Konsep Dan Implementasi Hukum Humaniter Internasional dan Kaitannya Dengan Hukum Pidana Internasional Dan Hukum Hak Asasi Manusia Internasional - repository civitas UGM

Ct,g

C-tto)S,Sif orfrH1U m
SirlJK;arreI aLP;e{,at
"*h
eng fu
fulerr;
jas aaY
ilr-UIIIN 5rurna n Kali'i;

Yogyakarta, 28 Januari Z01Z
Nomor

:

Lampiran

: 1 (satu) bende[

Hat


: Permohonan Narasumber

48 / D-3 / Pan. RCFH/2-A I I /

ZO|Z

Kepada

Yth. Heribertus jaka Triyana, S.H., LL.M.
Di

Yogyakarta
Assolamu' alai kum Wr, Wb.
SIAMO TUTTI FRATELLI

Satam sejahtera kami sampaikan, semoga
datam [indungan-Nya. Amien.

kita setatu diberi rahmat dan senantiasa


akan ditaksanakan kegiatan seminar Nasional Hukum
Perikemanusiaan lnternasional (HPl)/ Hukum Humaniter lnternasional
(HHl)
sebagai satah satu rangkaian kegiatan Red Cross for Humanity yang
insya Attah akan
sehubungan

dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Februari 2012
Tempat : Convention HaU UIN Sunan Katijaga yogyakarta
Maka kami memohon kesediaan Bapak untuk menjadi Narasumber
datam kegiatan
tersebut. TOR kegiatan dan manual acara tertampir.
Demjkian surat permohonan ini kami sampaikan, atas perhatjan
dan kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu' alai kum Wr. Wb.

*.*rwt\* R*d f,r**s


f*r

f{lutrnaru*fy

K5E pi,qt 4_inir,TtrX Uti,t Srzn*ar Halijaga y*Egai.arta

*4*kttx

fu;krxtart*

Ali F{aribuan
zur*.ffi.0e
Saidiruq

Ft*a*tna

ltistr,

w*tt vln


"uryl Wrprqlt

N4, e,

(;

',.
z.

tr
litrlJ.a

''l}ffr
Y {-t
't

&Y., Wpffd,{ijq@,l,,llesp**w
rery" #./v&b}* 2w5fi1 2 tyJ?


3fi7. fr
1

No*ng*rak*si'

&,Lfule[fi, *4fi ffiA *{ } ?r{ffi 0FI e S,te
LJll-'l Suma n,ffa{ijaga Yogya$,a rt a
W

"fiV "A5.,*1 .*4 "*7

?*ng*rux K5R Unit VII
&Nfi {$ff.weq 6F{ip#fiH5t&
Ary!fuWffidt i xsa Y rrys akarra
qel

-.. Litll ,

Red Cross for Humanity
i:'Ly.

- \W$W Karps Sukarela Pa[ang Merah lndcnesia
q
W{ rY Unit Vll U!N Sunan Katijaga Yogyakanta
't

,,

Sekretariat: Jt. Marsda Adi Sucipto, Gd. Student Center (SC) Lantai Dasar No.1.12 UIN Sunan Ka[ijaga Yogyakarta 55281 Tetp. (0274)
3005415 Btog: redcrossforhumanity.wordpress.com E-mait: redcrossforhumanity@gmait.com

TOR KEGIATAN
SEM|NAR NASTONAL HUKUM PERKTMANUSTAAN TNTERNASIONAL (HPl)
HUKUM HUMANTTER TNTERNASTONAL (HHl)
t.

/

DASAR PEMIKIRAN

Patang Merah lndonesia (PMl) merupakan suatu organisasi sosial yang bergerak datam

bidang kemanusiaan, dengan tujuan untuk meringankan penderitaan sesama, baik pada saat
konfl.ik maupun damai dengan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antar gotongan.

Nitai kemanusiaan yang membumi metintasi domain suku, agama, rasa, dan antar
mati" bagi kehidupan bermasyarakat. Usaha-usaha penyebartuasan
nitai-nilai kemanusiaan (sense of humanity) tetap harus ditakukan untuk mewujudkan
kesadaran masyarakat akan nilai-nitai tersebut sehingga terbangun pemahaman utuh dan
mampu menjetma datam kehidupan.
Patang Merah lndonesia sebagai organisasi kemanusiaan yang tetah diakui
keberadaannya, baik secara nasiona[ maupun internasionat, berusaha memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat metatui kegiatan kemanusiaan.
Sebagai satah satu usaha mewujudkan misi kepatangmerahan, KSR PMI Unit Vll UIN
Sunan Katijaga Yogyakarta mengemas datam wujud kegiatan Red Cross for Humanity untuk
metaksanakan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Patang Merah dan Butan Sabit Merah
lnternasional. Hukum Perikemanusiaan lnternasional (HPl) i Hukum Humaniter lnternasional
(HHl) merupakan satah satu rangkaian kegiatan dari kegiatan tersebut.
Hukum Perikemanusiaan lnternasional adatah seperangkat aturan yang karena atasan
kemanusiaan dibuat untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian bersenjata. Hukum ini
metindungi mereka yang tidak atau tidak lagi tertibat datam pertikaian dan membatasi caracara dan metode peperangan. Hukum Perikemanusiaan lnternasional adatah istitah yang
digunakan oteh Patang Merah lndonesia untuk Hukum Humaniter lnternasional (lnternational

Humanitarian Law). lstitah [ain dari Hukum Humaniter lnternasiona[ ini adatah "Hukum
Perang" (Low of War) dan "Hukum Konflik Bersenjata" (Law of Armed Conflict).
Pertindungan terhadap hak-hak asasi manusia pada saat peperangan juga menjadi
bahasan datam Hukum lstam. Dan apabita Hukum Perrkemanusiaan lnternasional dan Hukum
lstam dikomparasikan maka memitiki persamaan dan titik temu, yang mana kedua hukum
tersebut sejatan datam memberikan perlindungan pada saat peperangan.
Tragisnya contoh-contoh petanggaran hukum perikemanusiaan internasionaI tak
terhitung tetah terjadi dalam pertikaian bersenjata di seturuh dunia. Bahkan korban yang
meningkat datam peperangan adatah warga sipit. Namun, terdapat hat-hal. penting dimana
hukum perikemanusiaan internasional tetah membuat suatu perbedaan datam metindungi
warga sipit, tawanan, korban luka dan sakit serta dalam membatasi penggunaan senjata
yang semena-mena. Bahwa hukum itu bertaku setama masa-masa traumatik, penerapan
hukum perikemanusiaan internasional akan setatu menghadapi kesutitan-kesuUtan berat,
penerapan efektif dari hukum itu setamanya akan tetap mendesak.
Pemberian pengertian dan pemahaman terhadap mamsyarakat sipit tentang Hukum
Perikemanusiaan lnternasionaI sangatlah penting, sehingga diharapkan denga adanya
kegratan seminar nasionaI Hukum Perikemanusiaan lnternasionaI ini akan memberikan
pemahaman dan pengetahuan yang tebih luas kepada masyarakat umum.

gotongan adatah "harga


il. LANDASAN KEGIATAN
1. AD/ART PMI Tahun 2009.
2. Pedoman Dasar KSR PMI Unit Vll UIN Sunan Katijaga Yogyakarta Tahun 2011.
3" GBPK UKM KSR PMI Unit Vll UIN Sunan Kal.ijaga Yogyakarta Tahun 2011.
4. Program Kerja UKM KSR PMI Unit Vll UIN Sunan Katijaga Yogyakarta Periode
2011t2012.
5. Surat Keputusan Rektor UIN Sunan KaLijaga Yogyakarta No. 168 B Tanggal 5 Agustus
2011.

z rf=

'""!1jt.

,' " ""AMLf Red Cross for Humanity
* rzn "-'
-'.

i, \\r*.Y..?*- {& W
.

wv
e IWW
ffiv:\f4
w"f
g

Konps Sukarela Pa{ang

ffierah lndcs:csia

Unit Vll t"J lN Sunan KaXijaga Yogyakarta
{J

re,ry

Sekretariat: Jt' Marsda Adi sucipto, Gd. Student center (Sc) Lantai Dasar No.1.12 UIN Sunan Katijaga yogyakarta
552g1 Ielp.(0274)
{o)!-!ls- a\og; redcrossforhumanity.wordpress. com E-mait: redcrossforhumanitrbemait. com

NAMA KEGIATAN


/

Kegiatan ini bernama "seminar Nasional Hukum Perikemanusiaan lnternasiona[ (HPr)
Hukum Humaniter lnternasionat (HHl),'.

IV. TEMA KEGIATAN
Grand tema "Satu Negara, Satu Lambang, Satu Gerakan Patang Merah Indonesia".
b. Sub tema.

a'

Uraian Materi / Topik

No

Konsep dan lmptementasi HPI datam
Konteks Gerakan Patang Merah dan
Butan Sabit Merah.
Konsep dan lmptementasi HPI dan
Kaitannya dengan Hukum Ptdana

1

2

Nara Sumber
Rina Rusman

:

LegaI Advisor ICRC

Heribertus Jaka Trryana,

5.

H", LL.M.

lnternasional dan HAM.
Koretasi antara HPI dengan Hukum lstam

3

datam Konsep dan lmplementasinya.
Imptementasi HPI di lndonesia dan
Koretasj dengan Lambang Gerakan.
Moderator

4
5

V.

Prof. Dr. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D.
Muhammad Muaz, S.H.:
PMI Pusat

Drs. Mochamad Sodik, S.Sos.,M.Si

HASIL YANG INGIN DICAPAI

1.

7.
3.

4.

Peserta mengetahui dan memahami konsep dan imptementasi HPI datam konteks

gerakan Patang Merah dan Butan Sabit Merah.

Peserta mengetahui dan memahami konsep dan imptementasj Hpl dan kaitannya

dengan hukum pidana internasionat dan HAM.

Peserta mengetahui dan memahami koretasi antara HPI dengan hukum istam datam

konsep dan imptementasinya.

Peserta mengetahui dan memahami rmptementasj HPI

dengan lambang gerakan.

di

Indonesta dan koretasi

VI. TUJUAN KEGIATAN
1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang Hukum
Perikemanusiaan lnternasionat.
7. Mengenatkan dan menyebartuaskan peran UKM Korps Sukareta Patang Merah
lndonesia (KSR PMI) Unit Vll UIN Sunan Katijaga Yogyakarta di katangan perguruan
tinggi.
3. Memacu masyarakat akan kesadaran kemanusiaan.
VII. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Waktu
Sabtu, 25 Februari Z0l2
Z. Tempat
Convention Hol/ UIN Sunan Katijaga yogyakarta.

VIII.

PESERTA

Kegiatan

dari

ini

direncanakan akan dihadiri oteh 250 orang sebagai peserta yang terdiri

:

1.

7.
3.

Mahasiswa
Dosen dan Akademisi
Umum.

IX. JENIS KEGIATAN

Jenis kegiatan seminar berupa pemberian teori dan forum tanya jawab di
ruangan oteh tiga pembicara dan satu moderator.

Humanity
Korps Sukar*ia Palanrg fu1erah lndanesia
Unit Vll UIN Sunan Kalijaga Yogyakartm
Sekretariat: Jt. Marsda Adi Sucipto, Gd. Student Center (SC) Lantai Dasar No.1.12 UIN Sunan Katijaga Yogyakarta 55281 Tetp.(0274)
3005415 Btog: redcrossforhumanity.wordpress.com E-mai[: redcrossforhumanity@gmait.com ....................:?,h

,

x. PEMATERI
1. lnternational Committee of the Red Cross (ICRC).

2. Patang Merah lndonesia Pusat.
3. Pakar Hukum lnternasionat.
4. Pakar Hukum lstam.

xl.

PENUTUP

Demikian TOR ini kami sampaikan agar dapat dijadikan referensj dan pertimbangan
serta bahan informasi bagi pihak-pihak terkait.

Yogyakarta, 19 November 2011

Pareitia
H5fi

frd

p"h4l Unit. VEi

drass

f*r l4unranity

ul!{ tunan btaZitrqa\qgakartx

Fmgw*ws l{5fl {"lnit V}l

.,
j, i

?lsiua Fanitl*

PA}-**W #EftAH I H DOfTESIA
U6*&tai (atiiaEa Yogyakarta

,,"-

'.,''-l{etua

'lo,t^

4&L

sita ktriana

?41e."

fuidina &ii hlssitoa;am
W."95"CI1,0..r.07.2992.S9 ?4*. A?"85"*1".&4.*7,?*5$.&E
t*engetahui
tu.t, Refrt*r

Fec'&bi,fla fcsfi. L$Bit Vll

Fernbantu H.rktor

PA1.aH&
LIYH $wna,n

96ffis

Sifa'1,

hlasarupla

*[rP.

1986fl1

awak.kr4r n erna

Y

tw*{dtq effiS*1 m7
Pgfl,gun s

FeftSrunr5

PAt-Ail*e *&rfi,eH IHDrs*ffitA
W,

Mrft}}t tl4froHf,5te
ffi"ljaga Yryg*karta

W*kana

*9

5t.."eu,,Ahr.

Frnf,

DR,

Adi Hesu,-1, ldS.{,

*('H, ft{-Slf'fH,

?Wllq,

Y

',"

-

, *^"*.,

yu Red Cross

for Humanity

Korps Suk*rela Patang tux*rxh tndCIs:*sia
'${;p'fu
M'{ \ r i Unit Vil UIN Sunan Katijaga yagyakar-ta

Sekretariat: Jt. MarsdaAdi Sucipto, Gd. Student Center (SC) Lantai Dasar No.1.12 UtN Sunan Katijagayogyakarta 55281 Tetp.(0274)
300541 5 Blog: redcrossforhumanity.wordpress.com E-mai[: redcrossforhumanity@gmait.com

MANUAL ACARA

Seminar Nasional Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPl)/
Hukum Humaniter lnternasional (HHl)
Red Cross

for Humanity

KSR PMI

Unit Vll UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Sabtu, 25 Februari 2012

No

Waktu

1

07.00 - 08.00

Daftar Utang Peserta

Att Panitia & Peserta

7

08.00 - 09.00

Pembukaan

Petugas

3

09.00 - 09.45

Konsep dan lmptementasi HPI datam

Rina Rusman

Konteks Gerakan Patang Merah dan

Lega[ Advisor ICRC

Kegiatan

Keterangan

:

Butan Sabit Merah.
A

09.45

-

10.30

Konsep dan lmptementasi HPI dan

Heribertus Jaka Triyana, S.H., LL.M.:

Kaitannya dengan Hukum Pidana

Pakar Hukum lnternasiona[

lnternasional dan HAM.
5

10.30

-

1

1.15

Korelasi antara HPI dengan Hukum

Prof. Dr. Yudian Wahyudi, lAA., Ph.D.:

lstam datam Konsep dan

Pakar Hukum lstam

lmptementasinya.
6

7

11

.15

12.00

-

12.00

12.45

Muhammad Muaz,

Koretasi dengan Lambang Gerakan.

PMI Pusat:

Diskusi panel

Drs. Mochamad Sodik, S.Sos.,M.Si.

Moderator
8

12.45

-

13.15

S.H.:

lmptementasi HPI di lndonesia dan

Penutupan

Petugas

l

Konsep Dan lmpleme:ntasi hlukum Humaniter Internasional dan
Kaitannya Dengan Hukum Pidana lnternasional Dan Hukum Hak

Asasi Manusia lnternasional *
Oleh. Heribertus Jaka Triyana{
L Pengantar

Penegakan Hukum Humaniter lnternasional (HHl) dan Hukum Hak Asasi
Manusia lnternasional (HAMI) harus dilaksanakan berdasarkan prinsip efektivitas.
Prinsip ini menentukan bahwa negara wajib untuk mengakui, mengatur, menghormati,
memajukan dan melindungi HHI dan HAMI diseluruh sendi-sendi penyelenggaraan
negara. Pelaksanaan prinsip ini dapat diukur dari dua indikator yaitu pembentukan dan
pelaksanaan instrumen hukum dan kelembagaan HAM baik dibidang eksekutif, legislatif
dan judikatif. Di lndonesia, prinsip ini diatur dan diakui keberadaanya dalam Pasal

71

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manuasia dan juga dalam
Undang-Undang Nomor 59 tahun 1958 tentang ratifikasi lndonesia terhadap KonvensiKonvensi Jenewa 1949.

Negara adalah pihak utama yang berperan dan memiliki tanggungjawab untuk
penegakan HHI dan HAMI, sehingga negara wajib melaksanakan standar-standar
internasional yang berasal dari HHI dan HAMI terhadap penegakan hukum terhadap
pelanggaran kedua jenis hukum tersebutl. Lebih khusus lagi, penegakan hukum
Disampaikan pada Seminar Nasional Hukum Perikemanusiaan lnternasional (HPl) KSR PMI UnitVll UIN
Sunan Kalrjaga Yogyakarta, 25 Februari 2012
Staf Pengajar Hukum lnternasional FH UGM Yogyakarta: SH (UGM lndonesia, 1994-1998), LL M
(Unimelb, Australia, 2002-2003), MA (Rijks-Universiteit Groningen, Belanda, 2007-2008); dan MSc (Ruhr

University

j_akalnya

'

na

of

Bochum, Jerman, 2008-2009) Korespondensi. email: riroycgva@qmail.com atau

@ m

arl-ugm_aeld ata u te p. 08 1 802649293
I

Human Rights Committee. General Comment 3. Pasal 2, para 1, lmptementation at the national level
(Thirteenth session, 198'1 ), Compilation of General Comments and General Recommendations Adopted
by Human Rights Treaty Bodies, UN Doc HR1/GEN/1/Rev 1 at4 (1994), General Comment,, Pasal 1 of
lhe European Conventiort for the Protection of Human Riqhts and Fundamental Freedoms 1g54 4
November 1950, berlaku 3 September 1953,213 UNTS 221, ETS 5 1 EYB 316; Pasal 3 cjan 4
Convention Relating 1o the Status of Refugees 1951 ,28 July 1951, berlaku 22 April 1954 189 UNTS 150,
1954ATS5; 1961 NZTS2, Preambleof theConventiononthePoliticat Rightsof Women., PrinsipTof the
Declaration on the Granting of lndependence to Cotonial Countries and Peoples 7960, UNGA, 14
Desember 1960 GA Res 1514, uNGAoR, 15'h Sess, supp No 16, uN Docs. tu4684 (1961); Bagian
European Social Charler 1961,1B October 1961, berlaku 26 February 1965 529 UNTS 89, ETS 35 9
EYB 247, Pasal 2 of the lnternational Convention on the Elimination of Att Forms of Raciat Discrimination
7966; Pasal 2 of the lnternational Covenant on Economic, Sociat and Cutturat Rights 1966, berlaku 3
January 1976; 993 UNTS 3, 1966 UNJYB 170, Pasal 2 of the lnternational Covenant on Civit and Political
Rights 1966, lihat the American Convention on Human Rights 1969, entered into force 18 luly 1978, 1114
UNTS 123; OASTS No. 36, 9 ILM 673; Article 2 of the Conyention on the Etimination of All Forms of
I

internasional mewajibkan negara-negara berperan aktif dalam hal penuntutan dan
penghukuman bagi pelaku pelanggaran HHI di wilahnya2 atau yurisdiksinya3.

Penegakan hukum HHI secara lebih khusus menentukan bahwa semua pihak

wajib melaksanakan ketentuan yang ada didalamnya sehingga kewajiban ini menjadi
suatu kewajiban internasional (internationat obligation) bagi semua pihaka. Pihak disini
adalah semua subyek hukum hukum internasional, yaitu negara, individu, organisasi

internasional baik organisasi ineternasional publik maupun privat dan kesatuankeasatuan atau kelompok yang diakui oleh hukum internasional, seperti belligerent dan
Discrimination against Women 7979, berlaku 3 September 1981 , 1249 UNTS 13 19Bg UKTS 2, 19 ILM
33; lihat African Chafter on Human and Peoples' Rights 1981 (Banlul Charter), berlaku 21 October 1986,
21 ILM 59 (1982); Pasal 4 of lhe Declaration of the Elimination of All Forms of lntolerance and of
Discrimination basedon Religion and Belief 1987 UNGA GA Res 36/55, UNGAOR 36th Sess, Supp. No.
5'1 , UN Doc. 4/36/51 (1981),21 ILM 205 (1982); lihat the Slracusa Principles on the Limitation and
Derogation Provisions in the lnternational Covenant on Civil and Political Rights 1984, UN Doc
E:CN.4l1g14l4 (28 September 1984) 7 HRQ 3 (1985); Additional Protocol to the American Convention on

HumanRightsintheAreaof Economic,Social andCultural Rights1988,OASTSNo 69,28ILM(1989);

'

I

'

lihat Pasal seluruhnya Convention Against ToftLtre ancl Other Cruel lnhuman or Degrading Treatment or
Punishment 7984, berlaku 26 Juni 1987, GA Res 39/46, UNGAOR 391h Sess, Supp. No. 5"1 , UN Doc
A/39/51 (1985),23 ILM 1027; bandingkan dengan lhe lnter-American Convention to Prevent and Punish
Torture 7985, berlaku 28 Februari 1987 OASTS No 67, OAS Doc OEA/SER P AG/DOC 2023185' 25
ILM 519 (1986); lnternational Convention on the Suppression and Punishment of the Crime of Apaftheid,
30 November 1973, GA Res 3068 (XXVIl)(1973) 1015 UNTS 246,28 UNGAOR Supp(No 30), UN Doc
A/Res/3068 (1973) 13 ILM 50 (1974)
Human Rights Committee, General Comment 3, Article 2, para 1, lmplementation at the national level
(Thirteenth session, 1981), Compilation of General Comments and General Recommendations Adopted
by Human Rights Treaty Bodies, UN Doc HRl/GEN/1/Rev 1 at14 (1994) University of Minnesota Human
Rights Library, http:/iiur'rw.l .urrn.edu/humani-ls-igencomm/hrcornl3 htm General Comment adalah suatu
rnstitusi legal yang dikeluarkan oleh Komite Hak Asasi Manusia internasional terhadap suatu penafsiran
otentik dari suatu Pasal Konnvensi HAM dan General Comment adalah salah satu mekanisme penegakan
HAM ditingkat internasional.
Lihat yurisprudensi dari kasus Loizidou v Turkey (Preliminary Objections), European Court of Human
Rights (1995) Series A.No.310, 23 February 1995, para.72, see also Velasquez-Rodriquez (Judgment)
ZO Luty 1988, lnter American Court of Human Rights (1988) Series C. No.4, para 167, Artico v ltaly,
European Court of Human Rights (1980) Series ANo. 37,16, A v UK (Application) No. 15599/1994,
Report of 18 September 1997, para 48; see generally Human Rights Committee, General Comment No
16, ICESCR, Committee, General Comment, No.5, para 11 (1994)
Lihat Pasal Kembar (Pasal 1) Pasal yang sama dari Konvensi Jenewa 1949, Pasal 8,9,'10,48,49 KJ
yaitu Konvensi I tentang lhe Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded and Sick in
Armed Forces in the Fietd, dibuka penendatangannya pada 12 Agustus 1949,6 UST 3114, TIAS No
3362,75UNTS31,Pasal B, 1O 45,49danSOKonvensi ll tentanglheConventionfortheAmeliorationof
the Condition of the Wounded and Sick and Shipwrecked Members of the Armed Forces at Sea, dibuka
penandatangannya pada 12 Agustus 1949, 6 UST 2317 TIAS No 3363 75 UNTS 85 Pasal B, 10, 128
dan 129 Konvensi lll tentang the Conyenfion Relative to the Protection to the Prisoner of War, dibuka
penandatanganya pada 12 Agustus1949,6 UST 3316 TIAS No 3364,75 UNTS'1 35 dan Pasal 9, 1'1
145 dan Pasal 146 Konvensi Jenewa lV tentang the Conventlon Relative to the Protection of Civrlian
Persons in Time of War, dibuka penendatangannya pada 12 August 1949 6 UST 3317 TIAS No 3365,
75 UNTS 287, Lihat juga lnternational Committee of the Red Cross, Ihe Geneva Conventrons of August
12 1g4g (1949), hal 44-5, 70-1, 132-3,212-3 Pasal 6 7 B BB Bg dan g0 dari Protokol Tambahan tahun
I

,

1977 tentang Protocol Additional

to

Geneva Convention

of 12 August 1949, and relating to

the

Protections of victims of lnternational Armed Conflict, dibuka untuk penandatanganan pada, Desember
1977, 16 ILM 1391 dan pada pasal 90 Protokol Tambahan ll tentang Protocol Additional to Geneva

Convention of 12 August 1949, and retating to the Protections of Victims of Non lnternational Armed
Conflict, dibuka untuk penandatanganan pada bulan Desember 1977,16 ILM 1442, lihat juga ICRC,
Protocols Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949 (1977)

pergerakan nasionals. Akan tetapi, ada pendapat hukum yang menyatakan bahwa yang

bisa menjadi anggota Konvensi Jenewa hanyalah negara, maka negara sajalah yang
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya. Pada perkembangan saat sekarang

banyak pendapat hukum yang menyatakan bahwa selain negara, (organisasi
internasional dan Lembaga swadaya internasional/LSM), harus dan dapat pula
melaksanakan kewajiban seperti yang disyaratkan oleh Konvensi Jenewa, termasuk
juga oleh Perserikatan Bangsa Bangsao

ll. Jenis dan Cara Penegakan HHI dan HAMI
Penegakan HHI dan HAMI dapat diartikan secara khusus sebagai implementasi.
lmplementasi HHI meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut, yaitu langkah-langkah

pencegahan (preventive measures), Iangkah-langkah pencegaha n (complience
measures), langkah-lankag penegakan hukum (repressive measures) dan langkahlangkah lainnya (other measures)l

.

Pertama, preventive measu re s meliputi kegiatan penyebarluasan pengetahuan
tentang hukum humaniter baik ditingkat internasional ataupun nasional, melaksanakan
latihan-latihan untuk kader-kader profesional dan penyediaan fasilitas latihan kepada
organ-organ negara seperti pada angkatan bersenjata, membuat peraturan-peraturan

hukum nasional yang berhubungan dengan Hukum Humaniter lnternasional dan
menterjemahkan teks-teks yang berhubungan dengan Hukum Humaniter lnternasional.

Kedua, implementasi terhadap pengawasan pelaksanaan Hukum Humaniter
selama masa konflik (compliance measures). Langkah ini dilaksanakan oleh Negara
Pelindung atau negara yang dilindungi pada saat terjadi konflik dan pelaksanaan
pengawasan serta aksi kemanusiaan oleh lnternational Committee of the Red Cross

Lihat subyek-subyek hukum internasional pada M.N. Shaw, lnternational Law (3d edition, 1991) hal 135,
168, '1 70 dan 178, Martin Dixon and Robert McCorquodale, Cases and Material on lnternational Law, (2.d
Ed 1995), hal 146, dan Tim Hillier, Sourcebook on public lnternationat Law, ( 1998), hal 181
Salah satunya adalah Timothy McCormack yang beranggapan bahwa globalisasi telah menyebabkan
kelompok-kelompak organisasi internasional memiliki kapasitas untuk membuat dan melaksanakan
keputusan dalam kerangka global dan meraka itu telah menjadi salah satu actor utama dari globalisasi,
Timothy LH McCormack, "From Solferino to Sarajevo A Continuing Role for lnternational HLrmanitarian

Law", 21 Melbourne University Law Review(1997),

hal.

648; PBB dalam melakukan tugas{ugas

internasionalnya, yaitu dalam peace keeping operation, UN-controlled enforcement operations dan UNauthorized enforcement operations juga wajib melaksanakan ketentuan hukum perang dalam ketentuanketentuan Konvensi internasional yang ada Dasar dari ketentuan ini adalah pada the lggg UN Secretary
General's Bulletin on Observance by United Nations Forces of lnternational Humanitarian Law, berlaku
pada tanggal 12 Agustus'1999, UN Doc ST/SGB/1999/i3 38 tLM (1999)
Fred Tanner, "Conflict prevention and Conflict Resolution Limits Multilateralism", 83 lnternational Review
of the Red Cross (2000), hal. 547-56 dan lnternational Committee of the Red Cross, lnternational
Humanitarian Law Answer to your Queslion, hal. 32-3

(ICRC)8. Sejak didirikan pada tahun 1863, ICRC berperan sebagai institusi netral dan

mandiri yang bergerak dibidang kemanusaian saat terjadi perang baik yang bersifat
internasional ataupun non internasional (civit war alau internal armed conflict). Dengan

demikian, ICRC memiliki hak untuk melaksanakan semua aksi kemanusaiaan untuk
menolong korban perange.

Ketiga, langkah-langkah penegakan hukum terhapap pelanggaran terhadap
Hukum Humaniter lnternasional (represive measures). Langkah-langkah ini berdasarkan
pada kewajiban negara-negara anggota Konvensi Jenewa 1949 dan ProtokolTambahan

1977 untuk mencegah dan menghukum pelanggaran terhadap Hukum Humaniter
lnternasionalT0. Langkah-langkah represif tersebut meliputi kewajiban bagi negara
anggota Konvensi Jenewa untuk mencegah dan menghukum pelaku pelanggar (war
criminals) terhadap Konvensi. Dengan demikian, negara peserta harus menyediakan
perangkat hukum nasional dan pengadilan nasional bagi pelanggaran berat (grave
breaches) Konvensi Jenewa yang bisa dikualifikasikan sebagai kejahatan perang (war
crimes). Disamping itu, penghukuman terhadap pelanggaran berat Konvensi Jenewa
dapat pula dilaksanakan oleh pengadilan Internasional, contohnya yaitu dibentuknya
lnternational Criminal Tribunal for Former Yugoslavial' tahun 19g3 dan lnternational

Crimind Tribunal for Rwanda pada tahun

199412.

Disamping langkah-langkah tersebut di

atas, kerja sama antar negara untuk melakukan ekstradisi pada penuntutan pidana
terhadap pelanggar Konvensi juga juga merupakan langkah represif,3

Keempat, langkah-langkah lainnya, yaitu langkah-langkah implementasi yang
harus dilaksanakan bersama-sama dengan ketiga langkah tersebut di atas, seperti,
dibentuknya prosedur penyidikan yang baku, kerjasama dengan Komisi lnternasional
Pencari Fakta dan kerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsala.

8

Pasal 126 Konvensi Jenewa lll dan Pasal 143 Konvensi Jenewa lV dan ICRC, Guide for National Red

Cross Socielles and Red Crescenl Socielies to Activities in the Event of Conflict (Geneva),

rcRC

1()

hal

17-20.

rbid

Pasal 1 (Common Afticles),49 KJ I 50 KJ ll 129 KJ lll dan Pasal 149 Konvensi Jenewa lV i949 dan
Pasal 11 dan 85 Protokol I tahun 1977. Pasal tersebut menentukan bahwa "Para pihak dalam Konvensi
Jenewa 1949 berjanji untuk menetapkan undang-undang yang diperlukan untuk memberi sanksi pidana
efektif terhadap orang-orang yang melakukan atau memerintahkan untuk melakukan atau memerintahkan
untuk melakukan salah satu diantara pelanggaran berat terhadap Konvensi. Disamping itu para pihak
dalam Konvensi Jenewa tahun 1949 wajib mencari orang-orang yang disangka telah helakukan atau
memerintahkan untuk melakukan pelanggaran berat terhadap Konvensi dan mengadili para tersangka

dengan tidak memandang kebangsaannya. Terjemahan dari Mochtar Kusumaatmadja. Konvensr-

Konvensi Palang Merah Tahun 1949 Mengenai Peilindungan Korban Perang, (Binacipta, 1986)
Resolusi Dewan Keamanan Nomor 827 (25 Mei 1993) UN Doc St257O4 (May 3 1993) 3 tLM 1159
t:l
Resolusi Dewan Keamanan Nomor 955 (B November 1994), UN Doc sl1gg4l14o5.
tl Pasal
88 Protokol I tahun 1977
t1
Pasal 89 dan 90, Ibid.
ll

Langkah-langkah implementasi tersebut di atas merupakan langkah kumulatif
yang harus dilaksanakan bersama-sama. Hal ini menjadi suatu keharusan karena dalam
perkembangannya, Hukum Humaniter lnternasional mengalami evolusi, perubahan

sudut padang terhadap ketentuan-ketentuan normatif dan menghadapi tantangan
perubahan yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Hal ini merupakan suatu keharusan

bagi negara untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut yang telah mereka
terima melalui ratifikasi atau melalui mekanisme hukum kebiasaan internasional
terhadap hukum hak asasi manusia internasional.

Hukum Humaniter lnternasional mengalami evolusi, perubahan sudut padang
terhadap ketentuan-ketentuan normatif dan menghadapi tantangan perubahan yang
mau tidak mau harus dilaksanakan. Elliasl5 berargumentasi bahwa Hukum Humaniter
lnternasional sedang menghadapi dua phenomena yaitu , peftama, kemajuan teknologi

yang berimbas kepada kemajuan sarana perang yang menyebabkan

ketentuan-

ketentuan normatif tentang perang dan perlindungan korban perang dalam Konvensi
Jenewa 1949 dan peraturan tambahannya menjadi kurang atau tidak relevan dalam
pelaksanaannya

hak

16.

Kedua, munculnya masalah internal yang memiliki dimensi internasional yaitu
penentuan nasib sendiri (self-determination rights), yang pada gilirannya

meningkatkan perang sipil di dalam negeri suatu negara, perang gerilya dan timbulnya
pergerakan-pergerakan perlawanan terhadap suatu negara. Lebih lanjut, akibat dari
meningkatnya perang yang bersifat internal (non international armed conftict character)

menyebabkan tingginya perekrutan wanita,anak-anak

dan tentara

bayaran

(merceneries) didalam konflik tersebut.lT

Disamping perubahan faktual pelaku didalam konflik, perubahan ketentuanketentuan normatif didalam penegakan hukum humaniter juga muncul, peftama,
ketentuan-ketentuan Hukum Humaniter lnternasional menjadi berasimilasi dengan
Hukum Hak Asasi Manusials yang harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
pokok di Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan tahun 1g77 ketika terjadi
konflik di dalam negeri. Dengan demikian, perubahan sifat konflik menyebabkan

't
r'
''

To Ellias,

New Horizon in

lnternational Law(z,d ed. Martinus Nilhoff publisher, 1g92)

15.1

lbid
lbid.

'n

Lihat uraian yang panjang mengenai hal ini oleh Theodore Meron, "The Humanization of Humanitarian

Law", 94 American Journal of lnternational Law 239 (2000), hal.243-244,2s6-zb7.

pelanggaran berat konvensi Jenewa bisa berlaku dikonflik internal
berdasarkan alasan
kebiasaan internasionalle.
Kedua, berubahnya syarat penuntutan bagi kejahatan perang (threshold for the
prosecution). Hal ini bisa diikuti dari jurisprudensi dari ICTY yaitu pada putusan
kasus
Aleksovski2o. Dalam kasus ini majelis hakim memutuskan bahwa pelanggaran
berat

Konvensi Jenewa haruslah terjadi didalam konflik bersenjata internasional. Hasil
putusan tersebut menyatakan bahwa Aleksovski terbukti tidak bersalah melakukan
pelanggaran berat Konvensi karena situasi konflik bukanlah bersifat internasional,
dan
warga muslim Bosnia bukanlah orang yang dilindungi menurut Konvensi2l. Namun

demikian, pada kasus Prosecutor

v.

TadiczT,

syarat berbeda kewarganegaraan dan

terjadi pada saat sengketa bersenjata internasional untuk melakukan pelanggaran berat
terhadap orang dan barang yang dilindungi menurut Konvensi tidak diperlukan lagi.
Faktor yang mengganti adalah adanya keharusan memberikan perlindungan yang
efektif
dan dukungan terhadap orang dan barang yang dilindungi, serta penuntutan bisa
terjadi
pada konflik yang bersifat non-interasional yang terjadi didalam negeri
suatu negara23.
Ketiga, terjadinya kodifikasi dari prinsip-prinsip Nuremberg yang digunakan untuk

penuntutan dan digunakan sebagai alasan untuk menghindari dari dakwaan
di muka
pengadilan. Dengan kata lain, telah terjadi pembenaran terhadap prinsip-prinsip

Nuremberg untuk penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum humaniter
internasional yang didasari pada asumsi pembena ran (opinio juris necesifafr,s) dan
praktek internasiona I (p ractice)24. pri nsip-pri

l.
ll.
lll.

nsi p

tersebut adalah25;

Adanya tanggung jawab individu bagi kejahatan perang,
Tanggung jawab individu tersebut berlaku juga pada hukum internasional;
Kepala Negara tidak lagi kebal terhadap penuntutan terhadap kejahatan perang,

t''

Prosecutor v. Tadic, case No fi-g4-1-AR72, tanggal 2 oktober 1995 dicatat ulang di 16
HRLJ (1gg5).
Yang Mulia Hakim George Abi-Saab dalam pendafit hukumnya menyatakan bahwa
berdasarkan hukum
kebiasaan internasional yang berkembang saat ini, pelanggaran berat'Konvensi Jenewa (grave
breaches)
dapat dilaksanakan penuntutannya pada saat terjadi konflik internal yang terjadi di dalari
wilayah suatu
negara para 470. Lihat juga Hans-Peter Kaul dan Claus Kreb, "Jurisdiction and cooperation
in the Statute
of the lnternational Criminal Court: Principle and Compromises", 7999 yearbook of the lnternational
Humanitarian Law (Vol.ll, 1999), hal 148.
r" Press Release-Comm_unique
de presse (Exclusively for the use of media. Not an official document), The
Hague, 30 June 1999 cc/p.r.sr413-E,, diperoreh pada tanggar 2 Agustus 2002,
1
2 lbid, (berdasarkan pendapat maoritas dari hakim vohrah
and Nieto-Navia)

"
"

CaselT-94-1-A, |CTYAppealsChambers,(15Ju|y1999).bandingkanjugadengan prosecutorv.Tadic,

Op Cit, no. 16.

lbid,245-66,lihatjugaMarcoSassoli

danLauraM.olson,"TheJudgmentofthelcTyAppealschamber

on the Merits in the Tadic Case", 83 tnternationat Review of the Red Cross 233 (2000),
hal 743-744
tu Steven R. Ratner and
Jason S Abrams, Accountability for Human Rights Atrocities in lnternationat Law
.. beyond the Nuremberg Legacy (2''d ecr, 2oo'r . oxford university press), har 7
Howard Ball, Prosecuting War Crimes and Genocicle, the Twentieth Century Experience, (i9g9) hal
87

:i

Perintah atasan atau jabatan tidak bisa lagi digunakan sebagai alasan
pembenar untuk mealukan kejahatan perang,

Terdakwa pelaku kejahatan perang memiliki hak untuk memperoleh pengadilan
yang tidak memihak dan fair;

Vl.

Keikutsertaan dalam kejahatan perang termasuk juga dalam kategori kejahatan
berdasar hukum internasronal.

Kodifikasi tersebut menyebabkan semakin diterimanya jurisprudensi terhadap tanggung

jawab individu, penerapan asas retroaktif dan penerapan asas yurisdiksi
universal
terhadap penuntutan dan penghukuman terhadap kejahatan perang26. prinsip ini secara
tidak langsung menjadi landasan hukum bagi penegakan hukum terhadap kejahatankelahatan internasional yang lain27. Akhirnya kejahatan perang menjadi salah satu
keja hata n internasional28 dan bersifat
7us coge n s2s
.

Perkembangan

dan perubahan tersebut lebih menambah khasanah

bagi

penegakan hukum humaniter yang sering ditemui, tidak terkecuali di lndonesia.
Khasanah tersebut adalah ditemukanya faktor-faktor penghambat penegakan hukum
humniter baik ditingkat internasional amupun nasional. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor kesengajaan untuk tidak mematuhi hukum humaniter dari subyek hukum
internasional, faktor rasa pesimisme dan sinisme yang didasari pandangan bahwa
kepatuhan pada aturan hukum humaniter dan penuntutan terhadap pelanggaran hukum
humaniter kurang dapat dilaksanakan pada kenyataannya. Faktor selanjutnya adalah
kurangnya kontrol efektif dan kurangnya mekanisme penyelesaian pelanggaran hukum
humaniter3o. Ketiga faktor penghambat terselrut akan berimbas kepada terbentuknya
efektivitas kerangka normatif, kerangka prosedural dan kerangka operasional dilevel
2'' JPritchard,"Thelnternational
MilitaryTribunal fortheFarEastandltsContemporaryResonances",l4g
Military Law Review 25, (1995), hat 33
t' Lihat Report of the lnternational Law Commission on the Work
of its forty-eight session, GAOR 51,,sess,
No. 10 (tu51/1 0) Bagian I pasal 2 Komentar (1) hat t9
-t' Supp
M. C Bassiouni, lnternational Criminal Law, Crimes (Vol I 1986) 147-8. Menurut Bassjounr berdasarkan
Konvensi dan perjanjian internasional yang mengkriminalisasi kejahatan-kejahatn internasional, maka
ada
22 jenis kejahatan internasional yaitu agressi, kejahatan peraig, pengunaan senjata illegal, kejahatan
terhadap kemanusiaan, genocida, diskriminasi ras dan apartheid, perdudakan oan t