MAKALAH ASAS LANDASAN PENDIDIKAN MATA KU

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, pendidikan sebagai usaha sadar yang selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan
manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Pendidikan juga sebagai usaha yang
sengaja digunakan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang pada
dasarnya dimiliki oleh manusia agar bermanfaat bagi kelangsungan kehidupannya.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,
kultural, sosiologis dan psikologis yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologis akan
mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Kajian berbagai landasan-landasan pendidikan itu akan membentuk
wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang
tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat
memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan. Makalah ini akan memusatkan paparan
dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan
dengan penerapannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan?

2. Apa saja yang termasuk dalam landasan pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
4. Apa saja yang termasuk dalam asas-asas pendidikan?
5. Bagaimana cara menerapkan asas-asas pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini antara
lain:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang landasan pendidikan.

1

2. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam dari landasan
pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang asas-asas pendidikan.
4. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam dari asas-asas
pendidikan.
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara menerapkan asas-asas
pendidikan.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode studi pustaka

yaitu dengan mencari literatur yang relevan dengan bahasa yang disajikan ,serta
menggunakan metode internet sebagai tambahan literatur yang telah disajikan.

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan pada umumnya berarti tempat berpijak atau tumpuan. Dalam
bahasa inggris disebut dengan istilah foundation yang artinya pondasi dasar.
Dalam membuat sebuah bangunan yang kuat hendaknya dibuat sebuah pondasi
dasar yang kuat pula. Dengan demikian bangunan tersebut tidak akan goyah
ataupun roboh karena adanya pondasi yang kuat dan kokoh.
Begitu pula dalam pendidikan, diperlukan sebuah landasan pendidikan
yang kokoh agar mampu mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Jadi, dengan
demikian landasan pendidikan adalah sesuatu yang menjadi dasar pijakan dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan.
2.2 Macam-macam Landasan Pendidikan
Umumnya ada lima macam landasan pendidikan, yakni: (1) Landasan Filosofis
Pendidikan, (2) Landasan Kultural Pendidikan, (3) Landasan Sosiologis
Pendidikan, (4) Landasan Psikologis Pendidikan, (5) Landasan Ilmiah &

Teknologis Pendidikan.
2.2.1

Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau

hakikat pendidikan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok. Dalam
landasan pendidikan, filsafat memberikan konsep dasar yang dibutuhkan sebagai
prakarsa, baik bagi masyarakat maupun pemerintahan dalam membentuk
formulasi dan orientasi pendidikan.
Filsafat memiliki kaitan erat dengan pendidikan atau saling keterkaitan.
Filsafat mencoba merumuskan citra manusia dan masyarakat sedangkan
pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Rumusan tentang harkat dan
martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia.

3

Menurut Tatang (2010) ada tiga aliran utama dalam filsafat di dunia yaitu

idealisme, realisme dan pragmatisme.
a. Idealisme
Hakikat

realitas

bersifat

ideal/kejiwaan/spiritual/rohaniah.

Manusia

memperoleh pengetahuan melalui berpikir, intuisi atau mengingat kembali.
Kebenaran pengetahuan diuji melalui konsistensi ide-ide. Hakikat nilai diturunkan
dari realitas absolut (Tuhan).
Implikasinya

adalah

pendidikan


hendaknya

bertujuan

untuk

mengembangkan bakat, kepribadian dan kebajikan sosial para siswa agar mereka
dapat melaksanak kehidupan yang baik dalam masyarakat sesuai nilai-nilai yang
diturunkan Yang Absolut.
Kurikulum berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional;
kurikulum harus memuat pengetahuan dan nilai-nilai esensial kebudayaan; sebab
itu kurikulum cenderung sama untuk semua siswa.
Kurikulum Idealisme bersifat subject matter centered. Metode dialektik
diutamakan, namun demikian beberapa metode efektif yang mendorong belajar
dapat diterima. Guru harus unggul dalam hal intelektual maupun moral serta
bertanggungjawab menciptakan lingkungan landasan filosofis pendidikan bagi
para siswa. Adapun siswa berperan bebas dalam mengembangkan kepribadian dan
bakat-bakatnya.
b. Realisme

Hakikat realitas bersifat fisik/material dan objektif. Keberadaan dan
perkembangan realitas diatur dan diorganisasikan oleh hukum alam. Manusia
adalah bagian dan dihasilkan dari alam itu sendiri, hakikat pribadi ditentukan dari
apa yang dapat dikerjakannya. Manusia mampu berpikir tetapi ia dapat bebas atau
tidak bebas. Pengetahuan diperoleh manusia melalui penginderaan, kebenaran
pengetahuan diuji melalui fakta. Hakikat nilai diturunkan dari hukum alam atau
kebiasaan adat istiadat masyarakat.
Impilkasinya
menyesuaikan

diri

adalah
dengan

pendidikan

bertujuan

lingkungannya


tanggungjawab sosial.

4

dan

agar
mampu

siswa

mampu

melaksanakan

Kurikulum berpusat pada isi mata pelajaran. Adapun mata pelajaran terdiri
atas sains, matematika, ilmu kemanusiaan dan sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum
tersebut harus memuat pengetahuan dan nilai-nilai esensial kebudayaan yang
diberlakukan sama untuk semua siswa.

Kurikulum Realisme bersifat subject matter centered. Metode mengajar
yang utama adalah pembiasaan. Para siswa hendaknya belajar melalui
pengalaman langsung ataupun pengalaman tidak langsung. Peranan guru
cenderung otoriter, guru harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan teknik
mengajar. Guru memiliki kewenanangan dalam membentuk prestasi siswa.
Adapun siswa berperan menguasai pengetahuan, harus taat pada aturan dan
disiplin.
Idealisme dan realisme memiliki kesamaan dalam orientasi pendidikannya,
yaitu Essensialisme. Namun masih memiliki gagasan yang berbeda mengenai
filsafat umumnya maka kedua aliran ini tetap memiliki perbedaan pula dalam hal
tujuan pendidikan, isi kurikulum, metode pendidikan serta peranan pendidik dan
peranan peserta didiknya.
c. Pragmatisme
Hakikat realitas bersifat plural dan terus menerus berubah. Manusia adalah
hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Pengetahuan diperoleh manusia
melalui pengalaman. Pengetahuan bersifat relatif. Teori uji kebenaran
pengetahuan disebut pragmatisme/instrumentalisme karena pengetahuan dianggap
benar apabila dapat diaplikasikan. Hakikat nilai berada dalam proses perbuatan
manusia, bersifat kondisional, relatif dan memiliki kualitas individual dan sosial.
Implikasinya adalah pendidikan bertujuan agar siswa dapat memecahkan

permasalahan hidup individual maupun sosial.
Kurikulum pendidikan hendaknya berisi pengalaman-pengalaman yang
telah teruji, yang sesuai dengan bakat minat, kebutuhan siswa (child centered) dan
aktivitas siswa (activity centered). Mengutamakan metode pemecahan masalah
(problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and
discovery method). Guru berperan sebagai fasilitator, yaitu memimpin dan
membimbing siswa belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan

5

kebutuhan siswa. Adapun siswa berperan bebas untuk mengembangkan bakat dan
mintanya. Orientasi pragmatisme adalah Progresivme atau Rekonstruksionisme.
2.2.2

Landasan Kultural Pendidikan
Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang

bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk
memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian
kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992). Kebudayaan terkait dengan ciri

manusia sendiri sebagai makhluk yang harus berkembang, maka kebudayaan juga
terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia dalam menghadapi
lingkungannya. Kebudayaan merupakan suatu sistem yang terkait dengan sistem
sosial. Kebudayaan dari satu pihak bukan hanya mengkondisikan suatu sistem
sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga
dikondisikan oleh sistem sosial.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan maupun dikembangkan dengan jalur mewariskan
kebudayaan tersebut dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan,
baik secara formal maupun informal.
Aspek budaya merupakan hakikat kodrat manusia. Salah satu sisi aspek
budaya ini berakar dari tiga potensi kejiwaan manusia, yaitu cipta, rasa, dan karsa.
Potensi cipta mempunyai daya kreatif, rasa mempunyai daya kepekaan, dan
potensi karsa mengandung daya motivasi. Dengan kemampuan tiga potensi
kejiwaan, manusia selalu cenderung untuk membuat perubahan yang berguna bagi
kelangsungan dan perkembangan kehidupannya. Karena tanpa perubahan dan
perkembangan itu, mustahil manusia mampu melangsungkan kehidupannya.
Seluruh daya upaya untuk mencipta perubahan dan perkembangan itulah yang
dimaksud kebudayaan.
Oleh sebab itu, seluruh kegiatan pendidikan perlu diakarkan pada masalah

pembudayaan. Yaitu, menumbuhkan dorongan hidup untuk hidup dinamis dan
kreatif dalam perimbangan lahir-batin, individu-sosial, dan religius-alamiah. Jika
orientasi pendidikan adalah memang pembudayaan, maka di dalam kehidupan
sosial manusia dapat tumbuh nilai keadilan, sehingga pada akhirnya kesejahteraan

6

sosial dapat dinikmati bukan hanya oleh manusia individual saja, tetapi juga oleh
setiap komponen sosial. Bahkan alam atau makhluk lainnya pun, seperti hewan,
tumbuhan,

dan

mineral

dijamin

bisa

tetap

eksisdalam

keseimbangan

ekosistemnya. Karena itu, menjadi jelas dan logis jika dirumuskan bahwa
pendidikan sebenarnya adalah persoalan tentang pembudayaan, dan sebaliknya,
kebudayaan adalah persoalan tentang keseluruhan sistem rangkaian kegiatan
pendidikan.
Adapun arah kegiatan pendidikan itu adalah menanamkan nilai
kebudayaan dalam diri peserta didik. Hal itu selanjutnya dapat mendorong untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan. Di samping itu, karena
kebutuhan hidup selalu mengalami perubahan, maka orientasi kegiatan pendidikan
bisa juga terarah pada suatu penciptaan nilai-nilai kebudayaan baru yang kiranya
mampu mengimbangi perubahan kebutuhan hidup yang terjadi. Jadi, proses
pendidikan berjalan secara stimulan, yaitu sementara mengikuti kebudayaan yang
ada, sambil berusaha mencipta nilai-nilai kebudayaan baru.
Jika seluruh kegiatan pendidikan mengikuti nilai-nilai kebudayaan yang
ada, hal itu bisa mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi statis dan
cenderung tidak berkembang dan terancam punah. Sedangkan jika seluruh
kegiatan pendidikan diarahkan pada penciptaan nilai-nilai baru, kehidupan
bermasyarakat menjadi dinamis dan cenderung mengalami perubahan pesat, dan
pada gilirannyajustru bisa merusak tata kehidupan masyarakat itu sendiri. Secara
terpisah, kedua sasaran itu rupanya tidak menguntungkan bagi eksestensi
kehidupan manusia, yang bernilai guna hanyalah hasil dari seluruh kegiatan
pendidikan, yaitu berupa perkembangan. Jadi, proses pendidikan harus diarahkan
pada pembinaan pertumbuhan kreativitas untuk melakukan perubahan demi
perkembangan dalam mencapai tujuan akhir kehidupan.
2.2.3

Landasan Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber

dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk
memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa kita harus memusatkan
perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat

7

tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai,
terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masingmasing anggota masyarakat.
Terdapat tiga macam norma dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain:
a. Paham Individualisme, dilandasi teori bahwa manusia lahir merdeka dan
hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang
lain (Oesman & Alfian, 1992). Dampak dari paham ini menimbulkan cara
pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan
masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai
pengembangan diri antar anggota masyarakat satu dengan yang lain saling
berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang selalu menang dan kuat
dalam bersaing sajalah yang dapat eksis.
b. Paham Kolektivisme, memberikan keududukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan
hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya.
c. Paham Integralistik, masyarakat yang menganut paham ini saling
berhubungan erat satu sama lain secara organis.Masyarakat integralistik
menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks
strukturnya manusia adalah pribadi namun juga relasi. Kepentingan
masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan
pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong
royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama
menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan
(4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Aspek sosial menunjukkan adanya saling hubungan di antara individu, di antara
masyarakat, dan antara individu dengan masyarakat. Sejak lahir, manusia individu
mempunyai hakikat kodrat sosial, yaitu kodrat untuk hidup bersama dengan
sesama manusia lainnya. Tanpa kerja sama dengan sesama manusia dan
8

masyarakat, seorang individu tidak mampu bertahan dan melangsungkan
kehidupannya. Berdasarkan fakta itu, materi pendidikan perlu digali dari hakikat
manusia sebagai makhluk sosial.
Selanjutnya, nilai kebersamaan tersebut ditumbuh-kembangkan di dalam diri
setiap peserta didik melalui seluruh rangkaian kegiatan pendidikannya.
Pengembangan aspek sosial ini, pada titik akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
pendidikan, membentuk perilaku individual yang bertanggung jawab terhadap
kehidupan sosial kemasyarakatannya. Kepada semua peserta didik, ditanamkan
sikap dan perilaku moral sosial, seperti tolong-menolong, saling membantuantara
si kaya terhadap si miskin, si pandai terhadap si bodoh, si kuat terhadap si lemah,
dan sebagainya.
Jadi, landasan sosial pendidikan mempunyai sasaran utama yaitu
penanaman dan pengembangan moral kerja sama, agar bisa mencegah tumbuhnya
moral liberalisme individual merajalela, diubah dan dibudayakan menjadi hukum
kemanusiaan, yaitu si kuat menolong si lemah si kaya membantu si miskin, dan
seterusnya. Atas pengaruh sosiologis, proses pendidikan yang ideal adalah terarah
kepada mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup, baik dalam
interaksi sosial, stratifikasi sosial, maupun dalam hubungan di antara kelompok
sosial.
2.2.4

Landasan Psikologis Pendidikan
Landasan psikologis mengandung norma dasar pendidikan yang

bersumber dari hukum-hukum dasar perkembangan peserta didik. Hukum-hukum
dasar perkembangan peserta didik sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati
manusia akan mengalami perubahan karena bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan itu bersifat jasmaniah maupun kejiwaan. Jadi sepanjang kehidupan
manusia terjadi proses pertumbuhan yang terus menerus. Proses perubahan itu
terjadi secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan bukan kemunduran. Tiap
tahap kemajuan ditandai meningkatnya kemampuan dan cara baru yang dimiliki.
Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang
lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Perubahan yang selalu terjadi itu

9

dimaksudkan agar orang didalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang nonmanusia. Sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam
kehidupan anak, yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan
bersama atau bekerja sama.
Tugas pendidikan yang terutama adalah memberikan bimbingan agar
pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan
manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya
guna. Hukum dasar yang perlu kita harapkan dalam membimbing anak dalam
proses pendidikan antara lain:
a. Tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik
Artinya, anak memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri
dan tidak dimiliki oleh anak lain. Keunikan tersebut dipengaruhi oleh
faktor keturunan (heredity), lingkungan (environment), diri (self).
b. Tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda
Sejak anak dilahirkan, mereka memiliki potensi yang berbeda-beda dan
bervariasi. Mereka juga mempunyai indeks kecerdasan yang berbeda-beda.
Pendidikan memberi hak kepada anak-anak untuk mengembangkan
potensinya.
c. Tiap tahap pertumbuhan mempunyai ciri tertentu
Karena tiap pertumbuhan anak memiliki ciri-ciri tertentu hal ini dapat
mebantu pendidik untuk mengatur strategi pendidikan dengan kesiapan
anak untuk menerima, memahami dan menguasai bahan pendidikan sesuai
kemampuan.
Dalam hal pendidikan psikologi memberikan landasan, yaitu dalam hal
pembinaan perilaku. Karena pada dasarnya, perbaikan perilaku merupakan
sasaran utama penyelenggaraan pendidikan. Sebagai ilmu perilaku, psikologi
khusus mengarahkan studinya terhadap fenomena kejiwaan. Fakta menunjukkan
bahwa

karena

potensi

kejiwaan

cenderung

10

mengalami

perubahan

dan

perkembangan secara bertahap, perilaku manusia pun cenderung mengalami
perubahan dan perkembangan secara bertahap pula. Oleh sebab itu, pelaksanaan
pendidikan dengan tahapan-tahapannya. Dalam hal ini, seluruh kegiatan
penyelenggaraan pendidikan dipandang perlu dikembangkan berdasar pada
psikologi perkembangan peserta didik.
Orientasi umum psikologi perkembangan dalam hal aspek-aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik memberi petunjuk terhadap pendidik dalam hal
menyiapkan dan mengorganisasi materi pendidikan, serta memberi arah
bagaimana membina peserta didik agar mau belajar secara bebas, tanpa terbebani
sesuatu apapun. Khususnya aspek kognisi yang menekankan pada pemahaman
tentang nilai kegunaan bagi pemecahan masalah dan berguna bagi kreativitas
menciptakan ide baru.
Selanjutnya, psikologi juga memberikan andil yang bermanfaat bagi
pembentukan perilaku nyata dan praktis, seperti mendorong kegiatan bekerja dan
belajar, mau menolong, dan sebagainya. Khusus bidang psikologi sosial,
pengaruhnya terhadap pendidikan berupa pembinaan peserta didik agar memiliki
konsep diri yang riil. Untuk itu, pendidik perlu berusaha secara optimal untuk
mengembangkan presepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan mengembangkan
sikap dan perasaan secara positif. Kecuali itu, motivasi peserta didik juga perlu
dikembangkan melaluipemberian tugas-tugas yang menantang dan menanamkan
harapan dengan jalan sering memberikan pengalaman yang berhasil.
Kemudian, pendidikan perlu mengembangkan hubungan akrab dalam
kegiatan bimbingan dan konseling dalam belajar berkelompok. Hubungan yang
akrab bisa dikembangkan dengan jalan menanamkan ketertiban untuk mencegah
perilaku saling mengganggu. Dalam rangka keberhasilan di masa mendatang,
sikap kepemimpinan perlu juga dikembangkan. Sebab, di samping berguna bagi
sukses belajar bersama, juga berguna bagi sukses berorganisasi di kemudian hari.
2.2.5

Landasan Ilmiah dan Teknologis Pendidikan
Landasan ilmiah dan teknologis pendidikan mengandung makna norma

dasar yang bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

11

mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam
usaha pendidikan. Norma dasar tersebut harus mengandung ciri-ciri keilmuan
yang hakiki, antara lain:
a. Ontologis, yakni adanya objek penalaran yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dapat diamati dan diuji
b. Epistomologis, yakni adanya cara untuk menelaah objek tersebut dengan
metode ilmiah
c. Aksiologis, yakni adanya nilai kegunaan bagi kepentingan dan
kesejahteraan lahir batin
Manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi yang melandasi pendidikan harus
mampu untuk:
a. Memberikan kesejahteraan lahir dan batin setinggi-tingginya
b. Mendorong pemanfaatan pengembangan sesuai tuntutan zaman
c. Menjamin penggunaannya secara bertanggung jawab
d. Memberi dukungan nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa
e. Mencerdaskan kehidupan bangsa
f. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas sumber daya
manusia
2.3 Pengertian Asas-asas Pendidikan
Asas pendidikan memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
2.4 Macam-macam Asas-asas Pendidikan
2.4.1

Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula

dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan
pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan
kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakan dan memberi pengaruh, tidak
menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya.
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk
melakukan usaha sendiri dan ada kemungkinan berbuat kesalahan tanpa ada

12

tindakan (hukuman) dari pendidik. Hal itu tidak menjadikan masalah karena
menurut Ki Hajar Dewantara setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan
membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang
mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan
yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Menurut Asas Tut Wuri Handayani, pendidikan dilaksanakan tidak
menggunakan syarat paksaan, pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en
vrede), pendidikan tidak memanjakan anak, pendidikan menciptakan iklim, tidak
terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam
diri anak didik).
Asas Tut Wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar
Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
a. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh)
b. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
c. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.4.2

Asas Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan

martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu mebangun diri
sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).
Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan
dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan.
Sedangkan dimensi horisontal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

13

2.4.3

Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan

kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun
guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian
dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan
motivator.
2.5 Penerapan Asas-asas Pendidikan
2.5.1 Penerapan Asas Tut Wuri Handayani
Berdasar pada keadaan yang kita temui sekarang, penerapan asas pendidikan Tut
Wuri Handayani diuraikan sebagai berikut:
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya
dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya
sendiri.
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan
yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki
lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
c. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan
irama belajarnya.
d. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan utnuk memilih program pendidikan dan
ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh
menjadi manusia yang mandiri.
e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang
memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri,
yang beragam dari potensi dibawah normah sampai jauh diatas normal.
2.5.2 Penerapan Asas Pendidikan Sepanjang Hayat

14

Berikut diuraikan usaha-usaha pemerintah untuk menjawab tantangan penerapan
asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasana,
kesempatan, serta sumber daya manusia yang menunjang:
a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami
peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun
ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal
dan non formal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang
pendidikan dari TK (Taman Kanak-kanak) sampai perguruan tinggi.
b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga
kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar meraka dapat
melaksanakan tugasnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat
meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan
guru dan tenaga guru dilaksanakan baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pegembangan kurikulum dan isi
pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.
d. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja,
sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani.
e. Pengadaan buku ajar yang diperuntukkan bagi berbagai program
pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk: (1) meningkatkan sumber
penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara
berbudaya melalui berbagai cara belajar, (2) menunjang tercapainya tujuan
pendidikan manusia seutuhnya.
f. Usaha

pengadaan

berbagai

program

pembinaan

generasi

muda:

kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap
patriotisme

dan

idealisme,

kesadaran

berbangsa

dan

bernegara,

kepribadian dan budi luhur.
g. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat
untuk melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.

15

h. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan
keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya
sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain. Untuk dapat mewujudkan
tujuan pendidikan diperlukan adanya landasan-landasan serta asas-asas yang
berlaku dalam pendidikan.
Landasn-landasan dalam pendidikan, antara lain: landasan filosofis,
landasan kultural, landasan sosiologis, landasan psikologis serta landasan ilmiah
dan teknologis. Sedangkan asas-asas dalam pendidikan, antara lain: asas tut wuri
handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar.
Pemerintah telah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan sesuai dengan asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia,
antara lain: (1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan, (2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, (3) Pengembangan kurikulum dan isi
pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan
nilai-nilai budaya bangsa, (4) Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya
bangsa.
3.2 Kritik dan Saran
Dengan mempelajari dan menguasai landasan-landasan dan asas-asas
pendidikan dengan baik di harapkan kita mampu menjadi calon guru yang baik,
artinya .dengan penerapan landasan yang benar dan tepat dalam kegiatan
pembelajaran, kita dapat menjadi guru yang kreatif dan tidak sekedar meniru cara

16

orang lain yang di anggap ideal. Akan tetapi kita diharapkan mampu
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
berbagai landasan dan asas pendidikan.
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa makalah yang telah
kami selesaikan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karen itu kritik dan saran
dari para pembaca sangat kami harapkan demi mendekati atau bahkan mencapai
kesempurnaan tersebut.
Malang, 28 September 2016
KELOMPOK 4

17

DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, U. & Sulo, S.L.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Husamah., Arian Restian., & Rohmad Widodo. 2015. Pengantar Pendidikan.
Malang: UMM Press.
Suhartono Suparlan. 2008. Wawasan Pendidikan Sebuah Pengantar Pendidikan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

18

19