengan alat komunikasi, night-vision goggles maupun thermalimaging sensors untuk melihat di tempat gelap, GPS system serta dilengkapi layar di depan mata untuk
mengetahui posisi kawan maupun musush sehingga pusat Kodal Pasukan mampu memberikan informasi
yang akurat kepada seluruh prajuritnya, sebaliknya Pusat Kodal mendapat Data yang akurat di lapangan
secara real time dari prajuritnya dan sistem sensor yang tergelar yang setiap detik mensuplai data intelijen
ke sebuah Database pertempuran. Sebagai hasil percobaan itu, selama simulasi pertempuran di Fort
Leavenworth, Kansas, divisi infantri dari US Army yang dilengkapi perlengkapan yang mutakhir tersebut,
mampu menaklukkan pasukan dengan kekuatan tiga kali lebih besar ( 3 Divif). [4] Jaringan Data yang
tergelar di semua level serta sistem pertempuran tersebut dinamakan pertempuran yang berjaringan
sehingga muncul istilah NCW.
c. Operasi lainnya
Keterlibatan teknologi pada BMS dan NCW tersebut merupakan Trend baru yang setiap saat diteliti,
dilatihkan serta dilaksanakan, sebagai contoh mulai saat operasi Iraqi Freedom, Desert Storm sampai
dengan Odyssey, trend yang sebenarnya hasil dari sebuah penyempurnaan C4ISR tersebut menunjukkan
bukti-bukti keberhasilan Pertempuran yang ter-manage dengan baik. Hal ini juga melahirkan trend pada
Information Warfare, Cyber Warfare, Electronic Warfare yang kesemuanya saling sambung dan saling
menguatkan.
4. Konsep C4ISR untuk TNI.
C4ISR menyadarkan kita betapa pentingnya sistem teknologi informasi bagi TNI di dalam membangun
kekuatan tempurnya. Electronic and information warfare, serta long range precision strike pada perang

masa depan menjadi sebuah syarat mutlak. Kita ambil contoh untuk saat ini adalah pembangunan
kekuatan PLA di RRC yang sedang memfokuskan pada pengembangan sistem C4ISR di bidang Artificial
Intelligence (intelijensi buatan), serta berbagai sistem yang mempunyai sifat kekenyalan dan daya tahan
untuk pasukannya serta membangun sistem yang terintegrasi untuk membangun postur future soldier -nya.
Semua terobosan ini perlu hardware & software sebagai bahan di dalam peningkatan sumber daya
manusia dan PLA membangun dan mengembangkan sistem ini di dalam negeri China sendiri.
4-1. Transformasi Siskom TNI.
Secara konvensional ( bukan taktik konvensional), komunikasi untuk command & control yang sekarang di
TNI mengikuti suatu rantai komando. Pada eselon paling bawah pasukan, laporan status diberikan kepada
komandan di atasnya untuk dikonsolidasikan, diedit serta diteruskan kepada komandan di atasnya lagi,
dst. Dari eselon yang lebih tinggi, rencana-rencana pertempuran dan perintah-perintah operasional
diteruskan kembali ke bawah, dirinci, dan diteruskan kepada masing-masing satuan di bawahnya untuk
dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa model ini cukup berhasil sampai pada era perang modern
khususnya untuk komunikasi suara. Namun sejak Operasi Badai Gurun yang dibutuhkan bukan saja
berdasarkan echelonnering, tetapi juga bersifat horizontal. Kalau dahulu dunia kemiliteran sangat
tergantung kepada informasi dari laporan anggota pasukan kepada suatu echelon, kini kondisi tersebut

sudah berubah menjadi dunia otomasi yang kaya akan data dan informasi, dimana keterlibatan manusia
dalam pengolahan data yang sangat besar volumenya secara waktu nyata menjadi tidak mungkin lagi.
Untuk dapat melayani pespur fighter TNI AU, data pertempuran yang digelar TNI AL di laut Indonesia, serta
pertempuran darat yang digelar oleh TNI AD , diperlukan komputer yang pintar untuk dapat mengolah datadata yang jumlahnya sangat besar . Untuk proses yang demikian dibutuhkan transportasi data yang sangat
besar dalam rangka meningkatkan performansi operasional dan menurunkan biaya produksi dalam rangka
eksekusi perintah. Untuk kepentingan ini, saluran dibagi dua, dua alur komunikasi berbeda : jalur sesuai
rantai komando (eselon), serta jalur horizontal/vertikal yang akan menghubungkan komputer dan otomasi
perintah dan data sehingga tercapai sinergi sistem pertempuran yang optimal. Secara konvensional, jalurjalur yang demikian didukung oleh komunikasi terpisah : yaitu komunikasi suara (voice) dan komunikasi
data, dimana masing-masing merupakan jaringan yang direkayasa secara unik. Kini dua jalur komunikasi
dibuat menjadi terintegrasi berbentuk seperti ATM switch untuk arsitektur jaringan militer, Sistem ini akan
memberikan keluwesan jaringan untuk mentransportasikan data-data dalam jumlah yang sangat besar
dengan kecepatan akses yang berbeda-beda. Sinyal-sinyal yang akan ditransportasikan merupakan jenis
multimedia ( seperti gambar diam/bergerak, wide area data transmisi kecepatan tinggi, point-multipoint
duplex) dengan kecepatan s/d 23 Mb/s.
4-2 C4ISR Cikal Bakal Architecture Framework
Konsep pembangunan alutsista dan kesiapan SDM khususnya yang berkenaan dengan peralatan dan
optimalisasi pemanfaatan K3I (Komando, Kontrol, Komunikasi dan Intelijen) seyogyanya dijadikan salah
satu faktor pendukung yang penting di dalam sistem pertahanan TNI. Perlu diprioritaskan dan disiasati
dengan tepat dan benar sehingga bisa menunjukkan potensi manfaat yang pasti dan harus mampu
memunculkan deterrence factor yang baru. Pembangunan suatu kekuatan dan kemampuan yang memiliki
deterrence factor hanya bisa dicapai bila kerahasiaan rancang bangun dan pemanfaatannya bisa dijaga
dengan baik maka pembangunan fasilitas TNI harus mulai dapat dibangun oleh kemampuan internal
sendiri. Fasilitas K3I yang ada saat ini secara bertahap harus ditingkatkan menjadi C4ISR dan dikemudian
hari bisa ditingkatkan lagi menjadi architecture framework yang lengkap dan berdaya.

4-3 Percepatan Jaringan C4ISR
Jaringan sistem tranport informasi militer pada umumnya membutuhkan keandalan informasi serta
availability yang sangat tinggi. Disamping itu angka ‘grade of service’ pada jaringan militer (yaitu
probabilitas terjadinya blocking/kongesti) harus sangat rendah, bahkan harus jauh lebih rendah daripada
‘gos’ jaringan PSTN yakni sekitar 5%. Kondisi jaringan informasi militer sekarang yang masih melibatkan
(menggunakan) jaringan PSTN (switched) sudah saatnya pelan-pelan ditinggalkan, bisa dimulai dengan
terobosan penggunaan jaringan Closed User Group. Apabila tidak ada masalah dengan ‘gos’, jaringan
lain boleh tetap digunakan, hanya perlu kebutuhan kanal dengan kecepatan tinggi. [5] Dengan besarnya
volume produksi perangkat telekomunikasi komersial (disebut COTS, commercial off the shelves) maka

solusi penggunaan perangkat semacam ini akan jauh lebih ekonomis, dibandingkan peralatan yang khusus
termasuk masalah pengadaannya akan jauh lebih cepat
Komunikasi TNI sangat membutuhkan perangkat telekomunikasi yang banyak bergerak. Untuk memenuhi
kebutuhan akses dalam cakupan yang relatif terbatas, maka sistem selular dapat digunakan sebagai
pilihan. Salah satu kelemahan sistem selular adalah faktor ekonomis dimana selular akan ekonomis dalam
kondisi densitas penggunanya tinggi, padahal dalam sistem komunikasi taktis, densitas penggunanya
relatif rendah. Selain itu pemilihan sistem selular akan berhadapan dengan faktor teknis yang berkaitan
dengan sangat terpengaruhnya terhadap kondisi propagasinya (pengaruh tanaman-tanaman dan profile
terrain) yang akan mudah mengalami fading karena lintasan elektromagnetiknya harus line-of-sight. Pilihan
yang tepat untuk pemakaian di lapangan baik itu masa damai atau kondisi perang harus digunakan satelit
militer LEO/GEO.
4-4 Desain Jaringan C4ISR
Arsitektur jaringan militer masa depan mengarah kepada jaringan multimedia, dimana semua SubSystem Informasi dapat diintegrasikan dan disajikan kepada seluruh Pimpinan TNI dan serta merta dapat
didistribusikan kepada seluruh personel TNI di garis depan. Dari segi fungsionalitas, maka sistem transport
informasi pada jaringan TNI terdiri atas 3 bagian :
a. Pertama, local network yang merupakan jaringan kecepatan ultratinggi karena disini bermuara inti dari
C4I. Terdapat suatu LAN utama yang bekerja pada kecepatan 10 Gb/s (STM-64) atau pada saat yang
akan datang, 40 Gb/s (STM-128), yang direalisasikan dengan sistem serat optik. Dibantu dengan suatu
router atau bridge serta cabang-cabang ke dalam jaringan pengolah kecepatan tinggi, yang juga LAN,
suatu serat optik pada 2.5 Gb/s (STM-32). Komputer-komputer yang masuk kedalam sub-cabang ini
merupakan komputer intelijen pengolah data-data. Cabang yang lain, adalah menampung informasi berupa
imagery dari pesawat-pesawat ataupun satelit-satelit reconnaissance atau hasil dari laporan pespur dan
KRI yang sedang bertugas.
b. Kedua, wide area network dimana jantungnya terdiri dari sebuah sentral ATM dengan akses B-ISDN dan
N-ISDN. Pada intinya sentral ATM ini merupakan kombinasi antara lokal dan trunk, ( bisa terdiri dari
jaringan lokal fiber optik) N-ISDN . Sub network yang lain adalah jaringan-jaringan akses satelit / radio,
untuk PCS. LAN utama terhubung dengan sentral ATM dengan suatu router dengan akses B-ISDN. Jadi
sentral ATM ini merupakan konsentrasi pusat lalulintas informasi , antara data-data intellijen ( dari seluruh
sensor HUMINT atau SIGINT), dan data-data command & control pendukung lainnya.
c. Ketiga, mobile network. Mobile network merupakan jaringan yang sangat banyak tetapi tetap
menggunakan jantung berupa ATM switch yang dilengkapi dengan mobile software, hal ini berfungsi untuk
mensuplai data kepada komputer-komputer pengolah data-data intelijen yang terinstalasi secara tidak
permanen, yang akan memberikan support kepada daerah yang sedang terjadi operasi. Sentral ATM
bergerak ini akan dihubungkan dengan suatu satelit trunk network kepada sentral ATM pusat, dan terakhir
disalurkan ke pusat intelijen, situation room dan pusat komando . [6]
4-5 Kebutuhan Arsitektur
Kebutuhan pembangunan sebuah konsep C4ISR ini salah satunya adalah transportasi informasi itu sendiri,
dan yang menjadi inti dari C4ISR, tentunya termasuk sistem pengolahan dan interpretasi data yang
dikumpulkan dari berbagai sensor. Termasuk dalam hal ini software-software sbb :
a. Estimasi tingkat pengetahuan/ketidak tahuan,
b. Information warfare,

c. Control strategy,
d. Knowledge & Combat effectiveness,
e. Information & Combat theory equations. [7]
Haruslah ada suatu kerjasama yang sangat erat antara software designer dengan perencana jaringan
Milcom atau Siskom TNI, sehingga dicapai response yang optimal. Serta sangat dianjurkan agar
pengembangan sistem software ini dapat dilakukan oleh putra-putra bangsa ini sendiri.
Nampak bahwa kebutuhan Jaringan C4I dalam rangka meningkatkan pertahanan dan akhirnya ketahanan
bangsa ini merupakan suatu tantangan bagi kita semua untuk dapat mewujudkannya dimasa-masa
mendatang. Demikian kompleksnya, sehingga bagi industri yang ikut ambil bagian dari program ini akan
mendapatkan suatu efek 'spin-off', dapat memiliki kompetensi yang banyak gunanya bagi pengembangan
produk industri nya. Dan jumlah teknologi yang dapat dimunculkan benar-benar tak terbatas.
5. Penutup
C4ISR bagi TNI merupakan keperluan dan sebuah target yang menjadi tantangan dan perlu sebuah
lompatan untuk segera membangun dengan segala percepatannya. Alasan TNI untuk membangun sebuah
System of System adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan daya gempur pasukan yang melaksanakan operasi.
b. Meminimalkan korban di pihak sendiri.
c. Keakuratan Target hingga 100%.
d. Super management peperangan.
e. Proses Bisnis yang efektif dan efisien ( pada saat pembinaan kekuatan ).
f. Memberikan haluan pada Pembangunan TNI serta Pengembangan Organisasi yang terarah serta dapat
memberikan track pada penyusunan RKA ( untuk C4ISR Enterprise Framework ).
g. Dapat menghimpun dan mengintegrasikan semua sistem yang ada yang saat ini berjalan di lingkungan
TNI.