Bentuk interaksi sosial antara penduduk

 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial:
Menurut Gillin dan Gillin, terdapat dua jenis proses sosial yang muncul
akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses yang mengarah pada terwujudnya
persatuan dan integrasi sosial (asosiatif) dan proses oposisi yang berarti cara
berjuanguntuk melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu
(disosiatif).

A. Interaksi social yang bersifat asosiatif :
1. Kerja Sama
Kerja sama atau kooperasi (cooperation) adalah jaringan interaksi antara orang
perorangan atau kelompok yang berusaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi dan kesadaran dari setiap anggota
masyarakat. Beberapa bentuk kerja sama yang umum dapat kita temukan di
masyarakat sebagai berikut.
Di dalam masyarakat, kerja sama dibedakan menjadi lima jenis, yaitu sebagai
berikut.
1) Kerukunan atau gotong royong.
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau
jasa antara dua organisasi atau lebih.
3) Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan
pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara untuk menghindari

konflik yang bisa mengguncang organisasi. Contohnya, amandemen terhadap
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
4) Koalisi, yaitu kerja sama antara dua organisasi atau lebih yang keduanya
mempunyai tujuan yang sama. Akan tetapi, pada koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil karena mereka memiliki strukturnya masing-masing.
Contohnya, koalisi antara dua partai politik.
5) 4)Joint venture, bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua organisasi
(perusahaan) dalam melaksanakan suatu pekerjaan (proyek).

2. Akomodasi (Accomodation)
Ada dua pengertian akomodasi. Pertama, akomodasi sebagai keadaan, yaitu suatu
kenyataan adanya keseimbangan dalam berinteraksi yang dilandasi dengan normanorma dan nilai-nilai
sosial bersama. Kedua, akomodasi sebagai proses, yaitu usaha usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan dalamrangkamencapai keseimbangan (kestabilan).

Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu:
1) untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompokkelompok
2) manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi di sini bertujuan untuk

menghasilkan suatu perpaduan yang selaras antara kedua pendapat agar
menghasilkan suatu pola yang baru,
3) untuk mencegah pecahnya pertentangan secara temporer,
4) untuk mewujudkan kerjasama antarkelompok yang terpisah secara psikologis
dan kultural,seperti dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem kasta,
5) untuk mengadakan peleburan kelompok-kelompok yang terpisah secara sosial.
Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan
kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah.
2) Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi ketika pihakpihak yang terlibat
perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar
untuk melak sanakan kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan
memahami keadaan pihak lainnya.
3) Arbitrasi
Suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidaksanggup mencapai
kompromi sendiri. Untuk itu, akan diundang pihak ketiga yang tidak memihak (netral)
untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan tersebut. Pihak ketiga disini dapat
pula ditunjuk atau dilaksanakan oleh suatu badan yang dianggap berwenang.
4)Mediasi
Suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga

yang bertindak sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang untuk
memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.
5) Konsiliasi
Suatu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari pihakpihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6) Toleransi
Suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi. Biasanya terjadi karena
adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari
perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
7) Stalemate
Suatu bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai
kekuatan seimbang.

8) Ajudikasi
Penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.

3. Asimilasi
Asimilasi adalah interaksi sosial dalam jangka waktu lama antara dua
masyarakat yang mempunyai kebudayaan berbeda. Jangka waktu lama membuat
kedua masyarakat saling menyesuaikan diri. Lambat-laun kebudayaan asli mereka
membaur

Menurut Soerjono Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial yang
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang meliputi usahausaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan
memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama.

4, Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya unsur-unsurkebudayaan yang
berbeda dan membentuk suatu kebudayaanbaru tanpa menghilangkan kepribadian
kebudayaannya yangasli.
contoh :ketika Islam masuk terjadilah akulturasi budaya Islam sehingga timbul
kebudayaan Islam Jawa
Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah
dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam dengan

kebudayaan asli Indonesia. Bentuk-bentuk akulturasi yang masih ditemukan saat ini
misalnya upacara Sekaten, Gerebeg Maulid, dan lainnya.

5.Dekulturasi
Dekulturasi adalah hilangnya kebudayaan suatu kelompok akibat interaksi
antarkelompok sosial. Kelompok pendatang dari desa kemudian menetap di kota, pad

a umumnya mengalami dekulturasimenganggap suasana kehidupan kota lebih
baik daripada di desa. Semakin lama mereka tinggal di kota, semakin larut dalam
cara-cara hidup di kota. Apalagi setelah mereka menetap, kebudayaan yang mereka
bawa dari desa lama-kelamaan ditinggalkan dan mereka hidup mengikuti caracara di
tempat tinggalnya yang baru.

B. Interaksi social yang bersifat disosiatif :
Interaksi sosial disasosiatif selalu mengarah pada proses oposisi. Oposisi
terjadi apabila ada kelompok atau organisasi dalam suatu sistem mempunyai
kekuasaan dominan yang memengaruhi kelompok lain untuk mengikutinya.
Oposisi menjadi bentuk perlawanan dari kelompok minoritas terhadap kelompok
mayoritas. Processes of dissociation atau proses sosial disosiatif sering disebut
juga yang oposisional.

Macam-macam interaksi social yang bersifat disosiatif :
1. Persaingan (Competition)
Persaingan melibatkan individu atau kelompok dalam rangka mencapai
keuntungan di berbagai bidang kehidupan. Persaingan berlangsung tanpa
ancaman atau kekerasan. Persaingan yang wajar dengan mematuhi aturan
main tertentu disebut persaingan sehat.

Misalnya, dua orang siswa yang saling bersaing merebutkan posisi ranking pertama
di kelas. Keduanya berlomba dengan rajin belajar tanpa berusaha menjatuhkan teman.
Empat fungsi persaingan, yaitu:
a) sebagai penyalur keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetisi,
b) sebagai cara agar nilai-nilai dan sesuatu yang terbatas dapat diperebutkan
secara baik,
c) sebagai alat untuk mengadakan seleksi, serta
d) sebagai alat untuk menyaring warga dalam mengerjakan tugas-tugas sehingga
terjadi pembagian tugas.

Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah
beberapa bentuk persaingan. :
(1) Persaingan ekonomi, contohnya perang iklan menawarkan produk, baik di media
massa cetak maupun elektronik; persaingan memperoleh pekerjaan.
(2) Persaingan kebudayaan, contohnya sinetron dan telenovela, peminat film Avatar
lebih banyak daripada penggemar film Si Unyil, persaingan antara tontonan
tradisional seperti wayang orang dan film-film di bioskop
(3) Persaingan kedudukan dan peranan, misalnya persaingan antara para calon
gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada.
(4) Persaingan ras, misalnya persaingan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam

di Afrika Selatan.

2. Contravention (kontravensi)
Kontraversi merupakan suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang
lain atau terhadap unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian, namun belum sampai pada tingkat pertentangan. yang
tidak diungkapkan secara terbuka
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima
bentuk kontravensi, yaitu sebagai berikut :
a) Kontravensi umum, contohnya penolakan, perlawanan, protes, gangguan, dan
mengancam pihak lawan.
b) Kontravensi sederhana, contohnya menyangkal pernyataan orang di depan
umum, dan memaki melalui surat selebaran ataumencerca
c) Kontravensi intensif, contohnya penghasutan, penyebaran desasdesus, dan
memfitnah.
d) Kontravensi rahasia, contohnya pembocoran rahasia, khianat, dan subversi.
e) Kontravensi taktis, contohnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan
intimidasi.

3. Conflict (pertentangan)

Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi.
Artinya dalam pertikaian perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian
terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu
dalam masyarakat. yang disertai ancaman atau kekerasan

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik adalahsebagai berikut.
1) Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda pula.
3) Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, di antaranya
menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
4) Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalammasyarakat.
Konflik memiliki bentuk-bentuk khusus, di antaranya:
a) konflik pribadi,
b) konflik rasial,
c) konflik antarkelas sosial,
d) konflik politik dan konflik internasional.
Akibat-akibat dari Bentuk Konflik Atau Adanya Pertentangan
1) Tambahnya solidaritas dari in-group. Jika suatu kelompok yang semula tidak
kompak, tetapi kalau ada kelompok lain yang mengancamnya maka solidaritas

mereka akan lebih baik.
2) Jika pertentangan itu terjadi antarwarga dalam satu kelompok maka keutuhan
kelompok itu akan goyah.
3) Hancurnya harta benda atau jatuhnya korban manusia pada kedua
belah pihak yang berperang

 Hubungan Interaksi Sosial dengan Status dan
Peran Sosial
1. Status Sosial
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang
dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial
yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan
dengan orang yang status sosialnya rendah.
Status sosial yang ada dalam masyarakat dibedakan menjadi enam. Keenam status
itu dapat diuraikan sebagai berikut;
 Ascribed status, yaitu status yang diperoleh secara alami atau otomatis, yang
dibawa sejak manusia dilahirkan. Contohnya, anak seorang bangsawan sejak lahir
mendapat gelar bangsawan, jenis kelamin, dan kasta pada masyarakat Hindu.
 Achieved status, yaitu status yang diperoleh dengan melalui usaha atau perjuangan
sendiri dan dengan disengaja. Semua individu berpeluang menduduki status ini asal

memenuhi syarat-syarat tertentu. Contohnya, gelar kesarjanaan.
 Assigned status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa
memperjuangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Contohnya, gelar pahlawan
dan penerima kalpataru.

 Status simbol, status ini dapat dikenali dari kebiasaan hidup sehari-hari, seperti cara
berpakaian, tempat tinggal, dan bentuk rumah. Misalnya seseorang yang tinggal di
pinggiran kota atau di desa, kemana-mana bersepeda, dan berpakaian sederhana,
menunjukkan bahwa orang tersebut hidupnya sederhana. Sebaliknya, seseorang yang
tinggal di kompleks perumahan mewah, berkendaraan mobil keluaran terbaru, berpakaian mewah, menunjukkan bahwa orang tersebut hidupnya mewah.
 Status aktif, adalah status yang pada saat tertentu aktif, pada lain waktu status
tersebut tidak aktif. Hal tersebut dapat diketahui bahwa individu tersebut memiliki
banyak status. Misalnya seseorang yang menjadi guru, menjadi ketua organisasi
politik, menjadi ketua RT di kampung, dan menjadi wirausahawan. Pada saat-saat
tertentu, status dia sebagai ketua organisasi politik aktif ketika ia memimpin rapat
organisasi, statusnya sebagai wirausahawan aktif setelah ia selesai mengajar, dan
seterusnya.
 Status laten, adalah status yang diam pada saat status aktif bekerja. Misalnya
seorang pengacara yang merangkap sebagai dosen. Pada saat ia menjadi dosen,
statusnya sebagai pengacara menjadi tidak aktif. Begitu juga sebaliknya, ketika status

pengacaranya aktif, maka statusnya sebagai dosen menjadi tidak aktif.
Dalam kehidupan masyarakat sering timbul pertentangan yang dialami seseorang
sehubungan dengan status yang dimilikinya. Konflik status yang timbul dalam
masyarakat, antara lain berikut ini.


Konflik status individual, yaitu konflik yang terdapat dalam diri pribadi
seseorang (batin sendiri). Contoh: seorang siswa SMA harus memilih antara
keinginan bekerja atau mengikuti keinginan ibunya untuk kuliah.



Konflik status antarkelompok, yaitu konflik yang terjadi karena satu
kelompok merugikan kelompok lain. Contoh: peraturan yang dikeluarkan
Pemda bertentangan dengan peraturan yang ada di pusat.



Konflik status antarindividu, yaitu konflik status yang terjadi antara individu
yang satu dengan individu yang lain. Contoh: seorang polisi harus menangkap
pencuri, padahal pencuri tersebut anaknya sendiri.

2. Peran Sosial
Peran sosial adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan
status sosialnya. Antara peran dan status sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada
peran tanpa status sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan
status sosial bersifat statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena
peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Pola peran dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini.



Peran Ideal, yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status
tertentu. Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopansantun, dan pandai.



Peran yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya
seorang ibu tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang
menginjak remaja.



Peran yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan
kenyataannya. Misalnya seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.

Di dalam masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari satu peran yang
berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran sosial, namun dapat
pula menimbulkan konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan dalam berperan.
Konflik peran sosial timbul jika orang harus memilih peran dari dua status atau lebih
yang dimilikinya pada saat bersamaan.


Ketegangan, terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan melakukan peran
karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban yang harus dijalankan dengan
tujuan peran itu sendiri. Contohnya seorang pimpinan perusahaan menerapkan
disiplin yang ketat kepada karyawannya yang sebagian besar adalah keluarga
dekatnya.



Kegagalan peran, terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan
berbagai peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling
bertentangan.



Kesenjangan peran (role distance), terjadi apabila seseorang harus menjalani
peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tidak cocok
menjalankan peran tersebut.

 Beban Peran Sosial
1) Persiapan peran yang kurang memadai
Persiapan peran melalui proses sosialisasi dan pendidikan yang menyediakan
suatu peralihan dari peran yang satu ke peran yang lain, tetapi apabila dalam
proses ini mengalami diskontinuitas maka akan mengakibatkan persiapan yang
kurang pada seorang individu dalam berperan.

2) Kesulitan dalam peralihan peran
Dalam sebagian besar masyarakat terdapat peralihan peran yang dibentuk dan sulit
untuk dihindari. Untuk menerima suatu peran baru, seseorang sering harus

melepaskan peran yang lama. Padahal dalam proses ini sering terjadi kegagalan
karena belum tentu orang tersebut mampu beralih peran dengan cepat dan benar.
3) Konflik Peranan
Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari dua atau
lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika
seseorang dalam keadaan tertekan, merasa dirinya tidak sesuai atau kurang
mampu melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia
tidak melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna. Contoh: Ibu Tati sebagai
seorang ibu dan guru SD. Ketika puterinya sakit, ia harus memilih untuk masuk
mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter. Saat ia memutuskan membawa
anaknya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama dia
harus berperanan sebagai guru mengajar di kelas.
4) Kegagalan berperan
Dalam masyarakat yang stabil dan terpadu, proposisi peran yang ditentukan
masyarakat tinggi, kebanyakan peran akan terisi karena orang-orang telah
dipersiapkan sejak awal masa kanak-kanak. Sebaliknya, dalam masyarakat yang
perubahannya cepat dan kurang terpadu, sejumlah kegagalan berperan tidak dapat
dihindarkan. Beberapa orang gagal berperan sebagai orang dewasa, banyak orang
gagal dalam beberapa peran yang diperjuangkan, ada juga orang yang gagal
berperan dalam pernikahan dan sebagainya.

 Fungsi Peran Sosial
Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi
tersebut antara lain:
1) Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan
struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2) Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu
mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut
memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
3) Peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri,
seperti seorang lelaki sebagai suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu,
seorang seniman dengan karyanya, dsb

 Hubungan antara Interaksi Sosial dan
dinamika social
1.Pengertian Perubahan Sosial
Pengertian perubahan sosial menurut para ahli adlaah sebagai berikut..
a) William F.Ogburn mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahanperubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial”.
b) Kingsley Davis mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”.
c) MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai
perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial”.
d) JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahanperubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat”.
e) Selo Soemardjan: Pengertian perubahan sosial meurut Selo Soemardjan
adalah segala perubahan pada berbagai lembaga masyarakat dalam suatu
lingkungan masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk di
dalamnya nilai sosial, sikap, pola perilaku antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
f) Samuel Koenig: Pengertian perubahan sosial menurut Samuel Koenig adalah
modifikasi dari pola kehidupan masyarakat.
g) Karl Marx: Pengertian perubahan sosial menurut Karl Marx adalah
perubahan-perubahan yang terjadi karena perkemangan teknologi atua
kekuatan produktif dan hubungan antara kelas-kelas sosial yang berubah.

2. Ciri-Ciri Perubahan Sosial
 Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mengalami
perubahan baik dengan lambat maupun dengan cepat.
 Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya
 Perubahan sosial yang cepat, mengakibatkan disorganisasi yang sifatnya
sementara sebagai proses penyesuaian diri.

 Tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spritual karena kedua hal
tersebut saling berinteraksi dengan kuat.

3. Teori-Teori Perubahan Sosial
1. Teori Evolusi (Evolutionary Theory),
Teori evolusi menjelaskan perubahan sosial memiliki arah tetap dan dialami setiap
masyarakat. Arah tetap yang dimaksud adalah perubahan sosial akan terjadi bertahap,
mulai dari awal hingga akhir. Saat telah tercapainya perubahan terakhir maka tidak
terjadi perubahan lagi.
Teori Evolusi pada dasarnya berpijak dari teori Evolusi Darwin dan dipengaruhi dari
pemikiran Herbert Spencer. Sedangkan dalam teori evolusi dalam perubahan sosial
terdapat dua tokoh yang paling berpengaruh yaitu Emile Drkheim, dan Ferdinand
Tonnies.
Menurut Emile Durkheim, adanya perubahan karena suatu evolusi mempengaruhi
perorganisasian masyarakat, terutama dalam menjalin hubungan kerja. Sedangkan
menurut Ferdinan Tonnies, bahwa masyarakat berubah dari yang sebelum masyarakat
sederhana yang mempunyai hubunga erat dan komperatif menjadi masyarakat besar
yang menjalin hubungan secara terspesialisasi dan impersonal.
Kelemahan teori ini , tidak bisa menjelaskan pertanyaan "Mengapa Masyarakat
Berubah" ?. , dimana teori ini hanya menjelaskan perubahan yang terjadi.
2. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas
antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang
tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini
memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada
struktur masyarakat.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan
perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik
tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan
mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik
ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut
ini.
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.

d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh
golongan yang lainnya.

3. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan
budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa
perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam
masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan
sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan
perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang
berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial
atau cultural lag.
Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu
yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu
hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti
pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu
ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima
oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat,
perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.
Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di
kalangan anggota kelompok masyarakat.

4. Teori Siklis/Siklus
Dalam teori siklus, perubahan sosial terjadi secara betahap dengan perubahan yang
tidak akan berhenti walau pada tahapan terakhir yang sempurna, tetapi perubahan
tersebut akan kembali keawal untuk peralihan ke tahap selanjutnya. Sehingga
tergambar sebuah siklus.
Dalam teori siklus, tokoh yang berpengaruh adalah Oswald Spenger dan Arnold
Toynbee. Menurut pendapat Oswald bahwa setiap masyarakat berkembang dengan 4
tahap, contohnya adalah pertumbuhan manusia dari masa kanak-kanak, masa remaja,
masa dewasa ke masa tua.

4.Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
Terdapat berbagai bentuk-bentuk perubahan sosial antaralain sebagai berikut..
1. Bentuk Perubahan Sosial yang terjadi Secara Lambat dan Perubahan Sosial
Secara Cepat
 Perubahan sosial secara lambat/perubahan evolusi adalah memerlukan waktu
yang lama tanpa dengan perencanaan. dam bergantung kepada orang-orang
yang berkuasa di masa tertentu.
 Perubahan sosial cepat/perubahan revolusi, adalah memerlukan waktu yang
cepat yang mengubah dasar-dasar kehidupan masyarakat dalam waktu singkat.
2. Bentuk Perubahan Sosial yang Besar dan Perubahan Sosial Kecil
 Bentuk perubahan sosial berpengaruh besar adalah perubahan dengan dampak
besar bagi kehidupan masyarakat. Contohnya perubahan sistem pemerintahan.
 Bentuk perubahan sosial berpengaruh kecil adalah perubahan yang tidak
berarti penting bagi struktur sosial dalam memengaruh kehidupan masyarakat.
Contohnya perubahan model pakaian yang tidak melanggar nilai dan norma.
3. Bentuk Perubahan Sosial yang Direncanakan dan Perubahan Sosial yang
tidak direncanakan
 Bentuk perubahan sosial yang direncakanan adalah perubahan sosial yang
melakukan persiapan yang matang dan perencanaan. Contoh perubahan sosial
yang direncanakan adalah program keluarga berencana (KB)
 Bentuk perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah perubahan sosial
yang tidak memerlukan persiapan dan perencanaan. Contoh perubahan sosial
yang tidak direncanakan adalah keluarga tiba-tia terpaksa pindah ke
lingkungan baru.
4. Bentuk Perubahan Sosial yang Dikehendaki dan Perubahan Sosial yang tidak
Dikehendaki
 Bentuk perubahan sosial yang dikehendaki adalah perubahan sosial yang
disetujui oleh masyarakat tersebut. Contoh perubahan sosial yang
dikehendaki adalah perencanaan aturan yang disetujui dalam rapat.

 Bentuk perubahan sosial yang tidak dikehendaki adalah kebalikan dari
perubahan yang dikehendaki

Faktor- factor Penyebab Dinamika Sosial
1. Faktor Intern antara lain:
 Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
 Adanya Penemuan Baru:
 Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
 Invention : penyempurnaan penemuan baru
 Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam
kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang
telah ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan
kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota
masyarakat
 Konflik yang terjadii dalam masyarakat
 Pemberontakan atau revolusi

2.Faktor ekstern antara lain:
 perubahan alam



peperangan
pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan),
akulturasi ( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat
khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang
sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)

Jadi menurut Soerjono Soekanto faktor pendorong perubahan sosial adalah:
1. sikap menghargai hasil karya orang lain

2. keinginan untuk maju
3. system pendidikan yang maju
4. toleransi terhadap perubahan
5. system pelapisan yang terbuka
6. penduduk yang heterogen
7. ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. orientasi ke masa depan
9. sikap mudah menerima hal baru.

Referensi :
http://plengkotgoblog.blogspot.co.id/2012/06/makalah-statusdan-peranan-individu.html
http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/05/teori-perubahansosial.html
http://asepyanuar.blogspot.co.id/2012/10/faktor-faktorpenyebab-perubahan-sosial.html
http://plengkotgoblog.blogspot.co.id/2012/06/makalah-statusdan-peranan-individu.html