Petugas Kebersihan kota Jayapura yang pe

Petugas Kebersihan Kota Jayapura, Orang Kecil dengan Hasil
Besar.
Adipura, sebagai sebuah penghargaan bagi kota-kota di Indonesia yang berhasil dalam
kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan haruslah dipertahankan untuk terus diperoleh
oleh Kota ini.Tanpa disadari oleh kita semua pendukung utama dari perolehan penghargaan ini
adalah mereka yang setiap kali kita jumpai di hampir setiap sudut jalan protocol kota
Jayapura ,mereka adalah petugas kebersihan kota. Kemampuan pemerintah kota Jayapura
mengelola kebersihan dan keindahan kota melalui pemberdayaan para petugas kebersihan kota
ini, telah mengantar kota Jayapura memperoleh penghargaan yang menjadi idaman seluruh kota
di Negara ini.
Walikota Jayapura pernah mengatakan bahwa Adipura adalah milik semua warga kota
,dan dengan penuh bangga disambut oleh warga kota ,padahal warga kota ini lupa bahkan
mungkin tidak mengetahui tokoh-tokoh kunci

dibalik perjalanan panjang sebuah Adipura

menuju Kota Jayapura ini. Tokoh-tokoh kunci itu sekali lagi adalah para petugas kebersihan,
yang adalah orang-orang kecil dengan hasil besar, sebuah Adipura.
Aktivitas kegiatan harian mereka sebagai seorang petugas kebersihan dimulai pada pagi
hari subuh-subuh saat sebagian besar warga kota belum terbangun ,mereka sudah berkerja di
pingir jalan sepanjang jalan protocol kota ini dengan bermodal fasilitas sapu lidi dan karung

plastic mereka menyapu sisi jalan kiri dan kanan.Tidak hanya pagi,pada siang hari walau terik
matahari menyengat,bahkan di malam hari saat orang lain sudah mulai menuju bale-bale
tidurnya ,para petugas ini masih bekerja. Kadang pada saat-saat tertentu pekerjaan mereka
mendadak bertambah karena ada acara akbar yang masal seperti masa Kampanye,atau pergelaran
music dan lain sebagainya.Minimnya kesadaran pihak penyelenggara kegiatan untuk kebersihan
lokasi tersebut kadang terlihat sangat tidak manusiawi.
Sebagai seorang manusia biasa pasti banyak cerita suka duka yang dihadapi oleh mereka.Saya
sangat ingin tahu tentang dimana mereka tinggal?..apakah jauh dari tempat kerja ?..berapa
pendapatan mereka?..apakah sesuai atau tidak?..apakah anak-anak mereka bersekolah?..apakah
mereka mendapat jaminan keselamatan kerja?..apakah pernah walau sekali seorang pejabat
menyapa mereka?...ah,banyak pertanyaan yang terlintas di benak ini setiap melihat mereka di

jalan. Beberapa diantara mereka bahkan adalah kaum perempuan yang tentu saja sangat beresiko
bekerja di waktu-waktu yang tidak aman bagi seorang perempuan,pertanyaannya apakah pihak
instansi memikirkan keselamatan kaum perempuan ini?. .
Menjadi Petugas kebersihan adalah “sesuatu”, karena di dalam tugasnya mereka harus bergumul
dengan ragam karakter manusia di kota ini ,termasuk menaklukkan kekuatan dalam diri mereka
untuk tetap konsen dan tekun dengan pekerjaan yang mulia namun dipandang sebelah mata ini .

Dalam beberapa pembicaraan dengan mereka di berbagai kesempatan , berbagai kendala yang

mereka,petugas kebersihan hadapi antara lain :


Mereka sering menghadapi masyarakat yang tidak menghargai atau peduli dengan
kebersihan lingkungan.



Ada saja pengunjung taman kota yang kembali mengotori taman kota padahal baru saja
dibersihkan dan tidak membuang sampah pada tempatnya.



Pengendara di jalanan yang membuang sampah di jalan.



Buang sampah sembarangan padahal tempat sampah tersedia. Jika ditegur, malah balik
marah pada kepada petugas.




Begitu juga dengan perilaku dan etika yang tidak menghargai norma. Kadang ada muda
mudi yang berpacaran melewati batas di taman kota. Jika ditegur, mereka juga balik
marah pada petugas.



Petugas kebersihan dan taman kota menghadapi orang gila yang kadang mengobrak abrik
tong sampah untuk mencari makanan.



Ada warga yang mabuk dengan kelompoknya ,yang setelah itu pergi meninggalkan
sampah berhamburan di lokasi.

Kesadaran sebagian warga kota

Jayapura memang masih sangat minim sekali tentang


kebersihan dan keindahan kota . Rasanya sudah seringkali kita berpapasan di jalan dengan
warga kota yang masih sangat kurang kesadaran tentang kebersihan kota ,yang seenaknya
saja membuang sampah dari kendaraan mereka,mulai dari sampah bekas botol
minuman,bungkus makanan bahkan ludah pinang. Ujung-ujungnya dari perbuatan tak
bertanggung jawab oleh sebagian warga kota ini harus di tanggulangi oleh para petugas
kebersihan di jalan ini, benar-benar suatu tindakan yang tak bermoral. Mungkin mereka
mengganggap bahwa pemandangan setiap hari ini kegiatan pembersihan jalan dan sampah
oleh petugas kebersihan sebagai rutinitas biasa di suatu kota seperti Kota Jayapura.
Petugas kebersihan adalah ujung tombak yang bertugas memoles kecantikan dan penampilan
kota untuk tambah bersih dan indah dipandang, namun beberapa kasus seperti tidak
diperhatikannya nasib mereka bukan hal yang baru terjadi di Negara ini ,ambilah contoh
petugas kebersihan di Kota Tua Jakarta yang harus mogok kerja karena tak digaji selama 3
bulan lebih,kegiatan mogok kerja itu menyebabkan beberapa hari banyak sampah yang
berserakan

karena

memang

tidak


satupun

petugas

kebersihan

yang

membersihkannya.Kecelakaan kerja yang dialami petugas kebersihan hingga meninggal,juga
bukan cerita baru yang pernah dimuat di media, seperti salah satu petugas kebersihan di Jakarta
yang meninggal karena membersihkan gorong-gorong dari sumbatan sampah, petugas
kebersihan yang hanyut pada saat banjir dan sebagainya. Mudah-mudahan hal-hal seperti diatas
tadi tidak akan pernah terjadi di kota Jayapura ini.
Bukan hendak membanding-bandingkan dengan kota lain tentang perhatian pemerintah bagi
petugas kebersihan , tetapi jika dilihat dari hal ini,pemerintah kota Jayapura harus belajar dari
pemerintah kabupaten Biak Numfor dalam hal memperhatikan petugas kebersihan di kota itu
,mereka diberikan seragam yang baik dan mungkin berbeda setiap harinya ,bahkan jumlahnya
cukup banyak dengan fasilitas yang baik bukan hanya berupa sapu lidi dan karung .
Sudah saatnya juga untuk pemerintah Kota Jayapura melalui instansi pelaksana merancang

sistim manajemen waktu kerja bagi para petugas kebersihan . Ambilah contoh di Negara lain
seperti PNG ,Jepang dan Singapura . Di ketiga Negara tersebut ,Petugas kebersihan merupakan
mereka yang kerjanya mulai malam hari pukul 00:00 sampai pagi pukul 05:00 pagi, setiap hari.

Pendapatan mereka juga tidak main-main,kalau di PNG sistim penggajiannya dua kali dalam
sebulan tiap minggu ke dua dan keempat,dengan gaji setara dengan seorang officer. Sedangkan
petugas kebersihan di Jepang mendapatkan gaji setara Rp. 50 juta / bulan. Dan masuknya mereka
melalui test tertulis dan wawancara.
Untuk diketahui ,Singapura dan Papua New Guinea dua Negara tetangga yang baru mulai
terbangun sejak tahun 1970-an sebagai contoh beberapa Negara tetangga yang disiplin dalam
peraturan yang dapat dilihat dalam kebersihan kota dan lingkungan, pelayanan umum, budaya
antri, memberikan kesempatan kepada yang lebih tua, orang cacat, perempuan dan anak. Taat
pada aturan lalu lintas seperti marka jalan, parkir, angkutan umum, tanda khusus pada mobil
pengendara yang baru mendapat SIM,angkutan Bis khusus untuk masing-masing wilayah tujuan,
lampu pengatur lalu lintas dan sebagainya.
Memang sebuah fakta yang sulit dibantah bahwa mental kita bangsa Indonesia dalam menjaga
kebersihan dan budaya social lainnya ,masih kalah jauh dengan negeri tetangga seperti Singapura
dan Papua New Guinea.
Saat komunitas lain di dunia sudah beranjak pada bagaimana melakukan langkah 3R (Reuse,
Reduce dan Recycle) dalam pengelolaan sampah,Pemerintah Indonesia pada umumnya dan

Pemerintah kota Jayapura pada khususnya masih harus terseok-seok mengajak seluruh warganya
untuk sama peduli pada kebersihan dan keindahan lingkungan. Pasti ada kesempatan untuk
perubahan karakter itu terjadi kalau kita semua mau berusaha berubah dari budaya tidak peduli
menjadi peduli.
Sebenarnya terkonsentrasinya sebuah komunitas pada satu titik ruang dapat memudahkan
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan upaya menjaga kebersihan lingkungan. Namun
padatnya kegiatan masing-masing individu di kota ini ,serta belum munculnya kesadaran
bersama terhadap pentingnya menjaga kebersihan, maka jumlah sampah yang dihasilkan
komunitas setiap harinya jauh lebih banyak dari pada kegiatan menjaga kebersihan lingkungan
itu sendiri. Minimnya sarana kebersihan di tiap lingkungan kelurahan, atau tidak adanya petugas
kebersihan tingkat kelurahan (kecuali supir motor pembuang sampah) dan hanya mengandalkan
petugas truck sampah dan crew-nya untuk menjaga kebersihan lingkungan adalah sebenarnya

merupakan modal yang dimiliki oleh kelurahan-kelurahan di kota Jayapura sementara ini.
Mengelola manajemen kebersihan lingkungan tanpa tenaga kebersihan (petugas sapu, dan
pembersih sampah) dan hanya mengandalkan piket bersama yang diatur hanya pada saat hari
libur kerja, sungguh adalah satu tantangan yang sebenarnya sedang dihadapi oleh pimpinan
kelurahan dan kampung saat ini.
Sebagai warga kota ,kami juga sempat senang ketika mendengar akan dipasangnya beberapa
CCTV di sudut kota untuk memantau kebersihan kota dan hal lainnya, tapi ternyata cerita ini

masih suatu wacana,karena memang jika dihitung-hitung pemasangan CCTV dan sistimnya juga
cukup mahal,belum lagi masih banyak warga yang tak bertanggungjawab yang sering merusak
fasilitas-fasilitas umum seperti pot bunga,lampu jalan tanpa alasan yang jelas sehingga janganjangan CCTV yang akan dipasang bisa dirusak atau bahkan dicuri.
Satu hal yang harus kita semua sadari bahwa sebagus apapun pemerintah Kota Jayapura ini
mendesain program kebersihan dan menyiapkan dana yang cukup untuk program kebersihan
namun tanpa didukung oleh kesadaran warga kota maka semuanya hanya akan menjadi sebuah
program tanpa hasil yang berkelanjutan.
Namun dibalik acuh tak acuh dan tidak pedulinya warga kota Jayapura bagi mereka petugas
kebersihan , ternyata ada juga kisah warga kota yang peduli dengan kehidupan mereka, seperti
ceritera menarik yang pernah saya dengar dari anak saya,yang kebetulan bersekolah di salah satu
sekolah swasta terkenal di kota ini yang didalamnya banyak terdapat anak-anak dari warga kota
keturunan tionghoa/china , dimana salah seorang temannya yang berasal dari warga keturunan
dan keluarganya memiliki kebiasaan tahunan membagikan hadiah natal bagi semua pembersih
jalan dan anak-anak pencari besi tua di kota ini,suatu kebiasaan yang mulia walau hanya terjadi
sekali setahun.
Sekarang, sudah saatnya semua pihak selain Pemerintah kota ,seperti pihak Swasta, Masyarakat
Adat, kelompok-kelompok Paguyuban dan sebagainya ,untuk mengajak komunitasnya,yang juga
warga kota Jayapura untuk bersama-sama para petugas kebersihan itu ,untuk peduli akan
pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar kota Jayapura yang kita cintai dan
banggakan ini.


Akhirnya,bila suatu pertanyaan disebarkan bagi semua warga kota tentang:“ apa yang sudah
kamu lakukan untuk Kota Jayapura bersih?, sudah pasti yang telah memiliki jawaban
adalah mereka,para petugas kebersihan.
Semua karena kegiatan mereka petugas kebersihan sebagai orang kecil dengan hasil besar
menuju Kota Jayapura yang bersih dan indah.
Henn Tcahi,Yo Onomi,Tmar Ni Hanashed.
Jacqueline Hamadi,SE
Indigenous Papua Social and Community Development Specialist
Mott MacDonald Global Engineering ,Management and Development Consultants