MAKALAH TUGAS AKHIR LANDASAN PENDIDIKAN

IDENTIFIKASI PENYEBAB SISWA BERPRESTASI
TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL DITINJAU DARI LANDASAN
HUKUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Marion, S.Pd.
Email: marion.rebai@gmail.com

ABSTRAK: Ujian Nasional 2013 diselenggarakan pemerintah

menjelang sepuluh tahun terakhir dalam kerangka pengukuran dan
pemetaan hasil belajar siswa secara nasional. Berdasarkan beberapa
laporan yang dipublikasikan di media cetak maupun media
elektronik, banyak permasalahan tekait Ujian Nasional tersebut. Satu
di antaranya adalah adanya beberapa siswa yang berprestasi tetapi
tidak lulus Ujian Nasional. Tujuan penulisan makalah ini adalah
berupaya mengidentifikasi penyebab siswa berprestasi tidak lulus
Ujian Nasional ditinjau dari landasan hukum pendidikan di
Indonesia. Hasil identifikasi diperoleh penyebab siswa berprestasi
tidak lulus Ujian Nasional di antaranya adalah (1) tidak konsistennya
pelaksanaan prinsip penilaian adil sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007

tentang Standar Penilaian, (2) tidak terakomodirnya kompetensi unik
(talenta) yang dimiliki siswa berprestasi di bidang tertentu oleh
pemerintah melalui Ujian Nasional seperti tertuang dalam POS
(Prosedur Operasional Standar) Ujian Nasional terutama pada mata
pelajaran yang diujikan. Sehubungan dengan itu disarankan kepada
pemerintah agar konsisten dan mempertimbangkan potensi prestasi
yang dimiliki siswa dalam menyelenggarakan Ujian Nasional.
Kata Kunci: Ujian Nasional, Prestasi, Landasan hukum pendidikan
1. Pendahuluan
Ujian Nasional 2013 telah dilaksanakan pada bulan April 2013 yang lalu.
Hasilnya sudah kita ketahui bersama. Ada yang lulus sesuai harapan dan ada yang
tidak lulus yang tentu saja tidak diharapkan. Dari beberapa laporan yang
dipublikasikan baik media cetak maupun media elektronik, telah kita bahwa

banyak masalah yang mengemuka dari penyelenggaraan Ujian Nasional 2013 ini.
Mulai dari masalah keterlambatan distribusi soal, kebocoran kunci jawaban,
kecurangan dalam pelaksanaan ujian, sampai pada kasus-kasus siswa-siswa
berprestasi yang dinyatakan tidak lulus ujian dan bahkan banyak sekolah yang
seluruh siswanya tidak lulus UN 2013.
Masalah yang disebutkan terakhir di atas, adanya siswa-siswa berprestasi

tidak lulus Ujian Nasional, misalnya Gita Saraswati, siswa SMAN 15 Medan yang
merupakan siswa berprestasi dinyatakan gagal dalam ujian Bahasa Indonesia pada
Ujian Nasional tahun 2013. Kemudian Indah, siswa SMA PSKD 7 Jakarta. Ia juga
dinyatakan tak lulus gara-gara gagal dalam pelajaran matematika. Ada siswa yang
juara Karateka juga tidak lulus ujian matematika. Banyak lagi kasus lain yang
setiap tahun pada saat pengumuman kelulusan Ujian Nasional akan dapat kita
saksikan.
Kenyataan di atas menunjukkan ada banyak permasalahan yang perlu
mendapat perhatian. Khususnya dalam hal ketidaklulusan siswa-siswa yang
dianggap berprestasi.
2. Masalah
Sehubungan dengan itu penulis merumuskan masalah dalam makalah
ini sebagai berikut “Apa saja penyebab siswa berprestasi tidak Lulus Ujian
Nasional?”.

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi penyebab

yang mungkin siswa berprestasi tidak lulus ujian, khususnya Ujian Nasional 2013
ditinjau dari landasan hukum pendidikan di Indonesia.
Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat bagi (1) siswa, agar

memahai dan mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional, (2) bagi guru, agar
dapat mengarahkan peserta didiknya dalam rangka menyambut Ujian Nasional,
dan (3) pemerintah sebagai pengambil kebijakan, agar dapat menyelenggarakan
Ujian Nasional sesuai amanat Undang-undang dan mempertimbangkan potensi
yang dimiliki peserta didik.

3. Kajian Teori
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 tentang
Standar Penilaian, Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Sedangkan Depdiknas(2008:4) menyebutkan inti penilaian adalah proses
mementukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Direktorat
Pembinaan SMA (2008) menegaskan bahwa penilaian merupakan rangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan,

sehingga

menjadi


informasi

yang

bermakna

dalam

pengambilan keputusan.
Dengan demikian penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
infomasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik berdasarkan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kriteria kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan dasar dan menengah yang ditetapkan pemerintah
yaitu rata-rata nilai harus mencapai 5,5.
Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2007 tentang Standar Penilaian, menyebutkan ada 9 (sembilan) prinsip yang harus
dipatuhi dalam melakukan penilaian, yaitu: (1) sahih, (2) objektif, (3) adil, (4)
terpadu, (5) terbuka, (6) menyeluruh dan berkesinambungan, (7) sistematis, (8)
beracuan kriteria, dan (9) akuntabel.

Prinsip adil atau berkeadilan yaitu penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
Sedangkan prinsip menyeluruh dan berkesinambungan adalah prinsip yang
menekankan bahwa ujian dilakukan mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan

berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau

perkembangan kemampuan peserta didik.
Ujian Nasional dilaksanakan, menurut pemerintah, sesuai dengan
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,Pasal 58
ayat (2): “Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan

dilakukan oleh lembanterianga mandiri secara berkala,menyeluruh, transparan,
dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan”. Kemudian
dipertegas dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan seperti disebutkan dalam pasal-pasal berikut:
a)


Pasal 63 ayat (1): Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas (1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik; (2) Penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (3) Penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah.

b)

Pasal 66 ayat (1): Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (1) butir c bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional.

c)

Pasal 66 ayat (2): Ujian Nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan
akuntabel.

d) Pasal 68: Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan
untuk: pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; dasar seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya; penentuan kelulusan peserta didik dari

program dan/atau satuan pendidikan; pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Landasan Hukum lain Ujian Nasional 2013 adalah Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Repulbik Indonesia Nomor 3 tahun 2013 tentang
Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan
Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Dalam peraturan ini disebutkan
pada Bab II pasal 2 bahwa satu di antara syarat kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan dasar dan menengah adalah lulus Ujian Nasional.
Sementara

itu

menurut

POS

(Prosedur

Operasional


Standar)

Penyelenggaraan Ujian Nasional 2013, mata pelajaran yang diujikan untuk
jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah adalah Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Mata
pelajaran yang dujikan untuk SMA/MA adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi dan Sosiologi. Sedangkan
mata pelajaran untuk Sekolah Kejuruan meliputi Matematika, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris dan Keahlian sesuai jurusan. Untuk Madrasah jurusan keagamaan
ditambah Tafsir, Hadits dan Fikih. Untuk jurusan Bahasa ditambah Antropologi
dan bahasa asing yang dipilih.
Menurut Gardner (dalam Armstrong, 2002), setiap manusia adalah unik
dengan kecerdasan atau talenta tertentu . Menurutnya jenisnya ada 8 (delapan)
macam kecerdasan, yaitu (1) Kecerdasan Berbahasa, kemampuan menggunakan
kata, (2) Kecerdasan Logis, kemampuan berfikir logis dan menggunakan angka;
(3) Kecerdasan Spasial, kemampuan visualisasi; (4) Kecerdasan Kinestetik,
kemampuan olah tubuh dan keterampilan tangan; (5) Kecerdasan Musikal,
kemampuan merasakan irama; (6) Kecerdasan Interpersonal, kemampuan

memahami dan bekerja sama; (7) Kecerdasan Intrapersonal, kemampuan
memahami diri sendiri; dan (8) Kecerdasan Naturalis, kemampuan mengenali
bentuk.
Tidak banyak orang memiliki lebih dari satu macam kecerdasan. Artinya
setiap orang memiliki kecerdasan masing-masing yang mungkin saja tidak
dimiliki oleh orang-orang disekitarnya. Demikian juga dalam suatu kelas yang
terdiri dari 40 orang siswa. Tentu saja hanya beberapa orang yang memiliki
kecerdasan yang sama, itupun dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.
Maksudnya dari beberapa siswa memiliki kecerdasan dalam memahami
matematika, maka ada yang sangat berbakat dan ada yang cukup berbakat. Ada
yang sudah terasah dan ada yang belum terasah.
4. Pembahasan
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat difahami bahwa secara hukum
pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menerbitkan beberapa peraturan yang diharapkan menjamin terselenggaranya
Ujian Nasional sesuai harapan. Sesuai harapan di sini difokuskan kepada
pembahasan peran Ujian Nasional sebagai alat ukur kompetensi siswa secara
nasional.

Spiller(2009) menyebutkan “Assessment is the single most important

determinant of student learning”. Penilaian adalah sangat penting dalam
penentuan hasil belajar siswa. Sebab menurut Ramdens (dalam Spiller, 2009),
“Assessment that is the servant rather than the master of the educational process
will necessarily be viewed as an integral part of teaching and the practice of
improving teaching”. Maksudnya penilaian itu adalah induk dari proses
pendidikan dan akan selalu dilihat sebagai bagian integral dari pembelajaran dan
upaya peningkatan praktek pembelajaran. Sehubungan dengan ini, maka
penerapan prinsip-prinsip penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam
proses peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam hal ini prinsip adil dan
menyeluruh serta berkesinambungan.
Melihat pentingnya penilaian hasil belajar peserta didik tersebut, maka
Ujian Nasional yang dijadikan pemerintah sebagai alat ukur, diharapkan dapat
mengukur kompetensi siswa secara objektif, adil dan menyeluruh sesuai prinsipprinsip penilaian yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian di atas.
Mengkaji mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional 2013 seperti
yang tercantum dalam POS (Prosedur Operasional Standar) yang dikeluarkan
pemerintah, dalam hal ini BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) di atas,
terlihat bahwa untuk lulus Ujian Nasional, seorang siswa harus menguasai
beberapa pelajaran tertentu saja terutama mata pelajaran Kelompok Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Lebih jauh, mata pelajaran yang diujikan ini

dominan mengukur kompetensi siswa dari aspek kognitif saja.
Sementara itu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repulbik
Indonesia Nomor 3 tahun 2013 menyatakan Ujian Nasional menjadi syarat
kelulusan dari Satuan Pendidikan. Artinya seorang siswa yang dianggap
menyelesaikan pendidikannya dari suatu Satuan Pendidikan adalah siswa yang
lulus Ujian Nasional.
Akibatnya malang bagi siswa-siswa yang memiliki potensi di luar mata
pelajaran yang diujikan di atas, tentu saja sulit untuk lulus ujian. Berdasarkan
pengalaman penulis sebagai praktisi pendidikan di lapangan, diperoleh kenyataan

bahwa siswa yang dianggap tidak mampu secara akademik ternyata sangat
berbakat dalam bidang non-akademik. Sebagai contoh, siswa-siswa yang tidak
mampu dalam pelajaran matematika tetapi sangat berbakat dalam bidang olah
raga atau seni. Artinya ada siswa-siswa calon olahragawan besar atau seniman
besar di masa depan yang tidak memiliki kemampuan akademik yang memadai.
Kenyataan tersebut ternyata sesuai dengan pendapat Gardner (dalam
Armstrong,

2002) seperti dijelaskan dalam kajian teori di atas, bahwa setiap orang

memiliki kecerdasan yang unik yang belum tentu dimiliki orang lain dan jarang
sekali yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Dengan kata lain seorang siswa
memiliki satu potensi tersembunyi yang merupakan bakat atau kompetensi yang ia
mampu menguasainya. Artinya ada siswa yang hanya berbakat dalam mata
pelajaran matematika saja, namun tidak mampu dalam mata pelajaran lain. Ada
siswa yang hanya mampu dalam pelajaran bahasa saja, seni saja atau keterampilan
tangan saja dan ada siswa yang hanya mampu bergaul saja (kemampuan
interpesonal), dan sebagainya.
Dengan demikian adalah wajar bila setiap Ujian Nasional diumumkan,
masih ada siswa-siswa berprestasi dalam bidang-bidang tertentu dinyatakan tidak
lulus ujian. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak mengakomodir potensi
kompetensi siswa di luar mata pelajaran yang diujikan secara nasional tersebut.
Pada akhirnya kita melihat dengan “tenang“ calon-calon seniman besar, caloncalon koki besar, calon-calon olah ragawan hebat, calon-calon sastrawan besar,
calon-calon penyanyi terkenal di masa depan berguguran satu per satu karena
tidak memiliki kemampuan akademis seperti yang dikehendaki pemerintah
melalui Ujian Nasional.
5. Penutup
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa penyebab siswa
berprestasi tidak lulus Ujian Nasional 2013 di antaranya adalah karena tidak
memiliki kemampuan akademik seperti yang dituntut dan diukur dalam Ujian
Nasional 2013.

Sehubungan dengan itu penulis menyarankan kepada siswa-siswa
berprestasi agar berupaya sedaya upaya untuk menguasai kompetensi akademik
yang dituntut dalam Ujian Nasional dan kepada pemerintah agar dapat mengukur
kompetensi siswa sesusai dengan potensi yang dimiliki siswa, sehingga akan lahir
calon-calon generasi hebat dari semua bidang kehidupan di masa depan.

Daftar Pustaka
Armstrong, Thomas. 2002. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2013. Prosedur Operasi Standar
Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa,
Sekolah Menengah Kejuruan, Serta Pendidikan Kesetaraan Program
Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, Dan Program
Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta:Dikdasmen
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repulbik Indonesia Nomor 3
tahun 2013 tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Repulbik Indonesia Nomor 3 tahun 2013
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Spiller, Dorothy. 2009. Principles of Assesment. Waikato: University of Waikato

IDENTIFIKASI PENYEBAB SISWA BERPRESTASI
TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL DITINJAU DARI LANDASAN
HUKUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Makalah diajukan sebagai Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Landasan Kependidikan
Oleh
Marion, S.Pd.
NIM 06022681318005

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Palembang
2013