ANALISIS KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA KOTA BANDAR LAMPUNG No: 03G2013PTUN-BL Budi Mulyono, Syamsir Syamsu, Marlia Eka Putri

  Universitas Lampung ANALISIS KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA KOTA BANDAR LAMPUNG No: 03/G/2013/PTUN-BL Budi Mulyono, Syamsir Syamsu, Marlia Eka Putri

  Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas lampung Jl Prof. Soemantri Bojonegoro No.1 Gedung meneng Bandar Lampung 35145

  Email ABSTRAK

  7 January 2013, Bupati Pesawaran mengeluarkan SK No: 821.22/06/IV/03/2013 yang isinya pemberhentian sementara Sekkab Pesawaran atas nama Kesuma Dewangsa. SK ini di keluarkan secara sepihak oleh Bupati Pesawaran tanpa berkomunikasi terlebih dahulu dengan Gubernur Lampung. Sedangkan sesuai dengan ketentuan Pasal 122 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah “Sekretaris daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Wali Kota sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa SK Bupati Pesawaran cacat yuridis (cacat wewenang). Berpedoman dari pasal tersebut di atas akhirnya Kesuma Dewangsa yang merasa di rugikan dari di keluarkannya SK oleh Bupati berinisiatif mengajukan Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Setelah di ajukannya gugatan dan melalui proses pemeriksaan admnistrasi di sidangkanlah perkara tersebut. PengadilanTata Usaha Negara (PTUN) Bandar Lampung yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama, dengan acara biasa, yang dilangsungkan di Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung di jalan Pangeran Emir M. Noer Nomor

  27 Bandar Lampung, mengeluarkan KeputusanNo: 821.22/06/IV/03/2013 tentang Gugatan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Pesawaran Kesuma Dewangsa terhadap Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra ditolak.Putusan PTUN Bandar Lampung ini artinya menguatkan SK Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra No: 821.22/06/IV/03/2013 tentang pemberhentian sementara Sekkab Pesawaran atas nama Kusuma Dewangsa. Putusan sidang No: 03/G/2013/PTUN-BL menyatakan telah menolak gugatan penggugat dan menguatkan SK Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra serta menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara. Berdasarkan uraian yang telah

  Universitas Lampung

  Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tersebut? b) Bagaimana eksekusi terhadap putusan perkara No:3/G/2013/PTUN-BL tersebut? Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis empiris.Sumber data menggunakan data primer dan data sekunder. metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi lapangan. Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap pemeriksaan data (editing), penandaan data (coding), rekonstruksi data (reconstruction) dan sistematisasi data (systematizing). Analisis data menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan data yang telah diolah secara rinci kedalam bentuk kalimat- kalimat (deskriptif). Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik tolak dari analisis yuridis empiris, yang pendalamannya dilengkapi dengan analisis komparatif dengan menggunakan bahan-bahan hukum primer.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka : a) Dasar pertimbangan Hakim adalah Pasal 97 ayat (7) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, putusan Peradilan Tata Usaha Negara dapat berupa gugatan ditolak, gugatan dikabulkan, gugatan tidak terima dan gugatan gugur. b) Eksekusinya dilakukan dengan Eksekusi putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tegas menyatakan dalam eksekusi putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tidak dimungkinkan upaya paksa dengan menggunakan aparat keamanan. Istimewanya, Presiden selaku kepala pemerintahan dimungkinkan campur tangan dalam pelaksanaan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. kata kunci : putusan, dasar pertimbangan dan eksekusi

  ABSTRACT

  7 January 2013, the Regents Pesawaran issued Decree No: 821.22/06/IV/03/2013 the contents of suspension Sekkab Pesawaran on behalf Kesuma Dewangsa . The decree issued by the Regent Pesawaran unilaterally without first communicating with the Governor of Lampung . While in accordance with the provisions of Article 122 paragraph ( 3 ) of Law no. 32 of 2004 on local government " Secretary of areas referred to in paragraph ( 1 ) of the District / City and appointed by the Governor upon the recommendation of the Regent /

  Universitas Lampung

  Pesawaran juridical defects ( defects of authority ) . Guided by the foregoing article Kusuma Dewangsa finally feel disadvantaged by the decree of the Regent in keluarkannya initiative Lawsuit filed to the Administrative Court . Once in ajukannya lawsuit and through the process of Administrative examination in the case sidangkanlah .

  Pengadilan Tata (PTUN ) Videos that examine, decide and resolve disputes State Administration on the first level , with regular events , which took place at the Courthouse Administrative Prince Bandar Lampung on the road Emir M. Noer No. 27 Bandar Lampung , mengeluarkanKeputusanNo : 821.22/06/IV/03/2013 about Lawsuit District Secretary ( Sekkab ) Pesawaran Kusuma Dewangsa against Regent Pesawaran Aries opposing such ditolak. Putusan Password Darma Putra Bandar Lampung Regent Decree reinforces this means Pesawaran Aries Password Darma Putra No: 821.22/06/IV/03/2013 about layoffs Sekkab Pesawaran on behalf of Kusuma Dewangsa . No verdict : 03/G/2013/PTUN-BL states have rejected the plaintiff's claim and strengthen Regent Decree Pesawaran Aries Password Darma Putra and punish plaintiffs to pay court costs . Based on the description that has been stated above, which are at issue in this study are : a) How does the consideration of the judges in deciding cases ? b ) How does the execution of the court decision No: 3/G/2013/PTUN-BL these ? Approach to the problem which is used in this research is the data empiris. Sumber juridical legal research using primary data and secondary data . Data collection methods used are literature studies and field studies . Data processing is done through the stages of examination of the data ( editing ) , tagging the data ( coding ) , the data reconstruction ( reconstruction ) and systematization of data ( systematizing ) . Analysis of data using qualitative analysis , meaning that the data has been processed outlining in detail in the form of sentences ( descriptive ) . Qualitative analysis starts from the analysis of empirical jurisdiction , that his approach comes with a comparative analysis using primary legal materials .

  Based on the research and discussion that is done then : a) Basic considerations judge is Article 97 paragraph ( 7 ) of Law No. 5 of 1986 Jo Law No. 9 of 2004 on the State Administrative Court , the decision of the State Administrative Court can be a lawsuit denied , a lawsuit is granted , the lawsuit does not accept and fall lawsuit . b ) Execution Execution decision made by the Administrative Court expressly stated in the execution of the decision of the Administrative Court was not possible to use forceful measures with security forces .

  Universitas Lampung

  Special, made possible the President as head of government interference in the implementation of the decision of the Administrative Court .

I. PENDAHULUAN Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara 1.1.

  yang berisi tindakan hukum Tata Usaha

   Latar Belakang

  Negara yang berdasarkan peraturan Salah satu ciri Negara hukum modern perundang-undangan yang berlaku, yang adalah adanya perlindungan hukum bersifat konkrit, individual, dan final, yang terhadap hak asasi manusia termasuk menimbulkan akibat hukum bagi perlindungan hukum terhadap warga seseorang atau badan hukum perdata. negara dari tindakan sewenang-wenang

  Gugatan yang diajukan oleh seseorang penguasa. Dalam kehidupan berbangsa dan atau badan hukum yang merasa dirugikan bernegara, selalu terjadi interaksi tersebut haruslah dengan alasan-alasan hubungan antara pejabat Negara dan sesuai yang diatur dalam Pasal 53 ayat (2) masyarakat. Hubungan interaksi tersebut UU No 5 Tahun 1986, yaitu: kebanyakan biasanya terjadi karena Alasan-alasan yang dapat digunakan adanya tugas-tugas pemerintahan dan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pembangunan yang dilakukan oleh pejabat dalam ayat (1) adalah : negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hubungan a.

  Keputusan Tata Usaha Negara yang antara pejabat administrasi negara sebagai digugat itu bertentangan dengan pelaksana urusan pemerintahan dan peraturan perundang-undangan yang pembangunan dengan masyarakat, sering berlaku; terjadi benturan kepentingan yang b.

  Badan atau Pejabat Tata Usaha melibatkan kedua pihak. Benturan Negara pada waktu mengeluarkan kepentingan ini biasanya diakibatkan oleh keputusan sebagaimana dimaksud adanya keputusan pejabat negara. dalam ayat (1) telah menggunakan Pada dasarnya sengketa Tata Usaha wewenangnya untuk tujuan lain dari Negara terjadi karena adanya seseorang maksud diberikannya wewenang atau badan hukum perdata yang merasa tersebut; kepentingannya dirugikan oleh suatu c.

  Badan atau Pejabat Tata Usaha Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu suatu Negara pada waktu mengeluarkan

  Universitas Lampung

  sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputsan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.

  Sesuai prinsip Negara hukum, keputusan pejabat negara yang merugikan kepentingan masyarakat, dapat dilakukan gugatan terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat negara. Tindakan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara tidak selamanya sesuai dengan keinginan masyarakat, walaupun tindakan tersebut dilakukan untuk menjalankan urusan pemerintahan. Tindakan suatu Badan/Pejabat Tata Usaha Negara seringkali bertentangan atau merugikan kepentingan masyarakat. Pertentangan antara keputusan Pejabat Tata Usaha Negara dengan kepentingan masyarakat secara individu seringkali terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tindakan hukum Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dituangkan dalam bentuk Keputusan tertulis, dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan. Disatu sisi, keputusan tersebut diambil atas dasar kewenangan yang diberikan, namun disisi lain, pelaksanaan keputusan tidak boleh mengurang hak-hak warganegara. Setiap keputusan Badan/pejabat Tata Usaha hukum, oleh karena itu, keputusan tersebut tidak boleh melanggar hak-hak warga negara. Perlindungan terhadap hak-hak warga Negara merupakan salah satu pilar utama Negara hukum. Salah satu bentuk perlindungan terhadap hak-hak warga Negara adalah adanya Peradilan Tata Usaha Negara yang berwenang untuk menguji keputusan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang dianggap merugikan kepentingan masyarakat. Bagi setiap orang yang merasa kepentinganya dirugikan oleh adanya Keputusan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan untuk melindungi hak-hak yang dimilikinya. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan salah satu lembaga pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang member keadilan bagi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara. Setiap warga Negara berhak mengajukan gugatan terhadap keputusanBadan/Pejabat Tata Usaha Negara, apabila keputusan tersebut merugikan kepentingan orang yang bersangkutan. Peradilan Tata Usaha Negara yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, dianggap masih belum secara signifikan melindungi kepentingan masyarakat.

  Universitas Lampung

  2004, member perubahan bagi kemajuan hukum yang melindungi kepentingan individu sebagai warga negara. Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Undang- Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 1 angka 5 Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan; Objek sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara dapat dikatakan memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu Penetapan Tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang dan Final, yang menimbulkan akibat

  Hukum bagi seseorang atau badan Hukum Perdata”. Pengadilan Tinggi Usaha Negara (PTUN) Bandarlampung yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama, dengan Acara Biasa, yang dilangsungkan di Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung di jalan Pangeran Emir M. Noer Nomor 27 Bandar Lampung, mengeluarkan Keputusan No: 821.22/06/IV/03/2013 tentang Gugatan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Pesawaran Kesuma Dewangsa terhadap Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra ditolak. Majelis PTUN menilai pemberhentian yang dilakukan Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra kepada Kesuma Dewangsa merupakan pemberhentian sementara, bukan bersifat definitif. Kesimpulan majelis hakim ini diberikan setelah siding berjalan hampir dua bulan dan telah melewati proses pemeriksaan administrasi. Putusan PTUN Bandar Lampung ini artinya menguatkan SK Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra No: 821.22/06/IV/03/2013 tentang pemberhentian sementara Sekkab Pesawaran atas nama Kusuma Dewangsa. Putusan sidang No: 03/G/2013/PTUN-BL

  Universitas Lampung

  penggugat dan menguatkan SK Bupati Pesawaran Aries Sandi Darma Putra serta menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara. PTUN Bandar lampung yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama, dengan Acara Biasa, yang dilangsungkan di Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung di Jalan Pangeran Emir M. Noer Nomor 27 Bandar Lampung, telah menjatuhkan Putusan dalam sengketa antara Ir. Kesuma Dewangsa, M.M. sebagai penggugat dan Bupati Pesawaran sebagai tergugat. Bahwa penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 7 Januari 2013 yang didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung pada tanggal 28 Januari 2013 dengan Register Perkara Nomor : 3/G/2013/PTUN-BL, dan telah diperbaiki pada tanggal 13 Februari 2013 telah mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut bahwa penggugat diangkat dalam jabatannya sebagai Sekretraris Daerah (Sekda) kabupaten Pesawaran dengan pangkat golongan Pembina Utama Muda (IV/c) 01-10-2005 berdasarkan Keputusan Gubernur Lampung Nomor : 821.21/473/II.09/2010 tanggal

  24 September 2010 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke dalam Jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten Pesawaran

  Sekretaris Daerah Kabupaten Pesawaran, penggugat telah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang menjadi obyek Sengketa adalah Keputusan Bupati Pesawaran Nomor : 821.22/06/IV.03/2013 tanggal

  7 Januari 2013 tentang Pemberhentian Sementara Sekretaris daerah Kabupaten Pesawaran atas nama : Ir. Kesuma Dewangsa, M.M. Sehubungan dengan upaya menemukan atau mencari hukumnya, tidak sekedar mencari undang-undangnya untuk dapat diterapkan pada peristiwa konkret yang dicarikan hukumnya. Kegiatan tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan.Guna mencari atau menemukan hukumnya atau undang-undangnya untuk dapat diterapkan pada peristiwa konkret, peristiwa konkret itu harus diarahkan kepada undang- undangnya, sebaliknya undang-undangnya harus disesuaikan dengan peristiwanya yang konkrit (Mertokosumu, 1988: 60).

  1 Diperlukan kehati-hatian dan kecermatan

  dalam pembuatan putusan di PTUN, mengingat asas setiap putusan PTUN mempunyai kekuatan mengikat

  ergeomnes , sesuai dengan karakter hukum publik sengketa tata usaha negara.

  Prinsip penting yang harus diperhatikan mengenai prosedur putusan pengadilan

  Universitas Lampung

  adalah putusan Pengadilan harus yuridis empiris. Pendekatan masalah yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk dilakukan dalam penelitian ini umum (Pasal 108 ayat 1). Sanksi terhadap menggunakan langkah-langkah sebagai tidak dipenuhinya prinsip tersebut, putusan berikut: Pengadilan tersebut menjadi tidak sah dan 1.

  Mengidentifikasi sumber hukum yang tidak mempunyai kekuatan hukum (Pasal menjadi rumusan masalah; 108 ayat 3). Apabila salah satu pihak atau

  2. dan Mengidentifikasi kedua belah pihak tidak hadir pada waktu menginventarisir ketentuan normatif putusan Pengadilan diucapkan, atas bahan hukum primer dan bahan perintah Hakim Ketua Sidang, salinan hukum sekunder berdasarkan rincian putusan itu disampaikan dengan surat pokok bahasan; tercatat kepada yang bersangkutan.

  3. secara komperhensif Mengkaji analisis bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder berdasarkan

II. METODE PENELITIAN

  rincian pokok bahasan;

2.1 Pendekatan Masalah

  4. jawaban Hasil kajian sebagai

  Pendekatan masalah merupakan proses permasalahan dideskripsi secara pemecahan atau penyelesaian masalah lengkap, rinci, jelas dan sistematis melalui tahap-tahap yang telah ditentukan dalam bentuk laporan hasil penelitian. (Abdulkadir Muhammad, 2002, hlm:

  2

  113). Pendekatan masalah yang

  2.2 Data dan Sumber Data

  digunakan dalam penelitian ini adalah Dalam penelitian ini diperlukan data penelitian hukum yuridis normatif yaitu primer dan data sekunder, yang bersumber jenis penelitian yang dilakukan dengan dari : cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan 1.

  Data Primer, yaitu data yang diperoleh peraturan perundang-undangan yang ada melalui penelitian lapangan (field kaitannya atau hubungannya dengan

  research ) yang berkaitan dengan

  pembahasan yang sedang dibahas dan permasalahan yang ada dalam 2 penelitian ini yang dilakukan pada Pengadilan Tinggi Usaha Negara

  Muhammad, Abdulkadir. 2002. Hukum dan Penelitian Hukum . Citra Aditya Bakti.

  (PTUN) Bandarlampung.

  Bandung.

  Universitas Lampung 2.

  berbagai sumber. Pengkajian tersebut Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca,

  (library research) terhadap bahan menyadur, mencatat, dan mengutip hukum yang berupa bahan hukum literatur-literatur, perundang-undangan, primer dan bahan hukum sekunder, dokumen, dan pendapat para sarjana dan yaitu : ahli hukum yang berkaitan dengan a. masalah yang akan dibahas dalam skripsi

  Bahan hukum primer yaitu antara lain melalui Kitab Undang- ini.

  Undang Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.

  2. Studi Lapangan b. Guna melengkapi data yang dibutuhkan

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang dalam penelitian ini, studi lapang yaitu mempelajari penjelasan terhadap dengan menggunakan teknik pengamatan bahan hukum primer, terdiri dari (observasi) dan melakukan wawancara literatur-literatur, buku-buku ilmu dengan Hakim Ketua Andi Maderumpu pengetahuan yang berkaitan S.H.,M.H. dari Pengadilan Tata Usaha dengan permasalahan. Negara. Adapun teknik wawancara c. dilakukan secara bebas terpimpin yaitu

  Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan wawancara didasarkan pada daftar informasi, penjelasan, terhadap pertanyaan yang telah dipersiapkan bahan hukum primer dan terlebih dahulu oleh peneliti berupa sekunder yaitu kamus hukum, pertanyaan-pertanyaan pokok yang majalah, internet, dan informasi kemudian dapat dikembangkan pada saat lainnya yang mendukung wawancara berlangsung di lokasi penelitian. penelitian.

2.3 Prosedur Pengumpulan Data

  2.4 Prosedur Pengolahan Data

  Berdasarkan jenis data diatas, maka metode pengumpulan data yang digunakan Setelah melalui tahap pengumpulan data, adalah sebagai berikut : selanjutnya dilakukan pengolahan data. Sehingga data yang diperoleh dapat 1. Studi Pustaka digunakan untuk menganalisis

  Yaitu pengkajian informasi tertulis

  Universitas Lampung

  3.1 Gambaran Umum Peradilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung

  Badan Peradilan merupakan pelaksana Kekuasaan Kehakiman yang bertugas menyelenggarakan Peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan tugas pokok memeriksa, memutus, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan tugas lain berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

  Peradilan Tata Usaha Negara adalah bagian Peradilan yang bertugas untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara antara orang Perorangan/Badan Hukum Perdata dengan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara, yang dilaksanakan oleh Hakim yang khusus diangkat untuk itu. Dalam Peradilan itu dilakukan penilaian terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang diajukan ke Peradilan Tata Usaha Negara.

  Di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, penyelenggaraan Peradilan dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai Peradilan tingkat Pertama dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (khusus penyelesaian sengketa melalui banding administratif) sebagai Peradilan tingkat Banding serta Mahkamah Agung sebagai lembaga Peradilan Tertingginya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dari Standard Operating Procedures ini diharapkan seluruh kegiatan pelaksanaan tugas teknis yudisial maupun non yudisial dapat dilakukan dengan baik serta dapat menjadi pedoman pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), sehingga hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan dapat diminimalisir. Terlebih lagi dengan dibentuknya Hakim Pengawas Bidang dapat memperkokoh pelaksanaan visi dan misi Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung.

  Dalam rangka usaha berkelanjutan meningkatkan kemampuan aparat Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung, untuk mengemban dan melaksanakan tugas yang dibebankan oleh negara, dengan tugas pokok menyelenggarakan Peradilan guna

  Universitas Lampung

  berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka dengan adanya Standard Operating Procedures , diharapkan dapat memberi dampak sebagai berikut :

  1. Memberikan kepuasan kepada masyarakat pencari keadilan atas pelayanan pengadilan ;

  2. Peningkatan disiplin aparat pengadilan dan kinerja pengadilan ;

  3. Memberikan kesan bahwa pengadilan adalah milik bersama ;

  Gambaran Umum Putusan Perkara No : 3/G/2013/PTUN-BL. Putusan Perkara No : 3/G/2013/PTUN-BL berdasarkan salinan resmi putusan pada tanggal 2 April 2013 perkara gugatan antara Penggungat Ir. Kesuma Dewangsa M.M dan Lawan tergugat Bupati Kabupaten Pesawaran. Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama, dengan Acara Biasa, yang dilangsungkan di Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung, telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam sengketa antara Ir. Kesuma Dewangsa, M.M, sebagai penggugat dan Bupati Kabupaten Pesawaran sebagai dalam surat gugatannya tertanggal &

  Januari 2013 yang didaftar di Kepaniteraan Pengadilan tata Usaha Negara Bandar Lampung pada tanggal 28 Januari 2013 dengan Register Perkara Nomor : 3/G/2013/PTUN-BL. Obyek Sengketa adalah Keputusan Bupati Pesawaran Nomor : 821.22/06/IV.03/2013 tanggal 7 Januari 2013 tentang Pemberhentian Sementara Sekretaris Daerah Kabupaten pesawaran atas nama : Ir. Kesuma Dewangsa, M.M. Karena syarat formal gugatan tidak terpenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka menurut Majelis Hakim telah cukup alasan menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima (Niet

4. Peningkatan kesejahteraan aparat pengadilan.

  Onvankelijk Verklaard ), maka oleh karena

  itu tentang materi pokok sengketanya tidak perlu dipertimbangkan lagi. Oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan tidak diterima, maka sesuai ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pihak Penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara yang besarnya sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini.

  Universitas Lampung

  Gugatan gugur. Dari macam isi dan sifat Sesuai ketentuan Pasal 107 Undang- putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang tersebut tidak semua putusan dapat Peradilan Tata Usaha Negara, Hakim dikenakan Upaya Paksa melainkan bebas menentukan apa yang harus hanya putusan yang memenuhi syarat dibuktikan, beban pembuktian beserta saja, antara lain : penilaian pembuktian, atas dasar itu

  2. Putusan yang menyatakan gugatan terhadap alat-alat bukti yang relevan telah dikabulkan, yaitu apabila dari hasil dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemeriksaan di persidangan ternyata Majelis Hakim dan terhadap bukti-bukti dalil-dalil dari posita gugatan Penggugat selebihnya dianggap dikesampingkan dan telah terbukti secara formal maupun tetap dilampirkan menjadi satu kesatuan materiil dan telah dapat mendukung dalam berkas perkara. petitum yang dikemukakan Penggugat; Mengingat Pasal-pasal dalam Undang- 3.

  Putusan bersifat condemnatoir, yaitu Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang putusan yang sifaynya memberikan Peradilan Tata Usaha Negara juncto beban atau kewajiban untuk melakukan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tindakan tertentu kepada Badan/Pejabat

  Undang-Undang Nomor 51 Tahun Tata Usaha Negara seperti :

  junctis

  2009 serta peraturan perundang-undangan a.

  Kewajiban mencabut Keputusan Tata lain.

  Usaha Negara yang dinyatakan batal/tidak sah.

3.2 Dasar Pertimbangan Majelis Hakim b.

  Kewajiban menertibkan Keputusan

  dalam memutus perkara Tata Usaha Negara badan/pengganti.

  c. mencabut dan Kewajiban

  Adapun dasar pertimbangan majelis hakim menertibkan Keputusan Tata Usaha dalam memutus perkara : Negara yang baru.

  1. d.

Pasal 97 ayat (7) Undang-Undang Kewajiban membayar ganti rugi.

  e. Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-

  Kewajiban melaksanakan rehabilitasi dalam sengketa kepegawaian. Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, putusan

  1. Putusan yang telah memperoleh Peradilan Tata Usaha Negara dapat kekuatan hukum tetap (inkraht Van

  Gewijsde ), yaitu putusan pengadilan yang

  berupa :Gugatan ditolak, Gugatan

  Universitas Lampung

  d.

  d.

  Gugatan tidak dapat diterima, apabila setelah diperiksa gugatan penggugat tidak berdasarkan hukum yang berarti gugatan tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini penggugat dapat memasukan gugatan baru.

  c.

  Gugatan dikabulkan, berarti dalam pemeriksaan dapat dibuktikan bahwa KTUN yang disengketakan melanggar Peraturan perundang- undangan dan/atau asas-asas umum pemerintahan yang baik. Dalam putusan tersebut dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara.

  b.

  Menolak gugatan, apabila setelah diperiksa gugatan penggugat tidak terbukti.

  Putusan pengadilan dapat berupa: a.

  d.

  Putusan Pengadilan dapat dijatuhkan pada hari itu juga dalam sidang yang terbuka untuk umum, atau ditunda pada hari lain yang harus diberitahukan kepada kedua belah pihak.

  Apabila dalam musyawarah berikutnya tidak dapat diambil putusan dengan suara terbanyak, pada hakimKetua Majelis yang menentukan.

  tidak dapat diterapkan upaya hukum lagi terhadap putusan tersebut.

  c.

  Apabila ketentuan (a) tersebut juga tidak dihasilkan putusan, maka musyawarah ditunda sampai musyawarah berikutnya.

  b.

  Putusan diambil dengan suara terbanyak.

  Putusan dalam musyawarah majelis diusahakan untuk memperoleh hasil mufakat, kecuali apabila hal itu setelah di upayakan dengan sungguh- sungguh tidak tercapai, maka berlaku aturan sebagai berikut: a.

  c.

  Setelah kedua pihak mengemukakan kesimpulan, maka Hakim Ketua Sidang menyatakan bahwa sidang ditunda untuk memberikan kesempatan kepada Majelis Hakim bermusyawarah dalam ruangan tertutup untuk mempertimbangkan segala sesuatu guna putusan sengketa tersebut.

  b.

  Dalam hal pemeriksaan sengketa sudah diselesaikan, masing-masing pihak diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesimpulan.

  Putusan: a.

  Gugatan dinyatakan gugur, apabila penggugat, para penggugat atau

  Universitas Lampung sidang yang telah ditentukan mengandung pembebanan.

  meskipun telah di panggil secara Misalnya Tergugat dibebani untuk patut tanpa alasan yang jelas. membatalkan surat keputusan yang e. digugat; Tergugat dibebani

  Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan Pengadilan tersebut membayar ganti kerugian atau dapat ditetapkan kewajiban yang harus Tergugat dibebani melakukan dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata rehabilitasi. (Pasal 97 ayat 9 butir Usaha Negara yang mengeluarkan huruf a,b,c, pasal 97 ayat 10 dan keputusan Tata Usaha Negara. 11). Contoh: surat pemberhentian f. pegawai dibatalkan dan melakukan

  Kewajiban diatas berupa: a. rehabilitasi. Pencabutan keputusan Tata Usaha

  Negara yang bersangkutan; atau b.

  Putusan yang bersifat pernyataan b.

  (declaratoir). Putusan yang hanya Pencabutan keputusan Tata Usaha

  Negara yang bersangkutan dan menegaskan suatu keadaan hukum menerbitkan yang sah. Misalnya penetapan c. dismisal (pasal 62). Contoh

  Keputusan Tata Usaha Negara yang baru; atauPenerbitkanKTUN gugatan tidak diterima atau tidak dalam hal gugatan didasarkan pada berdasar. Penetapan perkara

  pasal 3 (KTUN Fiktif negatif). diperiksa dengan acara cepat (pasal g.

  98). Beberapa perkara perlu Kewajiban tersebut dapat disertai pembebanan ganti rugi. digabungkan atau dipisah- h. hal putusan Pengadilan pisahkan, dan lain-lain.

  Dalam menyangkut sengketa kepegawaian, c.

  Putusan yang bersifat penciptaan maka di samping kewajiban (konstitutif). Putusan yang sebagaimana tersebut diatas, dapat pula melenyapkan suatu keadaan hukum disertai pemberian rehabilitasi atau melahirkan atau menciptakan (pemulihan Penggugat pada harkat, suatu keadaan hukum baru. (pasal martabat dan posisi semula). Dalam

  b). (Martiman

  97 ayat 9 huruf Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Prodjohamidjojo, SH

  , 1993 : 132) Negara, putusan pengadilan dibagi

  Objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha dalam 3 jenis putusan, yaitu: Negara dapat dikatakan memenuhi Pasal 1 a. Putusan yang bersifat pembebanan angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun

  Universitas Lampung

  Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/badan hukum perdata, dan saat ini sedang diajukan pengusulan oleh tergugat untuk pemberhentian secara definitif dari Sekretaris Daerah Kabupaten untuk pemberhentian secara definitif dari Sekertaris Daerah kabupaten Pesawaran hal ini sangat jelas bahwa keputusan tersebut masih memerlukan persetujuan pihak lain (Gubernur). Terhadap kewenangan tersebut tergugat selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah tidak mengharuskan konsultasi terlebih dahulu kepada Gubernur karena pemberhentian tersebut hanya bersifat sementara. Lain halnya apabila pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah secara definitif maka Bupati selaku Pembina Kepegawaian Daerah harus melakukan konsultasi secara tertulis kepada Gubernur sesuai dengan

  Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 dan Pasal 122 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang Penggugat dalilkan adalah pemberhentian secara definitif, dalam hal ini belum memahami atas aturan tersebut. Menurut Pendapat Bapak Andi Maderumpu S.H.,M.H. selaku Hakim di PTUN bahwa dalam memutus perkara No: 3/G/2013/PTUN-BL. Hakim melihat atau mengacu pada ketentuan Pasal 1 angka (9) UU No. 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi “Keputusan Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, Individual dan Final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”. Melihat unsur-unsur dalam pasal tersebut dapat diketahui bahwa Surat Keputusan Tata Usaha Negara karena surat keputusan tersebut belum final dan tidak menimbulkan akibat hukum. Dikatakan belum final karena surat keputusan tersebut masih akan ada tindak lanjut dari Gubernur selaku pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Sekretaris daerah sesuai dengan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran No. 4 tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

  Universitas Lampung

  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten dan Staf Ahli Bupati Pesawaran. Sedangkan dikatakan tidak menimbulkan akibat hukum karena penggugat masih menerima gaji dan tunjangan jabatan Sekreratis Daerah setelah dikeluarkannya Surat Keputusan tersebut sampai dengan Maret 2013. Dengan melihat hal tersebut maka hakim dalam perkara ini memutuskan bahwa gugatan penggugat tidak diterima. Ada 3 macam kekuatan yang terdapat pada putusan hakim yaitu kekuatan mengikat (resjudicata pro vertate habetur), kekuatan eksekutorial (suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan tetap dapat dijalankan), kekuatan pembuktian (putusan pengadilan merupakan akta otentik).

  2. UU No. 5 Tahun 1986 Pasal 109 Bentuk Putusan: a. Putusan Pengadilan harus memuat: d.

  Kepala putusan yang berbunyi :"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"; e. nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat kedudukan para pihak yang bersengketa; f. ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas; g. pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa; h. alasan hukum yang menjadi dasar putusan; i. amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara; j. hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera, serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.

  b.

  Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan.

  c.

  Selambat-lambatnya tiga puluh hari sesudah putusan Pengadilan diucapkan, putusan itu harus ditandatangani oleh Hakim yang memutus dan Panitera yang turut bersidang.

  d.

  Apabila HakimKetua Majelis atau dalam hal pemeriksaan dengan acara cepat HakimKetua Sidang berhalangan menandatangani, maka putusan Pengadilan ditandatangani oleh Ketua Pengadilan dengan menyatakan berhalangannya Hakim Ketua Majelis atau Hakim Ketua Sidang tersebut. Apabila Hakim Anggota Majelis berhalangan menandatangani, maka putusan Pangadilan ditandatangani oleh HakimKetua Majelis dengan menyatakan berhalangannya Hakim Anggota Majelis tersebut.

  Universitas Lampung 3.

  Pasal 115 UU No. 5 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 Hanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang dapat dilaksanankan 4.

  Pasal 116 UU No. 5 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 a. Salinan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dikirimkan kepada para pihak dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan setempat atas perintahKetua Pengadilan yang mengadilinya dalam tingkat pertama selambat lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari.

  b.

  Dalam hal 4 (empat) bulan setelah putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikirimkan, tergugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a,Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.

  c.

  Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b dan huruf c, dan kemudian setelah 3 (tiga) bulan ternyata kewajiban tersebut tidak dilaksanakannya, penggugat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilansebagaimana dimaksud pada tergugat melaksanakan putusan Pengadilan tersebut.

  d.

  Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap pejabat yang bersangkutan dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi administratif.

  e.

  Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan pada media massa cetak setempat oleh Panitera sejak tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

  

3.3

Eksekusi terhadap putusan perkara No: 3/G/2013/PTUN-BL

  Eksekusi putusan PTUN. Rozali Abdullah (2005: 98) tegas menyatakan dalam eksekusi putusan PTUN tidak dimungkinkan upaya paksa dengan menggunakan aparat keamanan.

  Istimewanya, Presiden selaku kepala pemerintahan dimungkinkan campur tangan dalam pelaksanaan putusan PTUN. Menurut pendapat Bapak Andi Maderumpu S.H.,M.H. selaku Hakim di PTUN bahwa dalam putusan perkara No : 3/G/2013/PTUN/BL, hakim memutuskan bahwa gugatan penggugat tidak diterima maka terhadap putusan tersebut tidak dapat

  Universitas Lampung

  Putusan PTUN yang telah berkekuatan hukum tetap, sejalan dengan Pasal 97 ayat (8) dan ayat (9) UU PTUN, pada dasarnya dapat berupa: a.

  Batal atau tidak sah Keputusan Tata Usaha Negara ("KTUN") yang menimbulkan sengketa dan menetapkan Badan/Pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan untuk mencabut KTUN dimaksud. Paulus Effendi Lotulung menyebutnya sebagai eksekusi otomatis. Jika putusan TUN tidak dipatuhi maka KTUN tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum lagi, tidak perlu lagi ada tindakan atau upaya lain dari pengadilan seperti surat peringatan (R.

  Wiyono, 2009: 234 ).

  b.

  Pelaksanaan putusan pengadilan yang dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b, yang mewajibkan pejabat TUN bukan hanya mencabut tetapi juga menerbitkan KTUN baru.

  c.

  Selain itu, ada juga putusan yang mengharuskan pejabat TUN menerbitkan KTUN sebagaimana dimaksud Pasal 3 UU PTUN. Pasal 3 mengatur tentang keputusan fiktif negatif.

  Pembentuk Undang-Undang mengharapkan Badan/Pejabat TUN melaksanakan putusan secara sukarela. Namun, keberhasilan pelaksanaan putusan itu sangat bergantung pada wibawa pengadilan dan kesadaran hukum para pejabat (Rozali Abdullah, 2005: 99).

  3 Kalau putusan yang sudah berkekuatan

  hukum tetap tidak dijalankan juga, maka UU PTUN menyediakan mekanisme berupa sanksi administratif dari atasan Badan/Pejabat TUN bersangkutan. Lewat ancaman sanksi itu, atasan pejabat yang mengeluarkan KTUN pada dasarnya sedang melakukan upaya paksa.

  Mekanisme lain yang disebut dalam UU PTUN adalah pengenaan uang paksa dan pengumuman lewat media massa. Pasal 116 ayat (5) UU PTUN menyatakan pejabat yang tidak melaksanakan putusan Pengadilan diumumkan pada media massa cetak setempat oleh panitera sejak tidak terpenuhinya batas waktu 90 hari kerja. Begitu batas waktu lewat, penggugat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan agar tergugat melaksanakan putusan. Pasal 116 ayat (6) UU PTUN menegaskan lebih lanjut, ketua pengadilan mengajukan ketidakpatuhan ini kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dan kepada DPR untuk menjalankan fungsi pengawasan. Dari rumusan ini jelas bahwa Presiden punya kewenangan memaksa pejabat TUN untuk melaksanakan putusan.

  3 Rozali Abdullah. 2005. Hukum Acara

  Universitas Lampung

  Sedangkan, mekanisme uang paksa yang disebut dalam Pasal 116 ayat (4) UU PTUN, hingga kini regulasinya belum jelas. Penjelasan Pasal 116 ayat (4) UU PTUN hanya menyebutkan pembebanan berupa pembayaran sejumlah uang dicantumkan dalam amar putusan pada saat hakim memutuskan mengabulkan gugatan penggugat. Setidaknya, masih menjadi pertanyaan apakah uang paksa itu digabung bersama gugatan ke PTUN atau terpisah, siapa yang harus membayar (pribadi pejabat TUN atau dari anggaran badan), dan berapa besar uang paksa atau dwangsom yang dimungkinkan. Ini yang sering ditanyakan dan tampaknya perlu segera diatasi (Mahkamah Agung, 2007: 9).

  administratif, pengenaan uang paksa dan pengumuman di media massa tak perlu terjadi jika Badan/Pejabat TUN menjalankan putusan secara sukarela. Objek sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara dapat dikatakan memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan “ Keputusan Tata Usaha 4 Mahkamah Agung. 2007. Permasalahan

  dari Daerah dan jawabannya Bidang Tata Usaha Negara dan Jajaran Pengadilan Empat

  Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku, yang bersifat Konkrit, Individual dan Final, yang menimbulkan akibat Hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.

  IV. PENUTUP

  4.1 Kesimpulan

  Dari uraian analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa a.

4 Meskipun demikian, sebenarnya sanksi

  Putusan Tata Usaha Negara Bandar Lampung Nomor: 03/G/TUN/2013/PTUN-BL. terkait sengketa Tata Usaha Negara antara Ir.

  Kesuma Dewngsa M.M. (Penggugat) yang menggugat Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pesawaran No.180/0375/1.02/II/2013 yang dikeluarkan oleh Bupati Kabupaten Pesawaran (Tergugat) secara keseluruhan sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik dari segi isi putusan maupun maupun sistematika putusan, begitu juga dengan Subjek,

  Universitas Lampung

  Johan Nasution, Bahder. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. CV. Madar Maju. Bandung.

  b.

  Putusan PTUN Bandar Lampung No: 03/G/2013/PTUN-BL memang belum mempunyai kekuatan hukum tetap. Karena masih dilakukan pemeriksaan kasasi di mahkamah konstitusi. Sehingga berdasarkan Pasal 115 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara belum dapat di eksekusi

  mengajukan gugatan sudah tepat. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa Putusan Tata Usaha Negara tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

  DAFTAR PUSTAKA Daftar Buku Departemen pendidikan dan kebudayaan.

  2003.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia . Balai Pustaka. Jakarta.

  Hamzah, Andi. 1986. Kamus Hukum.

  Ghalia Indonesia. Jakarta. HR, Ridwan. 2007. Hukum Administrasi Negara. PT. RajaGrafindo Persada.

  Jakarta. Indroharto, 1993. Peradilan Tata Usaha Negara. CV. Muliasari. Jakarta.

4.2 Saran

  Apabila gugatan ini ditolak, mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang mengadili perkara ini, untuk memberi jawaban terkait substansi gugatan, dalam pertimbangan putusannya. Karena hal yang demikian masih memberi peluang bagi penggugat dalam upaya lanjutan untuk mencari keadilan.

  Administrasi Negara. Ghalia Indonesia, cet.1. Jakarta.

  Mertokosumu, Sudikno. 1988. Hukum

  Acara Perdata . Liberty. Yogyakarta

  Muhammad, Abdulkadir. 2002. Hukum

  dan Penelitian Hukum . Citra Aditya Bakti. Bandung.

  Philipus M. Hadjo, et. Al., 1994.

  Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the

  Indonesian Administrative Law ),