KEMENANGAN KELOMPOK KONSERVATIF DALAM PEMILU DI JERMAN DAN MASA DEPAN UNI EROPA Oleh Dewi Astuti Mudji Abstrak - Dewi Astuti Mudji 2013 (KEMENANGAN KELOMPOK KONSERVATIF DALAM PEMILU DI JERMAN DAN MASA DEPAN UNI EROPA)

  KEMENANGAN KELOMPOK KONSERVATIF DALAM PEMILU DI JERMAN DAN MASA DEPAN UNI EROPA Oleh Dewi Astuti Mudji Abstrak Integritas Uni Eropa kedepan dikhawatirkan akan kembali surut dari harapan untuk menjadi kompetiter AS dalam aktivitas politik internasional. Hal ini dikarenakan banyaknya penolakan masyarakat Eropa terhadap Konstitusi Uni Eropa seperti yang terjadi di Ferancis dan beberapa Negara lain. Namun disisi lain, dalam proses politik di Jerman terpilihnya kembali pemimpin yang berasal dari garis politik konservatif, yaitu Angela Merkel (Jerman) yang dalam pengamatan sebagian analis politik akan memacu kohesivitas bangsa Eropa menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

  Kata Kunci: kelompok konservatif, Pemilu Jerman, masa depan Uni Eropa Pendahuluan

  Sistem pemilu Jerman menggabungkan dua aspek yang berbeda, orang sering menyebutnya sebagai "sistem perwakilan berimbang“. Ada 598 kursi di parlemen Jerman, Bundestag. Setengahnya, 299 kursi, diperebutkan melalui sistem pemilihan langsung. Setengahnya lagi melalui sistem pemilihan proporsional berdasarkan daftar kandidat. Setiap pemilih Jerman memilih dua kali di atas satu kertas suara. Dengan suara pertama ia memilih nama seorang kandidat. Ini merupakan pemilihan langsung. Kandidat dengan suara terbanyak di satu daerah pemilihan akan masuk parlemen. Sistem ini disebut sebagai sistem pemilihan mayoritas. Dengan suara kedua, pemilih memilih nama satu partai. Jumlah perolehan suara satu partai akan menentukan jumlah kursi yang direbut di parlemen. Ini adalah pemilihan tidak langsung. Siapa yang menjadi anggota parlemen ditentukan oleh partai, dengan menyusun daftar kandidat berdasarkan nomor urut. Sistem ini disebut disebut sebagai sistem pemilihan proporsional. Sistem pemilu di Jerman adalah campuran dari kedua sistem itu.

  Masih ada lagi persyaratan bagi satu partai untuk bisa masuk parlemen. Yaitu ambang batas 5 persen. Hanya jika perolehan suara satu partai menembus 5 persen, baru partai ini bisa masuk ke parlemen. Suara yang dihitung adalah suara kedua, di mana pemilih memilih nama partai.

  Aturan ini tidak berlaku, jika satu partai bisa memenangkan mandat langsung di sedikitnya 3 distrik pemilihan. Mandat langsung ditentukan lewat suara pertama. Pada pemilu tahun 1994, Partai Sosialis PDS berhasil merebut 4 kursi lewat pemilihan langsung di distrik pemilihan Berlin Timur, dan akhirnya menempatkan 30 wakilnya di Bundestag, 4 kursi dengan kemenangan mayoritas suara pertama dan 26 kursi dengan perolehan suara kedua. Jumlah perolehan suara PDS ketika itu hanya 4,4%, berarti tidak menembus batas 5 persen. Sekarang, PDS bergabung dengan partai kecil lainnya, WASG, menjadi Partai Kiri (Die Linke).

  Sistem campuran yang berlaku di Jerman bisa bermasalah, jika sebuah partai mendominasi daerah tertentu dan memenangkan banyak mandat langsung lewat perolehan suara pertama. Jumlah kursi yang direbutnya bisa melebihi jatah kursi berdasarkan perolehan suara kedua. Artinya, partai ini memiliki kelebihan kursi. Sebab kandidat yang menang di satu daerah pemilihan harus masuk parlemen. Kemenangannya tidak dapat dibatalkan. Ini yang disebut mandat tambahan (Überhangmandat).

  Biasanya, hanya kandidat dari CDU/CSU dan SPD saja yang menang dalam pemilihan langsung di distrik. Karena itu, kedua partai ini diuntungkan oleh sistem pemilu. Pada tahun 2008 Mahkamah Konstitusi Jerman memutuskan bahwa aturan pemilu seperti ini tidak mencerminkan keinginan pemilih yang sebenarnya dan karena itu tidak selaras dengan konstitusi. Mahkamah memberi batas waktu hingga tahun 2011 bagi badan legislatif untuk menemukan jalan keluar yang adil dan mengganti aturan pemilu saat ini. Bundestag sampai saat ini berlum berhasil merumuskan aturan baru tentang mandat tambahan. Jumlah mandat tambahan ini pada akhirnya bisa memperbesar jumlah kursi di parlemen secara keseluruhan, yang pada awalnya ditetapkan berjumlah 598 kursi.

  Sistem Pemilihan Jerman membuatnya sangat sulit bagi setiap partai untuk membentuk pemerintahan sendiri. Ini hanya terjadi sekali dalam 56 tahun. Sebuah aliansi partai adalah aturan umum. Sehingga pemilih tahu mana partai mitra mereka memilih sedang mempertimbangkan memerintah dengan, masalah koalisi partai pernyataan sebelum memulai kampanye pemilu. Dengan suara untuk partai tertentu dengan demikian warga mengungkapkan di satu sisi preferensi untuk persekutuan partai tertentu, dan di sisi lain menentukan keseimbangan kekuasaan antara mitra masa depan yang diinginkan dalam pemerintahan.

  Pembahasan

  Republik Federal Jerman (bahasa Jerman: Bundesrepublik Deutschland) adalah suatu negara berbentuk federasi di Eropa Barat. Negara ini memiliki posisi ekonomi dan politik yang sangat penting di Eropa maupun di dunia. Dengan luas 357.021 kilometer persegi (kira-kira dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82 juta jiwa, negara dengan 16 negara bagian (Bundesland, jamak:

  Bundesländer) ini menjadi anggota kunci organisasi Uni Eropa (penduduk

  terbanyak), penghubung transportasi barang dan jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran ketiga terbesar di dunia.

  Meskipun negara-bangsa Jerman modern baru terbentuk pada tahun 1871, seusai Perang Perancis-Prusia, satuan-satuan politik di wilayah ini telah lama memainkan posisi penting dalam era monarki di Eropa sejak penguasaan oleh Kekaisaran Romawi menjelang era modern (Masehi) hingga berakhirnya Perang Napoleon. Penyatuan wilayah Eropa Tengah pada masa Karl Yang Agung (Charlemagne), pemimpin Kerajaan Franka, pada abad ke-8 menjadi rintisan terbentuknya suatu imperium konfederatif berusia hampir 1000 tahun yang dikenal sebagai Imperium Romawi Suci.

  Imperium ini sangat mewarnai budaya feodal di seluruh Eropa serta menjadi pusat Reformasi gereja kristen pada abad ke-16 yang melahirkan Protestantisme. Ketika Imperium Romawi Suci dibubarkan pada tahun 1806 akibat perpecahan yang ditimbulkan oleh perang Napoleon, telah tumbuh rasa satu kebangsaan sebagai masyarakat berbahasa sama (bahasa Jerman). Namun demikian, negara modern yang terbentuk kemudian tidak sanggup menyatukan cita-cita kebangsaan itu karena Austria membentuk sekutu bersama Hungaria menjadi negara terpisah dari negara Jerman modern. Pada tahun 1949, Jerman, dengan wilayah yang jauh berkurang akibat dua perang besar di Eropa, terbagi menjadi dua negara terpisah: Jerman Barat[6] dan Jerman Timur. Pemisahan ini berakhir 3 Oktober 1990 (menjadi hari nasional Jerman sekarang) ketika Jerman Timur secara resmi menyatukan diri dengan Jerman Barat.

  Jerman (Barat) adalah negara pendiri Masyarakat Ekonomi Eropa (kelak menjadi Uni Eropa pada tahun 1993). Negara ini juga menjadi anggota zona Schengen dan pengguna mata uang Euro sejak 2002. Sebagai negara penting, Jerman adalah anggota G8, G20, menduduki urutan keempat dalam Produk Domestik Bruto dan urutan kelima dalam Keseimbangan Kemampuan Berbelanja

  (2009), urutan kedua negara pengekspor dan urutan kedua negara pengimpor barang (2009), dan menduduki urutan kedua di dunia dalam nilai bantuan pembangunan dalam anggaran tahunannya (2008). Jerman juga dikenal sebagai negara dengan sistem jaringan pengaman sosial yang baik dan memiliki standar hidup yang sangat tinggi. Jerman dikenal sebagai negara dengan penguasaan ilmu dan teknologi maju di berbagai bidang, baik ilmu-ilmu alamiah maupun sosial dan kemanusiaan, selain sebagai negara yang banyak mencetak prestasi di bidang keolahragaan, seperti Formula Satu, sepak bola, dan lain-lain. Jerman dianggap sebagai negara yang sangat menghidupkan dunia. Dengan kata lain, Jerman juga merupakan negara yang memengaruhi keadaan perekonomian/bursa saham dunia.

  Kanselir Federal dan Pemerintah Kanselir federal satu-satunya anggota Pemerintah Federal yang dipilih.

  Konstitusi memberikan hak kepadanya untuk memilih sendiri para menteri sebagai pimpinan badan-badan pelaksana politik terpenting. Kanselir menentukan pula jumlah kementerian serta portofolio masing-masing. Di tangan kanselir terletak kompetensi menentukan garis haluan, yaitu hak kanselir untuk menetapkan titik berat pekerjaan pemerintah secara mengikat. Dengan adanya kewenangan itu, kanselir federal memiliki perbendaharaan alat kepemimpinan yang dapat dibandingkan dengan kekuasaan presiden di negara demokrasi presidensial.

  Dewan Parlementer yang memutuskan undang-undang dasar pada tahun 1949 mengacu kepada contoh perdana menteri Inggris ketika membahas kewenangan kanselir. Alat kekuasaan yang dimiliki perdana menteri itu persis sama dengan milik kanselir. Namun dalam kenyataan, kuasa kanselir jauh lebih kecil dibandingkan dengan kuasa perdana menteri Inggris. Dalam sistem parlementer Inggris selalu ada satu partai saja yang memerintah, sebab sistem pemilihan Inggris bersifat sistem mayoritas yang menguntungkan partai terkuat. Di Bundestag biasanya tidak ada satu partai yang memegang mayoritas. Maka untuk pemilihan kanselir pada umumnya harus dibentuk koalisi.

  Menjelang pemilihan kanselir terjadi perundingan intensif antara partai-partai yang hendak membentuk pemerintahan bersama. Secara detail dicari kesepakatan mengenai pembagian kementerian antara partai-partai peserta, mengenai kementerian yang akan dipertahankan dan yang akan diciptakan. Kepada partai yang lebih kuat dalam persekutuan itu diberi hak mengisi jabatan kanselir federal. Selanjutnya partai peserta menyepakati rencana kerja pemerintah untuk tahun-tahun berikutnya. Hasil perundingan koalisi itu dituangkan dalam perjanjian koalisi. Baru setelah rampungnya tahap itu, kanselir federal akan dipilih.

  Perundingan antarpartai koalisi selanjutnya mempersiapkan dan mendampingi keputusan pemerintah. Jika sebelum dipilihnya Bundestag yang baru sudah tak ada lagi kesamaan pandangan politik, jalan keluar yang dapat ditempuh ialah penggantian kanselir. Untuk mengganti kanselir melalui mosi tidak-percaya konstruktif, pada waktu yang sama harus dipilih kanselir baru. Cara menarik kembali kepercayaan yang ofensif ini memaksa parlemen terlebih dahulu membentuk mayoritas pemerintahan baru yang sanggup bekerja, sebelum dapat menjatuhkan kanselir. Usaha seperti itu baru dua kali dilakukan dan hanya satu kali, pada tahun 1982, berhasil. Kanselir Helmut Schmidt (SPD) menerima mosi tidak percaya, dan Helmut Kohl (CDU) dipilih sebagai penggantinya.

  Di lain pihak kanselir federal dapat setiap saat mengajukan mosi kepercayaan kepada Bundestag untuk menguji apakah ia masih didukung sepenuhnya oleh partai-partai koalisi. Apabila kanselir kalah dalam votum kepercayaan, artinya jika sebagian dari mayoritas pemerintahan menarik dukungannya, Bundestag dapat dibubarkan. Keputusan mengenai pembubaran parlemen dan dengan demikian mengenai pemilihan umum berada di tangan presiden federal. Sebagai alternatif, kepala negara dapat meminta kepada partai-partai yang terwakili di dalam Bundestag untuk mengusahakan pembentukan pemerintah baru.

  Kekalahan sungguh-sungguh dalam votum kepercayaan tidak pernah terjadi dalam sejarah Republik Federal Jerman. Yang terjadi sebanyak tiga kali ialah kekalahan yang disepakati di muka: Anggota parlemen dari partai-partai pemerintahan atau menteri memberikan suara abstain untuk menjatuhkan pemerintah (1972, 1982, 2005). Jalan ini ditempuh untuk memungkinkan pemilihan Bundestag baru sebelum waktunya. Konstitusi memang tidak membuka jalan lain untuk mencapai hal itu. Namun jalan itu hanya dapat ditempuh atas persetujuan Presiden dan dianggap kontroversial dari segi yuridis.

  Negara Federasi

  Bentuk negara federasi yang ada di Jerman bersifat rumit. Negara terdiri dari tingkat pusat berupa federasi dan 16 negara bagian. Undang-undang dasar menetapkan hal-hal yang harus ditangani oleh federasi, dan hal lain yang diurus oleh negara bagian. Dilihat dari aspek ini, sistem federal Jerman mirip dengan sistem di berbagai negara federasi lain. Kehidupan bernegara di Jerman pada dasarnya diatur oleh undang-undang federal. Sebaliknya para warga hampir selalu berurusan dengan kantor administrasi negara bagian, atau dengan kantor kotapraja dan komune yang bertindak atas nama negara bagian. Hal itu sesuai dengan prinsip kesubsideran. Prinsip itu diterapkan oleh undang-undang dasar dengan tujuan mengkombinasikan keuntungan negara kesatuan dengan keuntungan negara federasi. Warga dari negara federasi lain sehari-hari jauh lebih sering bertemu dengan pegawai instansi federasi.

  Menurut undang-undang dasar, taraf kehidupan di seluruh Jerman harus dapat diperbandingkan. Faktor penentu yang penting bagi taraf kehidupan itu ialah kebijakan politik di bidang ekonomi dan sosial. Dalam tatanan keuangan Jerman tidak diberi ruang gerak yang berarti kepada negara bagian untuk membiayai tugas mereka. Semua jenis pajak yang pemasukannya tinggi diatur dengan undang- undang federal. Dengan catatan bahwa undang-undang seperti itu harus memperoleh persetujuan Majelis Federal, Bundesrat. Sebagian dari jenis pajak tersebut seluruhnya masuk ke kas federasi atau ke kas negara bagian, sebagian lain dibagi antara federasi dan negara bagian, di antaranya jenis pajak yang pemasukannya sangat besar. Dalam hal ini negara federasi Jerman mirip dengan negara kesatuan. Walau begitu, negara-negara bagian mengendalikan sebagian besar dari kapasitas administrasi negara seluruhnya. Jadi, unsur-unsur federalistis mendominasi administrasi negara di Jerman. Kantor-kantor administrasi negara bagian melaksanakan undang-undang yang berlaku di negara bagian yang bersangkutan. Namun di samping itu instansi negara bagian tersebut mengeksekusi juga bagian terbesar dari undang-undang federal.

  Di masa lalu, banyaknya tugas yang diserahkan kepada negara bagian menyebabkan adanya beberapa negara bagian yang terjerumus dalam utang besar. Maka pada tahun 2009 diputuskan perubahan konstitusi yang melarang pengambilan kredit baru oleh negara bagian mulai 2020, dan yang membatasi volume utang baru dari federasi mulai tahun 2016 pada maksimal 0,35 persen dari produk domestik bruto – kecuali dalam hal terjadinya krisis ekonomi (rem utang). Ada tiga tugas negara sebagai keseluruhan yang dilaksanakan oleh negara bagian secara mandiri: Hal-hal yang menyangkut sekolah, termasuk perguruan tinggi, keamanan dalam negeri, termasuk kepolisian, serta perwujudan swatantra komunal. Dalam hak ikut-menentukan cukup luas yang dimiliki oleh Bundesrat, negara-negara bagian mendapat imbalan bagi kedudukan lebih tinggi yang ditempati federasi di bidang pembuatan undang-undang.

  Pemerintah Federal pusat dan 16 negara bagian. Undang-Undang Dasar menjabarkan secara detil masalah besar yang termasuk dalam lingkup Pemerintah Federal dan yang berpindah ke negara bagian. Kehidupan publik di Jerman ini terutama didasarkan pada hukum pusat. Sesuai dengan prinsip warga anak perusahaan, di sisi lain, menangani hampir secara eksklusif dengan otoritas negara dan lokal yang bertindak atas nama negara-negara federal. Alasan untuk ini adalah tujuan dari Undang-Undang Dasar untuk menggabungkan keuntungan dari sebuah negara bersatu dengan orang-orang dari negara federal.

  Mahkamah Konstitusi Federal: Mahkamah Konstitusi Federal adalah lembaga karakteristik demokrasi pasca perang Jerman. Undang-Undang Dasar itu diberikan hak untuk mencabut undang-undang disahkan sebagai bagian dari proses demokrasi yang sah harus itu sampai pada kesimpulan bahwa undang-undang tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Mahkamah Konstitusi hanya bertindak dalam menanggapi petisi.

  Pada akhirnya setiap pengadilan Jerman wajib mengajukan permohonan penilaian sebenarnya dari dasar normatif ke Mahkamah Konstitusi harus itu mempertimbangkan hukum untuk menjadi un-konstitusional. Mahkamah Konstitusi Federal memegang monopoli atas interpretasi konstitusi berkaitan dengan semua yurisdiksi. Jerman dan Eropa: Mengingat standar yang tinggi berkaitan dengan negara konstitusional dan demokrasi sebagai akibat dari Undang-Undang Dasar, Mahkamah Konstitusi Federal juga pemain di arena politik Eropa. Pengadilan telah diilustrasikan pada beberapa kesempatan bahwa hukum Eropa harus memenuhi kriteria Undang-Undang Dasar jika Jerman politik adalah untuk melepaskan ke Uni Eropa hak menyusun hukum-hukumnya sendiri.

  RFJ adalah negara demokrasi yang berbentuk federasi dan terdiri dari 16 negara bagian (Lander). Masing-masing negara bagian mempunyai pemerintahan, undang-undang dan parlemen sendiri, namun kebijakan pemerintahan tsb maupun undang-undang yang dikeluarkannya tidak boleh menyimpang dari UU federal. Tanggung jawab utama Negara-negara bagian adalah dalam bidang kepolisian dan pendidikan serta pelaksanaan kebijakan-kebijakan federal. Sementara kebijakan- kebijakan luar negeri, pertahanan dan ekonomi merupakan tanggung jawab Pemerintah Federal.

  Negara dikepalai oleh seorang Presiden Federal (Bundespräsident) yang dipilih pada Konvensi Federal (Bundesversammlung). Presiden Federal dipilih untuk masa jabatan selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu masa jabatan berikutnya. Presiden Federal mewakili negara federal dalam hubungan internasional yang bersifat seremonial dan mengangkat serta menerima duta besar.

  Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Pemerintah Federal (Bundesregierung), yang terdiri atas Kanselir dan Menteri-menteri Federal. Kanselir dipilih dengan suara mayoritas oleh Parlemen Federal (Bundestag) atas usul Presiden Federal. Kanselir RFJ saat ini dilantik pada tanggal 22 November 2005.

  Kekuasaan legislatif dijalankan oleh Bundestag (Majelis Rendah) dan Bundesrat (Majelis Tinggi). Anggota-anggota Bundestag merupakan wakil-wakil Partai Politik dan dipilih secara langsung oleh rakyat melalui satu Pemilihan Umum yang berlangsung sekali dalam 4 (empat) tahun.

  Berdasarkan undang-undang, jumlah anggota Bundestag adalah 598 orang, di mana setengah diantaranya dipilih secara langsung, sedangkan setengahnya lagi ditentukan berdasarkan daftar yang ditetapkan Partai. Dalam prakteknya, jumlah anggota Parlemen dapat melebihi 598 orang karena adanya komplikasi dalam penetapan kursi. Saat ini, jumlah anggota Bundestag adalah 614 orang.

  Berdasarkan undang-undang, hanya Partai dengan dukungan setidaknya 5 % pemilih yang boleh memperoleh kursi di Bundestag. Dewasa ini terdapat 6 partai yang mempunyai wakil di Bundestag, yaitu:

  a. Christlich-Demokratische Union Deutschland (CDU)

  b. Sozialdemokratische Partei Deutschland (SPD)

  c. Christlich-Soziale Union (CSU)

  d. Freie Demokratische Partei (FDP)

  e. Die Grüne (Partai Hijau)

  f. Die Linkspartei (Partai Kiri) Sementara anggota-anggota Bundesrat adalah wakil-wakil negara bagian yang ditunjuk oleh pemerintah negara bagian. Tiap negara bagian mempunyai setidak-tidaknya 3 suara; Negara bagian yang berpenduduk lebih dari dua juta mempunyai 4 suara; negara bagian dengan lebih dari enam juta penduduk mempunyai 6 suara. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh satu Pengadilan Federal, yang terdiri dari 5 pengadilan yaitu: Pengadilan Umum, Pengadilan Buruh, Pengadilan Administrasi, Pengadilan Sosial dan Pengadilan Pajak. Di samping itu, terdapat Pengadilan Konstitusi Federal, yaitu Mahkamah Tertinggi yang juga sebuah Badan Konstitusional.

  Kemenangan Angela Merkel di Jerman Dalam Pemilu 2005

  Melalui tahapan yang panjang dan berliku, akhirnya calon dari kubu konservatif Angela Merkel (Uni Demokratik Kristen/Uni Sosial Kristen, CDU/CSU) terpilih menjadi Kanselir Jerman untuk 4 tahun kedepan. Terpilihnya Merkel terjadi saat-saat akhir ketika Partai Gerhard Schroeder, Partai Sosial-Demokrat (SPD) menyetujui terbentuknya koalisi besar (grand coalition), dengan kompensasi didalam kabinet, kubu Partai Sosial-Demokrat (SPD) mendapatkan jatah yang sama dengan kubu Merkel, meski kubu CDU/CSU memiliki kursi mayoritas di parlemen.

  Kubu CDU/CSU memiliki 226 kursi (35,2%), SPD 222 kursi (34,2%), Partai Liberal Demokrat (FDP) 61 kursi (9,8%), Partai Kiri 54 kursi (8,7%), dan Partai Hijau 51 kursi (8,1%). Sedangkan partai ekstrem kanan NPD/Republiken meraih 2,2 persen. Jumlah kursi di Bundestag (parlemen) kini 614 (setiap pemilu jumlahnya berubah antara 598-615 kursi).

  Hasil pemilu kali ini mengharuskan kedua pihak melakukan koalisi guna menguasai parlemen. Kubu Merkel pasti akan berkoalisi dengan Partai Demokrat (FPD) yang mendapat 61 kursi, sedangkan kubu Schroeder (untuk pertama kali) akan melakukan koalisi dengan Partai Kiri (PDS) yang mendapat 54 kursi dan

   partner FPD, yakni kubu Hijau yang mendapat 51 kursi.

  Koalisi seperti apa pun tidak membuat perubahan besar dalam komposisi parlemen. Tanggal 18 Oktober 2005, partai-partai berkoalisi dan duduk bersama di parlemen guna memilih Kanselir baru, yang akhirnya sepakat mengangkat Angela Merkel sebagai Kanselir perempuan pertama di Jerman..

  Namun tak urung, hasil pemilu kali ini memberi preseden buruk bagi kalangan investor dan masyarakat Eropa. Sektor ekonomi langsung bereaksi atas hasil pemilu kali ini. Nilai saham turun sampai 2 persen dan nilai tukar euro sempat 15 melemah dibanding dollar AS. Masyarakat Eropa pun bereaksi atas hasil pemilu kali Arnolt K. Pakpahan, Jerman Pasca Pemilu 2005, KOMPAS, 27 September 2005. ini. Deadlock seperti ini belum pernah terjadi. Komisi Eropa, melalui wakilnya Jose Manuel Barosso, mengatakan, Uni Eropa saat ini membutuhkan Jerman yang kuat dalam rangka melakukan pembenahan internal Uni Eropa.

  Tantangan Kanselir baru

  Angela Merkel yang telah terpilih sebagai Kanselir baru dihadapkan kepada banyaknya agenda yang harus diselesaikan. Untuk masalah dalam negeri, pekerjaan rumah pada era Schroeder adalah naiknya angka pengangguran hampir dua kali lipat dari sebelumnya empat juta tahun 1998 menjadi 9,57 juta di tahun 2005.

  Tidak hanya pengangguran, masalah penurunan gross national product (GNP) juga menjadi catatan buruknya pemerintahan Schroeder, dari 26.570 dollar AS di tahun 1998 menjadi 25.270 dollar AS pada 2005. Hal ini menjadi catatan bagi Angela Merkel. Kekuatan ekonomi Jerman amat dibutuhkan guna menopang kinerja Uni Eropa dalam rangka memunculkan Uni Eropa yang kuat dalam sistem internasional.

  Dalam bidang politik, tantangan Kanselir Jerman juga berat. Dengan kemungkinan muncul koalisi besar, akan terjadi benturan orientasi politik yang besar. Kubu PDS atau Partai Kiri sejak jauh hari mengusung misi menghentikan neoliberalisme. Inilah yang ditakutkan banyak kalangan akan merusak perkembangan demokrasi di Jerman. Maka, ide menjalin koalisi besar ditakutkan akan menciptakan ketidakstabilan pemerintahan Jerman.

  Untuk kebijakan luar negeri, Jerman juga amat dibutuhkan guna memperkuat tiga kekuatan besar Eropa—Jerman, Perancis dan Inggris—guna menjaga keutuhan Eropa. Jerman juga dibutuhkan untuk menjaga wilayah Eropa Tengah dan Timur dari pengaruh Rusia.

  Dalam kampanyenya, Merkel akan terus mengkritik cara Vladimir Putin menjalankan pemerintahan otoriter dan berjanji menyebarkan ide-ide kebebasan pada negara-negara bekas komunis. Hal lain yang harus diperhatikan kanselir baru adalah bagaimana bersikap terhadap keinginan masuknya Turki sebagai anggota Uni Eropa. Begitu besar tantangan Kanselir Jerman kali ini. Berbagai masalah domestik dan posisi Jerman sebagai salah satu motor integrasi Eropa membuat banyak pihak menaruh perhatian atas hasil pemilu Jerman. Semoga kanselir yang baru mampu menjawab aneka tantangan itu.

  CDU memiliki sikap bahwa UE belum siap menerima Turki karena blok tersebut sudah terlalu besar. Besarnya populasi Turki, itu yang menjadi masalah, oleh karena itu, CDU menawarkan kemitraan politik bagi Turki tanpa harus menjadi anggota UE. Sebaliknya, kubu SPD berpegang pada sikapnya bahwa keanggotaan Turki harus diperjuangkan. Hal ini akan menjadi permasalahan yang alot dalam cabinet Merkel.

  Dalam koalisi tersebut, Partai Sosial Demokrat (SPD) memperoleh delapan jabatan di cabinet, yaitu Menteri Luar Negeri, Keuangan, Perburuhan, Kehakiman, Lingkungan, Bantuan dan Koperasi serta Menteri Kesehatan dan Transportasi. Sedangkan CDU/CSU akan memperoleh dua kursi kekanseliran, yaitu Merkel sebagai Kanselir dan Menteri Negara (Minister of state at chancellery), serta enam jabatan menteri, yaitu Ekonomi, Dalam Negeri, Pertahanan, Pertanian, Pendidikan dan Keluarga. (KOMPAS, 11 Oktober 2005).

  Kubu Angela Merkel sejak awal pemilu merasa optimistis akan memenangkan pemilu, sebab sebagian besar jajak pendapat yang dilakukan di Jerman senantiasa perolehan suara CDU/CSU mengungguli perolehan suara partai SPD. Hal ini menambah keyakinan Merkel untuk menjadi Kanselir Wanita pertama dalam sejarah Jerman.

  Namun tipisnya kemenangan kubu pendukung Merkel mengejutkan banyak kalangan karena selama dua pekan terakhir berbagai jajak pendapat menunjukkan keunggulan 5-7 persen atas SPD. Bahkan dua pekan sebelum pemilu, kubu Merkel sempat unggul sampai dua digit. Namun, tindakan blunder tentang rencana CDU/CSU menerapkan pajak 25 persen untuk semua golongan tanpa kecuali, diduga sangat berpengaruh terhadap sekitar 20 persen undecidedvoters. (pemilih yang masih ragu dan tidak bersikap sebelum pencoblosan).

  Para pemilih merasa kebijakan ekonomi kubu konservatif terlihat agresif untuk memotong subsidi di bidang kesejahteraan rakyat, termasuk penghilangan subsidi bagi pengangguran dan peningkatan pajak bagi kalangan pekerja.

  Kebuntuan politik yang sempat terjadi pasca pemilu 2005 sempat menggoyahkan posisi Merkel. Kegagalan Merkel untuk mendapatkan sebuah mayoritas yang dalam pemilu yang sebelumnya diperkirakan akan dia menangi dengan pasti, membuat Merkel rentan serangan dari partainya sendiri.

  Namun semua itu telah berlalu dan kemenangan Merkel paling tidak akan mewarnai pola kebijakan Jerman kearah yang lebih konservatif. Dalam hubungan luar negeri, Jerman dibawah kendali Merkel akan lebih aktif dalam fora internasional, terutama dalam forum PBB yang sedang melakukan reformasi berkaitan dengan keinginan Jerman untuk menjadi anggota Tetap DK-PBB. Kubu konservatif tidak terlalu akomodatif dengan kepentingan AS beda dengan kubu Gerhard Schroeder, Partai Sosial-Demokrat (SPD) yang memiliki garis moderat dan akomodatif dengan kepentingan AS.

  Jerman juga dihadapkan pada kenyataan global bahwa masyarakat dunia mengingankan Jerman untuk membangun kekuatannya sehingga mampu menyaingi kebesaran AS yang kerap terlalu dominan dalam aktivitas internasional. Harapan ini dapat terwujud apabila Jerman (bersama Perancis) mampu menselaraskan dengan rejim ekonomi dunia, dimana UE dengan inti kekuatan Perancis dan Jerman mampu menyaingi kekuatan ekonomi Amerika Utara (AS dan Canada) untuk menjadi 3 (tiga) pilar kekuatan ekonomi dunia bersama dengan Asia Timur (Jepang, Korea, China).

  Kebesaran masa lalu Jerman adalah modalitas untuk membangun kekuatannya. Dan hal ini yang dijadikan salah satu alasan keinginan Jerman untuk masuk menjadi anggota Tetap DK-PBB dalam reformasi PBB yang tengah berlangsung.

  Dalam konteks regional, Jerman dibawah kendali Merkel akan menjadi penghambat masuknya Turki kedalam Uni Eropa. Hal ini dikarenakan sikap kubu Merkel yang memandang bahwa besarnya penduduk Turki akan menambah beban Uni Eropa, sehingga Turki tak usah jadi anggota UE cukup sebagai mitra saja, meskipun sikap ini bisa saja ditentang oleh anggota kabinet lain yang berasal dari kubu SPD yang lebih akomodatif dengan keinginan Turki untuk menjadi anggota UE. Apalagi ada keinginan dari AS bahwa pada tahun 2005-2006, Turki sudah manjadi bagian UE.

  Didalam negeri sendiri, Jerman akan lebih konsentrasi untuk menumbuhkan semangat menjaga keaslian Jerman. Kubu konservatif akan senantiasa berupaya menanamkan jiwa nasionalismenya kepada masyarakatnya, dalam upaya membangun kekuatan nasionalnya. Dalam pidato kemenangannya, Merkel menegaskan bahwa pemerintah akan melanjutkan upaya reformasi untuk membangkitkan perekonomian Jerman.

  Pemilu 2009

  Partai-partai besar, yakni CDU (Partainya Angela Merkel) kehilangan sekitar 1,5% suara dan SPD (partainya Steinmeier) kehilangan sekitar 11,5% suara. Bagi SPD, hasil ini, merupakan hasil terburuknya sejak PD II. Jumlah pemilih pun dikatakan persentasinya terendah, hanya sekitar 71%. Tampak di Jerman pun banyak yang mulai apatis terhadap Pemilu, mungkin karena kecewa dengan partai- partai yang lupa janjinya saat berkuasa. Sebaliknya, partai-partai kecil pun seperti FDP, Die Grünen dan die Linke mulai bangkit. Bahkan untuk FDP, pemilu kemarin memberikan hasil terbaik sepanjang sejarah mereka. Dengan hasil FDP yang sangat baik, mereka bisa berkoalisi dengan CDU menjadi partai yang memerintah Jerman untuk 4 tahun kedepan. Posisi Kanselir tetap ditempati Angela Merkel, dan Guido Westerwelle (ketua FDP) pun akan menempati posisi Menlu (sesuai kebiasaan, posisi Menlu dianggap posisi terpenting setelah Kanselir).

  Kenapa koalisi hitam (CDU)-Kuning (FDP) ini bisa menang dan SPD bisa kalah telak? Banyak sebabnya, mulai dari SPDnya yang morat-marit terkena skandal, sampai program politik mereka yang kurang "menjilat" dan terlalu realistis. SPD hancur, karena baru-baru ini menteri kesehatan asal partai mereka terbongkar kelakuannya yang membawa mobil dinas untuk liburan di Spanyol. Walaupun di Spanyol si mentri wanita ini sempat mengunjungi walikota setempat, kunjungan itu tidak dianggap perlu dan berlebihan jika harus membawa si S-Class hingga ke Spanyol. Tidak hanya itu, ada petinggi SPD lainnya yang tersangkut kasus pornografi anak, yang bersangkutan mengatakan, ratusan file/ mungkin film porno anak di bawah umur itu dikumpulkannya dalam rangka studi untuk memerangi pornografi anak.

  Merkel pun kembali berkuasa, disamping karena dukungan FDP, karena kepandaiannya meraih popularitas di dalam dan luar negeri. Meskipun partainya konservatif, dia bertindak seperti seakan-akan dia berasal dari SPD yang sosial- demokrat, terlihat dari cara dia menangani kasus Opel yang merupakan anak perusahaan General Motors yang bangkrut. Singkatnya: Negara harus campur tangan untuk kepentingan para pekerja Opel.

  Di sektor pajak pun, CDU dan FDP menjanjikan penurunan pajak untuk dapat menggairahkan kembali perekonomian Jerman, sedangkan partai lainnya tidak berani berjanji muluk. Para ekonom pun tidak melihat jalan keluar dengan menurunkan pajak.

  Beli Suara

  Di Jerman seperti juga di Indonesia, dilarang membeli suara, walaupun pada praktiknya beda. Di sebuah siaran televisi, ada lembaga yang meneliti, seberapa rentan sih keputusan seseorang bisa dipengaruhi uang. Jadi mereka mengadakan pemilu beberapa hari sebelum pemilu sesungguhnya diselenggarakan. Mereka memperkenalkan diri pada awalnya kepada orang-orang yang lewat di dekat stand, bahwa yang mereka adakan resmi dan untuk mempermudah mereka yang tidak punya waktu di hari Minggu kemarin. Test pun dilakukan ada yang dengan kamera tersembunyi, dan ada yang terang-terangan menunjukkan kamera.

  Mereka pun menawarkan sejumlah uang, supaya si pemilih mau mengubah pendirian mereka, yang tadinya milh CDU disuruh ke partai lawan, misalnya SPD. Memang banyak yang menolak pada awalnya, tetapi begitu uang yang ditawarkan menyentuh 50 Euro, lebih dari 50% pemilih bersedia menjual suara mereka. Bahkan pemilih partai minoritas yang ekstrem seperti NPD (neonazi) ataupun DKP (komunis) pun rela melepas suaranya dan memberikannya ke partai lawan.

  Kanselir Jerman Angela Merkel memenangi pemilu yang digelar di Jerman, tanggal 27 September 2009. Dengan demikian Merkel akan kembali memimpin Jerman untuk periode 4 tahun mendatang (2010-2014) dan berpatner dengan Partai Free Democrats (FDP). Selama 4 tahun terakhir, tokoh konservatif itu menjalin 'koalisi besar' yang janggal dengan rival utamanya, partai kiri-tengah Social Demokrats (SPD). Dengan hasil pemilu ini, maka Merkel bisa membebaskan diri dari koalisi tersebut dan membangun koalisi kanan-tengah.

  Menurut Merkel, koalisi semacam inilah yang dibutuhkan untuk memulihkan ekonomi Eropa. Pemerintahan ke depan menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Di antaranya, Merkel harus mengontrol kenaikan defisit anggaran, meningkatnya pengangguran, dan mengatasi krisis kredit.

  Dengan FDP, Merkel diharapkan mengkaji kembali peran negara dalam ekonomi. Sebelum Merkel, FDP terakhir kali berkuasa antara tahun 1982 hingga 1998 saat Helmut Kohl menjabat sebagai Kanselir. Partai ini sekarang harus mengatasi perbedaan pandangan tentang besaran dan waktu pemotongan pajak yang terjadi dalam perundingan koalisi.

  Berdasarkan penghitungan televisi ARD dan ZDF, barisan konservatif yang mendukung Merkel, termasuk Christian Democratic Union (CDU) dan Bavarian Christian Social Union (CSU), memperoleh suara 33,6 persen. Angka ini turun dari perolehan di Pemilu 2005 yang mencapai 35,2 persen.

  Sedangkan SPD yang hanya memperoleh 23,1 persen akan bergabung dengan partai Lingkungan dan Kiri untuk menjadi oposisi. Rival Merkel dari SPD, Frank-Walter Steinmeier yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di bawah Merkel, mengaku ini merupakan 'kekalahan pahit.'

  Catatan Akhir

  Kemenangan kelompok konservatif sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya, karena masyarakat Eropa sudah mulai timbul keberanian untuk tidak lagi dikendalikan oleh AS, namun mereka berharap mereka bisa menentukan kecenderungannya sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Integrasi kawasan melalui Uni Eropa dan saat ini berhasil menjadikan Uni Eropa menjadi salah satu dari tiga pilar ekonomi dunia (NAFTA=Amerika Utara, APEC =Asia Pasifik dan Uni Eropa), dirasakan merupakan modalitas untuk berkompetisi di ranah politik.

  Namun tantangan Uni Eropa untuk mewujudkan diri menjadi sebuah kawasan yang memiliki integritas yang lebih tinggi akan mengalami tantangan, terutama karena kanselir baru Jerman akan menolak masuknya Turki kedalam Uni Eropa dan adanya permusuhan yang belum tuntas antara Polandia dengan Jerman. Apabila masalah-masalah yang bisa menjadi pengganjal tersebut tidak mampu diselesaikan, maka Uni Eropa akan tetap gejed dalam melangkah, apalagi sudah mulai banyak negara-negara anggota Uni Eropa yang menolak Konstitusi Uni Eropa, sebagai salah satu bentuk “kekhawatiran” masyarakat Eropa terhadap masa depan UE.

  Daftar Bacaan:

  http://id.prmob.net/jerman/republik-weimar/perang-dunia-ii-2714089.html carapedia.com › Hukum & Politik ‎ www.tatsachen-ueber-deutschland.de/.../sistem.../partai...

  ‎