Kontrak Kerja Sama Blok Mahakam

Privatisasi Versus Nasionalisasi,
Kekayaan Mahakam Punya Siapa?

Krestianto Aji Saputro (21), Risti Nur VinaTsani (30),
UmmiZulianti (33), Wulan Purna Deviana (35)

Kelas VIIC RegulerDIV Akuntansi
STAN
2014/2015

ABSTRAK
Gejolak eksploitasi sumber daya alam di kedaulatan Indonesia selalu menuai kritik ketika
memasuki fase kritis pembaruan kontrak kerja sama (KKS) swasta-pemerintah. Meskipun profit
sharing yang diberikan kepada pemerintah Indonesia termasuk yang paling besar se-Asia
Tenggara dan nomor 5 di dunia, pada kenyataannya selalu timbul ketidakpuasan di mata
masyarakat. Paper ini menjelaskan salah satu Publik Private Partnership (PPP) pengelolaan
sumber daya alam dalam bentuk KKS antara Pemerintah Indonesia dengan pihak swasta di dalam
eksplorasi-eksploitasi minyak dan gas alam yang mengelola salah satu wilayah penghasil minyak
dan gas bumi (Migas) terbesar di Indonesia yaitu blok Mahakam. Gejolak pembaruan kontrak
sudah dimulai sejak 2008 dimana Pertamina berinisiatif untuk mengambil alih pengelolaan blok
Mahakam yang dikelola oleh Total P&EIndonesie. Langkah tepat perlu diambil pemerintah

karena KKS ini akan berakhir di tahun 2017. Dengan sisa kekayaan yang tersisa 2,01 TCF
(TrilliunCubicFeet) dari nilai awal semula diatas 20 TCF sejak 1967, pantaskah pengelolaan yang
telah berlangsung selama 50 tahun kembali diserahkan kepada pihak swasta? Risiko
pengembangan, investasi, bagi hasil, kebutuhan minyak dan gas nasional, teknologi, dan
keberlangsungan ketersediaan sumur migas kedepan akan menjadi topik yang dibahas dalam
paper ini. Kekayaan alam yang ada sudah seharusnya mendorong kemandirian ekonomi dan
kemakmuran rakyat.
Keywords: Kontrak Kerja Sama, Migas, Blok Mahakam
PENDAHULUAN
Sejak pergantian era kepemimpinan Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru di tahun 1967,
pemerintah giat meningkatkan laju masuk investasi luar negeri khusus pengelolaan sumber daya
alam. Ketidakmampuan Indonesia untuk mengolah kekayaan alamnya sendiri dalam hal sumber
daya manusia (SDM), infrastruktur, teknologi membuat pemerintah membuka kesempatan
korporasi asing bekerjasama dengan pemerintah.
KerjasamaPemerintah-Swasta yang telah puluhan tahun dijalani ini kini menjadi perdebatan
rumit. Setelah masa kerjasama selesai, pihak asing selalu berniat memperpanjang KKS dengan
pemerintah, disisi lain pemerintah dihadapkan pada tuntutan untuk mengupayakan kekayaan
alam yang dimiliki harus dikelola oleh pemerintah sendiri. Profit menjadi target korporasi asing
terhadap KKS ini. Bagi pemerintah Indonesia sendiri,kebijakan memperpanjang KKS menjadi
sebuah keputusan sulit; kebutuhan dalam negeri atas migas ditandingkan dengan keterbatasan

teknologi dan sedikitnya investasi pada infrastruktur pengolah sumber daya alam.
Isu ketidakmampuan pemerintah untuk memulai mengelola kekayaan alamnya sendiri sering kali
harus dibayar mahal. Beberapa kerjasama bahkan telah diperpanjang hingga puluhan tahun
kedepan, yang sama artinya dengan membagi kekayaan Indonesia kepada pihak asing berpuluhpuluh tahun lagi. Pemerintah Indonesia di tahun 2015 ini mempertimbangkan siapa yang
berhakmengelola blok migas Mahakam. Transfer teknologi, pengembangan SDM, dan profit
sharing menjadi pertimbangan khusus dalam pertimbangan kali ini.
Paper ini mendiskusikan bagaimana pengelolaan KKS blok Mahakam di masa mendatang. Apakah
kebijakan dengan bekerjasama bersama pihak asing telah menghasilkan benefit yang mengarah
pada kemandirian ekonomi Indonesia? Atau hanya sekedar profit sharing yang diperoleh oleh
halaman. 2

pemerintah? Pemerintah harus tanggap untuk mengelola kekayaan alam Indonesia dengan cara
yang terbaik untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
PPP DI INDONESIA
Setelah dimulainya era PPP di tahun 1967, PPP berkembang pesat ketika terjadi krisis ekonomi
global tahun 2008. Adanya kesadaran dari pemerintah mengenai sumber dayanya yang terbatas,
didorong dengan tuntutan dari masyarakat untuk penyediaan infrastruktur yang semakin banyak
dan luas, maka pemerintah melakukan PPP sebagai solusinya. Dengan adanya kerjasama dengan
swasta tersebut, diharapkan keterbatasan sumber daya dapat teratasi dari kemampuan dan
teknologi yang ditawarkan oleh swasta.

Konsep dasar dari PPP berarti adalah adanya kerja sama antar sektor publik serta swasta, sektor
publik (pemerintah) akan mendapatkan keuntungan dari keahlian sektor swasta, sementara
swasta juga dapat mengerjakan proyek yang menguntungkan dari pemerintah melalui proyekproyek pemerintah. Dengan adanya PPP ini, pemerintah dapat berfokuspadakebijakan,
perencanaan danregulasi, sedangkan kegiatanoperasionalsehari-hari dapat didelegasikan kepada
sektor swasta.
Dalam laman World Bank, PPP secara umum mengacu padapengaturan, baikjangka menengah
maupun jangka panjang, antara sektor publikdan swastadimanalayanan yang merupakan
tanggung jawabsektorpublikdisediakanolehsektor swasta, dengankesepakatan yang jelasdan
bertujuanuntuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
PPPdi bidang infrastrukturdapatmenjadi sarana untuk pengembanganataupeningkatanenergi,
air, transportasidantelekomunikasiserta teknologiinformasi. Oleh karena itu dalam PPP
kemampuan serta sumber daya dari sektor publik dan swasta digabungkan sehingga risikodan
tanggung jawab juga dibagi
ADB sendiri mempunyai pendapat terkait dengan alasan pemerintah melakukan PPP seperti yang
tercantum dalam Publik Privat PartnershipHandbook. Dalam handbook tersebut, ADB
menyebutkan ada 3 alasan mengapa sebuah pemerintah melakukan PPP, yaitu:
1. Menggerakkan Modal Swasta
Pemerintah dituntut untuk menyediakan infrastruktur serta barang layanan publik lainnya yang
semakin besar. Hal tersebut karena populasi masyarakat yang semakin tinggi serta adanya
perkembangan teknologi. Didorong juga dengan adanya keterbatasan sumber daya pemerintah,

sehingga pemerintah menggerakkan swasta untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur dan
layanan publik melalui PPP. Apabila dikelola dengan baik, PPP diharapkan akan dapat
memobilisasi sumber daya yang sebelumnya belum dimanfaatkan, baik lokal, regional, maupun
Internasional.
2. PPP sebagai Alat untuk Mencapai Efisiensi yang Lebih Tinggi
Penggunaan sumber daya yang langka secara efisien oleh pemerintah merupakan tantangan
tersendiri karena efisiensi dalam pemerintah itu sering gagal. Alasannya adalah sektor publik
sedikit, bahkan tidak memberikan insentif untuk proses dan organisasi yang efisien. Pemberian
insentif atas efisiensi sumber daya itu sangat sulit dilakukan pada sektor publik .
halaman. 3

Sementara itu, sektor privat mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungannya dalam
menjalankan bisnisnya, salah satunya dengan peningkatan efisiensi. Oleh karenaitu, adanya
peran swasta dalam menjalankan proyek pemerintah diharapkan untuk dapat mengefisienkan
biaya sehingga masyarakat dapat menikmati harga layanan publik yang terjangkau disamping
keuntungan dari pihak swasta yang tetap diperoleh oleh mereka
3. PPP sebagai Katalis dalam Reformasi Sektor yang Lebih Luas
PPP sering dianggap sebagai katalis dalam reformasi sektor yang lebih luas, mengingat peran
PPP ini sangat besar dalam hal pengaturan kembali alokasi kebijakan dan peran dari pembuat
kebijakan, penyedia layanan. Reformasi yang terkait dengan PPP dihubungkan pada pengaturan

mobilisasi modal dan pencapaian efisiensi. Pemeriksaan ulang pengaturan regulasi dan kebijakan
sangat penting dalam pelaksanaan PPP.
Kerja sama antara sektor publik dan sektor swasta ini selain PPP juga ada PSP (Privat Sektor
Participation) dan privatisasi. Ketigaistilah tersebut sering tertukar dalam penggunaannya.
Padahal ketiganya mempunyai perbedaan. Dalam Publik-PrivatePartnershipHandbook yang
diterbitkan oleh ADB , terdapat perbedaan antara PPP, PSP dan privatisasi. Perbedaan tersebut
adalah:
1. PPP menyajikan kerangka kerja dimana ketika bekerjasama dengan sektor swasta, peran
pemerintah untuk memenuhi kewajiban sosial kepada masyarakat dapat terpenuhi serta
keuntungan dalam investasi publik dapat dicapai.
2. PSP menekankan pengalihan kewajiban pembangunan infrastruktur pada sektor swasta.
Namun, perlambatan kerjasama publik dan swasta dalam pembangunan infrastruktur terjadi
di akhir 1900an. Hal tersebut disebabkan oleh reaksi sosial masyarakat karena swasta lebih
dominan dalam penyediaan infrastruktur publik daripada pemerintah. Padahal, PSP dianggap
mengabaikan tujuan sosial. Oleh karena itu, dibentuk desain baru kerja sama publik dan
pemerintah melalui PPP
3. Privatisasi melibatkan penjualan saham atau kepemilikan perusahaan atau penjualan aset
atau jasa yang dimiliki publik kepada swasta. Privatisasi lebih umum dan lebih luas diterima
di sektor yang secara tradisional tidak dianggap sebagai milik publik, seperti manufaktur,
konstruksi dan lain-lain.

Menurut World Bank, keuntungan dan risiko dari pelaksanaan PPP diantaranya yaitu:
1. Keuntungan PPP
a. Memanfaatkan teknologi dan inovasi dari sektor swasta untuk pemberian layanan publik
yang lebih baik melalui peningkatan efisiensi operasi;
b. Memberikan insentif kepada sektor swasta untuk menjalankan proyek sesuai dengan
anggaran
c. Transfer keterampilan dan pengetahuan dari swasta ke pemerintah sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kapabilitas pemerintah;

halaman. 4

d. Mendorong pembangunan infrastruktur kepada swasta serta melengkapi kapasitas sektor
publik yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur.
2. Risiko PPP
a. Pembangunan, penawaran dan biaya berkelanjutan dari PPP biasanya lebih besar
dibandingkandengan proses pengadaan tradisional. Oleh karena itu, pemerintah arus
mempertimbangkan apakah biaya yang besar tersebut relevan dengan tujuan PPP.
b. Tidak ada bantalan risiko yang tidak terbatas, swasta akan sangat berhati-hati dalam
menerima risiko di bawah kendali mereka. Sektor swasta pasti akan meminta kontrol yang
besar apabila mereka bersedia menerima risiko yang besar. Selain itu, mereka juga akan

menaikkan tarif apabila risikonya besar.
c. Sektor swasta akan mengerjakan sesuai dengan apa yang dibayarkan kepada mereka
sehingga insentif dan persyaratan kinerja harus jelas ditetapkan dalam kontrak.
d. Dalam hal pelayanan publik, yang paling bertanggungjawab adalah pemerintah, sehingga
pemerintah tetap harus mengawasi sektor swasta dalam pelaksanaan PPP agar kualitas
layanan publik tetap terjaga.
e. Pihak swasta biasanya mempunyai keahlian yang lebih sehingga dalam jangka pendek
mereka mereka memiliki keuntungan untuk mendapatkan data terkait proyek. Jadi harus
ada kepastian yang jelas terkait dengan pelaporan sehingga tidak ada penyampaian data
yang tidak valid oleh swasta.
f.

Karena bersifat jangka panjang dan kompleks, sulit untuk mengidentifikasi kemungkinankemungkinan yang akan terjadi di masa depan, misalnya ketika pengembangan proyek
muncul permasalahan yang tidak ada ketentuannya dalam kontrak. Atau bisa juga
mungkin ketika ada proyek yang gagal di tengah jalan atau dihentikan sebelum jangka
waktu berakhir karena kebijakan pemerintah yang berubah kegagalan swasta, atau
karena adanya forcemajeur.

g. Seringkali muncul adanya permasalahan dalam PPP. Harus ada pembagian tanggung
jawab dan risiko yang ada pada PPP agar optimal, sehingga tidak merugikan salah satu

pihak. Oleh karena itu, diperlukan kerangka hukum yang kuat dalam pelaksanaannya,
terutama terkait isi perjanjian/kontrak kerja sama.
REALITA BLOK MAHAKAM, MINYAK, DAN GAS INDONESIA
Blok Mahakam merupakan penghasil gas sebesar 30% dari total produksi gas nasional. Saat ini
Blok Mahakam dikelola oleh perusahaan migas asal Prancis, yakni PT Total E&PIndonesie.
Kontrak terhadap Blok ini akan berakhir tahun 2017. PT Total E&PIndonesie sudah melakukan
kontrak pertama sejak tanggal 31 Maret 1967. Perusahaan ini mendapatkan kontrak selama 30
tahun. Kemudian dilakukan perpanjangan kontrak lagi pada tahun 1997 selama 20 tahun. Jadi,
ketika kontrak berakhir di tahun 2017 nanti, PT Total E&P sudah mendapatkan hak pengelolaan
Blok Mahakam selama 50 tahun. Dalam eksplorasinya pada awal tahun 1967, ditemukan
cadangan minyak gas bumi di blok ini sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar
21,2 triliun kaki kubik (TCF).
halaman. 5

Berdasarkan data yang diperoleh dari SKKMigas , cadangan gas terbukti di Blok Mahakam
Kalimantan Timur diperkirakan sebesar 2,01 triliun kaki kubik ketika tahun 2017.
Gambar.1 Peta Potensi Migas Nasional

Setelah KKS ini berakhir, pemerintah mempertimbangkan blok tersebut dikelola oleh Pertamina
atau tetap menyerahkan pengelolaannya pada Total P&EIndonesie. Pertamina sendiri sudah

memasukkan pengelolaan Blok Mahakam sebagai fokus utama kinerja tahun 2015 yaitu
penguatan infrastruktur hulu melalui pengelolaan blok-blok yang akan habis masa kontraknya.
Dalam pengelolaan blok migas ini diharapkan nantinya Pemda turut ikut serta mengelola
bersama Pertamina. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan
Hulu Minyak dan Gas Bumi, ketika sebuah blok baru akan beroperasi, pemerintah daerah melalui
BUMD mendapatkan hak pertama untuk mendapatkan penawaran participatinginterest sebesar
10 persen. Namun, apabila Pemda tidak sanggup membeli, maka participatinginterest akan
ditawarkan kepada perusahaan nasional lain.
Grafik 1. Produksi Migas

halaman. 6

Pemerintah menerapkan profit sharing dalam KKS ini sebesar 85% bagian pemerintah untuk
minyak, 15% sisanya merupakan hak kontraktor. Profit sharing yang diterapkan untuk gas bumi
adalah 70% bagian pemerintah sedangkan sisanya untuk kontraktor. Dengan skema seperti ini,
tentu menjadi hal yang sulit bagi pemerintah karena dengan mempertahankan pola KKS yang
ada untung yang didapat pemerintah sangat tinggi.
Grafik 2. Profit Sharing KKS

Menurut data yang diperoleh dari Kementerian ESDM, setidaknya Indonesia telah menerima

sekitar Rp 830 triliun sebagai penerimaan devisa negara sejak awal operasi Blok Mahakam di
tahun 1967. Walau penerimaan yang begitu besar, Indonesia tidak dapat menghindar dari impor
minyak dan gas bumi dengan laju yang terus meningkat antara tahun 1996 sampai dengan tahun
2013 karena kebutuhan dalam negeri. Dengan kapasitas sebesar hampir 370 ribu barel per hari
menurut data Pertamina, tentu dengan mengelola sendiri blok Mahakam akan mengurangi impor
migas. Profit sharing yang tinggi tidak akan banyak berarti bila uang tersebut akhirnya
digunakan untuk mengimpor migas. Total nilai impor migas sejak tahun 1996 hingga 2013
sebesar US$ 118.763.000.000 dengan volume 254.408,5 ribu Ton (setara 1,886 miliar barel). Di
halaman. 7

tahun 2013, pemerintah mengimpor migas sebesar 19441,5 ribu ton (setara 142 juta barel).
Dengan demikian, hanya dengan mengelola sendiri blok Mahakam dan mempertahankan laju
produksinya, secara matematis pemerintah dapat menghemat impor hingga 133 juta barel.
Tabel 1. Data Ekspor-Impor Migas

Tabel 2. Data Ekspor-Impor Migas

TANTANGAN PENGELOLAAN BLOK MAHAKAM
Tantangan umum dalam pengelolaan hulu migas di Indonesia adalah kurangnya kemampuan
Negara dalam menanggung modal dan risiko yang besar di sektor ini. Pembukaan lapangan baru

memerlukan modal yang besar dengan kemungkinan berhasil hanya 30%. Prioritas pemerintah
sangat berpengaruh dalam tiap putusan akhir masa kontrak kerja sama di bidang migas.
Keinginan memperbesar kue ekonomi dengan keterbatasan finansial adalah alasan yang sering
menjadi pertimbangan. Pemerintah ingin memastikan keberlanjutan produksi minyak ibu pertiwi
dengan mengharapkan ditemukannya ladang-ladang minyak baru. Sebagaimana telah disebutkan
halaman. 8

sebelumnya modal dan risiko yang besar membuat pemerintah memilih bekerjasama dengan
pihak swasta.
Dari sisi aspek legal Pertamina berusaha mengambil alih operasi Blok Mahakam sebagaimana
diatur pada Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004, Pasal 28 Ayat 9 dan 10:
a. PT. Pertamina (Persero) dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk Wilayah
Kerja yang habis jangka waktu kontraknya.
b. Menteri dapat menyetujui permohonan sebagaimana dimaksud ayat 9, dengan
mempertimbangkan program kerja, kemampuan teknis, dan keuangan PT. Pertamina
(Persero) sepanjang saham saham PT. Pertamina (Persero) 100% (seratus per seratus)
dimiliki oleh Negara dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Kontrak Kerja Sama yang
bersangkutan.
Pertamina telah berulang kali mengajukan permohonannya sejak tahun 2008, dan kemudian
terakhir telah ditegaskan kembali lewat surat resmi surat resmi Plt. Direktur Utama Pertamina
Muhamad Husen kepada Menteri ESDM Sudirman Said pada 27 November 2014. Dalam surat
tersebut tertuang pernyataan bahwa Pertamina telah memiliki kemampuan secara teknis dan
finansial untuk mengelola blok Mahakam terbukti lewat kesuksesan Pertamina dalam mengelola
di Blok Offshore North West Java (ONWJ) dan West Madura Offshore (WMO) pasca
pengambilalihan.
Di sisi lain Total dan Inpex (kontraktor) melakukan permohonan perpanjangan kontrak sesuai
pasal 28 ayat 3 dan 5:
a. Kontraktor melalui Badan Pelaksana mengajukan permohonan perpanjangan Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud ayat 1 kepada Menteri.
b. Permohonan perpanjangan Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud ayat 3 dapat
disampaikan paling cepat 10 (sepuluh) tahun dan paling lambat 2 (dua) tahun sebelum
Kontrak Kerja Sama berakhir.
Adapun hal yang dijanjikan dari pihak kontraktor adalah share teknologi yang update dan
pengambilan putusan yang lebih efisien karena mereka telah berpengalaman dalam mengelola
blok Mahakam yang diklaim memiliki struktur geologi, operasi dan logistik yang kompleks.
Tri Haryadi, ketua umum Asosiasi Kontrak Kerja Sama (AK3S) menjelaskan jika pengoperasian
Blok Mahakam dikuasai oleh Pertamina, Cadangan dan Produksi Migas Indonesia akan lebih jelas
sehingga kedepannya keuangan negara akan terbantu dengan meningkatnya ekspor migas dan
pendapatan devisa dari Migas. Pendapatan tersebut dapat digunakan pemerintah untuk biaya
pendidikan, pembangunan infrastruktur, juga bisa digunakan untuk pembangunan poros maritim
dunia. Selain secara finansial, pengalihan pengoperasian juga menguntungkan dari transfer
teknologi dan peningkatan kapasitas ahli perminyakan Indonesia.
Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara pernah memaparkan bahwa
selama 10 Tahun terakhir, Total dan Inpex mendapat keuntungan bersih dari pengelolaan blok
Mahakam sebesar US $ 1,4 miliar per tahun. Sedangkan untuk biaya operasi, rata-rata Total dan
Inpex mengeluarkan US $ 250 juta. Oleh karena blok tersebut sudah berproduksi, maka setiap
bulan biaya tersebut dikembalikan lagi sebagai costrecovery. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
halaman. 9

pendapat bahwa perlu miliaran dolar AS untuk mampu menjadi operator Blok Mahakam adalah
kurang tepat.
Walaupun nantinya Pertamina diberi kesempatan untuk memegang kepemilikan sebesar 51% dari
pengelolaan Mahakam, apabila Total dan Inpex masih ditunjuk sebagai operator maka Total dan
Inpex bisa memonetisasi aset negara tanpa membelinya. Sedangkan apabila Pertamina diberi
kesempatan sebagai operator, walaupun hanya dengan porsi 50%, dan 49% aset sisanya
dimonetisasi melalui penjualan, negara akan memperoleh dana segar. Dalam hitungan
ReforMiner, jumlah dana yang diperoleh bisa mencapai ratusan hingga miliaran dolar AS. Angka
pasti mengenai nilai tersebut tergantung negosiasi jual beli, yang jelas potensi yang akan didapat
akan lebih besar dibanding bonus penandatanganan yang diterima pada opsi perpanjangan
kontrak.
Adapun beberapa keunggulan yang ditawarkan oleh pihak total dalam pengelolaan migas oleh
mereka adalah share teknologi terupdate dan pengambilan keputusan yang lebih efisien karena
mereka telah berpengalaman dan profesional di bidang tersebut. Pertamina memang belum
sekelas dengan Total dan sering diragukan di bidang finansial, teknologi, dan manajerial dalam
mengelola Blok Mahakam. Akan tetapi sebagaimana pernah diungkapkan oleh Kwik Kian Gie,
Indonesia harus segera berani mengambil alih pengelolaan sumber daya terutama migas demi
kedaulatan energi.
Dengan memperhatikan beberapa hal diatas, disimpulkan bahwa pengelolaan blok Mahakam
kedepan memiliki potensi tantangan berupa:
1. Potential Benefit
Pengelolaan blok Mahakam secara mandiri akan memberikan dampak yang signifikan
terhadap pendapatan migas. Jika sebelumnya terdapat skema bagi hasil dengan
kontraktor, maka kedepan 100% profit akan masuk kedalam kas negara. Kebutuhan migas
nasional juga akan tercukupi dengan kapasitas 370ribu barel per hari. Aset yang
sebelumnya dikelola oleh kontraktor KKS dikemudian hari akan menjadi milik pemerintah,
yang berarti investasi besar telah berhasil diakuisisi. Selain itu blok Mahakam ternyata
memiliki potensi yang belum tereksploitasi seperti yang terungkap dalam laporan kinerja
SKK Migas tahun 2013.
Tabel 3. Potensi Baru Blok Mahakam

halaman. 10

2. Potential Loss
Pengelolaan blok migas oleh Pertamina belum sebagus kinerja Total P&EIndonesie,
dengan demikian akan timbul kekhawatiran bila di periode pengelolaan selanjutnya
produktivitas blok Mahakam akan menurun. Bila hal ini terjadi tentu bukan hanya
pendapatan dan ketersediaan migas yang terancam, melainkan juga kerugian investasi
dalam eksplorasi-eksploitasi migas. Pemerintah harus menyadari potensi kerugian yang
akan diterima bila blok Mahakam tidak dikelola dengan baik.
3. SDM
Pertamina sebagai BUMN dalam sektor migas tentu memiliki tenaga terlatih yang mampu
mengendalikan sebuah blok migas. Namun jumlah yang terbatas menjadi hambatan
tersendiri. Kualifikasi SDM yang dimiliki Pertamina berbeda dengan yang dimiliki Total
P&EIndonesie saat ini. Hal ini bisa diatasi dengan cara mempertahankan SDM yang ada
pada Total P&E Indonesia, memberikan insentif yang sedikit lebih tinggi sehingga kualitas
SDM yang ada tidak berubah.
4. Teknologi
Isu teknologi memang menjadi hal rumit yang perlu menjadi pertimbangan. Harapan
dengan pengelolaan melalui KKS adalah adanya transfer teknologi. Namun yang terjadi
selama 50 tahun pengelolaan ini, Pertamina masih dinyatakan kekurangan teknologi
untuk mengelola blok Mahakam oleh SKK Migas. Risiko timpang teknologi seperti ini
dapat diatasi dengan menggandeng pihak swasta dalam pengelolaan, porsi yang diambil
Pertamina tentu tetap lebih besar. Selain itu pemerintah harus memperhatikan investasi
dalam hal teknologi ini, diharapkan pendapatan migas kedepannya dialokasikan pada hal
tersebut termasuk infrastruktur pengolah SDA.
5. Finansial
halaman. 11

Investasi dalam eksplorasi-eksploitasi migas merupakan investasi besar dengan risiko
tinggi. Jika tidak ditangani dengan baik maka dana yang dialokasikan setiap tahunnya
akan sia-sia. Butuh manajemen yang profesional dan berintegritas dalam mengelola
migas.
6. Manajerial
Tidak dapat dipungkiri bila sektor migas merupakan lahan basah yang sering kali sangat
dipengaruhi kepentingan politis. Pengambilan keputusannya tidak berkesinambungan dan
mengarah pada tujuan yang jelas. Pihak swasta yang berorientasi pada profit justru akan
lebih efektif dalam hal manajerial karena apapun keputusan yang diambil akan mengarah
pada satu keputusan yaitu keuntungan perusahaan. Secara manajerial pemerintah perlu
memperbaiki tata kelola dan birokrasi terkait migas. Tanpa disadari sering kali keputusan
terkait migas; pengelolaan, ekspor, impor sering tidak memperhatikan tujuan nasional
yaitu kemakmuran rakyat, melainkan kepentingan pribadi atau kelompok.
CONTOH SUKSES PENGELOLAAN BLOK MIGAS OLEH PEMERINTAH
Contoh kerjasama yang akan diambil adalah kerjasama Pertamina dan BUMD di propinsi Riau. Di
Riau ada beberapa kerja sama yang terjadi antara Pertamina dan BUMD, antara lain pada:

1. Blok CoastalPlain Pekanbaru (CPP)
BUMD: PT. Bumi Siak Pusako
BOB CPP dibentuk oleh perusahaan minyak daerah PT Bumi Siak Pusako (BSP) dan
Pertamina Hulu yang merupakan pelaksana operasi pengelolaan blok CPP. Wilayah Kerja Blok
CPP terletak di Propinsi Riau, yang tercakup dalam Kabupaten Siak, Bengkalis, Kampar dan
Rokan Hulu.
PT Bumi Siak Pusako menandatangani nota kesepahaman dengan Pertamina pada Desember
2013, sebagai perpanjangan kontrak awal yang disetujui pada tahun 2002. Pola kerjasama
yang disepakati adalah kerjasama Konsorsium Manajemen dan Konsorsium Operasi, dengan
Participating Interest sama besar masing-masing 50%, yang selanjutnya membentuk
perusahaan patungan (jointventurecompany) yang akan bertindak sebagai pelaksana operasi
atau operator.
Tren lifting PT Siak Bumi Pusako adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Lifting Minyak Bumi Blok CPP

halaman. 12

Sumber: http://www.bsp.co.id/production
2. Blok Langgak
BUMD: PT Sarana Pembangunan Riau (SPR) Langgak
Merupakan operator tunggal Blok Langgak sejak tahun 2010 seusai serah terima dari PT
Chevron Indonesia. Sedangkan Participating Interest dengan Pemerintah Indonesia adalah
50%-50%. Pada saat pengalihan hak pengelolaannya, produksi Blok Langgak adalah 300
barrel minyak per hari, dari kuota asal 1.000 barrel per hari.
Tren produksi minyak PT SPR Langgak adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Lifting Minyak Bumi Blok Langgak

halaman. 13

Sumber: http://www.sprlanggak.co.id/
Mekanisme kerjasama Pemerintah dengan Pemerintah Daerah dalam hal pengelolaan migas
dilaksanakan dengan metode ProductionSharingContract (PSC) yang ditandai dengan:
1. Negara/BUMN menjadi pihak manajemen utama dalam pengendalian biaya,;
2. Besarnya penerimaan Negara akan tergantung pada besarnya biaya operasi yang
kewenangan pengendaliannya ada pada Negara/BUMN;
3. Segala risiko dan beban ditanggung oleh kontraktor sampai wilayah kerja produksi
menghasilkan.
Sistem PSC ini selaras dengan amanat konstitusi, yaitu Undang-undang Dasar tahun 1945
yang mengamanatkan bahwa sumber daya alam yang terkandung dalam perut bumi,
termasuk migas, harus dikuasai negara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
DBH Migas Pemerintah Pusat kepada Pemerintah dalam APBN 2015 mencapai Rp. 11,9
Triliun, yang akan dibagikan kepada propinsi dan kabupaten/kota sesuai peruntukannya.
Namun besar kecilnya jumlah DBH ini sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Januari
2015 lalu DBH turun karena anjloknya harga minyak dunia. Oleh karena itu jika
pembangunan daerah menggantungkan kepada DBH, maka pembangunan bisa terhambat.
Selain karena fluktuasi harga minyak dunia, DBH juga dipengaruhi oleh penurunan lifting
minyak (produk minyak bumi yang terjual) kenaikan faktor pengurang (misalnya PBB migas
dan PPN yang meningkat), dan kelebihan penyaluran Dana Bagi Hasil pada triwulan
sebelumnya sehingga penyaluran pada triwulan berikutnya dikurangi.
halaman. 14

Dari karakteristik PSC tadi, yang menjadikan keuntungan pengalihan pengelolaan dari pihak
swasta ke pihak pemerintah daerah adalah poin ketiga, yaitu segala beban dan risiko awal
ditanggung oleh kontraktor. Pengalihan pengelolaan wilayah yang sudah berproduksi
tentunya sudah melalui tahapan pembebanan biaya dan risiko kepada kontraktor ini dan
beralih kepada haring beban dan risiko antara Pemerintah dan kontraktor, sehingga Pemda
pada tahap ini bisa lebih leluasa. Di sisi lain, wilayah yang telah dialihkan pengelolaannya
kepada Pemda tentunya sudah diambil kekayaannya sekian lama oleh kontraktor terdahulu,
sehingga hasil lifting yang bisa diharapkan sudah berkurang.
Penghitungan realisasi DBH sumber daya alam dilakukan secara triwulanan melalui
mekanisme rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dan daerah penghasil. Namun
mekanisme bagi hasil ini dirasa belum memuaskan bagi daerah penghasil migas, karena
bagian yang mereka terima hanya sepersekian persen dari total penerimaan. Warga lokal
tidak banyak yang mendapatkan manfaat seperti lapangan pekerjaan dan perbaikan tingkat
ekonomi dari adanya tambang migas di daerah mereka, belum lagi faktor lingkungan yang
rusak karena aktivitas penambangan.
Oleh karena itu pemerintah propinsi Riau sebagai penghasil migas terbesar di Indonesia,
memperjuangkan perolehan hak pengelolaan migas di daerah mereka sebagai upaya
mengembalikan kekayaan daerah kepada daerah sendiri. Dengan BUMD yang ditunjuk
sebagai badan pengelola migas rekanan, diharapkan bagian untuk daerah akan menjadi lebih
besar.
SOLUSI
Dari pembahasan tersebut di atas, bisa diambil beberapa solusi untuk penyelesaian kasus blok
Mahakam, antara lain:
a. Pengelolaan blok Mahakam harus di tangan Indonesia sepenuhnya sesuai amanat UUD 1945;
b. SDM yang telah ada di blok Mahakam bisa dipertahankan dengan tetap mempekerjakan SDM
dari Total P&EIndonesie yang sebagian besar juga adalah orang Indonesia;
c. Dari segi teknologi, harus diakui bahwa kemampuan kita belum cukup tinggi sehingga perlu
menjalin kerjasama dengan pihak yang kompeten lainnya dengan metode transfer of
knowledge yang diharapkan mampu mendorong kita untuk mandiri di bidang teknologi;
d. Investasi di bidang infrastruktur, riset dan pengembangan teknologi di bidangpertambangan
migas harus jadi poin penting kedepan;
e. Perbaikan birokrasi dan sistem, untuk menjadikan migas sebagai sektor vital yang bisa
meningkatkan kemakmuran rakyat bukan golongan;
f. Untuk menjamin kesinambungan sumber energi maka pemerintah perlu fokus pada sumber
energi terbarukan dan mencari ladang migas baru;
g. Mengeksplorasi kemungkinan kerjasama dengan pihak pemerintah daerah agar daerah
penghasil kekayaan migas bisa berkembang dan mendapatkan manfaat dengan proporsi yang
sepadan.
halaman. 15

halaman. 16

DAFTAR REFERENSI
http://ppp.worldbank.org/public-private-partnership/
http://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/31484/public-private-partnership.pdf
www.katadata.co.id
www.pertamina.com
http://www.reforminer.com/media-coverage/tahun-2013/1237-kontrak-pengelolaan-blok-Mahakam
http://www.goriau.com/berita/riau/harga-minyak-dunia-anjlok-dana-bagi-hasil-riau-dipangkas.html
http://www.goriau.com/nasional/tuntutan-sejarah-dan-blok-kampar.html
http://www.esdm.go.id/berita/40-migas/3191-pemberian-dana-bagi-hasil-migas-sesuai-undangundang.html
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/20/103258726/Mencermati.Dana.Bagi.Hasil.Hul
u.Migas.Bagian.I
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/18/102619026/Mengapa.Kontrak.PSC.Dipandan
g.Lebih.Menguntungkan.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51076aad6703a/alasan-pemerintah-memilih-kontrakbagi-hasil
http://strategihukum.net/mengupas-konsep-psc-dalam-pengusahaan-hulu-migas-indonesia
http://lifting.migas.esdm.go.id/lifting/laporan/perdpmkkks
http://www.sprlanggak.co.id/
http://www.bsp.co.id/
http://patra.itb.ac.id/karya/kajian-energi/mau-dibawa-kemana-blok-mahakam-4/
https://saripedia.wordpress.com/tag/petisi-blok-mahakam-untuk-rakyat/
http://patriotgaruda.com/2014/12/04/skema-pengelolaan-blok-mahakam-setelah-kontrak-totalberakhir/
http://politik.kompasiana.com/2014/12/19/pensiunan-tegaskan-blok-mahakam-harga-mati-bagipertamina-692569.html
http://www.bpsimprs2014.com/artikel-mprs-2014/ekonomi/54-kasus-blok-mahakam.html
http://www.tambangnews.com/serba-serbi/opini/3481-menuai-bencana-di-blok-mahakam.html
http://m.ekonomi.rimanews.com/bisnis/read/20141124/184167/Menghitung-Untung-Rugi-BlokMahakam-Jika-Jatuh-ke-Tangan-Pertamina?utm=prepage
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/11/mw24z4-tahun-2017-blok-mahakamharus-ditangani-pertamina

halaman. 17