ertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber

Nama
Kelas
NPM
Fakultas
Jurusan

: Sri Setyorini
: 1EB17
: 26215673
: Ekonomi
: Akuntansi
Universitas Gunadarma

BAB 7
Sektor Pertanian
1. Sektor Pertanian di Indonesia
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula

berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan
atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup
pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak
masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan,
karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan
berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan
data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar
44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik
bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu
pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu
pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga
dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena
menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. “Petani” adalah sebutan
bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau” atau
“petani ikan”. Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut peternak.
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah. Sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris, Faktanya adalah

bahwa sebagian besar mata pencarian penduduk Indonesia berasal dari sektor pertanian dan
menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu pilar besar perekonomian Indonesia, itulah
mengapa negara kita disebut sebagai negara agraris. Karena memang memiliki wilayah yang
sangat potensial untuk mengembangkan usaha di sektor pertanian. Salah satunya adalah
bahwa Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan merupakan salah satu negara yang berada
di wilayah tropis, oleh sebab itulah Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat baik
dengan didukung kelimpahan sumber daya alam dan kondisi lingkungan Indonesia yang
mendukung pertanian tropika.
Sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan
perekonomian nasional. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan signifikan bagi
perekonomian Indonesia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di
Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta-fakta tersebut
menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian
Indonesia. Lahan yang subur juga merupakan modal yang sangat potensial untuk menjadikan
pertanian Indonesia sebagai sumber penghasilan masyarakatnya dan juga penopang
perekonomian bangsa.
Namun sayangnya sektor ini masih kurang mendapatkan perhatian secara serius dari
pemerintah dalam pembangunan bangsa. Hal tersebut dapat dilihat mulai dari proteksi, kredit
hingga kebijakan lain yang tidak menguntungkan bagi sektor ini. Banyaknya program
pembangunan pertanian yang tidak terarah jugan semakin menjerumuskan sektor ini pada

kehancuran. Banyak alih fungsi lahan menjadi pemukiman, pertokoan, perindustrian, jalan tol

atau fasilitas-fasilitas lainnya yang mengakibatkan semakin sempitnya lahan untuk usahatani.
Meski demikian sektor pertanian masih tetap menjadi mata pencaharian sebagian besar warga
Indonesia, banyak tenaga kerja yang kemudian menggeluti usaha tani untuk memenuhi
kebutuhannya.
Apabila dilihat dari potensi-potensi yang ada, seharusnya Indonesia sangat mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa Indonesia sendiri dan bahkan juga mampu untuk
mengekspor ke negara lain sehingga dapat membuat negara kita lebih maju jika dimanfaatkan
dengan baik. Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam, termasuk plasma nutfah, yang
melimpah (mega biodiversity). Bio-diversity darat Indonesia merupakan terbesar nomor dua
di dunia setelah Brasil, sedangkan bila termasuk biodiversity laut maka Indonesia merupakan
terbesar nomor satu di dunia. Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya jenis komoditas
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama
diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat.
Keaneka ragaman hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis berupa
dataran rendah dan tinggi; limpahan sinar matahari dan intesitas curah hujan yang hampir
merata sepanjang tahun di sebagian wilayah; serta keaneka ragaman jenis tanah
memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta
komoditas introduksi dari daerah sub tropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia.

Aneka ragam dan besarnya jumlah plasma nutfah tanaman dan hewan, baik yang asli
daerah tropis maupun komoditas introduksi yang sudah beradaptasi dengan iklim tropis, di
sisi lain merupakan sumber materi genetik yang dapat direkayasa untuk menghasilkan varietas
dan klone tanaman unggul serta bangsa ternak. Potensi pertanian Indonesia ini, banyak
dimanfaatkan oleh negara-negara lain seperti Belanda, Prancis, Amerika dll dalam
mendapatkan plasma nutfah antara lain bibit-bibit pertanian, yang dalam pelaksanaan
pemanfaatannya membentuk industri bibit pertanian. Sebagian besar dari productnya dibawa
ke luar negeri atau negara-negara tersebut.
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan
bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6
persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan
kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian
seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim
25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang
berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian
sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal
pertanian. Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang
cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk

memenuhi kebutuhan air pertanian
Akan tetapi pada kenyataannya kita masih kurang maksimal dalam memanfaatkan
potensi-potensi tersebut untuk mengembangkan sektor pertanian. Sering kali kita mengalami
kelangkaan beberapa beberapa produk hasil pertanian seperti baru-baru ini penduduk
digegerkan dengan langkanya kacang kedelai yang merupakan bahan pokok pembuatan
tempe, dan membuat tempe yang dari kedelai semakin mahal, berimbas buruk kepada semua
para petani, pedagang, dan semua masyarakat. Sebenarnya dengan potensi alam yang ada dan
mendukung jika dimanfaatkan dengan baik seharusnya mampu mengatasi berbagai
kelangkaan bahan-bahan pangan dan mampu mengurangi ketergantungan pemerintah dalam
mengimpor bahan-bahan pangan.

2. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani
dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani

merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pengumpulan
data dan perhitungan NTP di Indonesia dilakukan oleh Biro Pusat Statistik.
Indeks harga yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan
perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Dari nilai IT, dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data

penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
IT dihitung berdasarkan nilai jual hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup
sektor padi, palawija, hasil peternakan, perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil perikanan
(perikanan tangkap maupun budi daya).
Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan
perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah
tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari IB, dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari
masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi
hasil pertanian. Perkembangan IB juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
IB dihitung berdasarkan indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan penambahan barang modal dan biaya produksi, yang
dibagi lagi menjadi sektor makanan dan barang dan jasa non makanan. Secara umum NTP
menghasilkan tiga pengertian, yaitu :
a. NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP
pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih
besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar
dari pengeluarannya.
b. NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar,

dengan kata lain petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama
dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama
dengan pengeluarannya.
c. NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada
tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif
lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani
turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Nilai tukar petani dapat bervariasi di setiap daerah dan berfluktuasi seiring waktu. Nilai
tukar petani dihitung secara skala nasional maupun lokal. Nilai tukar petani secara nasional
pada periode Oktober 2013 mengalami peningkatan 0.71% dari 104,56 poin pada periode
September 2013 ke 105,30 poin namun secara lokal, misal di Jambi, didapatkan hasil yang
berbeda. Di Jambi pada periode yang sama nilai tukar petani naik sebesar 0,63 persen
dibanding bulan sebelumnya yaitu dari 87,56 point menjadi 88,11 point pada Oktober 2013.
Peningkatan nilai tukar petani di Bali juga dilaporkan berbeda, yakni sebesar 0,16 persen dari
106,82 persen pada September 2013 menjadi 107 persen pada bulan Oktober 2013.
Orientasi pembangunan saat ini yang berfokus pada industri dan modal cenderung
mengesampingkan pembangunan pertanian pedesaan, sehingga indikator nilai tukar petani
tidak masuk ke dalam tujuan pembangunan.

3. Investasi di Sektor Pertanian

Pemerintah berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan investasi di sektor pertanian
khususnya holtikutura (buah dan sayur) terutama sektor hulu dan hilir. Karena industri
perbenihan, pupuk dan pestisida masih sangat terbuka lebar. Sektor ini diharapkan mampu
memberikan nilai tambah bagi ekonomi nasional. Karena sebagai negara agraris, Indonesia
menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu primadona dalam memacu pembangunan
nasional.

Minat investasi di sektor pertanian pangan masih rendah, kendati memiliki peluang
besar. Padahal, sektor swasta memegang peran penting dalam pengembangan pertanian
pangan. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir mengatakan,
petani tanaman pangan memerlukan dukungan swasta, karena kemitraan yang selama ini
terjalin antara petani dan swasta mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Pemerintah menyarankan para investor lebih memperhatikan sektor pangan sebagai
salah satu sektor penting dalam berinvestasi saat ini. Sebab, di tengah ancaman krisis pangan
dunia, sektor pangan akan meraup keuntungan cukup besar. Dengan kondisi krisis pangan
dunia, sektor pangan akan menjadi permasalahan tidak hanya di Indonesia, tapi juga dunia.
Kondisi itu dapat menjadi peluang bagi para investor.
Sektor pertanian di Indonesia terus diupayakan untuk ditingkatkan di tengah ketatnya
persaingan global. Peningkatan sektor pertanian turut berkontribusi untuk menarik investor
menanamkan modalnya di pasar domestik.


4. Keterkaitan Pertanian Dengan Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih dahulu maju dibanding dengan Indonesia,
pada awalnya mereka (negara-negara maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian
mereka pada sektor pertanian untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan
menjadi sektor industri. Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan
serangkaian proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik
sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang didengungdengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada akhirnya Indonesia yang
direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu yang tidak lama lagi, tidak terwujud
hingga saat sekarang ini.
Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan kemudi ekonomi untuk
mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan dengan disiplin setiap proses
yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat
prioritas dalam proses pembangunan tersebut. Mengingat, sampai dengan saat ini negaranegara maju pun tidak dapat meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang
kita coba melihat sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat
proteksi yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam bukunya
Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam proses
industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut.

a. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakan salah
satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan pembangunan
ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik. Ketahanan pangan berarti tidak
ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan sosial dan politik.
b. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat
pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber
permintaan terhadap barang-barang nonfood, khususnya manufaktur. Khususnya di
Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk berada di pedesaan dan mempunyai sumber
pendapatan langsung maupun tidak langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini
merupakan motor utama penggerak industrialisasi.
c. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagi sektor
industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif.
d. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor pertanian bisa menghasilkan
surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi di sektor industri,
khususnya industri berskala kecil di pedesaan.
Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam meningkatkan
produktivitas pertanian. Pemerintah dalam hal pemangku kebijakan, membuat regulasi yang

memiliki tujuan yang selaras dengan cita-cita bersama, menganggarkan dana untuk
pengembangan pertanian, memberikan pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga

penyuluh pertanian agar dapat membantu petani dengan maksimal, bank dalam hal ini
penyedia dana publik dapat lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat
teratasi dengan bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan
tinggi sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta diharapkan dapat
menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik pengolahan produk-produk
pertanian kita sehingga ketika kita ingin memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan
dapat menghasilkan pendapatan lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan tentunya
masyarakat (petani) sebagai subjek dapat dengan benar-benar serius dalam menjalankan setiap
program yang diberikan pemerintah (dengan asums, program yang dibuat oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani).
Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita dapat meningkatkan produk-produk
pertanian kita sejalan dengan peningkatan industri manufaktur yang membutuhkan bahan
baku yang kita produksi dari para petani-petani kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan
para petani akan berkorelasi positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

~ Sekian ~
Sumber :
http://destikafizriani.blogspot.co.id/2015/05/sektor-pertanian-di-indonesia.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_tukar_petani
http://destikafizriani.blogspot.co.id/2015/05/investasi-di-sektor-pertanian.html
http://www.kompasiana.com/markus.simanjuntak/keterkaitan-pertanian-dengan-industrimanufaktur_550dfb65a33311a12dba7ef3

Catatan Author :
Terima kasih banyak atas semua sumber yang telah memberikan berbagai macam informasi,
sehingga saya bisa membuat artikel ini. Sekali lagi, terima kasih banyak. :”D