Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada (1)

Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk
mensirkulasikan fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran, sehingga lumpur bor
mampu mengoptimalkan fungsinya. Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen,
yaitu :
1. Fluida pemboran (lumpur bor)
2. Tempat persiapkan
3. Peralatan sirkulasi
4. Conditioning area
LUMPUR PEMBORAN (DRILLING FLUID, MUD)
Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang dapat
terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia, gas, udara, busa
maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai "lumpur" (mud). Lumpur pemboran
merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan suatu
operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat
tergantung pada kinerja lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Mengangkat cutting ke permukaan.
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
3. Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
4. Mengontrol tekanan formasi.
5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan

sementara.
6. Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
8. Mengurangi effek negatif pada formasi.
9. Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
10. Media logging.

Komposisi lumpur pemboran.
Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi yang
ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran,
yaitu :
 Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.
 Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol kondisi
dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai
"kick"). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan semburan liar (blowout).
Lumpur umumnya campuran dari tanah liat (clay), biasanya bentonite, dan air yang
digunakan untuk membawa cutting ke atas permukaan. Lumpur berfungsi sebagai lubrikasi dan
medium pendingin untuk pipa pemboran dan mata bor. Lumpur merupakan komponen penting
dalam pengendalian sumur (well-control), karena tekanan hidrostatisnya dipakai untuk mencegah
fluida formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur juga digunakan untuk membentuk lapisan solid

sepanjang dinding sumur (filter-cake) yang berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke
dalam formasi (fluid-loss).
Sistem yang paling penting di rig adalah sistem sirkulasi lumpur pemboran. lumpur
pemboran dipompakan ke dalam pipa bor yang akan disemprotkan keluar melalui nozzle pada
pahat dan kembali ke permukaan melalui ruang antara pipa dan lubang. Lumpur pemboran akan
mengangkat potongan-potongan batu yang dibuat oleh pahat (disebut cuttings) ke permukaan.
Hal ini mencegah penumpukan serbuk bor di dasar lubang. selama pemboran, lubang sumur
selalu penuh terisi lumpur pemboran untuk mencegah mengalirnya fluida seperti air, gas atau
minyak dari batuan bawah tanah ke lubang sumur.
Jika minyak atau gas dapat mengalir ke permukaan saat pemboran, akan menyebabkan
kebakaran. Bahkan jika hanya air yang mengalir saja dapat menggugurkan lubang dan membuat
kita kehilangan sumur. dengan adanya lumpur pemboran, fluida ini tertahan berada di dalam
batuan. pemboran sumur di lepas pantai hampir sama dengan pemboran di daratan. Untuk sumur
wildcat di lepas pantai, rig dinaikkan di atas barge, anjungan (platform) terapung, atau kapal
yang dapat berpindah. apabila lapangan lepas pantai sudah ditentukan, anjungan (platform)
produksi akan dipasang untuk membor sumur-sumur lainnya dan memproduksi migas.
Karena lumpur pemboran menjaga agar migas tetap berada di dalam batuan, cadangan
migas bawah tanah pun dapat dibor tanpa mengindikasikan adanya migas, sehingga diperlukan
evaluasi sumur dengan cara menurunkan peralatan rekam wireline. Truk alat rekam dipanggil,
menurunkan tabung berisi instrumen yang disebut sonde ke dalam lubang sumur. ketika sonde

diangkat keluar lubang, instrumen akan merekam secara elektrik, suara dan radioaktif sifat-sifat
batuan dan fluida yang dilaluinya. Pengukuran ini direkam pada kertas panjang bergaris yang
disebut well log. well log ini memberi informasi tentang komposisi lapisan batuan, pori-pori, dan
fluida yang mungkin ada di dalamnya.
Dari hasil pembacaan well log, sumur dapat saja ditutup dan ditinggalkan sebagai sumur
kering atau diselesaikan untuk diproduksikan. pemasangan pipa produksi adalah cara awal
menyelesaikan sumur. untuk memasang pipa, pipa baja panjang yang bergaris tengah besar
(disebut selubung atau casing) dimasukkan ke dalam sumur. Semen basah dipompakan ke dalam

ruang antara casing dan dinding sumur hingga mengeras untuk menjaga lubang sumur. pada
kebanyakan sumur, pemasangan casing bertahap yang disebut casing program dilakukan sebagai
berikut: bor sumur, pasang casing, bor lebih dalam, pasang casing lagi, bor lebih dalam lagi, dan
pasang casing lagi.

1)
2)
3)
4)
5)


Fungsi Lumpur Pemboran
Menurut Preston L. Moore (1974), lumpur pemboran mulai dikenal pada sekitar tahun
1900-an bersamaan dengan dikenalnya pemboran rotari. Pada mulanya tujuan utama dari lumpur
pemboran adalah untuk mengangkat serbuk bor secara kontinyu. Dengan berkembangnya zaman,
banyak fungsi-fungsi tambahan yang diharapkan dari lumpur pemboran. Banyak additif dengan
berbagai fungsi yang ditambahkan kedalamnya, menjadikan lumpur pemboran yang semula
hanya berupa fluida sederhana menjadi campuran yang kompleks antara fluida, padatan dan
bahan kimia.
Dari adanya perkembangan dalam penggunaan lumpur hingga saat ini, fungsi-fungsi utama
dari lumpur pemboran yang diharapkan adalah sebagai berikut:
Mengendalikan tekanan formasi.
Mengangkat serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang bor.
Memberi dinding pada lubang bor dengan mud-cake.
Melumasi dan mendinginkan rangkaian pipa pemboran.
Menahan padatan dari formasi dan melepaskannya dipermukaan.
Masing-masing fungsi akan dijelaskan satu persatu. Dan dalam penulisan ini yang
berkaitan erat dengan judul penulisan adalah fungsi yang nomor kedua dari kelima fungsi utama
dari lumpur pemboran tersebut.
1. Mengendalikan Tekanan Formasi
Tekanan formasi umumnya adalah sekitar 0,465 psi/ft. Pada tekanan yang normal, air dan

padatan pada pemboran telah dapat untuk menahan tekanan formasi ini. Untuk tekanan yang
lebih kecil dari normal (sub-normal) densitas lumpur harus diperkecil supaya perolehan hilang
lumpur atau loss circulation tidak terjadi. Tetapi sebaliknya untuk tekanan yang lebih besar dari
tekanan normal maka penambahan barite sebagai pemberat perlu dilakukan.
2. Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan dan Membersihkan Dasar Lubang Bor.
Pembersihan lubang bor adalah fungsi pokok dari lumpur pemboran. Fungsi ini juga paling
sering dilalaikan dan salah dinterpretasikan. Serbuk bor biasanya mempunyai SG sekitar 2,3
samapai 3,0 dan rata-rata adalah 2,5. Jika serbuk bor lebih berat dari lumpur, maka serbuk bor
akan jatuh dengan kecepatan yang disebut dengan kecepatan slip.
Kecepatan slip dari serbuk bor dalam aliran fluida, dipengaruhi secara langsung oleh sifat
fisik lumpur antara lain kekentalan fluida. Jadi jika kecepatan lumpur di annulus dibatasi oleh
kemampuan pompa atau pembesaran lubang, maka lumpur perlu dikentalkan untuk mengurangi
kecepatan slip serbuk bor agar lubang bor tetap bersih. Keberhasilan pengangkatan juga
dipengaruhi oleh luasan permukaan atau bentuk daripada partikel serbuk bor, semakin besar
luasan dari partikel, maka gaya angkat fluida meneruskan tenaga dorong dari pompa akan
semakin bagus sehingga kecepatan slip serbuk bor juga bisa dikurangi dengan memperbaiki

sifat-sifat fisik lumpur, disamping itu juga mengoptimalkan tekanan pemompaan. Bentuk fisik
daripada partikel serbuk bor tergantung juga kepada jenis formasi yang ditembus.
Pada aliran laminer kecepatan fluida pada sisi dinding lubang bor sangatlah kecil sehingga

efek torsi mudah terjadi karena ujung alirannya yang parabolik, hal ini akan menyebabkan
serbuk bor mudah jatuh lagi ke dasar lubang bor, ini akan dapat menghambat berhasilnya
pengangkatan serbuk bor. Pengangkatan serbuk bor akan mendapatkan hasil yang lebih bagus
dengan menggunakan aliran turbulen, karena distribusi kecepatannya datar bukan parabolik
seperti pada aliran laminer.
Kekurangannya adalah mudah terjadi pengikisan lubang bor bila formasi yang ditembus
tidak kompak, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor yang menyebabkan
semakin mengendapnya serbuk bor dan tidak terangkatnya serbuk bor dengan baik.
Lumpur dasar air dapat dikentalkan dengan menambahkan bentonite, dengan
menambahkan banyak padatan, dengan flokulasi padatan atau dengan additif khusus. Jadi ada
beberapa pilihan, dan penentuan pilihan tergantung dari tujuan lain yang ingin dicapai. Bentonite
adalah pilihan yang murah, tetapi jika ada masalah hilang air, maka harus ditambah pengencer
untuk mencegah flokulasi.
Hasil yang didapat mungkin hanyalah sedikit penambahan pada kapasitas pengangkatan
dan masalah dalam lubang tetap terjadi. Penambahan banyak padatan akan menaikkan densitas,
pilihan ini tidak dianjurkan jika tidak digunakan untuk tujuan mengontrol tekanan. Penerapan
flokulasi lumpur adalah pilihan yang mudah dan murah, tetapi juga dibatasi oleh masalah hilang
air. Additif khusus mungkin merupakan pilihan yang paling tepat, tetapi hal ini akan menaikkan
biaya lumpur.
Lumpur pemboran yang baik untuk pembersihan dasar sumur apabila memiliki

karakteristik mengencer akibat gesekan (shear thining) yang baik, karena semakin bersih lubang
bor berarti semakin bagus pula pengangkatan serbuk bornya sampai kepermukaan.
3. Memberi dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake.
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis didinding formasi permeabel
(lulus air), pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke
formasi (adanya aliran yang masuk yaitu cairan plus padatan menyebabkan padatan
tertinggal/tersaring). Mud Cake yang dikehendaki adalah mud cake yang tipis karena dengan
demikian lubang bor tidak dipersempit dan cairan tidak banyak yang hilang. Sifat wall building
ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.
b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam lumpur dan memperkuat mud
cake.
4. Melumasi dan Mendinginkan Pahat.
Panas yang ditimbulkan terjadi karena gesekan pahat serta drillstring dengan formasi.
Konduksi formasi umumnya kecil, sehingga sukar sekali menghilangkan panas dalam waktu
cepat, tetapi umumnya dengan adanya aliran lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem
serta melumasi pahat. Umur pahat bisa lebih lama sehingga biaya pergantian pahat bisa ditekan,
karena dengan tertembusnya formasi yang cukup keras, kalau tidak terlumasi dengan baik, bit

akan cepat tumpul sehingga daya tembusnya menjadi lambat dan memperlambat proses

pemboran.
5. Menahan Padatan Dari Formasi dan Melepaskannya di Permukaan.
Lumpur pemboran yang baik mempunyai sifat tixotropi yang menyebabkan partikelpartikel padatan dapat dibawa sampai kepermukaan, dan menahannya didalam lumpur selama
sirkulasi berhenti. Kemampuan lumpur untuk menahan serbuk bor selama sirkulasi dihentikan
terutama tergantung terhadap gel strength, dengan cairan menjadi gel tekanan terhadap gerakan
serbuk bor kebawah dapat dipertinggi. Serbuk bor dapat ditahan agar tidak turun kebawah,
karena bila ia mengendap dibawah bisa menyebabkan akumulasi serbuk bor dan pipa akan
terjepit. Selain itu ini akan memperberat kerja pompa untuk memulai sirkulasi kembali. Tetapi
gel yang terlalu besar akan berakibat buruk juga, karena akan menahan permbuangan serbuk bor
dipermukaan (selain pasir). Penggunaan alat seperti desander dan shale shaker dapat membantu
pengambilan serbuk bor dari lumpur dipermukaan. Patut ditambahkan bahwa pasir harus dibuang
dari lumpur karena sifatnya yang abrassive pada pompa, sambungan-sambungan
Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran
Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubahtenaga
mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan dayahidrolis berupa tekanan dan
volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkanlumpur dari tangki melalui manifold stand pipe
masuk ke drill string, menuju ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian
dengan tekananyang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa serbuk
bordari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.
Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalahdengan satu kali

gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana pada saat piston bergerak ke
belakang terjadi langkah pengisapan sehingga liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex
bekerja cepat maka pengisian liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super chargingnya. Sedangkan pada saat piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan (discharge)
sehingga volume cairan yang ada di salam liner terdorong keluar menuju discharge manifold.
Tipe Lumpur Pemboran
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta
tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan, kerja ulang) kita mengenal
type/ sistim lumput yang berbeda-beda pula, seperti :
1. Sistim Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk
permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas.
2. Sistim Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang
lebih tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan
dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
3. Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium
untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.
4. Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi
pembasahan formasi oleh air.

5) Sistim Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan
Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur

bor. Sistim ini dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan daram KCl atau NaCl,
sehingga sistim ini disebut Salt Polymer System.
6) Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan sistim
lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai
haruslah dapat larut atau kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut
dalam air. Sistim Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi,
tahan suhu tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan
7) Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha olefin,
untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based
Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggap teralu mahal.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Bahan Kimia Lumpur
Seperti kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi khusus

untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral dibutuhkan untuk
memberikan karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tesebut dapat diklasifikasi
sebagai berikut:
Viscosifiers (bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer
Weighting Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.
Thinners (Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate
Filtrat Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant
Lost Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries
Aditif Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubrican

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22