HUKUM PASAR MODAL Perbandingan Lembaga

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Terdapat dua aliran dalam hal pengawasan lembaga keuangan secara teoritis, disatu
pihak terdapat aliran yang mengatakan bahwa pengawasan industri keuangan sebaiknya
dilakukan oleh beberapa institusi. Kemudian dipihak lain ada aliran yang berpendapat
pengawasan industri keuangan lebih tepat apabila dilakukan oleh satu lembaga. Alasan dasar
yang melatarbelakangi kedua aliran ini adalah kesesuaian dengan sistem perbankan yang
dianut oleh negara tersebut. Juga, seberapa dalam konvergensi diantara lembaga-lembaga
keuangan. Dari sudut sistem, terdapat dua sistem perbankan yang berlaku yaitu commercial
banking system dan universal banking system. Commercial banking, seperti yang berlaku di
negara kita dan di Amerika Serikat, melarang bank melakukan kegiatan usaha keuangan non
bank seperti asuransi. Hal ini berbeda dengan universal banking, dianut oleh antara lain
negara-negara Eropa dan Jepang, yang membolehkan bank melakukan kegiatan usaha
keuangan non bank seperti investmen banking dan asuransi1.
Indonesia memilih menggunakan beberapa institusi sebagai pengawas sistem
keuangan yang ada. semula pengawasan yang dilakukan dibebankan pada dua lembaga yaitu

bank sentral Bank Indonesia dan oleh Kementerian Keuangan melalui Badan Pengawas Pasar
Modal atau Bapepam. Kemudian dengan terbentuknya undang-undang nomor 21 tahun 2001
dibentuklah suatu lembaga otonomi yang diberi nama Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya
disebut OJK) yang dianggap sebagai pembaruan dan merupakan suatu solusi yang
diupayakan untuk mendorong efektifitas pengawasan keuangan di Indonesia. Di negaranegara selain Indonesia praktek yang berlaku juga sama, ada yang menyatukan semua fungsi
pengawasan pada bank sentralnya seperti Indonesia pra-OJK dan ada pula negara-negara
yang membentuk badan pengawasan independen dan terpisah dari bank sentralnya. Beberapa
negara yang memisahkan badan pengawasan dalam bentuk lembaga independen tersebut
adalah United Kingdom atau Inggris yang memiliki The Financial Conduct Authority (FCA),
Singapura yang memiliki Monetery Authority of Singapore (MAS), Amerika Serikat yang

Zulkarnain Sitompul, 2004, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan,Pilars, Januari
2004, No. 2, Tahun VII, hlm.1
1

memiliki The Federal Reserve (The Fed), dan Australia yang memiliki badan The Australia
Prudential Regulatory Authority (APRA)2.
Lembaga pengawas keuangan ini juga mencakup dalam pengawasan di sektor pasar
modal. Pada awalnya yang menjadi lembaga pengawas pasar modal berada dibawah
wewenang Bapepam namun dengan adanya pengalihan wewenang yang memisahkan aspek

makro dan mikro keuangan maka kemudian pengawasan atas sektor pasar modal kemudian
dialihkan ke bawah wewenang OJK sehingga semua urusan atas pengawasan di bidang pasar
modal kemudian menjadi wewenang OJK. Demikian pula pada negara-negara yang
menggunakan sistem pengawasan yang terpisah, akan ada lembaga yang mengawasi sektor
pasar modal yang terpisah dari pengawasan bank sentral.
Dalam makalah ini akan membahas tentang perbandingan lembaga pengawas yang
mengawasi pasar modal yang berada di Indonesia dan salah satu negara yang juga
menggunakan lembaga independen sebagai pengawas keuangan terutama di bidang pasar
modal, yaitu lembaga The Financial Conduct Authority atau FCA di negara Inggris atau
United Kingdom.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah terbentuknya lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan The Financial
Conduct Authority?
2. Apa sajakah jenis-jenis perbuatan yang dianggap sebagai pelanggaran hukum di
sektor pasar modal di Indonesia dan di Inggris?
3. Bagaimanakah pemberian sanksi oleh lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan The
Financial Conduct Authority terhadap pelanggaran di sektor pasar modal?

Rudy Hendra Pakpahan, 2012, Akibat Hukum DIbentuknya Lembaga Otoritas Jasa

Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan di Indonesia, hlm. 3-4
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan The Financial Conduct
Authority (FCA)
Terbentuknya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 yang kemudian menjadi dasar
dari berdirinya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) merupakan suatu
solusi yang diupayakan untuk mendorong efektifitas pengawasan keuangan di Indonesia.
semula pengawasan yang dilakukan dibebankan pada dua lembaga yaitu bank sentral Bank
Indonesia dan oleh Kementerian Keuangan melalui Badan Pengawas Pasar Modal atau
Bapepam. Ide untuk melepaskan fungsi pengawasan perbankan dari BI sebenarnya telah
muncul sejak jaman pemerintahan Presiden B.J. Habibie, ketika pemerintah menyusun
Rancangan Undang-undang tentang Bank Indonesia (yang kemudian menjadi Undangundang Nomor 23 Tahun 1999) . Pada saat itu dirasa perlu untuk memisahkan antara
kewenangan kebijakan perbankan makro dan mikro, dimana bank sentral akan menangani
perbankan makro sedangkan perbankan mikro diserahkan pada suatu lembaga pengawasan
jasa keuangan (LPJK). Namun akhirnya LPJK ini akan menempuh jalan yang panjang
sehingga akhirnya disetujui pada tahun 2010 dan dituangkan kedalam peraturan perundangan

pada tahun 2011 .
Di Inggris sendiri, ;embaga pengawas sektor jasa keuangan yang berlaku saat ini
adalah dua lembaga independen yang berbagi tugas dalam melakukan pengawasan yaitu
Financial Conduct Authority (selanjutnya disebut FCA) dan Prudential Regulation Authority
(selanjutnya disebut PRA) yang berada dibawah naungan bank sentral inggris, Bank of
England. Kedua lembaga ini adalah pecahan dari lembaga pengawas sektor keuangan inggris
Financial Services Authority (selanjutnya disebut FSA) yang gagal dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengawas. PRA dalam wewenangnya akan menangani 1700 bank, badan
asuransi, dan perusahaan-perusahaan investasi besar sedangkan FCA akan bertanggungjawab
dalam melindungi konsumen dan meregulasi kompetisi pasar 3. Dalam sektor pasar modal,
yang memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan adalah FCA sebagai lembaga yang
mengawasi jalannya pasar, sehingga selanjutnya yang akan dibahas lebih lanjut adalah FCA
Anonim, 2013, UK Replaces FSA with Two New Regulatory Authorities, NewStatement,
diakses dari http://www.newstatesman.com/business/business/2013/04/uk-replaces-fsatwo-new-regulatory-authorities pada 02/01/2015 pukul 22:29
3

sebagai pengawas pasar modal negara Inggris dibandingkan dengan kedudukan OJK di
Indonesia.
FCA terbentuk sebagai pecahan dari badan FSA, sebuah lembaga pengatur jasa
keuangan Inggris yang dianggap gagal dalam melakukan tugasnya sehingga dibagi menjadi

dua badan dengan tugas dan fungsi yang berbeda. Awalnya The Financial Services Authority
(FSA) adalah otoritas tunggal di Inggris yang bertanggung jawab langsung dalam pengaturan
industri jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, investasi dan pasar modal. FSA
dibentuk pada tanggal 28 Oktober 1997 yang mengambil alih kewenangan dan tanggung
jawab dari 10 badan pendahulunya, termasuk The Personal Investment Authority, Securities
and Futures Authority, dan Investment Management Regulatory Organisation4.
Pada saat krisis keuangan melanda Inggris pada tahun 2007-2009 yang ditandai
dengan ambruknya bank Nothern Rock, para pengamat menilai FSA terlalu lemah dan
kurang tanggap dengan mengizinkan bank-bank yang tidak bertanggung jawab mempercepat
terjadinya credit bubble atau menggelembungnya kredit di sektor properti. Sehingga pada
tanggal 16 Juni 2010, pemerintah Inggris mengumumkan rencana untuk membubarkan FSA
dan membagi tanggung jawabnya kepada beberapa lembaga baru dan Bank of England5.
Kemudian dalam undang-undang jasa keuangan inggris, The Financial Services Act
pada tahun 2012 mengeluarkan sistem baru untuk memperbaiki kelemahan tersebut yang
kemudian mengarah pada pembentukan FCA dan PRA 6. Financial Service Act tersebut
berlaku mulai tanggal 1 April 2013 dan secara spesifik memberikan kewenangan kepada
Bank of England untuk menangani stabilitas keuangan, untuk melaksanakan kebijakan makro
dan mikro, serta membentuk badan pengawas baru yang terdiri dari komite pengawas
keuangan dibawah naungan Bank of England, yaitu PRA dan badan independen lainnya yaitu
FCA.

Sebagai perbedaan dengan OJK, FCA terbentuk dari pecahan badan pengawas yang
dianggap gagal dalam melaksanakan tugasnya sehingga dengan adanya FCA diharapkan
dapat secara lebih baik melakukan fungsi pengawasan. Sedangkan OJK terbentuk dari adanya
pemisahan wewenang di bidang sektor makro dan mikro keuangan dan ekonomi negara yang
dalam pelaksanaannya memberikan wewenanga menangani perbankan mikro kepada OJK.
Hesti D. Lestari, 2012, Otoritas Jasa Keuangan: Sistem Baru dalam Pengaturan dan
Pengawasan Sektor Jasa Keuangan, Dinamika Hukum, September 2012, No. 3, Vol. 12,
hlm. 4
5
Hestia, Ibid, hlm. 4-5
6
FCA, 2014, History, diakses dari
http://www.fca.org.uk/about/why-we-do-it/our-remit/history pada 08/01/2014 pukul 0.16
4

FCA berwenang untuk mengatur industri jasa keuangan di Inggris dengan tujuan
untuk melindungi konsumen, memastikan kestabilan industri dan meningkatkan kompetisi
yang sehat antara pelaku jasa keuangan. FCA memiliki kewenangan dalam membentuk
kebijakan, menginvestigasi atau penyidikan dan pelaksanaan hukum untuk melindungi dan
mengatur industri jasa keuangan. Dalam situs resminya, FCA dalam menjalankan tugasnya,

memiliki fungsi Regulating, Protecting, Championing, dan Enforcement7.

Jenis Pelanggaran Hukum di Sektor Pasar Modal
Dalam peraturan perundangan di Indonesia, telah diatur secara rinci tentang perbuatan
yang dianggap sebagai pelanggaran hukum di sektor pasar modal. Pengaturan ini tertuang
dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dalam Undang-undang
tentang OJK juga telah dicantumkan tentang wewenang OJK dalam melakukan fungsi
pengawasan dan pengaturan.
Jenis-jenis perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan melanggar hukum di bidang
pasar modal sesuai dengan undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penipuan (pasal 90)
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau
tidak langsung:
(a) menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara
apapun;
(b) turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
(c) membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk

diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk
membeli atau menjual Efek.
2. Gambaran Semu (pasal 91)

FCA,2014, About What We Do, diakses dari http://www.fca.org.uk/about/what diakses
pada 02/01/2014 pukul 20.09
7

Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek
3. Manipulasi Pasar (pasal 92)
Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain,
dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun
tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik,
atau turun dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual,
atau menahan Efek
4. Informasi Menyesatkan (pasal 93)
Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan

sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat
pernyataan dibuat atau keterangan diberikan :
(a) Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan atau
(b) Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
5. Perdagangan Orang Dalam (pasal 95-99)
Sedangkan dalam peraturan perundangan di Inggris, secara normatif yang termasuk
sebagai perbuatan melanggar hukum dibidang pasar modal tercantum dalam sektor yang
disebut dengan Market Abuse atau Penyalahgunaan Pasar. pengaturan ini diatur dalam Pasal
118 Undang-undang Jasa Keuangan dan Pasar atau The Financial Services and Markets Act
2000 (selanjutnya disebut FSMA) dan dalam Peraturan tentang Penyalahgunaan Pasar atau
The Market Abuse Directive8.
Berdasarkan Section 118 The Financial Sevices and Markets Act 2000 yang kemudian
dijelaskan lebih lanjut dalam The Code of Market Conduct, yang disebut sebagai
penyalahgunaan pasar adalah:
1. Insider Dealing atau Permainan Orang Dalam (section 118(2) atau MAR 1.3)
FCA,2014, Market, diakses dari http://www.fca.org.uk/frms/markets diakses pada
02/01/2014 pukul 16.47

8

"The first type of behaviour is where: an insider deals, or attempts to deal, in a
qualifying investment or related investment on the basis of inside information
relating to the investment in question."
2. Misuse of Information atau Informasi Menyesatkan (Section 118(4) MAR 1.5)
“The third type of behaviour is where the behaviour not amounting to insider
dealing or improper disclosure:
(a) is based on information which is not generally available to those using the
auction platform but which, if available to a [regular user] of the auction
platform, would be, or would be likely to be, regarded by him as relevant
when deciding the terms on which transactions in[qualifying investments]
should be effected, and
(b) is likely to be regarded by a [regular user] of the auction platform as a
failure on the part of the person concerned to observe the standard of
[behaviour] reasonably expected of a person in his position in relation to
the auction platform.”
3. Manipulating Transactions atau Manipulasi Pasar (section 118(5) atau MAR
1.6)
“The fourth type of behaviour is consists of effecting transactions, bids or

orders to trade (otherwise than for legitimate reasons and in conformity
witaccepted market practices on the relevant auction platform) which:
(a) give, or are likely to give, a false or misleading impression as to the
supply of, or demand for, or as to the price of, one or more qualifying
investments, or
(b) secure the price of one or more such investments at an abnormal or
artificial level.”
4. Manipulating Devices atau Manipulasi Peralatan (section 118(6) MAR 1.7)
“The fifth type of behaviour is consists of effecting transactions, bids or
orders trade which employ fictitious devices or any other form of deception or
contrivance.”
5. Dissemination atau Penyebaran Informasi (section 118(7) MAR 1.8)

"The sixth type of behaviour is consists of the dissemination of information by
any means which gives, or is likely to give, a false or misleading impression
as to a qualifying investment by a person who knew or could reasonably be
expected to have known that the information was false or misleading."

Penyelesaian Hukum Kasus Pelanggaran di Sektor Pasar Modal
Dalam penyelesaian pelanggaran yang terjadi di bidang pasar modal, OJK
menerapkan peraturan yang telah tercantum dalam UU Pasar Modal yaitu dengan
memberikan sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif diatur dalam pasal
102 UU Pasar Modal jo. Pasal 61 PP 45 Tahun 1995 yaitu mencakup:
1. Peringatan tertulis
2. Denda, yaitu kewajiban untuk membayarkan sesuatu
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pencabutan izin usaha
6. Pembatalan persetujuan
7. Pembatalan pendaftaran
Sedangkan sanksi pidana diatur dalam masing-masing pasal yaitu mencakup:
1. Pasal 103 ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
Rp 5 Milyar
2. Pasal 104 dan pasal 106 ayat (1) dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp 15 Milyar
3. Pasal 106 ayat (2) dan pasal 107 ipidana penjara paling lama 3 tahun dan denda
paling banyak Rp 5 Milyar
FCA sendiri berdasarkan wewenang yang diberikan oleh FSMA memiliki
kewenangan untuk memberikan sanksi yang berupa:
1. Warning notice (surat peringatan),
2. Fines (denda), dan
3. Enforcement in the civil and criminal courts (penegakan hukum perdata dan
pidana).

Selain itu dalam penyelesaian pelanggaran di bidang jasa keuangan yang dapat
dilakukan oleh FCA berdasarkan FSMA 2000 juga mencakup9:
1. Withdraw a firm’s authorisation;
2. Prohibit an individual from operating in financial services;
3. Prevent an individual from undertaking specific regulated activities;
4. Suspend a firm for up to 12 months from undertaking specific regulated activities;
5. Suspend an individual for up to two years from undertaking specific controlled
functions;
6. Censure firms and individuals through public statements;
7. Impose financial penalties;
8. Seek injunctions;
9. Apply to court to freeze assets;
10. Seek restitution orders; and
11. Prosecute firms and individuals who undertake regulated activities without
authorisation.

FCA, 2014, Enforcement Information Guide, diakses dari http://www.fca.org.uk/your-fca/
documents/enforcement-information-guide pada 07/01/2014 pukul 22.23
9

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan The Financial Conduct Authority (FCA) adalah
dua badan yang memiliki fungsi sebagai lembaga pengawas independen di sektor keuangan.
Keduanya merupakan dua badan yang masih baru dan merupakan hasil pembentukan dari
badan pengawas yang semula gagal menjalankan fungsi pengawasan. OJK dan FCA masingmasing memilki beberapa persamaan dan perbedaan dalam menjalankan fungsinya.
Dalam hal pengawasan terhadap sektor pasar modal, terdapat beberapa tindakan yang
dianggap sebagai pelanggaran hukum. Di Indonesia, pelanggaran tersebut telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sedangkan di Inggris sendiri,
pelanggaran tersebut diatur dalam The Financial Services and Markets Act 2000.
OJK dan FCA dalam hal menangani pelanggaran yang terjadi dalam sektor pasar
modal, secara normatif keduanya memiliki wewenang untuk memberikan sanksi baik berupa
sanksi administratif maupun sanksi pidana sesuai dengan pengaturan masing-masing.

Daftar Pustaka

Jurnal dan Buku
Zulkarnain Sitompul, 2004, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan, Pilars, Januari
2004, No. 2, Tahun VII.
Rudy Hendra Pakpahan, 2012, Akibat Hukum DIbentuknya Lembaga Otoritas Jasa
Keuangan Terhadap Pengawasan Lembaga Keuangan di Indonesia.
Hesti D. Lestari, 2012, Otoritas Jasa Keuangan: Sistem Baru dalam Pengaturan dan
Pengawasan Sektor Jasa Keuangan, Dinamika Hukum, September 2012, No. 3, Vol. 12.

Internet
Anonim, 2013, UK Replaces FSA with Two New Regulatory Authorities, NewStatement,
diakses dari http://www.newstatesman.com/business/business/2013/04/uk-replaces-fsa-twonew-regulatory-authorities pada 02/01/2015 pukul 22:29
FCA,

2014,

History,

diakses

dari

http://www.fca.org.uk/about/why-we-do-it/our-remit/history pada 08/01/2014 pukul 0.16
FCA,2014, About What We Do, diakses dari http://www.fca.org.uk/about/what diakses pada
02/01/2014 pukul 20.09
FCA,2014,

Market, diakses

dari

http://www.fca.org.uk/firms/markets

diakses

pada

02/01/2014 pukul 16.47
FCA,

2014,

Enforcement

Information

Guide,

diakses

dari

http://www.fca.org.uk/your-fca/documents/enforcement-information-guide pada 07/01/2014
pukul 22.23

Peraturan Perundangan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
The Financial Sevices and Markets Act 2000

The Code of Market Conduct