Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 . PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR KECAMATAN MEUREUDU PASCA PEMEKARAN KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2007 – 2016

  1

  2

  3 Ubaidillah , Teuku Abdullah , Zainal Abidin

  Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

  Email: ubaidillah.sr@gmail.com

  ABSTRACT The title of this research is "Development of Infrastructure in Meureudu Sub- District After Pidie Jaya Eaxpansion, 2007 - 2016". The purpose of this research (1) to describe the development of infrastructure in Meureudu sub- district after Pidie Jaya district expansion 2007-2016 (2) to analyze factors that influence Meureudu sub-district development after Pidie Jaya expansion, 2007-2016. The research type was an descriptive with qualitative approach with historical method. The research data were collected using documentation, interview, observation and literature study. Based on the results of the research, it shows that (1) Establishment of Meureudu as a sub- district started in 2007. Since that the infrastructure in Meureudu sub-district continues to develop such as education infrastructure in kindergarten, elementary, junior high school, SMK, MIN, MTsN and MAN and infrastructure of worship houses like the mosque, meunasah and mushalla. The development of Meureudu sub-district's infrastructure is also seen in health aspects buildings such as hospitals, Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, doctors clinique and drug stores. Meureudu sub-district infrastructure development is also seen in the field of companies and cooperatives, both formal and non-formal. Be sides all infrastructures, there are also better highway transport infrastructure, residential housing, hotels and tourism also sports facilities. (2) The development of the Meureudu sub-district infrastructure from 2007-2016 influenced by strong supports of Pidie Jaya government in develop funding allocation. It proves by the increasing short- term and medium-term development plans in the field of infrastructure. In addition to these factors, the geographical location of Pidie Jaya Regency as strategic lane point between Aceh Province to North Sumatera Province also influences this development, especially in traffic lane/ highway and shopping centres. 1 Keywords: Development, Infrastructure, Meureudu District. 2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. 3 Dosen Pembimbing Pertama.

  Dosen Pembimbing Kedua.

  95

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 . ABSTRAK

  Judul dalam penelitian ini ialah “Perkembangan Infrastruktur Kecamatan Meureudu Pasca Pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007 – 2016”, maka tujuan penelitian ini (1)ingin mendeskripsikan perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016 (2) ingin menganalisis faktor yang mempengaruhi perkembangan Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode sejarah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu dokumentasi, wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa (1) Berdirinya Kecamatan Meureudu sebagai kecamatan dimulai sejak tahun 2007. Dalam perkembangannya sejak 2007-2016 infrastruktur Kecamatan Meureudu terus mengalami perkembangan seperti infrastruktur pendidikan berupa bangunan Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, MIN, MTsN dan MAN. Begitu juga infrastruktur rumah ibadah terus berkembang seperti Mesjid, Meunasah dan Mushalla. Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat pada aspek kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, Praktek Dokter dan Toko Obat. Infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat dalam bidang perusahaan dan koperasi baik formal maupun non formal. Selain infrastruktur di atas, juga terlihat perkembangan dalam infrastruktur transportasi jalan, perumahan penduduk, perhotelan dan pariwisata serta sarana olah raga (2) Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak 2007-2016 dipengaruhi oleh faktor kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi dana pembangunan. Hal ini ditandai dengan semakin ditingkatkannya rencana pembangunan jangka pendek dan jangka menengah baik dalam bidang bidang infrastruktur. Selain faktor itu, letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, juga mempengaruhi pembangunan berbagagai infrastruktur Kecamatan Meureudu terutama di bidang tranfortasi jalan dan pertokoan.

  Kata Kunci : Perkembangan, Infrastruktur, Kecamatan Meureudu.

  96

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 . PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Kecamatan Meureudu merupakan pusat perkotaan Kabupaten Pidie Jaya. Meureudu sudah terlihat eksistensinya sejak abad ke 17. Menurut Denys Lombard (1986:111), ketika kusultanan Aceh Darussalam diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1630-1637) salah satu kebijkannya ialah mengadakan serangan terhadap musuh- musuhnya di Semenanjung Malaka yang sudah lama dikuasai oleh Portugis. Peranan percaturan politik pemerintahan Kerajaan Aceh. Ketika Sultan Iskandar Muda hendak melakukan penyerangan (ekspansi) ke Semenanjung Melayu. Ia mengangkat Malem Dagang dari Negeri Meureudu sebagai Panglima Perang, serta Teungku Ja Pakeh juga putra Meureudu sebagai penasehat perang, mendampingi Panglima Malem Dagang (http://www. Pidie jaya kab.go.id/ profil daerah/sejarah, diakses: 19 September 2016).

  Pemilihan Malem Dagang asal Meureudu sebagai penglima perang oleh Iskardar Muda untuk menyerang Johor tidak terlepas dari pesan Putroe Phang untuk memilih salah satu panglima perang. Iskandar Muda menunjuk Panglima Pidie namun, ia menolak dengan berbagai alasan, maka demi memenuhi amanah Putroe Phang, sultan meminta agar Panglima Pidie menunnjuk penggantinya. Panglima Pidie menunjuk Malem Dagang sebagai panglima perang (Abdullah, 2015: 109-110).

  Negeri Meureudu negeri yang langsung berada di bawah Kesultanan Aceh dengan status nenggroe bibeueh (negeri bebas). Di mana penduduk negeri Meureudu dibebaskan darisegala beban dan kewajiban terhadap kerajaan. Negeri Meureudu hanya punya satu kewajiban istimewa terhadap Kerajaan Aceh, yakni menyediakan bahan makanan pokok (beras), karena Negeri Meureudu merupakan lumbung beras utama kerajaan (http://www. Pidie jaya kab. go.id/profil daerah/sejarah, diakses:

  19 September 2016). Pada zaman kolonial Belanda wilayah

  Landscap Meureudu diganti statusnya

  menjadi Kewedanan (Orderafdeling) yang di zaman kolonial Belanda Meureudu telah diperintah oleh empat belas Controlleur, yang wilayah kekuasaannya dari Ulee Glee sampai ke Panteraja. Setelah tentara pendudukan Jepang masuk ke daerah Aceh dan mengalahkan tentara Belanda, maka Jepang kemudian mengambil alih kekuasaan yang ditinggalkan Belanda itu dan menjadi penguasa baru di Aceh. Di masa penjajahan Jepang, masyarakat Meureudu dipimpin oleh seorang Suntyo Meureudu Sun dan seorang

  Guntyo Meureudu Gun . Sesudah melewati

  zaman penjajahan, sejak tahun 1967, Meureudu berubah menjadi Pusat Kawedanan sekaligus pusat kecamatan. Selama Meureudu berstatus sebagai kawedanan, telah diperintah oleh tujuh orang Wedana. Pada tahun 1967, Kewedanan Meureudu dipecah menjadi empat kecamatan yaitu Ulee Glee, Ulim, Meureudu dan Trienggadeng Penteraja, yang masing- masing langsung berada di bawah kontrol Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Kini Daerah Kawedanan Meureudu menjelma menjadi Kabupaten Pidie Jaya, dengan Meureudu sebagai ibu kotanya. Kabupaten Pidie Jaya dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 .

  Januari 2007. Kabupaten Pidie Jaya yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Ad interim, Widodo AS di gedung Anjong Monmata Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada hari Jum’at tanggal

  15 Juni 2007.Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan aspirasi 140.000, jiwa masyarakat di 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Bandar Baru, Panteraja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya dan Bandar Dua masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan (http://www. Pidie jaya kab. go.id/ profil daerah/sejarah, diakses: 19 September 2016).

  Berdasarkan observasi awal penulis di lapangan Kecamatan Meureudu terus terlihat berusaha memajukan pembangunan baik di bidang infrastruktur, ekonomi dan lain-lain. Dikarenakan Kecamatan Meureudu berada pada pusat kota kabupaten, maka perkembangan yang terlihat jelas nampak pada bidang infrastrukturnya. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah sarana dan prasarana seperti jalan yang semakin membaik, gedung-gedung pendidikan, rumah sakit, gedung perkantoran, rumah sakit, industri, objek wisata dan lain sebagainya (Observasi, 15 September 2015).

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016? dan faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan Kecamatan Meureudu pasca pemekaran Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016?

  Anggapan Dasar

  Hipotesa adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesa itu melalui penelitian (Burhan Bugin, 2011:85). Meureudu merupakan kecamatan yang terletak pada pusat kota Kabupaten Pidie Jaya pasca pemekaran dengan Kabupaten Pidie tahun 2007.

  Moh. Nazir (2011:151) mengatakan, “hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi”. Beranjak dari pernyataan tersebut, hipotesis pada penelitian ini adalah:

  (1) Parkembangan infrastruktur kota Meureudu pasca pemekaran 2007-2016 mengalami peningkatan terutama di bidang infrastruktur karena adanya didukung oleh ketersediaan lokasi pembangunan yang memadai. (2) Kuatnya dukungan pemerintah

  Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi pembangunan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan Kecamatan Meureudu, 2007-2016.

  Kajian Sebelumnya

  Karya yang sangat populer mengenai sejarah kota ialah karya yang ditulis oleh Freek Colombijn, dkk dengan tema “Kota

  Lama Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia . Karya ini dijadikan rujukan oleh

  banyak sarjana dalam menulis sejarah kota,

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 .

  termasuk penelitian yang penulis lakukan. Penulisan perkembangan fisik kota dalam penelitian ini akan berpatokan terhadap kajian sejarah kota Yogyakarta. Sebagaimana diungkapkan oleh Joko Suryo dalam Colombijn, dkk (2005: 41-42), terdapat dua faktor penyebab perubahan penggunaan lahan tersebut di atas, menurut penelitian Agus Suryanto adalah faktor konsentrasi penduduk dan faktor kebutuhan ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Faktor konsentrasi penduduk adalah kepadatan penduduk dalam satu jiwa Sebagai contoh pada tahun 1987 jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Gondokusuman (59.739 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Pakualam (15.439 jiwa).

  • – 1942”. Karya ini disimpulkanbahwa kota

  Pada tahun 1996 jumlah tertinggi di Kecamatan Gondokusuman (71.058 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Pakualam (14.282 jiwa). Sementara itu kepadatan penduduk tertinggi antara lain terdapat di Kecamatan Gedong Tengen (26.781 jiwa per Km2) dan Kecamatan Danurejan (26.689 jiwa per Km2), adapun kepadatan terendah adalah terdapat di Kecamatan Umbulharjo (7.327 jiwa per Km2) dan Kecamatan Kotagede (8.328 jiwa per Km2).

  Selanjutnya Deni Ardian Ginting dalam karyanya yang berjudul “Sejarah

  Pergantian Nama Jalan di Kota Medan (1900-1970) ”. Dari karya ini dapat

  disimpulkan bahwa perkembangan perkebunan membuat semakin ramainya kota Medan, sehingga membutuhkan pembangunan sarana dan prasarana kota yang memadai. Oleh karena itu dibangunlah berbagai infrastruktur yang mendukung seperti rumah sakit, hotel, gedung-gedung pemerintahan dan perkebunan serta pembangunan jaringan jalan (Deni Ardian Ginting, 2009: 79).

  Selain karya di atas, penulis juga menemukan kajian lain tentang kota yang ditulis oleh Caesar Bodro Kusumo dengan karyanya “Kota Purworejo Pada Masa

  Pemerintahan Kolonial Belanda Tahun 1900

  dibangun tidak dalam satu generasi, tapi terus tumbuh dari satu generasi ke generasi lainya. Jadi pada dasarnya bentuk kota yang sekarang merupakan proses interaksi antar generasi. dibangun oleh lebih dari satu generasi sejak kota itu berdiri hingga sampai sekarang ini. Kehebatan pemerintah Belanda dalam membangun kota yang ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang maju dan bahan bangunan yang modern telah mampu menciptakan kota yang hingga sampai sekarang ini masih dapat diamati disekitar kawasan kota. Keadaan sosial dan politik di Belanda pada peralihan abad ke-19 ke awal abad ke-20, berpengaruh besar terhadap perkembangan arsitekturnya. Gaya arsitektur di Indonesia mulai menampakkan wujud sempurnanya setelah para arsitek profesional seperti Henri Maclaine Pont, Thomas Karsten, Ghijsels dan sebagainya datang di Indonesia.

  Kota Purworejo walaupun bukan termasuk kota besar tetapi memiliki peranan terhadap kota-kota yang berada disekitarnya seperti Magelang, Yogyakarta dan Kebumen. Kota Purworejo yang berada dibawah pemerintahan kolonial Belanda telah mengalami perkembangan baik dari segi fisik maupun non fisik. Pemerintah Belanda telah berhasil membangun kota Purworejo dengan mendirikan fasilitas-fasilitas kota yang

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 .

  Jenis penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis (Hugiono dan P.K. Poerwantana, 1992: 25).

  3) Observasi

  Adapun informan yang akan diwawancarai terdiri dari para staf Dinas Pembanguan, Camat Kecamatan Meureudu dan jajarannya, kontraktor/pemborong dan tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai pengetahuan tentang objek yang diteliti.

  2) Wawancara

  Adapun dokumem-dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah berupa data BPS Kabupaten Pidie Jaya, 2007-2016, BPS Kecamatan Meureudu, 2007-2016, laporan-laporan pembangunan tahunan, yang tersimpan pada dinas pembangunan Kabupaten Pidie Jaya, Kantor Kecamatan Meureudu dan lain-lain.

  Teknik Pengumpulan Data 1) Dokumentasi

  dalam penelitian ini adalah Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Sedangkan waktu penelitian sudah dimulai sejak penulis membuat perencanaan proposal pada 20 September 2016 sampai selesai Juli 2017.

  Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2007:06).

  menunjang segala aktivitas kegiatan di kota. (Kusumo, 2015:77-79).

  METODE Pendekatan dan Jenis Penelitian

  tulisannya ini aspek terpenting yang penulis kutip bahwa perkembangan Kota Semarang dapat kita lihat pada kawasan pusat kota, dimana terjadinya peningkatan perkembangan fisik spasial kota, pemanfaatan ruang kota maupun aktivitas-aktivitas kota seperti pada sektor perdagangan dan industri (Kurniawati, 2010:3-4).

  Ruang Kota Semarang Periode 1960-2007 (Studi Pengembangan Struktur Ruang Dari Masa Pasca Kolonial Sampai 2007) ”. Dari

  Fikri Ema Kurniawati melihat pula sejarah kota dalam segi struktur ruang dengan mengangkat tema “Perkembangan Struktur

  dikatakan bahwa hasil akhirnya adalah dari ke empat variabel bebas (jalan, air, listrik, dan telepon) memiliki satu variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap dua variabel lainnya, yaitu jalan dan telepon tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga, sedangkan satu variabel lagi yaitu listrik tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Sibolga (Atmaja, 2015: i).

  Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga ”. Berdasarkan hasil karyanya

  Sejarah kota dilihat dalam aspek pertumbuhan ekonomi pernah pula dikaji oleh Herry Kurniadi Atmaja dalam karyanya “Pengaruh Peningkatan Infrastruktur

  Adapun aspek yang diamati berupa bangunan-bangunan yang terdapat di Kota Meureudu seperti jumlah perkantoran, jumlah

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 .

  sarana dan prasarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana dan prasarana ibadah, jumlah sarana-prasarana trasfortasi (jalan), pertokoan dan sarana industri.

  Teknik Analisa Data

  Adapun analisa data dalam penelitian ini berupa analisa kualitatif dimana data dianalisis dengan (1) setelah data semuanya dikumpulkan, maka akan dilakukan kritikan terhadap data tersebut baik secara internal dan eksternal guna mendapatkan data yang otentik diperoleh, maka penulis akan mengadakan penafsiran terhadap data tersebut, hal ini dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta terkait perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu, 2007-2017 kemudian (3) setelah fakta diperoleh langkah selanjutkan penulis menuangkan fakta-fakta tersebut ke dalam cerita sejarah dengan analsis kualitatif dan kronologis.

  PEMBAHASAN Perkembangan Infrastruktur Kecamatan Meureudu, 2007-2016

  Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak pemekaran 2007-2016 terus di usahakan oleh pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. Dilihat dalam perkembangannya selama ini infrastruktur yang sudah ada terdiri dari infrastruktur pendidikan, rumah ibadah, kesehatan, perusahaan perdagangan dan koperasi, transfortasi jalan, perumahan penduduk, hotel dan pariwisata dan sarana olah raga. Dari infrastruktur pendidikan terdapat jenis bangunan berupa TK, SD, SMP, SMA, SMK, MIN, MTsN dan MAN. Jumlah infrastruktur ini terus meningkat terutama sekolah TK yang ditahun 2007 hanya berjumlah 4 unit namun di tahun 2016 sudah berjumlah 9 unit. Tempat peribadatan juga terus mengalami peningkatan jumlahnya terutama mesjid dan meunasah. Di tahun 2007 jumlah mesjid hanya 9 unit dan meunasah 48 unit. Namun, ditahun 2016 jumlah mesjid di Kecamatan Meureudu terdapat 11 unit dan meunasah 52 unit. Infrastruktur sinetasi juga berkembang di Kota Meureudu terutama rumah sakit, puskesmas, pustu, polindes, posyandu, praktek dokter dan toko obat. Di merupakan infrastruktur kesehatan paling banyak ditahun 2016 terdapat 30 unit posyandu di Kecamatan Meureudu, diikuti oleh polindes 16 unit dan postu serta toko obat masing-masing 5 unit. Selain jenis infrastruktur di atas, infrastruktur perdagangan dan koperasi juga berkembang di Kecamatan Meureudu yang terdiri dari industri skala menengah, industri skala kecil dan koperasi. Perkembangan yang pesat terlihat pada industri skala keci ditahun 2016 terdapat 60 unit dan koperasi non KUD terdapat 52 unit. Infrastruktur jalan juga mengalami perkembangan pesat di Kecamatan Meureudu. Hingga tahun 2016 panjang jalang keseluruhan mencapai 573.260 km yang terdiri dari jalan yang sudah diaspal, kerikil, tanah. Dengan kondisi baik 50%, sedang 14%, rusak 1% dan rusak berat 0%. Perumahan juga terus mengalami pembangunannya. Perumahan di Kecamatan Meureudu rata-rata telah menggunakan listrik (PLN), PDAM dan lain-lain. Selain rumah, tempat penginapan berupa hotel serta pariwisata juga terlihat di Kecamatan Meureudu. Sejak tahun 2007-2016 sudah terdapat tiga hotel yaitu Wisma Ananda,

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 .

  Wisma Kuala dan Kana Wisma. Infrastruktur lain berupa sarana olahraga yang terdiri dari lapangan sepak bola, bola voli dan bulu tangkis. Hingga tahun 2016 jumlah keseluruhan sarana olahraga di Kecamatan Meureudu mencapai 24 unit yang terdiri dari 16 unit lapangan bola voli, 4 unit lapangan sepak bola dan 4 unit lapangan bulu tangkis.

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Infrastruktur Kecamatan Meureudu Tahun 2007-2016

  Meureudu sejak 2007-2016 sangat dipengaruhi oleh faktor kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi dana pembangunan. Hal ini ditandai dengan semakin ditingkatkannya rencana pembangunan jangka pendek dan jangka menengah baik dalam bidang ekonomi maupun bidang infrastruktur. Selain faktor itu, letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, juga mempengaruhi pembangunan berbagai infrastruktur Kota Meureudu terutama di bidang tranfortasi jalan dan pertokoan.

  PENUTUP Kesimpulan

  Berdirinya Kecamatan Meureudu sebagai kecamatan dimulai sejak tahun 2007. Dalam perkembangannya sejak 2007-2016 infrastruktur Kecamatan Meureudu terus mengalami perkembangan seperti infrastruktur pendidikan berupa bangunan Sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, MIN, MTsN dan MAN. Begitu juga infrastruktur rumah ibadah terus berkembang seperti

  Mesjid, Meunasah dan Mushalla. Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat pada aspek kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu, Praktek Dokter dan Toko Obat. Infrastruktur Kecamatan Meureudu juga terlihat dalam bidang perusahaan dan koperasi baik formal maupun non formal. Selain infrastruktur di atas, juga terlihat perkembangan dalam infrastruktur transportasi jalan, perumahan penduduk, perhotelan dan pariwisata serta sarana olah

  Perkembangan infrastruktur Kecamatan Meureudu sejak 2007-2016 dipengaruhi oleh faktor kuatnya dukungan pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam alokasi dana pembangunan. Hal ini ditandai dengan semakin ditingkatkannya rencana pembangunan jangka pendek dan jangka menengah baik dalam bidang bidang infrastruktur. Selain faktor itu, letak geografis Kabupaten Pidie Jaya yang strategis sebagai jalur penghubung Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, juga mempengaruhi pembangunan berbagagai infrastruktur Kecamatan Meureudu terutama di bidang tranfortasi jalan dan pertokoan.

  Saran

  Perkembangan infrastruktur dan ekonomi yang meningkat memang sangat dibutuhkan oleh Kecamatan Meureudu saat ini untuk mendorong pendapatan masyarakat. Namun, pembangunan infrastruktur yang baik akan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan berdampak merata dan dirasakan oleh seluruh masyarakat Kecamatan Meureudu. Secara umum kondisi perhubungan Kecamatan Meureudu saat ini

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 95 - 103 .

  Colombijn, Freek (2005). Kota Lama Kota

  Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Lombard Denys. (1986). Kerajaan Aceh

  Kurniawati, Fikri Ema (2010). Perkembangan Struktur Ruang Kota Semarang Periode 1960-2007 (Studi Pengembangan Kolonial Sampai 2007). Skripsi.

  Skripsi . Semarang: UNS.

  Kusumo, Caesar Bodro (2015). Kota Purworejo Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda Tahun 1900-1942.

  Pengantar Ilmu Sejarah . Jakarta: PT.Rineka Cipta.

  Hugiono dan P.K. Poerwantana (1992).

  Ginting, Deni Ardian (2009). Sejarah Pergantian Nama Jalan di Kota Medan (1900-1970). Skripsi. Medan: USU.

  Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

  Atmaja, Herry Kurniadi (2015). Pengaruh Peningkatan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Sibolga. Skripsi. Medan: USU.

  mulai menghadapi masalah serius dan semakin menjadi ancaman besar di masa datang bila tidak dilakukan terobosan penting.

  Abdullah, Teuku (2015). Armada Cakra Donya Menuju Johor. Tesis. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

  Ketujuh) . Bogor: Ghalia Indonesia

  Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian (cet.

  Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  Moleong, 2007. Metodologi Penelitian

  Pengantar Ilmu Sejarah . Jakarta: PT.Rineka Cipta.

  Hugiono dan P.K. Poerwantana. 1992.

  Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu- Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

  Bugin, Burhan 2011. Metodologi Penelitian

  Masa Sultan Iskandar Muda . Jakarta: Balai Pustaka.