PERCOBAAN V,titrasi argentometri

  

PERCOBAAN V

Judul : TITRASI ARGENTOMETRI

  • Tujuan : 1. Menentukan kadar Cl dalam air laut.
  • 2. Penentuan kadar Cl dalam air kran.

  3. Menentukan kadar NaCl dalam garam meja.

  Hari/ Tanggal : Senin / 1 Desember 2008 Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI

  Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan berkesudahan, jika kelarutan endapannya cukup kecil. Di dekat titik ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.

  Ada beberapa cara untuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi pengendapan:

  1. Dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr)

  2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard)

  3. Dengan indikator adsorbs (cara Fajans) Pada proses disinfeksi air, sering digunakan klor, karena harganya murah dan mempunyai daya disinfeksikan sampai beberapa jam setelah pembubuhan

  (residu klor). Selama proses tersebut klor direduksi hingga menjadi klorida (Cl )

  • yang tidak mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam
  • keadaan bebas (Cl , OCl , HOCl) dan keadaan terikat (NH Cl, NHCl , NCl ). Klor

  2

  4

  2

  3 terikat mempunyai daya disinfektan yang tidak seefisian klor bebas.

  Pada titrasi dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr) akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO dan penambahan K CHO sebagai indikator. Pada titrasi ion Ag

  3

  2

  4 yang berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata. Larutan bersifat nitrat atau sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa. Pada kondisi yang cocok, metode Mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding endapan warna yang terbentuk selama titrasi. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.

  Reaksi yang terjadi adalah :

  2- 2-

  • 4

  Asam : 2CrO + 2H ↔ CrO + H O

  7

  2 Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH + 2AgOH ↔ Ag O + H O

  2

  2 Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium

  karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.

  Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K CrO 0,003M atau 0,005M yang dengan ion

  2

  4

  perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

  Pada titrasi dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard) kesalahan pada titik akhir sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok dengan kuat pada titik akhir, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat

  • +

diadsorpsi. Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan kation yang lazim mengganggu dalam metode Volhard.

  Pada titrasi dengan indikator adsorpsi (cara Fajans) diketahui jika AgNO

  3

  ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya muatan ion yang besar.

II. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan :

  1. Piknometer : 1 buah

  2. Neraca analitik : 1 buah

  3. Labu ukur : 1 buah

  4. Pipet tetes : 1 buah

  5. Erlenmeyer : 2 buah

  6. Gelas ukur 50 mL : 1 buah

  7. Buret 50 mL + statif : 1 buah

  Bahan yang digunakan : 1. Cuplikan air laut, air PDAM, dan garam dapur.

  2. K CrO 5%

  2

  4

  3. AgNO 0,1 M

  3 III. PROSEDUR KERJA

  1. Penentuan kadar Cl dalam air laut

  • - Mengukur berat jenis air laut dengan piknometer dan mencatat tempat pengambilan sampel. Mengencerkan 25 mL air laut dalam labu ukur 250 mL. Mengambil 25 mL larutan yang sudah diencerkan, menambah dengan 5 tetes indikator K

  2 CrO 4 5%. Menitrasi dengan AgNO 3 sampai terjadi

  endapan merah bata. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali. Menghitung

  • -

  2. Penentuan kadar Cl dalam air PDAM.

  • Prosedur sama dengan penentuan kadar Cl dalam air laut.

  3. Penentuan kadar NaCl dalam garam meja.

  Menimbang 1,45 g garam meja (mencatat merknya). Melarutkan dalam labu ukur 250 mL. Mengambil 25 mLlarutan tersebut. Memasukkan dalam Erlenmeyer, menambah 5 tetes indikator K

  2 CrO 4 5%. Menitrasi

  dengan AgNO sampai terjadi endapan merah bata. Melakukan percobaan

  3

  2 kali, menghitung kandungan NaCl dalam sampel, mencocokkan dengan kadar yang tertera pada bungkusnya. Menghitung kesalahannya.

IV. DATA PENGAMATAN

  N Perlakuan Hasil Pengamatan

  O

  A Penentuan kadar Cl- dalam air laut

  1 25 mL larutan air laut yang telah Larutan bening diencerkan Larutan + 5 tetes K

  2 CrO 4 5%

   Larutan kuning  Larutan + 1 mL AgNO

   3  Larutan kuning keruh

  Larutan + 2 mL AgNO

  3

   Larutan kuning keruh lebih  muda

  Larutan + 6 mL AgNO

   3  Larutan berendapan kuning

  jingga Larutan + 6,7 mL AgNO  Larutan coklat agak bening,

  3 

  endapan merah bata Larutan + 7 mL AgNO  Larutan merah hati

  3 

  Larutan + 25 mL AgNO  Larutan merah bening dan

  3 

  endapan merah bata 2 25 mL air laut yang telah diencerkan  Larutan bening Larutan + 5 tetes K CrO 5%

  2

  4 Larutan kuning 

  Larutan + 1 mL AgNO

  3 Larutan kuning keruh 

  Larutan + 2 mL AgNO

  3 Larutan tambah keruh, 

  larutan kuning memudar Larutan + 4 mL AgNO

  3 Larutan tetap 

  Larutan + 6 mL AgNO

  3 Larutan kuning, endapan 

  putih Larutan + 7 mL AgNO

  3 Larutan merah, endapan

  putih Larutan + 8 mL AgNO

  3 Larutan merah bata,  

  endapan merah bening Larutan tetap

  Larutan + 9 mL AgNO 3  Larutan merah bening,

  Larutan + 11 mL AgNO

  3   endapan makin banyak Larutan + 13 mL AgNO Larutan merah terang,

  3  

  endapan merah bata dan semakin banyak Larutan makin merah  

  Larutan + 15 mL AgNO

  3

  bening, endapan merah bata dan masih ada yang mengapung Larutan makin bening,

  Larutan + 17 mL AgNO 3 endapan makin merah Larutan makin bening,

  Larutan + 19 mL AgNO 

  3 

  endapan mengapung makin sedikit Larutan bening, endapan

  Larutan + 21 mL AgNO

  3

  merah bata makin banyak, endapan terapun makin sedikit

  B Penentuan kadar Cl- dalam air

  1 PDAM 25 mL air PDAM yang telah  Larutan bening diencerkan  Larutan kuning

  2 CrO 4 5%

   Larutan + 5 tetes K  Larutan merah bata tanpa  Menitrasi dengan AgNO

  3

  endapan pada penambahan 0,5 mL AgNO

  3

  2 25 mL air PDAM yang telah  Larutan bening diencerkan

  2 CrO 4 5%

   Larutan + 5 tetes K  Larutan kuning  Menitrasi dengan AgNO

  3

   Larutan merah bata tanpa endapan pada penambahan 0,3 mL AgNO

  3 C Penentuan kadar Cl- dalam garam

  meja

  25 mL larutan garam meja + 5 tetes K

  2 CrO 4 5%

  Menitrasi dengan AgNO

  3   Penambahan 1 mL Larutan kuning keruh (+)  

  Penambahan 2 mL Larutan kuning pudar, keruh (++)

  Penambahan 4 mL Larutan keruh (+++), kuning pudar, sedikit berendapan Larutan keruh (++++),

  Penambahan 6 mL kuning pudar, endapan putih terlihat Larutan keruh (+++++), Penambahan 8 mL  kuning pudar, endapan putih bertambah Larutan keruh (++++++),

  Penambahan 11 mL  kuning pucat, endapan putih bertambah banyak Larutan keruh (++++++++),

  Penambahan 17 mL kuning pucat, endapan putih bertambah banyak Larutan makin keruh, kuning

  Penambahan 21 mL makin pucat, endapan putih bertambah banyak dan terapung Larutan kuning kemerahan,

  Penambahan 25 mL endapan bertambah Larutan merah bata, endapan

  Penambahan 27 mL bertambah Larutan merah bata makin

  Penambahan 29 mL bening, endapan bertambah Penambahan 31 mL Larutan bening, endapan   putih semakin banyak 2 25 mL larutan garam meja + 5 tetes Larutan kuning  

  K

  2 CrO 4 5%

  Menitrasi dengan AgNO

  3 Larutan kuning keruh  

  Penambahan 1 mL Larutan lebih keruh Penambahan 9 mL Mulai ada percikan merah bata tapi tidak permanen   Penambahan 13 mL Larutan semakin keruh terdapat endapan berwarna putih Penambahan 25 mL Laarutan merah kecoklatan, banyak endapan putih

  Larutan berendapan putih Penambahan 28 mL yang lebih banyak

  Catatan:

  1 Merk garam meja Bintang 9  

  2 Massa piknometer 15,3584 g  

  3 Massa piknometer + massa air laut 25,2725 g  

  4 Massa piknometer + air PDAM 25,2947 g  

  5 Massa jenis air laut 0,99141 g/ mL  

  6 Massa jenis air PDAM 0,99363 g/ mL  

V. ANALISIS DATA

  Dalam titrasi pengendapan (argentometri) didasarkan pada penggunaan larutan baku yaitu perak nitrat (AgNO

  3 ). Zat yang ditentukan bereaksi dengan zat peniter akan membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Sehingga, kesepakatan zat yang ditentukan berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan itu diamati dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator atau peralatan yang sesuai. Cara seperti ini mempunyai persyaratan yang ketat, misalnya terjadi keseimbangan yang serba berlangsung cukup cepat. Oleh karena itu reaksi-reaksi pengendapan yang lazim dipakai dalam gravimetri tidak dapat dipakai seluruhnya dalam titrasi pengendapan. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K

  2 CrO 4 yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat

  merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

  Pada percobaan yang telah dilakukan, digunakan cara Mohr dalam

  membentuk AgCl ( terbentuk endapan merah) dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

    • Ag + Cl AgCl
    • 3

  Penambahan AgNO secara terus menerus akan membuat ion Cl habis

  • diikat oleh ion Ag dari AgNO

  3. Apabila Cl- sudah habis bereaksi maka kelebihan 2- +

  Ag selanjutnya bereaksi dengan CrO yang berasal dari indikator K CrO yang

  4

  2

  4

  ditambahkan dan membentuk endapan Ag CrO yang berwarna merah bata,

  2

  4

  • berarti titik akhir titrasi sudah tercapai sehingga selanjutnya Ag akan berikatan
  • 2 dengan CrO dari K CrO membentuk Ag CrO . Persamaan reaksinya adalah 4

      2

      4 2

      2

      4 2Ag+ (aq) + CrO (aq) Ag CrO (s) 4

      2

      4 Dari percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa air dari garam laut dan garam

    • meja mengandung Cl

      . Hal ini terlihat dari terbentuknya endapan baru yang berwarna yang menunjukkan jika ion Ag telah bereaksi terlebih dahulu dengan

    • Cl membentuk AgCl, sampai jenuh dan terbentuk endapan tersebut. Sedangkan
      • pada PDAM tidak terbentuk endapan baru yang berwarna sehingga bisa ditarik

      yang berikatan dengan Ag

    • kesimpulan bahwa tidak ada ion Cl dari AgNO .

      3

      Kadar Cl yang ada pada garam dapur lebih banyak dari kadar Cl dalam

    • air laut. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan kadar Cl yang ada pada garam dapur adalah 8,893 % sedangkan kadar Cl
    • yang ada pada
    • garam meja adalah sebanyak 11,907 %. Sedangkan kadar Cl pada garam dapur antara hasil perhitungan dengan pernyataan kadar dari bungkus garam tersebut
    • terdapat perbedaan. Jika dari hasil perhitungan diketahui kadar Cl

      dari garam dapur adalah sebanyak 11,907 % sedangkan pada bungkus tertera angka 98,1 % artinya terdapat perbedaan kadar sebanyak 86,2%.

      VI. KESIMPULAN

    • 1. Kadar Cl dalam air laut yang sampelnya diambil dari pantai Batakan sebanyak 0,32943%.
    • 3. Kadar NaCl dalam garam meja dengan merk bintang 9 adalah sebesar 11,9%.

      VII. DAFTAR PUSTAKA Day R.A, Jr dan A. L Underwood, Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.

      Edisi Keenam. Penerjemah Iis Sopyan, Jakarta: Erlangga. Rivai, Harizul.1995. Asas Pemeriksaan kimia. Jakarta : UI-Press Sholahuddin, Arif, Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan

    Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin: FKIP UNLAM.

      

    LAMPIRAN

    Perhitungan :

    1. Kadar Cl- dalam air laut

    • (aq) + AgNO
    • (aq)
      • (aq) + Cl

    • (aq) AgCl (s)
    • . V air laut = M AgNO

    • =
    • 3
    • >= 0,092 M. 2
    • dalam air laut =
    • nya.

      3. Kadar NaCl dalam garam meja

      Karena tidak terdapat endapan merah bata maka tidak dapat dihitung kadar Cl

      2. Kadar Cl - dalam air PDAM

      = 0, 32943 %

      x 100%

      24 08165 ,

      7825 ,

      Massa laut air Cl Massa x 100%

    =

    g g

      Kadar Cl

      Massa air laut = ρ x v = 0, 99141 g/mL x 25 mL = 24, 78525 g

      1 , = 0, 99141 g/ mL

      M mL 23 .

      Massa piknometer = 15,3584 g Massa piknometer + air laut = 25,2725 g Volume piknometer = 10 ml Massa air laut = 25,2725 g – 15,3584 g

      = 9,9141 g ρ air laut =

      L. 35,5 g/mol = 0,08165 g

      = 0,092 M Massa Cl

      mL M mL 25 23 . 1 ,

      3 M Cl

      . V AgNO

      3

      M Cl

      Ag

      3

      (aq) AgCl (s) + NO

      3

      Cl

       Menentukan konsentrasi NaCl

      V NaCl . M NaCl = V AgNO . M AgNO

      3

      3

      25 mL . M NaCl = 29,5 mL . 0, 1 M

      ,

    1 M .

    29 , 5 mL

      M NaCl = = 0,118 M

      25 mL

       Mol NaCl Mol NaCl = V NaCl . M NaCl

      = 25mL . 0, 118 M = 2, 95 mmol

    • 3

      = 2, 95 x 10 mol  Massa NaCl

      Massa NaCl = mol NaCl . Mr NaCl

    • 3

      = (2, 95 x 10 ) mol . (23 + 35,5) g/mol

    • 3

      = (2, 95 x 10 ) . 58, 5 g = 0, 17257 g

       Massa NaCl dalam sampel

      

    Massa teoritis

      Kadar NaCl = x 100%

      

    Massa nyata

    , 17257 g

      = x 100 %

      1 ,

    45 g

      = 11, 9 % Selisih = 98,1% - 11, 9%

      = 86, 2%

      Pertanyaan:

      1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?

      2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja?

      Jawaban Pertanyaan

      1. Cara memilih indikator pada titrasi argentometri adalah dengan memperhatikan sejumlah faktor untuk indikator yang cocok. Factor-faktor tersebut adalah :

      a. AgCl seharusnya diperkenankan untuk mengental menjadi partikel- partikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan secara drastic permukaan yang tersedia.

      b. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen.

      c. pH dan media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah cukup.

      d. Sangat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan sebagai titran.

      Bila perak nitrat ditambahkan ke dalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus itu cenderung memegangi pada permukaannya (mengadsorpsi sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan itu). Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloid perak klorida itu bermuatan negatif, yang cenderung terikat lebih longgar.

      Jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion inilah menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif dan anion dalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan sekunder.

    • (AgCl).Cl | M Lapisan primer | lapisan klorida

      | sekunder berlebih (AgCl) | Ag x

    • +

      

    FLOWCHART

      Lapisan primer | lapisan perak | sekunder berlebih

    • dalam air laut

      1. Penentuan kadar Cl

      Air laut Mengukur berat jenis air laut dengan piknometer Air laut Memipet 25 mL Mengencerkan dalam labu ukur 250 mL

      Larutan air laut encer Mengambil 25 mL larutan yang telah diencerkan

      25 mL larutan encer Menambahkan dengan 5 tetes indikator K CrO 5%

      2

      4 Menitrasi dengan AgNO sampai terjadi endapan

      3

      merah bata Larutan + endapan merah bata*

      NB: - Melakukan percobaan sebanyak tiga kali

    • Menghitung kadar Cl dalam air laut tersebut
    • Reaksi:
      • 4 (aq) Ag

      2-

      2Ag (aq) + CrO

      2 CrO 4 (s)

    • 2. Penentuan kadar Cl dalam air PDAM

      Menimbang dan mencatat merknya Melarutkan dalam labu ukur 250 mL

      25 mL larutan encer Menambahkan dengna 5 tetes indikator K

      5% 1,45 gram garam meja

      4

      2 CrO

      Memasukkan dalam erlenmeyer Menambahkan dengan 5 tetes indikator K

      Larutan garam Memipet 25 mL larutan tersebut 25 mL larutan encer

      sampai terjadi endapan merah bata Larutan + endapan merah bata*

      3

      5% Menitrasi dengan AgNO

      4

      2 CrO

      Larutan air PDAM encer Mengambil 25 mL larutan yang telah diencerkan

      Memipet lebih dari 25 mL Mengencerkan dalam labu ukur 250 mL

      Air PDAM Air PDAM

      Mengukur berat jenis air laut dengan piknometer Mencatat tempat pengambilan sampel

    • (aq) + CrO
    NB: - Melakukan percobaan sebanyak lima kali Menghitung kandungan NaCl dalam sampel - Mencocokkan dengan kadar yang tertera pada bungkusnya - Menghitung kesalahannya - Reaksi: -

      3. Penentuan kadar NaCl dalam garam meja Air PDAM

      (s)

      4

      2 CrO

      (aq) Ag

      4 2-

      2Ag

      NB: - Melakukan percobaan sebanyak tiga kali

    • Menghitung kadar Cl
    • dalam air PDAM tersebut
    • Reaksi:

    • 2-

      2Ag (aq) + CrO (aq) Ag CrO (s)

      4

      2

      4 Saran-Saran dari Asisten:

      1. Sampel bisa digunakan aqua refill

    • 2. Pada air PDAM, digunakan AgNO 0,1 M tidak terdeteksi adanya Cl , coba

      3

      gunakan AgNO

      3 dengan konsentrasi yang lebih tinggi , apakah masih tidak

      terdeteksi??

      

    Pertanyaan dan Jawaban Dalam Presentasi Final Praktikum

      1. Penanya : Halimah (Kelompok 5)

      Pertanyaan :

      1) Kenapa yang digunakan indikator K CrO ?

      2

      4

      2) Kenapa kadar NaCl dalam garam dapur pada percobaan berbeda dengan yang tertera pada bungkus?

      Jawaban :

      1) Karena indikator tersebut memberikan warana merah bata yang dapat menunjukkna telah tercapainya titik titrasi yang ditandai dengan terbentuknya Ag CrO

      2

      4

      2) Karena pada percobaan yang dilakukan pengenceran dengan air yang akan mempengaruhi konsentrasi Cl

    • sehingga kadarnya lebih kecil.

      2. Penanya : Neno Supriadi (Kelompok 5)

      Pertanyaan :

      Bagaimana kita tahu bahwa titik akhir titrasi telah tercapai dan apa pengaruh konsentrasi terhadap titik akhir titrasi?

      Jawaban :

      Dengan terjadinya perubahan warna merah bata, disini konsentrasi akan

      menyebabkan Ksp Ag lebih besar dari Ksp Cl sehingga Ag

    • akan mengikat
    • 4
      • CrO karena Cl telah habis diikat oleh Ag , AgCrO

      inilah yang akan

      4 membentuk endapan merah bata.