Apa itu REDD doc 1

Amiza Zuf
073.12.027
AMDAL
Apa itu REDD+?
Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) adalah langkahlangkah yang didesain untuk menggunakan insentif keuangan untuk mengurangi emisi dari gas
rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan.
Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+)
merupakan suatu mekanisme global yang memberikan suatu kesempatan unik bagi negara
berkembang seperti Indonesia, yang memiliki wilayah hutan yang luas dan sedang menghadapi
ancaman deforestasi.
REDD+ tidak hanya mencakup pengurangan gas rumah kaca tetapi juga mencantumkan peran
dari konservasi, manajemen hutan yang berkepanjangan, dan peningkatan stok hutan karbon.
Skema ini akan membantu menurunkan tingkat kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan. Proses penerapan REDD+ menitikberatkan pada keterlibatan para pemangku
kepentingan. Suara dari masyarakat, penduduk asli dan komunitas tradisional harus dijadikan
pertimbangan untuk memastikan hak mereka yang tinggal di dalam dan sekitar hutan akan
terjamin.
Bagaimana Program REDD+ bisa menjamin bahwa masyarakat yang bergantung pada
hutan dan para pemelihara hutan di negara-negara berkembang akan memperoleh
manfaat dari REDD+?
Desain strategi REDD+ yang sah harus menyertakan pedoman dan pengamanan yang

memastikan bahwa manfaat REDD+ akan menyentuh masyarakat yang menjaga dan melindungi
hutan dan keragaman hayati. Program UN-REDD bekerja sangat dekat dengan berbagai negara
untuk melibatkan para pihak dan pemelihara hutan di segala tahapan desain dan implementasi
program, sehingga mereka merupakan pihak-pihak yang memperoleh manfaat dengan
melindungi hutan.
Selain menerima carbon offsets
melalui suatu mekanisme REDD+, apa keuntungan lain yang bisa dinikmati negara-negara
berkembang dan masyarakat lokal dari mengurangi deforestasi dan melindungi hutan?
Selain perannya sebagai penyimpan karbon, hutan memberikan berbagai layanan ekosistem bagi
masyarakat. Sifat dari layanan-layanan ini bervariasi di berbagai tempat, dan meliputi pengaturan
air, perlindungan tanah, produk-produk hutan selain kayu dan serat, pengaturan iklim dan
keragaman hayati.

Bagaimana perkembangan REDD+ di Indonesia?
Pada Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk mengurangi emisi
CO2 Indonesia sampai 26%, dibandingkan skenari business as usual pada tahun 2020, hal ini
merupakan komitmen terbesar yang diberikan oleh kekuatan ekonomi yang sedang meningkat.
Dengan adanya dukungan keuangan internasional, Presiden Yudhoyono juga berkomitmen untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 41%. Pemerintah Norway menyambut baik komitmen
ini dan menyetujui penandatanganan Surat Niat (Letter of Intent atau LoI) pada 26 Mei 2010.

Norway akan memberikan kontribusi kepada Indonesia berdasarkan pengurangan emisi yang
terverifikasi yang sejalan dengan skema REDD+.
Pada bulan September 2010, Presiden Yudhoyono mendirikan Satuan Tugas REDD+ untuk
memastikan bahwa implementasi REDD+ berjalan dengan baik melalui Keputusan Presiden
No.19/2010. Dr. Kuntoro Mangkusubroto dipilih sebagai Ketua dari satuan tugas lintas sektoral
ini, dan Kalimantan Selatan dipilih oleh Presiden sebagai provinsi percontohan dari program
REDD+ di Indonesia pada bulan Desember 2010.
Bagaimana pelaksanaan strategi REDD+ di Indonesia?
Strategi REDD+ di Indonesia bertujuan untuk mengatur sumber daya alam secara berkelanjutan
sebagai asset nasional demi kesejahteraan bangsa. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui
implementasi di lima area fungsional pembangunan institusi dan proses yang menjamin
peningkatan tata kelola hutan dan lahan gambut, pengkajian ulang dan peningkatan kerangka
peraturan, meluncurkan program strategis untuk manajemen lansekap, merubah paradigma lama
dan melibatkan pemangku kepentingan utama secara bersamaan. Sebagai provinsi percontohan,
Kalimantan Tengah akan menjadi laboratorium untuk uji coba penerapan dari lima area
fungsional di atas. Provinsi lainnya di Indonesia akan menerapkan strategi REDD+ sesuai
dengan kepentingan masing-masing provinsi.
Untuk pelaksanaan di tingkat provinsi dan pusat, Satgas REDD+ akan membentuk institusi untuk
memonitor, mengkoordinasi, dan mengimplementasi kegiatan REDD+; serta institusi untuk
memonotir, melaporkan, dan meverifikasi. Sejalan dengan itu, instrumen pendanaan akan

ditetapkan untuk memastikan ketersediaan dana.
Siapa yang memperoleh keuntungan dari REDD+?
Skema REDD+ memberi keuntungan luas bagi masyarakat, industri, pelestari lingkungan dan
lain-lain, karena praktek yang diterapkan akan tetap memberikan akses pada pembangunan
ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan melalui pengelolaan hutan lestari. Inisiatif
penghijauan di kawasan hutan yang gundul dan terdegradasi juga dipertimbangkan dalam skema
REDD+. Lebih banyak negara yang akan mendukung atau meratifikasi REDD+ sebagai bagian
dari kesepakatan perubahan iklim di masa yang akan datang. Namun perlu diperhatikan bahwa
skema REDD+ memerlukan kerangka kerja yang lebih komprehensif untuk mengakomodasi
seluruh aspek yang dapat mendorong terjadinya transaksi penyimpanan karbon lebih banyak dan
implementasi yang lebih luas.