STRATEGI PEMENUHAN KEGIATAN KOLEKTIF GUR

STRATEGI PEMENUHAN “KEGIATAN KOLEKTIF GURU” SEBAGAI BAGIAN DARI PENGEMBANGAN
DIRI GURU

Profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan
guru merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting
dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.
Salah satu bentuk aktualisasi tugas guru sebagai tenaga profesional adalah diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Undang-undang dan peraturan pemerintah ini diharapkan dapat memfasilitasi guru
untuk selalu mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Pelaksanaan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik,
profesional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan
dengan profesinya sebagai guru.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dikembangkan atas dasar profil kinerja guru
sebagai perwujudan hasil penilaian kinerja guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil
penilaian kinerja guru masih berada di bawah standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian
kinerja guru, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan
yang diorientasikan sebagai pembinaan dalam pencapaian standar kompetensi guru. Sementara itu, guru
yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian

kinerja guru, kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan diarahkan kepada pengembangan
kompetensi untuk memenuhi layanan pembelajaran berkualitas dan peningkatan karir guru.
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pengembangan
keprofesian berkelanjutan merupakan salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk
kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan diharapkan dapat menciptakan
guru profesional, bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki
kepribadian yang matang. Dengan demikian, guru mampu menumbuhkembangkan minat dan bakat
peserta didik sesuai dengan bidangnya dalam menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Sehingga guru sebagai pembelajar abad 21 mampu mengikuti perkembangan ilmu dalam bidangnya dan
dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan standar kompetensi
yang harus dimiliki peserta didik.
Kondisi saat ini guru masih mengalami kendala memenuhi kewajiban dalam pemenuhan
pengembangan keprofesiannya, baik pengembangan diri, publikasi ilmiah maupun karya inovatif.
Umumnya guru memaknai pengembangan diri hanya berupa mengikuti pendidikan dan pelatihan saja,
sehingga sebagian guru merasa pesimis tidak mendapatkan kesempatan untuk ikut pendidikan dan
pelatihan.
Makalah ini memberikan solusi bagi guru untuk menyusun strategi pemenuhan pengembangan diri
dari

unsur
kegiatan
kolektif
guru,
baik
di
sekolah,
kelompok/musyawarah kerja
(KKG/MGMP/KKKS/MKKS/KKPS/MKPS). Kegiatan dapat dilakukan mandiri atau berkelompok .
B. PENGEMBANGAN KOPROFESIAN BERKELANJUAN
Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitas guru. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas
pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

Pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
peserta didik (Kemdikbud, 2013) .
Tujuan
umum pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah
untuk

meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutanbagi peserta didik memperoleh jaminan
pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif; Guru dapat memenuhi standar dan mengembangkan
kompetensinya, sehingga mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupannya di masa datang. sekolah/Madrasah
mampu memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik; Orang tua/masyarakat
memperoleh jaminan bahwa anak mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan
pengalaman belajar yang efektif; dan Memberikan jaminan kepada masyarakat tentang layanan
pendidikan yang berkualitas dan professional.
PKB adalah bagian penting dari proses pengembangan keprofesian guru yang merupakan
tanggung-jawab guru secara individu sebagai masyarakat pembelajar. Oleh karena itu, kegiatan PKB
harus mendukung kebutuhan individu dalammeningkatkan praktik keprofesian guru dan fokus pada
pemenuhan dan pengembangan kompetensi guru untuk mendukung pengembangan karirnya
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, unsur kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan meliputi:
1. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki
kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional
serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan melalui diklat fungsional dan/atau kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi

dan/atau keprofesian guru.
Terkait dengan kegiatan diklat fungsional, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil pasal 8 (ayat 1) menyatakan bahwa: diklat dalam
jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap Pegawai Negeri
Sipil agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik- baiknya.
Dalam pasal yang sama (ayat 2), dinyatakan bahwa diklat dalam jabatan terdiri dari diklat kepemimpinan,
diklat fungsional, dan diklat teknis. Selanjutnya pasal 11 (ayat 1) menyatakan bahwa diklat fungsional
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing.
Sejalan dengan itu, Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 menyatakan bahwa: diklat fungsional
adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif guru
adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang
dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah (seperti KKG/MGMP/MGBK) dan bertujuan untuk
meningkatkan keprofesian guru. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain:
a. Lokakarya atau kegiatan bersama (seperti KKG, MGMP, MGBK, KKKS dan MKKS) untuk menyusun
dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran;
b. Keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan/atau diskusi
panel), baik sebagai pembahas maupun peserta;
c. Kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.

Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam
diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) perencanaan pendidikan dan program
kerja;
(2)
pengembangan
kurikulum,penyusunan
RPP dan
pengembangan bahan
ajar;
(3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5)
penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6)
inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori
terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk

mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan
tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan di sekolah sesuai kebutuhan guru dan sekolah, dan
dikoordinasikan oleh koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan. .Bukti pelaksanaan kegiatan
pengembangan diri yang dapat dinilai, antara lain:
a. Diklat fungsional yang harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan

yang disahkan oleh kepala sekolah.
b. Kegiatan kolektif guru yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan deskripsi hasil kegiatan
yang disahkan oleh kepala sekolah.
Catatan: Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, maka laporan dan bukti fisik
pelaksanaan pengembangan diri harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.
Guru
yang
telah
mengikuti diklat
fungsional
dan/atau kegiatan
kolektif
guru berkewajiban mendiseminasikan kepadarekan guru lain, minimal di sekolahnya masing-masing,
sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini
diharapkan dapat mempercepat proses kemajuan dan pengembangan sekolah secarakomprehensif.
Guru yang mendiseminasikan hasil diklat fungsional dan/atau kegiatan kolektif akan memperoleh
penghargaan berupa angka kredit sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.
2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai
bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan

pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber
pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat
sekolah, KKG/MGMP/MGBK, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat
berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah
diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah
masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan
sekolah.
Catatan: Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus
disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat
berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran
per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku
termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat guru bertugas. Keaslian buku harus
ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru
yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
3. Karya inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai

bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan
teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat
pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat
nasional maupun provinsi.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mencakup ketiga unsur tersebut harus
dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya, tidak sekedar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit

seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional
tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan
C. PENGEMBANGAN DIRI
Berdasarkan Permennegpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 17, jumlah minimum angka kredit
untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat / jabatan guru dari unsur PKB adalah sebagai berikut.
Jumlah Angka Kredit Minimal dari Subunsur
Dari Jabatan

Ke Jabatan

Subunsur

Pengembangan
Diri

Subunsur Publikasi Ilmiah
dan/atau Karya Inovatif

Guru
Pertama
golongan III/a

Guru Pertama golongan
ruang III/b

3 (tiga)

-

Guru
Pertama
golongan III/b


Guru
Muda
ruang III/c

golongan

3 (tiga)

4 (empat)

Guru
Muda
golongan III/c

Guru
Muda
ruangIII/d

golongan


3 (tiga)

6 (enam)

Guru
Muda
golongan III/d

Guru Madya

4 (empat)

8 (delapan)

Guru Madya

Guru Madya

4 (empat)

12 (duabelas)

golongan IV/a

golongan IV/b

Guru Madya

Guru Madya

4 (empat)

12 (duabelas)

golongan IV/b

golongan IV/c

Guru Madya

Guru Utama (*

5 (lima)

14 (empatbelas)

golongan IV/c

golongan IV/d

Guru Utama

Guru Utama

5 (lima)

20 (duapuluh)

golongan IV/d

golongan IV/e

golongan IV/a

(* bagi Guru Madya, golongan ruang IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan ruang
IV/d, wajib melaksanakan presentasi ilmiah.
Berdasarkan persyaratan kenaikan pangkat , guru wajib melakukan pengembangan diri minimal jumlah
nilai 3 s.d. 5 bervariasi sesuai pangkatnya. Jika banyaknya nilai pengembangan diri tersebut dicapai
umumnya selama 4 (empat) tahun, maka rata-rata dalam satu tahun guru mengumpulkan nilai satu.
kegiatan yang dilakukan guru adalah mengikuti diklat fungsional atau kegiatan kolektijf guru.
1. Diklat Fungsional
Guru dapat mengikuti kegiatan diklat fungsional atas dasar penugasan baik dari kepala
sekolah/madrasah maupun kehendak sendiri setelah mendapat izin dari atasan langsung
Kegiatan dapat berupa kursus. pelatihan, penataran, in house training durasi minimal 30 jam yang
diselenggarakan oleh lembaga diklat yang ditunjuk seperti P4TK, LPMP, LP2KS, Badan Diklat Daerah,
Lambaga Diklat yang diselenggarakan masyarakat yang mendapat operasional dari pemerintah aau
pemerintah pusat.

Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik
dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain:
a. penyusunan kurikulum, RPP, dan bahan ajar
b. penyusunan, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan
c. pengembangan metodologi mengajar
d. penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik
e. penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran
f. inovasi proses pembelajaran
g. peningkatan kompetensi professional
h. penulisan publikasi ilmiah
i. pengembangan karya inovatif
j. kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya, dan
k. peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
Durasi diklat fungsional guru dan angka kreditnya sebagaimana dalam lampiran I Peraturan Manteri
Negara Pendayagunaan AParatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 seperti pada
tabel berikut:
Kegiatan

Kode

Angka Kredit

1.1.a lebih dari 960 jam

19

15

1.1.b antara 641 s.d. 960

20

9

1.1.c antara 481 s.d. 640

21

6

1.1.d antara 181 s.d. 480

22

3

1.1.e antara 81 s.d. 180

23

2

1.1.f antara 30 s.d. 80

24

1

keikutsertaan guru dan guru yang mendapat tugas tambahan dalam kegiatan diklat fungsional harus
dibuktikan dengan bukti fisik sebagai berikut.
a. Fotokopi surat tugas dari kepala sekolah/madrasah, atau atasan langsung, atau instansi lain yang terkait
yang telah disahkan oleh kepala sekolah/madrasah atau atasan langsung
b. Fotocopy sertifikat duiklat bagi guru yang telah disahkan oleh kepala sekolah/madrasah, sedankan bagi
kepala sekolah disahkan oleh dinas pendidikan sebagai atasan langsung
Permasalahan sehubungan dengan diklat funsional, tidak semua guru berkesempatan mengikuti
diklat fungsional, sehingga kegiatan kolektif guru menjadi solusi pemenuhan angka kredit pengembangan
keprofesian berkelanjutan dari unsur pengembangan diri
2. Kegiatan Kolektif Guru

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah/madrasah maupun di luar
sekolah/madrasah (seperti KKG/MGMP, KKKS/MKKS, Asosiasi Profesi lainnya) yang bertujuan untuk
meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan.
Kegiatan kolektif guru dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.
a. Mengikuti lokakarya atau kegiatan di kelompok/musyawarah kerja guru
b. Mengikuti in house training di sekolah/madrasah untuk penyusunan perangkat kurikulum dan/atau kegiatan
pembelajaran berbasis TIK, penilaian, pengembangan media pembelajaran, dan/atau kegiatan lainnya
c. Sebagai pembahas atau peserta dalam seminar, koloqium, diskusi panel, atau bentuk pertemuan ilmiah
lainnya
d. Mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru terkait dengan
pengembangan keprofesiannya
Guru dapat mengikuti kegiatan kolektif guru atas dasar penugasan baik oleh kepala
sekolah/madrasah atau institusi yang lain, maupun atas kehendak sendiri. Angka kredit untuk setiap
kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan kolektif guru ditunjukkanpada tabel berikut.
Kegiatan
1.2.a Lokakarya atau kegiatan bersama (seperti kelompok/ musyawarah
kerja guru) untuk penyusunan perangkat kurikulum dan atau
pembelajaran.
Kegiatan ilmiah, seperti seminar, koloqium, diskusi panel atau bentuk
pertemuan ilmiah lainnya
1.2.b. sebagai pembahas atau pemakalah
1.2.c. sebagai peserta
1.2.d Kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru, termasuk in house training (