94634595 Retorika Dahulu Dan Sekarang

RETORIKA DARI MASA KE MASA
Ailen Rossa Nanda
NIM 19222

“Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia”, kata
Quintilianus seorang ahli retorika Romawi. Apa yang dikatakan Quintilianus ini tidaklah
berlebihan, karena memang dengan berbicara kualitas seseorang dapat dinilai. Orang yang
tutur katanya teratur, jelas dan mudah dimengerti menunjukkan jalan pikirannya yang
jernih dan teratur. Sebaliknya orang yang suka berbicara berbelit-belit atau tidak dapat
mengungkapkan hal yang dimaksudnya, menunjukkan jalan pikiran yang kacau pula.
Banyak orang dikagumi karena kemampuan bicaranya. Mantan presiden pertama
RI salah satunya. Ir. Soekarno (alm) terkenal sebagai orator yang ulung. Kemampuan
merangkai kata membuat siapa saja akan terpesona dan tidak ingin melewatkan setiap kata
yang diucapkannya. Kepiawaian beliau dikenal tidak di Indonesia saja, bahkan seluruh
dunia mengakuinya. Sebagai penghargaan terhadap kemampuan pidatonya, setiap tanggal
1 Juni diperingati sebagai hari pidato Bung Karno. Kemampuan yang dimilikinya adalah
ilmu retorika. Apa itu retorika dan bagaimana perkembangannya? tulisan ini akan
mengupas tuntas hal tersebut.
A. Retorika Berdasarkan Kajian Diakronik
1. Pengertian Retorika
Secara diakronik atau historisnya terdapat beragam defenisi retorika. Di tempat

kelahirannya di kota Syracusa ibu kota Sisilia pada abad ke-5 sebelum Masehi retorika
dipahami sebagai kecakapan berpidato, yaitu kecakapan yang perlu dimiliki oleh wakilwakil rakyat. Pengertian retorika sebagai kecakapan berpidato ini menjadi populer di kota
Athena dan Semenanjung Atika (athic). Defenisi ini akhirnya poluler dengan istilah retorik
Attic.
1

Menjelang akhir abad ke-5 sebelum masehi, sekelompok filsuf yang terkenal
dengan sebutan kaum Sofis yang dipelopori oleh filsuf terkenal seperti Gorgias, Lysias,
Phidias, Protagoras dan Isogrates, ikut mengembangkan defenisi retorika. Menurut mereka
retorika adalah kecakapan bertutur atau berpidato untuk memenangkan suatu kasus.
Kemenangan adalah tujuan utama dari retorika.
Ajaran retorik sofis mendapat tantangan dari Plato. Dalam bukunya berjudul
Phaedrus, Plato mengecam pandangan retorik sofis. Lewat socrates yang menjadi juru
bicaranya mengecam kekeliruan yang dibuat kaum sofis yang lebih mementingkan
kemenangan dan mengesampingkan kebenaran. Plato membuat defenisi bahwa retorika
adalah seni bertutur untuk membeberkan kebenaran. Menurutnya seorang orator tidak
perlu bersilat lidah dengan kata yang berbunga-bunga. Retorika menurutnya bertutur
dengan mencermati kebenaran dan disampaikan dengan sesedehana mungkin. Ajaran ini
dikenal dengan filsafat idealisme. Menurutnya kebenaran adalah segalanya dan cepat atau
lambat pasti menang.

Setelah Plato, filsuf terkenal yang berbicara tentang retotika adalah Aristoteles
yang tidak lain adalah murid Plato. Aristoteles kemudian dianggap sebagai peletak dasar
ilmu retorika. Gagasan mengenai retorika ditulis Aristoteles dalama 3 jilid buku yag
berjudul “Rhetoric”. Pada jilid 1 dijumpai defenisi retorika menurut Aristoteles diartikan
sebagai ilmu atau seni mengajar orang untuk terampil menyusun tutur yang efektif.
Menurutnya sebuah tuturan yang efektif berisi kebenaran, disiapkan dan ditata secara
ilmiah.
Pengertian retorika menurut Aristoteles selanjutnya menjadi pegangan bagi ahli
retorika berikutnya. Sampai pada zaman Romawi yakni oleh Cicero dan Quitilianus,
mereka pada dasarnya mengembangkan aspek-aspek teknis pengertian retorika Aristoteles.
Kalaupun ada perbedaan hanyalah susunan redaksi atau penekanannya saja.
Sekitar abad ke -15 tepatnya tahun 1457 Guttenberg menemukan mesin cetak dan
James Watt tahun 1769 menemukan mesin uap. Adanya mesin cetak dan mesin uap ini
2

memberi pengauh pula pada pengertian retorika. Pengertian retorika saat itu sebagai seni
berpidato mulai merosot. Retorika telah dikenal sebagai seni menggunakan bahasa secara
tertulis. Dengan publikasi secara tertulis gagasan atau ide dapat tersebar lebih luas
daripada disampaikan dengan berpidato. Oleh sebab itu tekanan utama retorika beralih
kepada kemampuan untuk menyampikan pikiran dengan bahasa tulis agar dapat dibaca

oleh orang banyak. Dengan pergeseran itu, maka bergeser pula pengertian retorika dari
bahasa lisan ke bahasa tulis, dari seni berpidato bergeser ke kemampuan menulis.
Sejalan dengan perkembangan retorika, pengertian retorika juga mengalami
perkembangan. Beberapa ahli dari Barat seperti D. Beckett, Donald, Bryant dan Bishop
Wathley sampai abad ke XX juga mendefenisikan retorika. Defenisi-defenisi yang
diberikan pada hakikatnya sama dengan defenisi Aristoteles. Hanya karena adanya
penafsiran yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan keragaman pengertian.
Selain pengertian retorika yang berakar pada pendapat Aristoteles, pada awal abad
ke-20 berkembang pula pengertian yang disebut retorika baru. Aliran ini disebut general
semantik dan penganut teori tagmemik. Dunia ilmu pengetahuan belum mengakui
keberadaan aliran ini. Pendukung teori tagmemik bahwa prosedur heuristik jauh lebih baik
daripada taksonomi yang diajarkan Aristoteles. Teori Aristoteles yang disebut sebagai
retorik tradisional tidak sistematis. Menurutnya retorika dirumuskan sebagai ilmu yang
mengajarkan penggarapan masalah tutur secara heuristik untuk ditampilkan secara
sistematis guna membina saling pengertian dan kerjasama.
Dewasa ini pengertian retorika lebih berkembang, retorika dapat didefenisikan
dengan mencakup pengertian yang telah ada, yaitu: (a) prinsip-prinsip mengenai komposisi
pidato yang persuasif dan efektif, maupun keterampilan yang harus dimiliki seorang ahli
pidato; (b) prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada umumnya, baik yang
dimaksudkan untuk menyajikan lisan maupun untuk penyajian tertulis, entah yang bersifat

fiktif atau yang bersifat ilmiah; (c) kumpulan ajaran teoretis mengenai seni komposisi

3

verbal, baik prosa mapun puisi, beserta upaya-upaya yang digunakan dalam kedua jenis
komposisi verbal tersebut.

2. Hal-hal yang Harus Dikuasai Seorang yang Menekuni Retorika

Menurut Keraf (2004:1) untuk menekuni retorika ada dua aspek yang perlu dikuasai
seseorang yaitu pertama pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan
baik, kedua pengetahuan mengenai objek tertentu yang disampaikan dengan bahasa tadi.
Arsjad (1991:17) menyatakan ada beberapa faktor kebahasaan dan non kebahasaan yang
harus dikuasai untuk menunjang efektivitas pembicaraan.
Selanjutnya dijelaskan Arsjad faktor kebahasaan yang harus dikuasai seorang
pembicara adalah ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang
sesuai. Kemudian pilihan kata juga harus diperhatikan dalam keterampilan berbicara.
Faktor kebahasaan lainnya adalah

ketepatan sasaran pembicaraa, sehingga ide yang


disampaikan tidak berbelit-belit.
Faktor nonkebahasaan yang harus diperhatikan menurut Arsjad adalah: (a) sikap
yang wajar dan tenang; (b) pandangan harus lurus kepada lawan bicara; (c) kesediaan
menghargai pendapat orang lain; (d) gerak-gerik dan mimik yang tepat; (e) volume atau
kenyaringan suara; (f) kelancaran berbicara; (g) relevansi/ penalaran; (h) penguasaan topik
atau wawasan tentang topik yang dibicarakan.
Menurut Wildensyah (1991) terdapat empat hal yang harus ada dalam pidato.
Keempat hal itu akan dijelaskan satu persatu seperti berikut ini.
1. Exordium (pendahuluan)
Pendahuluan ini berfungsi sebagai pengantar ke arah pokok persoalan yang
akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental para hadirin (mental
4

prepation) dan membangkitkan perhatian (attention arousing). Berbagai cara dapat
ditampilkan untuk memikat perhatian hadirin. Cara yang sering dilakukan adalah :
a.

Mengemukakan kutipan (ayat kitab suci, pendapat ahli kenamaan, dan
sebagainya)


b. Mengajukan pertanyaan
c. Menyajikan ilustrasi yang spesifik
d. Memberikan fakta yang mengejutkan
e. Menyajikan hal yang bersifat manusia (human interest)
f. Mengetengahkan pengalaman yang ganjil
Beberapa hal yang perlu dihindari saat berpidato, hal tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Permintaan maaf karena kurang persiapan, tidak menguasai materi, tidak
pengalaman
b. Menyajikan sebuah lelucon yang berlebihan
2. Protesis ( latar belakang )
Mengemukakan hakekat pokok persoalan tersebut secara faktual atau yang dekat
dengan kehidupan pendengar sehingga nilainya serta fungsinya bermanfaat dalam
kehidupan. Jadi pembahasan ini dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas
kaitannya dengan kepentingan pendengar.
3. Argumentasi ( isi )
Argumen yang masuk akal sangat diperukan pendengar. Dengan memberikn
alasan-alasan yang tepat dan logis, pembicaraan menjadi menarik dan bermutu.
Memberikan ulasan-ulasan tentang topik yang akan disajikan secara teoretis, kemudian

mengemukakan kekuatan posisinya.
5

4.

Conclusio (kesimpulan)
Suatu penegasan hasil pertimbangan yang mengandung justifikasi atau pembenaran

menurut penalaran pembicara. Memberikan kesimpulan sebagai penegasan di akhir
pembicaraan sangatlah penting. Kesimpulan merangkum keseluruhan isi pidato.
Selain metode atau cara yang harus diperhatikan, pembicara juga harus memiliki
etika retorika sebagai berikut:
a.

Memperhatikan kondisi keadaan tertentu, hal ini memerlukan keputusan
yang bijaksana, humanistis dan etis sosial,

b.

Memperhatikan etika nilai adat istiadat atau tata nilai kesopanan yang

berlaku di masyarakat,

c.

Memperhatikan alasan logis atau fakta yang ada,

d.

Memiliki kekuatan dalil atau nash.
Supratman (1982: 35) menyatakan ada beberapa kiat yang dapat dijadikan acuan

sebagai indikator keberhasilan berbicara:
1. Lafal dan volume suara
Lafal merupakan kejelasan alat-alat ucap menghasilkan bunyi. Kejelasan lafal pentin
karena kesalahan pengucapan dapat membedakan arti. Kejelasan lafal haus diikuti dengan
volume suara yang tepat. Jangan terlalu keras dan jangan pula tidak dapat didengar.
2. Intonasi (tekanan, jeda, dan tempo)
Penggunaan tekanan, pemberhentian dan tempo dilakukan secara tepat dan menarik
sesuai dengan situasi dan kebutuhan.
3. Perbendaharaan kata

Perbendaharaan

kata

yang

banyak

membantu

pembicara

dalam

meyakinkanpendengar. Wawasan seorang pembicara terlihat pada perbendaharaan katanya.
6

Untuk memperluas wawasan dan memperkaa perbendaharaan kata pembicara harus
banyak membaca.
Selain empat kita diatas menurut Supratman dibutuhkan pula kelihaian seorang

pembicara mengatur komposisi berbahasa. Isi pembicaraan hendaknya menarik. Kemudian
sikap pembicara dan kejujuran juga sangat penting. Apabila pembicara mengutip pendapat
orang lain, jelaskan sumber kutipannya.

B. Sejarah Perkembangan Retorika sebagai Ilmu
Ilmu retorika pertama kali dikembangkan di Yunani. Saat itu kepandaian berbicara
di sebut techne rhetorike yang berarti ilmu tentang seni berbicara. Berikut akan diuraikan
perkembangan ilmu retorika sejak zaman yunani kuno hingga saat ini dan perkembangan
retorika di Indonesia.
1. Zaman Yunani Kuno
Sejak abad ke- 7 sampai ke- 5 sebelum Masehi ilmu retorika telah dikenal di
Yunani. Telah banyak ahli-ahli pidato saat itu. Alhi-ahli yang dicatat sejarah saat itu
diantaranya Solon (640-560); Peisistratos (600-527); Thenustokles (525-460); Perikles
(500-429). Karena kemahirannya berpidato penggemarnya mengatakan bahwa dewi-dewi
seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau dan bertahta di atas lidahnya.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara dalam ruang persidangan.
Tetapi setelah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin
negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari.
Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia dimana kebebasan
berbicara mulai djunjung tinggi. Usaha yang sama juga dikembangkan di kota Athena dan

di seluruh kerajaan Yunani.
Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di wilayah-wilayah yang
berkebudayaan helenistis. Retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada
generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika pada abad ini menjadi

7

salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Beberapa ahli pidato muncul saat itu
diantaranya Gorgias (485-380); Protagoras (480-410) dan Thrasymchus (300-200). Selain
itu muncul juga ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates.
Menurut Socrates retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan
pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus menyampaikan kebenaran
bukan kata-kata kosong. Pendapat ini dilanjutkan muridnya yang sangat terkenal
Aristoteles. Aristoteles menulis buku yang berjudul “rhetoric”. Pada bagian awal bukunya
ahli ini menekankan bahwa retorika adalah suatu pokok persoalan atau subjek yang dapat
digambarkan secara sistematis seperti ilmu-ilmu lain. Melanjutkan perjuangan gurunya
Aristoteles menyatakan bahwa retorika menggariskan prinsip-prnsip filosofi ilmiah untuk
mempersuasikan kebenaran kepada pendengarnya.
Setelah Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa
kejayaan ilmu retorika Yunani Kuno. Retorika hanya merupakan ilmu yang dipelajari di
bangku sekolah.
2. Zaman Romawi Kuno
Setelah kerajaan Romawi menguasai Yunani terjadilah kontak antara kaum
cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa
Yunani terutama ilmu kepandaian berbicara. Ilmu retorika mulai diberikan di sekolahsekolah. Apabila ada murid yang berbakat berpidato, setelah mereka dibekali pengetahuan
teoretis tentang retorika, mereka disuruh mengunjungi tempat-tempat pengadilan, mereka
menyaksikan pidato dibawakan di pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan
pengalaman praktis itu, para murid melengkapi petunjuk yang diberikan gurunya
disekolah.
Terdapat ahli-ahli pidato terkenal di Romawi saat itu, diantaranya Cato Senior
(234-149) yang terkenal lewat pidatonya yang berjudul “Carthago delegenda est” yang
mengajar rakyat Romawi membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Ahli pidato lainnya

8

adalah Marcus Tullius Cicero (106-44). Cicero menulis mengenai teori pidato, yang
sampai saat ini masih digunakan.
Ahli pidato lainnya yaitu Gaius Junius Caesar (100-44). Caesar terkenal sebagai
seorang diktator. Ia seorang yang pandai berpidato dan berperang. Selanjutnya ada
Quintilianus (35-100) yang merupakan seorang guru retorika. Tahun 1970 Quntilianus
menerima pengakuan resmi dari Kaisar Vespasianus sebagai profesor resmi ilmu retorika.
Ia berkecimpung selama kurang lebih 20 tahun dan telah menulis 12 buku sebagai
pengantar ilmu retorika.
3. Abad Pertengahan
Abad ini ditandai dengan wejangan-wejangan religius seperti khobah. Tersebutlah
seorang yang bernama Yesus dari Nazaret yang hidup sekitar tahun 7 sebelum Masehi
sampai 30 sesudah Masehi. Ia seorang pewarta yang memiliki daya tarik dan daya sugesti
yang mempesona. Dalam usaha menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikutnya ikut
mengembangkan kepadaian berbicara lewat khotbah-khotbah yang dibawakannya. Paulus
dari Tarsus (5-64M) adalah seorang warga Romawi yang menguasai pengetahuan klasik
dan memperluas ajaran Yesus melalui khotbah-khotbahnya.
Pada abad-abad berikutnya ketika kekristenan mulai meluas banyak muncul
pembicara terkenal yang mengembangkan ilmu kepandaian berbicara melalui khotbah.
Beberapa nama terkenal seperti Tertulianus (150-230), Lactantius (260-320) yang digelari
Ciceronya orang kristen, Victorianus, Aurelius Agustinus (354-430) Hironimus (348-420),
Yohanes (344-407) yang dijuluki mulut emas. Menurut Yohanes seni berbicara adalah
medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwanya.
Pada golongan muslim di daerah Timur muncul peradaban baru. Seorang nabi
menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepadamereka
dengan pembicaraan menyentuh jiwa mereka”(Al-Quran 2:63). Muhammad saw bersabda
untuk memperteguh firman Tuhan tersebut, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara
yang baik itu ada sihirnya”.

9

Beliau sendiri adalah seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat
dan mengandung makna yang padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapan beliau sering
menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinangan air matanya. Beliau tidak
hanya menyentuh hati umatnya, tetapi menghimbau akal para pengikutnya. Salah seorang
sahabat yang paling dikasihi nabi Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmnya dalam berbicara.
Pada diri Ali bin Abi Thalib kefasihan dan kenegarawanan bergabung kembali. Khotbahkhotbahnya dikumpulkan dengan cermat oleh para pengikutnya dan diberi judul NahjalBalaghah (jalan Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang
mulia dalam peradaban islam. Kaum muslim menggunakan balaghah sebagai pengganti
retorika.
4. Zaman Renaisans dan Humanisme
Abad ke-14 dan 16 berkembanglah Renaisans di Italia. Sejalan dengan
perkembangan ini, muncul juga pemahaman baru terhadap zaman Romawi dan Yunani
kuno, sehingga ilmu retorika dikembangkan kembali. Karya-karya tulis berkembang pesat.
Ahli-ahli pidato membawakan ceramah dimana-mana, menyiapkan pidato, menulis surat,
mengadakan diskusi dan debat, mengajar anak-anak sekolah tentang tekhnik berbicara dan
menulis buku. Pada zaman ini juga diterbitkan buku-buku mengenai ilmu retorika,
dialektika, seni sastra, filsafat dan pendidikan.
Para ahli yang terkenal di zaman ini diantaranya Poggio Bracciolini (1380-1459)
seorang philolog dan pengumpul karya tulis zaman kuno. Tokoh lainnya Valla (1407-1457)
seorang profesor retorika di kota Pavila yang berjasa menghidupkan kembali peranan ilmu
retorika seperti zaman kuno. Juga terdapat ahli lain seperti Philip Melanchthon (14971560), Ulrich Von Hutten (1488-1523), Ignatius (1491-1556), Pertrus Kanisius (15211597) dan Abraham (1644-1709).
5. Zaman Modern

10

Negara-negara yang berjasa mengembangkan ilmu retorika pada zaman modern
adalah Perancis, Inggris, Amerika dan Jerman Barat. Berikut ini diuraikan perkembangan
di masing-masing negara tersebut.
a. Perancis
Gerakan humanisme melahirkan penyair-penyair, pengarang, moralis dan
pengkhotbah terkenal di Perancis. Sampai pada saat revolusi Perancis kepandaian
berbicara hanya berkembang di rumah-rumah biara. Setelah revolusi Perancis ilmu retorika
mulai meluas dan tersebar juga di kaum awam.
Tokoh tokoh terkenal dari Perancis diantaranya Miabeaus (1749-1791) yang
menguasai teknik berdebat, memiliki suara yang jelas dan mimik yang menarik;
pengungkapan yang tajam dan logis. Selain itu terdapat Napoleon Bonaparte (1769-1821)
seorang diktator yang memiliki banyak bakat dan mengenal jiwa manusia secara teliti.
Napoleon seorang ahli pidato yang luar biasa.
Selain Napoleon ada pula seorang Jendral yang bernama Charles de Gaulle(18901970) ang mengangkat suara dari tempat pengasingannya di London untuk mendorong
rakyat Perancis supaya bertahan dalam tantangan. Ia adalah seorang alhi pidato yang
bersifat kepahlawanan. Saat itu Charles de Gaulle telah memanfaatkan televisi sebagai
media.
b. Inggris
Ketika di daratan Eropa khususnya di Jerman, orang berkecimpung dalam bidang
puisi dan filsafat, orang Inggris mempelajari ilmu retorika secara sistematis dan
mengembangkannya dengan karakter tersendiri. Sebagaimana bangsa Romawi, bangsa
Inggris yakin bahwa kata-kata yang diucapkan memiliki data untuk mempengaruhi dan
menguasai manusia. Oleh karena itu, ilmu retorika dipergunakan dalam usaha memperluas
kekuasaan kerajaan Inggris.
Secara alamiah orang Inggris adalah manusia pendiam, dalam arti bahasa dan gerak
motoris tubuhnya kurang dinamis. Para pemimpin Inggris mempelajari ilmu retorika

11

secara teliti dan melatih diri secaraintensif dalam seni berbicara. Berikut ini terdapat fase
kejayaan ilmu retorika Inggris yang terkenal.
1)
Masa Kejayaan Ratu Elizabet
Masa ini ilmu retorika berkembang jaya berkat pengaruh Humanisme. Thomas
Wilson menulis sebuah buku standar berjudul Seni Retorika yang terkenal di kalangan
masyarakat Inggris. Seorang filsuf Francis Bacon (1561-1626) dalam bukunya “Kemajuan
Belajar” memberikan penilaian mengenai ilmu retorika. Ia mengatakan kebijaksanaan
menciptakan nama dan ketakjuban, tetapi kepandaian berpidato dalam soal dagang dan
kehidupan bernegara menciptakan efek yang jauh lebih besar.
Tokoh yang turut mengembangkan ilmu retorika dalam masa ini adalah penyair
terkenal William Shakespeare (1564-1616). Dalam karyanya Coriolanus dan Julius
Caesar dia selalu memasukkan pidato-pidato politis. Salah satu contoh pidato yang
dibawakan Marc Anton di depan jenazah Julius Caesar dan massa untuk menghormati para
pahlawan. Ia membuktikan bahwa pengaruh ilmu retorika dalam kehidupan politis di
Inggris pada waktu itu sangat besar.
2). Masa Revolusi Puritanis
Pada masa ini retorika juga berkembang pesat. Tokoh terkenal masa ini adalah
Oliver Cromwell (1599-1650). Dia adalah seorang diktator yang pandai mensugesti massa
lewat pidato. Pidatonya yang terkenal adalah pidato peperangan melawan Spanyol yang
ducapkan pada tanggal 17 September 1656. Seorang lagi yang bernama John Milton
(1608-1674) adalah penyair terbesar masa ini yang menguasai teknik berbicara dengan
baik. Dalam bukunya Das verlorene Paradies, ia membuat sintesis antara politik dan
agama dengan menggunakan ilmu retorika. Menurutnya agama dan politik harus saling
melengkapi.
3). Masa Jaya antara Abad ke-17 dan ke-19
Pada abad ini muncul ahli-ahli pidato terkenal di Inggris. Tanpa orang-orang ini,
sejarah demokrasi parlemen di Inggris akan menjadi lebih miskin. Perdebatan-perdebatan
12

dalam parlemen pada masa itu menampilkan secara jelas kejayaan llmu retorika. Tokoh
terkenal zaman ini adalah William Pitt Senior dan Junior. Tokoh ini adalah orang tua dan
anak. Junior pada usia 24 tahun sudah menjadi perdana mentri kerajaan Inggris. Ia
memiliki kepala dingin dan tampil sebagai ahli pidato improvisasi yang brillian. Ia terkenal
dalam sejarah berkat pidatonya dihadapan DPR Inggris mengenai penghapusan
perdagangan budak.
4). Masa Kejayaan Victoria
Masa ini adalah masa peralihan dari gaya berbicara aristokratis kepada demokratis.
Pusat pembinaan ilmu retorika dalam masa ini adalah universitas-universitas seperti
Oxford dan Cambride. Pada masa ini terbentuk kelompok debat. Banyak dari antara
anggota kelompok diskusi dan debat ini telah menjadi pemimpin-pemimpin dalam bidang
politik. Di dalam kelompok debat dilatih teknik berbicara, berpidato, berdiskusi, berdebat,
memimpin diskusi atau bekerja menurut prosedur parlemen.
Ciri khas ilmu retorika masa ini adalah bahwa mereka menggunakan bahasa daerah
(plain English) dan bukan bahasa Inggris standar. Sejak masa ini juga muncul kebiasaan
untuk membawakan pidato di tempat terbuka (Open Air Speech). Yang mengambil bagian
dalam Open Air Speech adalah rakyat biasa. Tokoh-tokoh terkenal masa ini adalah George
Canniq (1770-1827), Richard Cobden (1804-1865), John Bright (1811-1889), Joseph
Chamberlain (1834-1914) dan lain-lain. Joseph Chamberlain kemudian menjadi perdana
mentri yang imprealistis. Ia memajukan satu seni berbicara yang dekat dengan situasi
rakyat jelata. Ciri khas retorika zaman ini adalah bahwa kepandaian berpidato keluar dari
lingkungan parlemen dan istana, lalu menyebar luas dikalangan rakyat jelata.
5). Abad XX

13

Tokoh terkenal masa ini adalah David Llooyd George (1863-1945) dan Winston
Spencer Churchill (1874-1965). David adalah seorang politikus dari Wales yang
menampilkan ilmu retorika modern yang bersifa populer. Pidatonya yang diucapkan
mengenai kehormatan nasional merupakan salah satu karya retoris yang terbaik selama
perang. Dari puncak kekuasaan politisi ini ia menaklukkan para lawan politiknya lewat
seni berpidato, dan justru penguasaan seni berbicara inilah juga yang menghantar dia ke
puncak keberhasilan.
Churchill adalah seorang politikus terbesar dan yang mengalami dua perang dunia.
Ia memiliki bakat bicara yang luar biasa. Sejak tahun 1940, ketika bangsa dan tanah airnya
dilanda malapetaka, ia mendorong dan menguatkan hati rakyat Inggris melalui kepandaian
retorisnya, supaya mampu bertahan dan memenangkan peperangan. Pidatonya berjudul
“Darah, Keringat dan Airmata” yang disampaikan pada tanggal 13 Mei 1940 menunjukkan
betapa ia menguasai teknik berbicara. Ia menggunakan kata-kata sebagai senjata yang
ampuh. Pidato-pidatonya yang disusun dalam tujuh jilid memberi kesaksian bahwa
Churchill adalah seorang ahli pidao terbesar dan seorang penyambung lidah rakyat Inggris
termasyur abad ini.
c. Amerika Serikat
Kira-kira dua ratus tahun yang lalu Amerika telah memiliki tradisi retoris. Nenek
moyang bangsa Amerika adalah orang-orang yang pandai berbicara. Tanpa modal
kepandaian berbicara ini, mereka tidak akan dapat mempersatukan bangsa Amerika untuk
membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan Inggris.
Retorika di Amerka Serikat mengalami beberapa tahap perkembangan seperti
dijelaskan berikut ini.
1) Pada Masa Awal

14

Tokoh penting masa ini adalah Patrick Hendry (1736-1799). Dia seorang gubernur
dari negara bagian Virginia. Dia terkenal dengan seruan “kebebasan atau kematian”. Tokoh
lainnya adalah John Quincy Adam (1767-1848). John merupakan presiden Amerika
keenam dan dia seorang profesor ilmu retorika.
2) Selama Perang Saudara (1861-1865)
Pada masa ini terdapat beberapa ahli pidato terkenal sperti Hendry Clay (17771852) seorang senantor dan anggota kongres. Lewat seni bicara ia menghindarkan
perpecahan antara negara bagian utara dan selatan. Tokoh selanjutnya John Calhon (17821850) yang memiliki kepandaian berbicara khususnya dalam diskusi dan debat.
Tahun 1782-1852 seorang senator dan demagog masa itu bernama Daniel Webster
mencoba dengan segala daya dan keterampilannya untuk meyakinkan rakyat Amerika
supaya tetap mempertahankan persatuan bangsa. Argumentasi Webster amat kuat dan tidak
pernah habis sehingga ia dijuluki “ meriam yang persiapan amunisinya tidak habis-habis””
Tokoh terkenal lainnya adalah Abraham Lincoln (1809-1865). Presiden Amerika ke
-16 ini mengucapkan pidatonya dalam perdebatan dengan senator Douglas dari Illionis
mengenai penghapusan perbudakan. Tanggal 1 Januari 1863 memaklumkan pembebasan
bagi para budak berkulit hitam. Kata-katanya yang paling berkesan dalam sejarah
bangsanya adalah bahwa “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat tidak
akan lenyap di muka bumi ini.
3) Abad XIX - XX
Tokoh retorika terkenal masa ini adalah Theodore Roosevelt (1858-1919). Dia
adalah presiden Amerika ke-26. Seorang yang pandai mempergunakan kata-kata secara
tepat dalam berpidato sehingga membawa dampak bagi pendengarnya. Tokoh berikutnya
15

adalah Franklin Delano Roosevelt presiden Amerika ke-22. Tahun 1933 terjadi krisis
ekonomi dunia yang menimpa AS. Dalam masa itu ia tampil dalam pemilihan presiden,
pada saat kampanye ia mengucapkan ”satu-satunya hal yang kita takuti adalah ketakutan
itu sendiri”. Kalimat itu membuatnya terkenal dan memiliki dampak psikologis yang
tinggi.
John Fitzgerald Kennedy (1917-1963) adalah senator dan presiden AS yang ke-35.
Ia terkenal karena kepintaran yang brilian dan kemampuan retorisnya yang tinggi.
Kepandaiannya dalam seni berbicara didemontrasikan dalam pidato pelantikannya
tahun1961. Ia menggunakan permainan kata yang mengandung humor.
Tokoh berikutnya adalah saudara dari John F Kennedy yaitu Robert Francis
Kennedy (1925-1968). Seorang senator yang menjabat menteri pengadilan yang kemudian
mati ditembak saat berkampanye. Berbeda dengan saudaranya, Robert memilih gaya
retoris sederhana tetap berkesan.
Tokoh terkenal tahun 1925-1968, dialah Martin Luther King. Dia seorang
pengkhotbah kulit berwarna yang memperjuangkan hak asasi golongan kulit hitam yang
berasal dari Alabama. Dalam perjuangannya Martin Luther King mengembangkan pidatopidato yang demagogig dan mewakili nilai retoris. Pidatonya yang berjudul “I have a
dream” yang diucapkannya tanggal 28 Agustus 1983 di tugu Lincoln merupakan pidato
yang dicatat dalam sejarah dunia.
d. Jerman
Sampai saat reformasi, ilmu retorika di Jerman tidak dapat berkembang pesat,
karena bangsa Jerman dikuasai kaisar yang otoriter. Reformasi yang dipimpin Martin
Luther mempelopori retorika di Jerman. Kepandaian dan seni bicara mulai dikembangkan.
16

Damagog terkenal pada zaman ini adalah Adolf Hitler (1889-1945). Setelah
percobaan coup yang gagal pada tahun 1923, sebagai tawanan ia mengarang buku Mein
kampf yang berisi program politiknya. Dalam salah satu bab ia menuliskan arti pidato.
Pidato-pidato Hitler memiliki daya sugesti yang kuat dan meyakinkan.
Selain Hitler tersebut pula Goering dan Joseph Goebbels. Dia adalah mentri yang
menangani bidang propaganda pada zaman Hitler. Goebbles seorang demagog yang
paling brilian. Hal ini dibuktikan tidak saja lewat pidatonya tetapi juga lewat tulisantulisannya.
C. Perkembangan Retorika di Indonesia
Untuk membuat gambaran yang jelas dan sistematis tentang ilmu retorika di
Indonesia masa lampau bukan pekerjaan yang mudah. Kesulitannya adalah masalah
informasi yang akurat, dan buku-buku yang menjelaskan kehidupan masa lampau sangat
sedikit. Referensi yang lengkap juga susah ditemukan.
Yang dapat diamati dan dipahami adalah kegiatan bertutur pada upacara-upacara
adat. Kebudayaan lisan yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang.
Misalnya pada upacara-upacara adat. Ucapan saat meminang, pernikahan, kelahiran dan
kematian merupakan warisan budaya itu. Masing-masing suku bangsa di Indonesia
memiliki cara sendiri. Cara bernegosiasi antara dua suku menggambarkan kemampuan
berbicara saat itu. Dari sinilah retorika klasik di Indonesia dimulai.
Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia
itu sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika
Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil Indonesia tentu
saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu retorika terpakai.
Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi
agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf
17

terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi syarat utama
kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir (juru bicara),
moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita,
kebesaran negara ini juga diisi oleh orang yang memahami ilmu Retorik a ini seperti tokohtokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan.
Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh
itu antara lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah
manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf dan ulama.
Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai jenius di bidang bahasa
yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Meskipun beliau mahir
berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia
di sidang Dewan rakyat (volksraad) sehingga menggegerkan Belanda.
Ahli pidato Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam
awal tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang suatu
anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa dimilikinya. Suasan
hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap yang diucapkannya. Ketika
berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah. Pidato beliau bisa membuat
pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa yang beliau sampaikan. Salah satu
pidato beliau yang terkenal yang berjudul “nawaksara”.
Ahli retorika Indonesia yang lainnya adalah Buya HAMKA (1908-1981). Seorang
ulama, aktivis politik dan seorang penulis terkenal. Kemampuan menulis yang didapatnya
secara otodidak telah mengharumkan namnya sampai ke dunia internasional. Otodidaknya
tidak saja di bidang tulis menulis, tetapi juga di berbagai ilmu seperti filsafat, sastra,
sejarah, sosial dan politik. Kelebihan lain yang dimiliki adalah mahir berbahasa Arab.

18

Selain itu beliau juga mahir berpidato. Untuk mengasah kemampuan pidato beliau bertukar
pikiran dengan HOS Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan ketajaman kata-katanya adalah Bung Tomo
(1920-1981). Pahlawan asal Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat Surabaya yang
diserang habis-habisan oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena seruan-seruan
pembukanya dalam siaran radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia kembali berbeda pendapat
dengan pemerintahan orde baru. Ia berbicara keras terhadap pemerintahan Soeharto.
Akhirnya ia ditahan karena kritiknya yang pedas itu.

Cikal bakal ilmu komunkasi di Indonesia saat ini adalah ilmu retorika. Retorika
telah diajarkan di perguran tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan ilmu komunikasi.
Selain perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga diajarkan di pesantrenpesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang mencetak pendakwah terkenal yang
mempunyai banyak massa. Di pesantren itu dipelajari latihan berpidato atau memberi
khotbah. Ustad yang terkenal dengan dakwahnya yang menyentuh antara lain Abdullah
Gymnastiar, KH. Zainuddin MZ, Yusuf Masyur, dan lain-lain.
Demikian perjalanan panjang retorika dari masa ke masa. Pengkajian sejarah
perkembangan suatu ilmu menjadikan ilmu itu sangat berharga. Retorika sebagai ilmu
telah memberi sumbangan yang begitu besar sampai saat ini. Jika semua dasar-dasar ilmu
retorika baik seni berbicara maupun seni menulis bisa di kuasai akan memberi corak baru
dengan harapan akan melahirkan tokoh-tokoh retorika mutakhir. Semoga!

19

Daftar Kepustakaan
Arsjad, Maidar G. dan US, Mukti. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Hendrikus, Dori Wuwur. 1995. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,
Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: Gramedia.
Luluvikar.wordpres.com. diunduh tanggal 2 Juni 2011
Oka, I Gusti Ngurah dan Basuki. 1990. Retorik Kiat Bertutur. Malang: Y A 3 Malang.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Rosda Karya.
Supratman, Dandan. 1982. “Mengukur Keterampilan Berbicara”. Media: Jurnal Fakultas
Keguruan Sastra Seni IKIP Semarang. 16: 13-58
www.wikipedia.com.

20

21