METODE CAWAN AGAR UNTUK MENGHITUNG MIKRO

METODE CAWAN AGAR
UNTUK MENGHITUNG MIKROORGANISME TANAH
(Laporan Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah)

Oleh
Kelompok 8
S. Bherliana Maharani M.S
1314121162

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Salah satu faktor penetu subur tidaknya suatu tanah adalah besarnya jumlah

mikroorganisme dalam tanah tersebut. Semakin banyak mikroorganisme tanah
yang ada, maka semakin subur tanah tersebut. Hal ini dikarenakan bahan organik
di dalam tanah hanya dapat didekomposisikan oleh mikroorganisme tersebut yang
nantinya akan menyumbangkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
serta memperbaiki keadaan tanah.Populasi mikroorganisme yang tinggi yang
tinggi menandakan adanya suplai makanan dan energi yang cukup serta kondisi
lingkungan lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme tersebut
(Fardiaz, 1993).
Untuk mengamati mikroorganisme tanah seperti fungi dan bakteri, dapat
dilakukan secara individual maupun secara kelompok (koloni). Jika bakteri
ditumbuhkan dalam medium yang tidak cair maka bakteri akan mengelompok
membentuk koloni. Bentuk koloni untuk setiap spesies berbeda-beda dan
merupakan ciri khas bagi spesies tertentu. Salah satu cara untuk menghitung
populasi mikroorganisme tanah yaitu dengan metode cawan agar (Waluyo, 2007).
Metode cawan agar ada karena terdapat anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi dapat dikatakan bahwa jumlah
koloni yang terdapat pada cawan adalah suatu indeks bagi jumlah organisme
hidup yang ada dalam sampel tanah. Teknik yang harus dikuasai dalam metode
cawan agar adalah pengenceran sampel dan mencawankan hasil pengenceran
tersebut. Setelah dilakukan inkubasi, populasi koloni masing-masing cawan

diamati. Cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni adalah cawan yang
mengandung antara 30 sampai 300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam

sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk mendapatkan sekurangkurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi
syarat maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan (Niswati,
2015).

1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip penetapan metode hitung cawan agar
2. Mengetahui kegunaan dari metode pengenceran
3. Mengetahui metode-metode yang dapat digunakan untuk menghitung suatu
mikroorganisme (bakteri dan fungi)

II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu tabung reaksi,
Erlenmeyer, autoklaf, label, kapas, alumunium foil, pipet ukur, cawan petri,
sampel tanah, larutan fisiologis, akuades, agar nutrient, agar ekstrak tanah, PDA

(Potato Dextrose Agar).

2.2 Cara Kerja
A. Pembuatan Seri Pengenceran
1. Dibuat larutan fisiologis (8,5 gr NaCl dalam 1 L akuades). Larutan
2.
3.

digunakan untuk membuat seri pengenceran.
Dimasukkan sebanyak 90 ml larutan fisiologis ke dalam Erlenmeyer.
Disiapkan tabung reaksi dan dimasukkan sebanyak 9 ml larutan
fisiologis. Disiapkan masing-masing sampel tanah sebanyak 7 tabung

4.
5.

reaksi.
Ditutup tabung Erlenmeyer dan tabung reaksi dengan kapas
Diautoklaf Erlenmeyer dan tabung reaksi yang berisi larutan fisiologis


6.

tersebut selama 20 menit pada temperatur 121o C.
Didinginkan larutantersebut sampai suhu antara 42-45o C sebelum

7.

digunakan.
Ditimbang 10 g sampel tanah dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
yang berisi 90 ml larutan fisiologis. Dikocok secara perlahan-lahan dan

8.

hati-hati.
Dipipet secara hati-hati 1ml larutan tanah dari Erlenmeyer tersebut dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan fisiologis
steril. Kemudian dengan menggunakan pipet steril dipindahkan 1 ml
larutan ke dalam 9 ml larutan fisiologis selanjutnya, demikian
selanjutnya hingga didapat pengenceran 10-8.


B. Pembuatan Medium Biakan
 Bakteri Tanah
1. Dilarutkan masing-masing bahan untuk agar nutrient dan agar nutrient
dan agar ekstrak tanah dalam Erlenmeyer sesuai dengan komposisi yang
2.

diinginkan.
Diperhatikan bahwa volume medium sebaiknya tidak lebih dari sepertiga

3.

dari volume erlenmeyer.
Disterilkan medium tersebut dalam autoklaf dengan temperatur 121o C

selama 15 menit.
 Fungi Tanah
1. Medium PDA dibuat dengan mengekstrak kentang dan ekstraknya
2.
3.


ditambah dengan agar.
Sebaiknya medium untuk fungi ditambah antibiotik.
Setelah diautoklaf, medium didinginkan sampai suhu sekitar 50-55o C.

C. Isolasi Mikroorganisme
1. Diambil 1 ml larutan tanah dari serial pengenceran 10-4 sampai 10-8 untuk
menghitung total bakteri dan serial pengenceran 10-3 sampai 10-6.
2. Dimasukkan ke dalam cawan petri steril tanpa medium.
3. Dituangkan lebih kurang 12 sampai 15 ml medium biakan yang
bertemperatur sekitar 45-50o C ke cawan petri yang berisi 1 ml larutan
tanah.
4. Diberi label pada masing-masing cawan petri (grup, tanggal, seri
pengenceran).
5. Dibalikkan cawan petri bila agar sudah memadat.
6. Diinkubasikan biakan mikrooganisme tersebut pada suhu ruang atau
incubator pada suhu antara 28o C – 30o C.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
No
1
2
3
4
5

Pengenceran
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8

Koloni Fungi
79
63

50
36
20

Koloni Bakteri
133
126
114
95
76

4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penghitungan koloni bakteri dan fungi pada
sampel tanah tercemar. Metode yang digunakan untuk menghitung populasi
(koloni) pada sampel yaitu metode hitungan cawan atau metode cawan agar.
Menurut Waluyo (2007) prinsip dari metode hitungan cawan yaitu jumlah
mikroba yang masih hidup ditumbuhkan dalam media agar. Sel mikroba yang
masih hidup ditumbuhkan ke dalam media agar sehingga sel mikroba akan
berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata
tanpa bantuan alat bantu (mikroskop misalnya). Metode cawan agar dibedakan

atas dua cara yaitu metode tuang dan metode sebar.
Menurut Irianto (2006), metode cawan agar merupakan metode yang cukup
sensitif. Hal ini dikarenakan hanya sel mikroorganisme yang hidup yang dapat
dihitung. Selain itu beberapa sel yang berdekatan dapat dihitung sekaligus sebagai
suatu koloni. Jumlah koloni mikroorganisme dihitung berdasarkan Standard Plate
Count (SPC). Dalam standar SPC dijelaskan cara menghitung koloni pada cawan
serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalam suatu
contoh. Cara menghitung koloni pada cawan yaitu sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung merupakan cawan yang mengandung jumlah
koloni 30 sampai 300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi datu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar dimana jumlah koloninya diraguakan, dapat dihitung sebagai
satu koloni.

3. Suatu deretan koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni (Dwidjoseputro, 1989).
Perhitungan koloni untuk menghitung jumlah total nikroorganisme fungi dan
bakteri dilakukan dengan cara pengenceran. Istilah propagul diberikan bagi fungi
sebagai struktur reproduksi dalam bentuk potongan populasi hifa atau miselium.
Pengertian koloni diberikan untuk bakteri yang dimaksudkan sebagai bagian dari

populasi individu mikroorganisme dari jenis yang sama setelah dipisahkan
(Fardiaz, 1993).
Menurut Niswati (2015) teknik yang harus dikuasai dalam metode cawan agar
adalah pengenceran sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah
inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi
persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni adalah cawan
yang mengandung 30 sampai 300 koloni.
Adapun fungsi dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui atau
menduga jumlah mikroorganisme (bakteri dan fungi) yang ada pada tanah yang
berbeda-beda seperti pada tanah kontrol, tanah alang-alang, tanah hutan, tanah
tercemar, dan lain-lain dengan menggunakan metode cawan agar. Pendugaan
jumlah mikroorganisme yang ada di dalam tanah yang terbawa erosi, air, air
limbah, hasil pertanian, dan makanan juga menggunakan metode ini.
Kegunaan dari metode pengenceran yaitu untuk mengantisipasi munculnya TNTC
(Too Numerous To Count) atau TBUD (Tidak Dapat Untuk Dihitung). Karena
apabila pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi maka koloni yang terbentuk
hanya sedikit, sedangkan apabila pengenceran dilakukan terlalu rendah maka
kecenderungan menghasilkan TNTC atau TBUD akan lebih besar. Koloni yang
terbentuk cenderung tumbuh bertumpuk-tumpuk juga sampai tak bisa dihitung
(Hadiutomo, 1990).

Metode yang dapat digunakan untuk menghitung koloni fungi dan bakteri selain
dengan metode cawan agar adalah metode MPN (Most Probable Number).
Metode MPN ialah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan

menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap
pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan
merupakan tahap pendekatan secara statisitik. Metode ini memiliki tiga tahapan
yaitu uji pendugaan, uji konfirmasi, dan uji kelengkapan. Pada uji tahap pertama,
keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah dan masih dalam
dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena
beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, maka
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform
dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali
meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan
pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram
negatif, dan tidak-berspora (Fardiaz,1993).

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Prinsip dari metode cawan agar yaitu jumlah mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan dalam media agar.
2. Kegunaan dari metode pengenceran yaitu untuk mengantisipasi munculnya
TNTC (Too Numerous To Count) atau TBUD (Tidak Dapat Untuk Dihitung).
3. Selain metode cawan agar, untuk menghitung jumlah koloni suatu
mikroorganisme dapat pula digunakan metode MPN (Most Probable Number).
4. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 pada pengamatan bakteri merupakan
yang paling tinggi, tetapi terus menurun pada seri-seri pengenceran
selanjutnya. Hal ini karena kepekatan larutan tanahnya paling tinggi sehingga
mikroba yang ada semakin banyak.
5. Fungsi dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui atau menduga
jumlah mikroorganisme (bakteri dan fungi) yang ada pada tanah yang berbedabeda seperti pada tanah kontrol, tanah alang-alang, tanah hutan, tanah tercemar,
dan lain-lain dengan menggunakan metode cawan agar

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatani. Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Yrama Widya. Bandung.
Niswati, A., Dermiyati, S. Yusnaini, M.A.S Arif. 2015. Penuntun Praktikum
Biologi Tanah dan Kesehatan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Universitas Brawijaya. Malang.

LAMPIRAN