Penerapan Metode Active Learning terhada

Tugas Makalah Individu

Penerapan Metode Active Learning Terhadap Aktivitas Siswa
pada Implementasi Kurikulum 2013 Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas VIIB SMPN 5 Makassar

MASNUR
14B07105
KELAS H

PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus interaktif,

inspriratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa (Permendiknas RI No.
41). Hal tersebut menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam pembelajaran
merupakan suatu keharusan, artinya bahwa mengajar yang didesain guru harus
berorientasi pada aktivitas siswa.
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran siswa harus aktif berbuat.
Dalam proses kemandirian belajar siswa diperlukan adanya aktivitas, siswa bukan
hanya jadi objek tapi subyek didik dan harus aktif dalam proses kemandirian dan
pembelajaran dapat tercapai.
Setelah melakukan observasi di SMPN 5 Makassar, penulis melihat
aktivitas siswa pada kelas VIIB selama proses pembelajaran materi pecahan masih
cenderung pasif dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Aktivitas siswa ini berdasarkan dari skenario pembelajaran guru yang
menekankan pada langkah-langkah pendekatan scientific pada kurikulum 2013.
Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa dan
guru berusaha mendorong siswa untuk mengamati peristiwa-peristiwa di sekitar
sekolah yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu pecahan. Namun, siswa


1

hanya sebatas mendengar kemudian menyalin materi pecahan yang disajikan oleh
guru, tidak ada umpan balik dari siswa. Setelah itu, guru menfasilitasi siswa untuk
bertanya tentang materi pecahan yang belum dimengerti berdasarkan penjelasan
dari guru. Namun, tidak ada respon dari siswa dan hanya mengangguk paham.
Tapi, saat guru bertanya kembali kepada siswa tentang pecahan-pecahan yang
senilai, kurangnya respon dari siswa. Siswa belum berani untuk bertanya,
mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan teman mengenai materi pecahan.
Dan menurut hasil wawancara dengan guru, siswa masih terbiasa dengan
pembelajaran langsung yang hampir sebagian proses pembelajaran berpusat pada
guru, sehingga pola pikir siswa yang masih melekat “siswa ingin diajar” bukan
“siswa yang ingin belajar”, yang mengakibatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran menjadi pasif.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, siswa masih terbiasa dengan
pembelajaran yang berpusat pada guru. Tidak ada interaksi yang terjadi antara
guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa sehingga proses pembelajaran
cenderung satu arah. Siswa belum terbiasa menggunakan pendekatan scientific
karena dari kelas sebelumnya siswa hanya menerima materi saja dan
pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan, pada kurikulum 2013 guru hanya

berperan 20% sebagai fasilitator.

2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana upaya mengoptimalkan aktivitas
siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan siswa kelas VIIB SMPN 5
Makassar?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya
mengoptimalkan aktivitas siswa pembelajaran matematika materi pecahan siswa
kelas VIIB SMPN 5 Makassar.

3

BAB II
KAJIAN TEORI


A. Kurikulum 2013
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach).
Langkah-langkah ilmiah dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi
melalui pengamatan, bertanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Observing
(Mengamati)

1.

Questioning
(Menanya)

Associating
(Menalar)

Eksperimenting
(Mencoba)


Networking
(Mengkomunik
asikan)

Mengamati (Observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran hendaklah guru membuka secara luas
dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
2.

Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan:

pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada


4

yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang
lebih

abstrak.

Kompetensi

yang

diharapkan

dalam

menanya

adalah


mengembangkan kretivitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pernyataan
untuk membentuk pikiran kritis.
3.

Menalar (Associating)
Kegiatan mengolah informasi/menalar dilakukan untuk menemukan

keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan

informasi

tersebut.

Kompetensi

yang

dihapkan


adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.
4.

Mencoba (Experimenting)
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk mencoba (experimenting)

adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang
tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan
hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5)
mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik
simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan
hasil percobaan.
5.

Mengkomunikasikan (Networking)

Pada dendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini

5

dapat dilakukan melalui menuliskan atau menciptakan apa yang ditemukan dalam
kegiata mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau
kelompok. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya.

B. Aktivitas Pembelajaran
1. Pengertian Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatankegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar
seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta

tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Supinah, 2009).
Dalam proses pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek atau pelaku
kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku kegiatan belajar, maka guru
hendaknya merencanakan pembelajaran yang menuntun siswa melakukan
aktivitas belajar sendiri atau mandiri. Siswa mandiri dengan materi-materi yang
telah diberikan agar siswa berminat dalam belajar dan perkembangan pikirannya
dengan tujuan ilmu yang didapat secara mandiri (Hakim, 2013).
Aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai berikut.
a. Pera siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

6

b. Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
c. Menumpuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa.
d. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga mengembangkan
pemahaman berpikir kritis serta menghindari verbalitas.
e. Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting yang

mendasar yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di
dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap
bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya ketrlibatan secara
optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan (Aunurrahman,
2011:119)
Menurut Streibelt (Supinah, 2009), aktivitas belajar siswa di kelas lebih
ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa
atau antara siswa denga media instruksional. Aktivitas belajar siswa yang baik
dapat terjadi apabila apabila guru mengupayakan situasi dan kondisi pembelajaran
yang mendukung.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan
yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai
proses pembelajaran. Aktivitas dimaksudkan di sini penekanannya pada siswa,
sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif.

7

2. Indikator-Indikator Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Indikator-indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran (Supinah, 2009)
sebagai berikut.
1. Berpikir Kompleks (Complex Thinking)
Berpikir kompleks, artinya siswa menggunakan berbagai strategi berpikir
kompleks dengan efektif dan menerjemahkan suatu tugas menjadi langkah kerja
dengan tujuan yang jelas.
2. Memproses Informasi (Information Communication)
Memroses informasi, artinya siswa menggunakan berbagai strategi teknik
pengumpulan informasi dan berbagai sumber informasi dengan efektif, siswa
menginterpretasikan dan mensintesiskan informasi dengan efektif, siswa
mengevaluasi informasi dengan tepat, dan siswa mengidentifikasi kemungkinankemungkinan perolehan manfaat tambahan dari informasi.
3. Berkomunikasi Efektif (Effective Communication)
Berkomunikasi efektif, artinya siswa menyatakan/menyampaikan ide
dengan jelas, siswa secara efektif dapat mengomunikasikan ide dengan siswa lain
dengan berbagai cara untuk berbagai tujuan, keterlibatan siswa dalam melakukan
prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan
masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.
Termasuk di dalamnya adalah terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara
siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa. Interaksi ini juga ditandai
dengan keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembelajaran atau proses
tanya-jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

8

4. Bekerja Sama (Cooperation)
Bekerja sama, artinya siswa berusaha untuk mencapai tujuan kelompok,
siswa menggunakan keterampilan interpersonal dengan efektif, siswa berusaha
untuk memelihara kekompakan kelompok, dan siswa menunjukkan kemampuan
untuk berperan dalam berbagai peran secara efektif.
5. Daya Nalar Efektif (Effective Habits of Mind)
Daya nalar efektif, artinya siswa disiplin diri (self regulatoin) yaitu siswa
mengerti akan pola pikirnya sendiri, membuat rencana yang efektif, dan sangat
peka terhadap umpan balik. Berpikir kritis (critical thinking) yaitu siswa tepat dan
selalu berusaha agar tepat, jelas dan akan selalu berusaha agar jelas, dan berpikir
terbuka. Dan berpikir kreatif (creative thinking) yaitu siswa tetap melaksanakan
tugas walaupun hasilnya belum jelas benar, berusaha sekuat tenaga dan
semampunya, dan mempunyai cara-cara untuk melihat situasi dari perspektif lain
selain yang ada.
3. Indikator-indikator Aktivitas Siswa pada Materi Pecahan
Indikator-indikator aktivitas siswa pada SMPN 5 Makassar dapat dilihat
dari skenario pembelajaran guru sebagai berikut.
Kegiatan Inti
Fase 1

Fase 2

Fase 3

Deskripsi Kegiatan Guru

Deskripsi Kegiatan Siswa

Guru membuka pemahaman
siswa tentang materi
membandingkan bilangan
pecahan.

Siswa mengamati peristiwaperistiwa di sekitar sekolah
yang berkaitan dengan materi
membandingkan bilangan
pecahan.
Guru dan siswa saling tanya jawab tentang materi membandingkan
bilangan pecahan sesuai dengan pengamatan siswa. Dan siswa
menjelaskan konsep pecahan berdasarkan hasil pengamatannya.
Guru memberikan soal
Siswa menyelesaikan soal yang
membandingkan bilangan
diberikan guru dan

9

pecahan.
Fase 4

Fase 5

mendiskusikan dengan teman
sebangkunya.
Siswa menjelaskan hasil
penyelesaiannya dan siswa yang
lain menanggapinya.

Guru meminta beberapa siswa
untuk mengerjakan soal di
depan berdasarkan hasil
penyelesaiannya.
Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan tentang materi
membandingkan pecahan yang telah dipelajari.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas dalam Pembelajaran
Tiga faktor yang mempengaruhi aktivitas dalam pembelajaran yaitu:
1. Faktor stimuli belajar
Stimuli belajar adalah segala hal diluar individu yang merangsang
individu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Perbuatan atau
aktivitas belajar yang disebabkan faktor stimuli inilah yang menyebabkan adanya
dorongan dan minat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Ada beberapa
hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar yaitu:
a) Panjangnya bahan pelajaran
Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat
menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Namun demikian, kesulitan
belajar individu tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar,
melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan dan kejenuhan siswa dalam
menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.
b) Kesulitan bahan pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda.
Tingkat bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar siswa. Makin sulit suatu
bahan pelajaran akan lambatlah siswa mempelajarinya dan bahan pelajaran yang
sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif. Oleh karena itu, bahan

10

pelajaran yang sulit harus diupayakan merangsang siswa secara intensif dan aktif
dalam mempelajarinya.
c) Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain: cuaca,
kondisi tempat, penerangan dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi
sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar
adalah interaksi dengan lingkungannya.
2. Faktor metode belajar
Dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan guru akan
mempengaruhi belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
a) Kegiatan berlatih atau praktek
Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kelupaan, mengingat kembali,
atau memantapkan reaksi terhadap belajar. Latihan yang dilakukan secara maraton
dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribusi
menjadi terpeliharanya stamina dan kegairahan dalam belajar. Kegiatan ini perlu
diselingi dengan istirahat supaya tidak menimbulkan kesan membosankan.
b) Bimbingan dalam belajar
Bimbingan dalam belajar ini diperlukan untuk memberikan motivasi
belajar serta pemberian modal kecakapan siswa sehingga dapat melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
3. Faktor individual
Faktor individual siswa juga sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar
siswa. Adapun faktor-faktor individual ini menyangkut hal-hal sebagai berikut.

11

a) Kematangan
Kematangan yang dicapai oleh individu merupakan proses pertumbuhan
fisiologinya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan kuantitatif di dalam
struktur jasmani, dibarengi dengan perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut.
b) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari lingkungan mempengaruhi
perkembangan individu dalam memahami dan mempelajari pelajaran.
c) Kondisi kesehatan
Individu yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Seorang
siswa yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kesalahan tidak
akan dapat belajar dengan efektif. Kesehatan yang dijaga dengan baik akan
berpengaruh terhadap efektifnya aktivitas belajar siswa.

C. Metode Active Learning
1. Pengertian Metode Active Learning
Active learning adalah suatu proses pembelajaran yang subyek didiknya
terlibat secara intelektual dan emosional sehingga subyek didik tersebut dapat
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Active learning merupakan salah satu
cara atau metode pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa
seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara
lebih efektif dan efisien (Tusholiha, 2010).
Metode active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran, sehingga proses
belajarnya menjadi hal yang menyenangkan. Ada banyak strategi yang dapat

12

digunakan dalam menerapkan metode active learning dalam pembelajaran.
Kesemuanya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan
jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai oleh siswa (Laily, 2012).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa active learning
menempatkan siswa sebagai sental dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
yang berpusat pada siswa akan dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri
siswa, sehingga proses pembelajaran berjalan secara aktif.
2. Komponen-komponen Metode Active Learning
Menurut L. Dee Fink (Takwim islami, 2013), active learning terdiri dari
dua komponen utama yaitu:
a. Dialog (Dialogue)


Dialog dengan diri sendiri (Dialogue with self)
Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan

berpikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa
yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang
dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri (thinking about
my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya
berkaitan dengan aspek kognitif semata.


Dialog dengan orang lain (Dialogue with others)
Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa

ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat
berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Untuk melibatkan siswa
ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan cara-cara kreatif,

13

misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya.
Baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi
langsung atau secara tertulis.
b. Pengalaman (Experience)


Mengamati (Observing)
Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan

ketika orang lain melakukan sesuatu (doing something), terkait dengan apa yang
sedang dipelajarinya. Tindakan mengamati dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung.


Melakukan (Doing)
Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-

benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan
(bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam
dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat
presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama
halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan
secara langsung atau tidak langsung.
3. Kelebihan Metode Active Learning
Kelebihan dari metode active learning sebagai berikut.


Siswa akan lebih mudah memahami pelajaran bahkan mereka akan
sangat menikmati pelajaran yang akan diberikan.



Kreativitas siswa akan lebih berkembang.

14



Meningkatkan life skill (keterampilan hidup), sehingga dalam
kehidupan sehari-hari siswa lebih mandiri.

4. Langkah-langkah Metode Active Learning
Langkah-langkah dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode active learning sebagai berikut.
a. Guru membuat kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang siswa.
b. Guru memberikan masing-masing kelompok permasalan mengenai materi
pecahan yaitu membandingkan bilangan pecahan. Misalnya:
Dalam suatu acara ulang tahun, undangan yang datang dibagi
menjadi 4 kelompok untuk menikmati kue yang sama (bentuk
dan ukuran), yang sudah dihidangkan pada masing-masing
meja di kelompok tersebut. Kue tersebut dibagi sama rata
kepada anak yang menghadap meja. Setiap undangan yang
datang boleh memilih duduk di bangku meja mana pun. Adit
adalah peserta undangan terakhir yang datang di acara tersebut,
melihat bangku meja A sudah ada 6 anak, eja B ada 7 anak,
meja C ada 8 anak, dan meja D ada 9 anak.
a. Jika Adit memilih bergabung di bangku meja B, maka
banyak bagian kue yang akan didapat oleh Adit akan sama
dengan anak yang memilih meja apa? Jelaskan!
b. Jika Adit ingin mendapatkan bagian kue yang paling
banyak di antara keempat pilihan, maka seharusnya Adit
memilih meja apa? Jelaskan!

c. Guru memberikan instruksi bahwa setiap kelompok harus mendiskusikan
tentang masalah yang diberikan tentang pecahan.
d. Kemudian guru meminta salah seorang siswa dari tiap kelompok untuk
menjelaskan hasil diskusinya tersebut.
e. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil
diskusi dari kelompok temannya.
f. Guru bersama siswa menyimpulkan dan menambahkan hasil diskusi yang
telah diperoleh. Misalnya, siswa dapat mengungkapkan konsep pecahan
senilai dan membandingkan bilangan pecahan dengan konteks bahasa sendiri.

15

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
pecahan, apabila ada siswa yang belum dimengerti.
h. Guru memberikan contoh soal pecahan dan meminta salah satu siswa untuk
mengerjakan soal tersebut di depan kelas.
i. Guru memberikan latihan kepada siswa agar siswa dapat lebih mengerti dan
memahami materi yang baru saja diperhatikan.
Menurut Lindgred (Tusholiha, 2010) dalam proses pembelajaran active
learning ada 4 jenis interaksi dalam pembelajaran, yaitu:
G

Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai
penyampai pesan dan siswa sebagai penerima pesan.
S1

S2

S3

S4

G

Interaksi dua arah antara siswa dengan guru, dimana
guru memperoleh balikan dari siswa.
S1

S2

S3

S4

G

Interaksi dua arah antara guru dengan siswa, dimana
mendapat balikan dari siswa. Selain itu, siswa saling

S1

S2

S3

S4

berinteraksi satu dengan yang lain.

G
S1

S2
S3

S4

Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan
antara siswa dengan siswa.

16

D. Materi Pecahan

Dalam kehidupan sehari-hari kadang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang
berkaitan dengan bilangan pecahan. Misalnya, lebih memilih bagian atau
bagian? Jika tujuannya adalah memilih bagian yang lebih banyak tentunya kita
harus tahu, manakan di antara bilangan pecahan tersebut yang lebih besar
nilainya. Berikut disajikan masalah yang terkait dengan bilangan pecahan.

Dalam suatu acara ulang tahun, undangan yang
datang dibagi menjadi 4 kelompok untuk menikmati
kue yang sama (bentuk dan ukuran), yang sudah
dihidangkan pada masing-masing meja di kelompok
tersebut. Kue tersebut dibagi sama rata kepada anak
yang menghadap meja. Setiap undangan yang
datang boleh memilih duduk di bangku meja mana
pun. Adit adalah peserta undangan terakhir yang
datang di acara tersebut, melihat bangku meja A
sudah ada 6 anak, eja B ada 7 anak, meja C ada 8
anak, dan meja D ada 9 anak.
c. Jika Adit memilih bergabung di bangku meja B,
maka banyak bagian kue yang akan didapat oleh
Adit akan sama dengan anak yang memilih meja
apa? Jelaskan!
d. Jika Adit ingin mendapatkan bagian kue yang
paling banyak di antara keempat pilihan, maka
seharusnya Adit memilih meja apa? Jelaskan!

Ada kalanya dalam kehidupan sehari-hari tidak cukup dengan bilanga bulat saja.
Seperti pada masalah berikut.

17

Untuk meenyatakan gambar 1.33 kita perlu menggunakan bilangan pecahan.
Dengan membagi menjadi bagian-bagian seperti pada gambar 1.33, kita bisa
menyatakan sebagai berikut.
a. Pada gambar 1.33 kue dibagi menjadi 4 bagiannyang sama yang tersisa adalah
3 bagian. Sehingga banyak kue adalah 3 dari 4 bagian kue atau bagian kue.
b. Pada gambar 1.33 tinggi gelas dibagi menjadi 5 bagian sama. Tinggi air yang
tersisa di gelas adalah 3 dari 5 bagian. Sehingga banyaknya air bagian air.
c. Panjang kain dibagi menjadi 3 bagian sama panjang kain yang tersisa adalah 2
dari 3 bagian. Sehingga panjang kain yang tersisa adalah potong kain.
Bilangan pecahan pada beberapa pernyataan di atas adalah untuk menyatakan
bagian dari keseluruhan jika a dan b adalah bilangan bulat dengan
dan
, maka , a disebut pembilang sedangkan b disebut penyebut.

Berdasarkan informasi yang kalian dapat dari mengamati di atas, buatlah
pernyataan yang memuat kata “membandingkan bilangan pecahan”

Suatu bilangan pecahan
menyatakan nilai yang sama, yaitu . Pecahanpecahan yang senilai disebut pechan ekuivalen atau sama. Perhatikan ilustrasi
berikut. Bagian yang berwarna kuning jika dinyatakan dalam bentuk pecahan
sebagai berikut.

Untuk a, b, c, dan d bilangan bulat, dengan
pecahan ekuivalen (sama) dengan jika

dan

18

1. Dengan menggunakan tanda
sama dengan
kurang dari. Bandingkan pecahan-pecahan berikut.
c.
a.
b.

lebih dari atau

d.

2. Urutkan bilangan pecahan yang lebih besar dari bilangan berikut.

3. Tentukan bilangan yang lebih besar dari bilangan berikut.
a.
a adalah bilangan bulat positif
b.

b adalah bilangan bulat negatif

c.

c dan d adalah bilangan bulat positif, dengan

Presentasikan jawaban kalian di depan kelas. Diskusikan dengan teman dan guru
di kelas, jika jawaban teman kalian berbeda.

19

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

dalam pembelajaran perlu memperhatikan aktivitas siswa yang sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan scientific pada kurikulum 2013 yaitu, mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan, agar siswa lebih aktif dan
mandiri dalam memperoleh pengetahuan. Metode Active Learning dapat
mengubah mindset guru dalam mengelolah proses pembelajaran sehingga
aktivitas siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Karena metode Active
Learning menekankan pada proses pencarian pengetahuan dan siswa dipandang
sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dan metode Active Learning mengarahkan aktivitas belajar siswa
di kelas lebih ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, dan antara
siswa dengan siswa sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menjadi
lebih aktif dan menyenangkan.

B.

Saran
Diharapkan bagi para pendidik untuk menerapkan metode Active

Learning dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas siswa di kelas menjadi
lebih aktif dan mandiri sehingga dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar yang aktif dan menyenangkan.

20

DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hakim. 2013. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran.
http://www.zainalhakim.web.id/keaktifan-siswa-dalam-prosespembelajaran.html#sthash.8pZivYN3.dpuf diakses tanggal 28/11/2014
Kunandar. 2007. Guru Profesinal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kemendikbud. 2013. Langkah Langkah Pendekatan Scientific Kurikulum 2013.
http://kurikulum2013kemendikbud.blogspot.com diakses tanggal
28/11/2014
Laily, L. H.. 2012. Penggunaan Metode Active Learning “Index Card Match”
pada Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lazim. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum
2013. Yogyakarta.
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta:BPNS
Supinah. 2013. Bagaimana Mengukur Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran?.
Takwin Islami. 2013. Solusi Alternatif Membuat Siswa Aktif dalam Belajar.
http://taqwimislamy.com/index.php/en/20-frontpage/481-solusi-alternatifmembuat-siswa-aktif-dalam-belajar diakses tgl 6 Desember 2014.

21

LAMPIRAN

22