333233245 Makalah Budaya Perusahaan Dan Kepemimpinan

MANAJEMEN STRATEGI
“BUDAYA PERUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN: KUNCI
PELAKSANAAN STRATEGI”
MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Strategi

OLEH:
Dwiki Wicaksono
Marselina Welerubun

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A. Pendahuluan
Budaya merupakan sesuatu yang pasti ada dalam suatu kelompok

manusia


atau organisasi. Kita pun hidup dalam suatu masyarakat yang memiliki budaya yang
berbeda dengan budaya masyarakat yang lain. Misalnya saja kebudayaan umum orang
Indonesia adalah ramah tamah dan suka berbasa-basi, serta menjujung tinggi nilai
kebersamaan atau kelompok, lain halnya dengan orang barat yang tanpa basa-basi dan
bersifat individualis. Kebudayaan yang kita miliki secara sadar atau tidak akan
mempengaruhi sikap dan perilaku kita dalam berbagai aspek kehidupan.
Budaya perusahaan atau budaya organisasi, berakar dari kata budaya yang berarti
hasil interaksi antara akal budi manusia sebagai makhluk sosial dengan alam
sekelilingnya, dalam upaya mencapai kesejahteraannya. Interaksi manusia di dalam
organisasi akan membentuk Budaya Organisasi,yang akan mencerminkan tingkah laku
dan tindakan organisasi dalam menghadapi persoalan baik internal maupun ekternal
organisasi.
Tidak berbeda dengan budaya yang mempengaruhi masyarakatnya, maka budaya
organisasi juga akan mempengaruhi sikap dan perilaku semua anggota organisasi
tersebut. Budaya yang kuat dalam organisasi dapat memberikan paksaan atau dorongan
kepada para anggotanya untuk bertindak atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
oleh organisasi. Budaya organisasi ini perlu untuk diketahui oleh pemimpin atau
manager untuk memudahkan mereka dalam menentukan sikap, bagaimana mereka harus
bertindak agar para anggotanya bisa diarahkan menuju suatu sikap dan perilaku yang

akan berguna untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat vital di dalam sebuah organisasi
maupun perusahaan. Seorang pemimpin terkecil pun sangat besar peranannya bagi
bawahannya dan yang bersangkutan kepadanya. Budaya adalah seluruh cara hidup dari
sebuah masyarakat: nilai, praktik hidup, simbol, lembaga,

dan hubungan antar manusia.

Sebagai cara hidup, budaya merupakan

salah satu konstributor, dipahami

sebagai

jawaban terhadap aneka pertanyaan

tentang mengapa terjadi perbedaan tingkat

keterampilan, kemakmuran, kecakapan, dan upah di antara berbagai bangsa.
Uraian di atas berisi bahwa seorang pemimpin harus mampu untuk beradaptasi

dengan lingkungan sekitar dimanapun mereka berada. Peran budayalah yang
mempengaruhi tingkah laku mereka sehingga apa yang dilakukan mereka haruslah sesuai

dengan budaya di mana tempat mereka memijakkan kaki. Dan budaya membuat seorang
pemimpin menjadi wajib untuk menyesuaikan diri sesuai dengan peraturan yang berlaku
karena masyarakat adalah penilainya dan yang akan merasakan hasil dari kepemimpinan
itu.
Budaya di sini lebih khususnya pada adaptif istiadat dan norma agama yang
berlaku di Negara kita.

Bangsa kita masyarakat Indonesia mengharapkan dan

menginginkan seorang pemimpin yang tidah hanya bisa beradaptasi namun juga harus
bisa memberikan contoh pada masyarakatnya dalam beragama. Budaya memang
memberikan corak yang berbeda-beda pada setiap individu. Jika masyarakat
menganggap orang Jawa Barat kurang tegas dalam memimpin dan orang Jawa tulen
menginginkan seorang pemimpin yang dapat memimpin dengan agama pula maka itulah
yang termasuk dalam bagian budaya di Negara kita.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beraneka macam suku, agama, dan
ras. Karena banyaknya perbedaan budaya yang


beragam

seorang

pemimpin

dituntut untuk mampu beradaptasi. Sondang P. Siagian (2003:108) menyatakan bahwa:
“Kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisional, temporal dan spatial yang
berarti bahwa gaya kepemimpinan orang misalnya gaya demokratik tidak mungkin
dapat diterapkan secara sangat konsisten tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi
yang dihadapi, factor waktu dan factor ruang.”
Budaya menjadi faktor dominan dalam mendorong kemajuan dalam memimpin.
Maju berarti hidup yang lebih panjang, lebih sehat, tanpa banyak belitan derita, dan lebih
berbobot. Secara sosial, maju berarti terciptanya hubungan yang saling menguntungkan
di antara berbagai kelompok, tanpa ada prasangka dan diskriminasi yang memicu
kekerasan. Etos kerja keras, berhemat, dan menabung merupakan nilai budaya yang
menjadi pilar kemajuan bangsa merupakan kekuatan ekonomi yang unggul.
Meskipun demikian, penolakan terhadap eksistensi budaya masih kerap terjadi.
Kadang budaya hanya menjadi suplemen dari teori pilihan rasional. Budaya dilihat

sebagai "adonan adat istiadat", sebentuk fosil tua yang dikagumi, namun tidak
digunakan. Budaya dianggap statis dan dangkal sehingga tidak mampu mengurai benang
kusut kehidupan modern. Terabaikannya budaya membuat negara gagal merumuskan
kebijakan secara tepat, investasi melayang, dan usaha produktif gulung tikar. Implikasi
lanjutannya adalah dehumanisasi: perbudakan manusia atas kemewahan materi. Nilai

kompetisi diruntuhkan oleh pendewaan politik sarat eksploitasi. Kekayaan dan
kemewahan diperoleh dengan kemampuan memelihara hati dan kebaikan sang
pemimpin, bukan oleh etos kerja keras dan sifat berhemat.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat
dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung
kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri
setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
B. Budaya Perusahaan
1. Menanamkan Budaya Perusahaan yang Mendorong Pelaksanaan Strategi
Budaya Perusahaan adalah budaya organisasi yang berlaku di sebuah
perusahaan. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi dinyatakan oleh Kotler

(2000:42) sebagai berikut : A company’s organization consist of its structures,
policies, and corporate culture, all of which can become dysfunctional in a rapidly
changing business environmment. Sebuah organisasi perusahaan terdiri dari atas
struktur, kebijakan, dan budaya perusahaan, semuanya bisa tidak berfungsi dalam
lingkungan perusahaan yang cepat berubah. Struktur perusahaan serta kebijakannya
dapat berubah mengikuti situasi, namun budaya perusahaan agak sulit mengikuti.
Kemampuan merubah budaya perusahan merupakan kunci keberhasilan
menyusun dan melaksanakan strategi perusahaan untuk masa depan. Biasanya
budaya sebuah perusahaan atau organisasi sudah terbentuk sejak lama, sudah
terbiasa, sudah mendarah daging, jadi kadang-kadang sulit untuk dirubah. Apanya
yang sulit berubah ? Inilah yang dikatakan budaya, yang sulit dikatakan, tapi dapat
dirasakan dan dilihat, yaitu semacam cerita, kepercayaan, keyakinan, pengalaman,
norma, yang merupakan ciri khas sebuah perusahaan. Misalnya jika kita memasuki
sebuah area perusahaan maka akan terasa dan terlihat bagaimana suasana,
bagaimana cara karyawan, atau lingungan perusahaan menyambut tamu, cara
mereka berpakaian, memberi salam, cara bicara, cara kerja sibuk, santai dsb. Dalam
hal ini contoh dari pimpinan akn ditiru langsung oleh karyawan. Jadi faktor
pemimpin sangat berpengaruh terhadap pembentukan budaya perusahaan.

Budaya organisasi yang terbentuk dalam sebuah perusahaan sangat

tergantung pada visi dan misi organisasi dan ini melekat pada pimpinan organisasi
itu sendiri. Budaya ini akan membentuk perilaku keseluruhan personal perusahaan,
yang dapat memperkuat nilai-nilai atau memperlemah nilai-nilai dalam bekerja.
Nilai-nilai ini akan digunakan sebagai pedoman dalam organisasi yang kelak dapat
membuat sebuah organisasi tampil beda dengan organisasi yang lain.
Budaya organisasi dapat membuat karyawan gairah, disiplin, suka, memiliki
moral tinggi atau sebaliknya, tidak bergairah, tidak disiplin, santai, atau malas, selalu
mengharap imbalan dsb. Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang akan
membuat perbedaan pula dalam cara mereka berperilaku. Adakalanya budaya
organisasi merupakan sesuatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat berpengaruh
terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang dalam bekerja.
Dalam organisasi bisa dilihat perangkat keras dari sebuah budaya seperi
adanya struktur, kebijakan, peraturan, teknologi, keuangan, yang dapat diawasi dan
di ukur. Namun ada pula perangkat lunak yang tidak tampak, yang bersifat kejiwaan
menyangkut sisi kemanusiaan dari organisasi, seperti nilai, kepercayaan, keyakinan,
norma-norma, kebiasaan yang sudah mendarah daging, yang sulit dikuantifisir, sulit
diawasi, dan sulit dirubah.
Robbins (1996:206) menyatakan : Organzation culture refers to a system of
shared meaning held by members that distinguishes the organization from other
organizations. Budaya organisaisi berarti sistem nilai dan kepercayaan yang dianut

bersama oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dengan organisasi
lainnya.
Dalam berbagai literatur banyak dikemukakan pengertian budaya organisasi,
yang secara umum dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi ialah keteraturan
perilaku yang dapat dilihat, pada saat orang berinteraksi, seperti menggunakan katakata, simbol-simbol, mimik, kualitas kerja, penghargaan terhadap atasan atau
bawahan.
Contoh simbol-simbol misalnya seperti yang sering diceramahkan oleh Dai
kondang Aa Gym yaitu hendaklah kita melaksanakan simbol berikut dalam
pergaulan : SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, SANTUN.

Simbol – simbol tersebut dapat pula dijadikan budaya pada sebuah
perusahaan, bila akan melayani tamu yang berkunjung keperusahaan. Lontarkan
senyum terlebih dahulu, ucapkan salam dan sapa. Kemudian diikuti dengan tatacara
yang sopan dan santun.Ada pula sebuah perusahaan yang mengutamakan simbolsimbol Keamanan, Kebersihan, Keindahan, Kesopanan dan Kepribadian dalam tata
interaksi di perusahaannya. Manajemen sebuah perusahaan dapat saja menciptakan
simbol-simbol lain yang harus dibudidayakan agar diikuti dan dibiasakan secara
umum, misalnya simbol-simbol kerja keras, efisien, ikhlas, ihsan, kaizen (Jepang =
unending improvement) tepat waktu, akurat, dsb.
Luthans (2004:25) mengemukakan ciri budaya organisasi sebagai berikut :
1)

Peraturan yang berlaku yang harus dipenuhi
2)
Norma-norma
3)
Nilai-nilai yang dominan
4)
Filosofi
5)
Aturan-aturan
6)
Iklim organisasi
Ciri utama yang dominan dalam budaya organisasi diatas adanya peraturan,
norma, aturan-aturan dan nilai-nilai. Kemudian dilihat pula iklim organisasi, suasana
hubungan interaktif antar personil, atasan – bawahan, dan antara karyawan sendiri.
Sedangka landasan filosofis adalah dasar hakiki yang dianut oleh para pemilik/
pendiri perusahaan tentang pandangan hidupnya, masa depan perusahaan, visi dan
misi yang melandasi perilaku organisasi sebuah lembaga.
Iskandar Kasim (2004;3) menyatakan bahwa paling penting sedikit ada
sepuluh aspek organisasi yang akan membentuk Budaya Organisasi, baik itu
merupakan Badan Usaha, Instansi Pemerintah atau lembaga lainnya yaitu:

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Peraturan dan Kebijakan
Tujuan dan Ukuran
Kebiasaan dan Norma
Pelatihan
Perilaku Manajemen
Upacara dan Kejadian
Penghargaan dan Pengakuan
Komunikasi
Lingkungan

Struktur Organisasi
Kesepuluhan komponen ini, tidak perlu semuanya ada, tapi tergantung pada

organisasinya, namun juga tidak satu komponenpun yang dapat berdiri sendiri

membentuk Budaya Organisasi. Budaya Organisasi merupakan campuran dari
aspek-aspek diatas.
Melalui peraturan dan kebijaksanaan, Kebiasaan dan Norma serta Pelatihan,
akan dapat membentuk suatu sikap dari seluruh personal yang ada diperusahaan.
Demikian pula perilaku manajemen, upacara dan kejadian, penghargaan dan
pengakuan, merupkan kebisasaan-kebiasaan yang diberlakukan dalam perusahaan
akan menjadi panutan bagi seluruh karyawan yang kejadiannya akan berulang setiap
periode tertentu.
Komunikasi, Lingkungan, serta Struktur organisasi akan memperlihatkan
bagaimana organisasi berhubungan dengan orang-orang baik internal maupun publik
eksternal. Kebiasaan yang dilakukan dalam komunikasi ini akan menimbulkan kesan
pada publik yang akan membuat image terhadap budaya organisasi itu sendiri.
Budaya Perusahaan yaitu menghubungkan nilai-nilai bersama, keyakinan,
prinsip-prinsip bisnis, dan tradisi yang baik dalam upaya untuk menumbuhkan gaya
operasi perusahaan, norma-norma perilaku, sikap yang melekat, dan suasana kerja .
Sebuah budaya perusahaan penting karena mempengaruhi tindakan perusahaan dan
pendekatan untuk melakukan bisnis. Budaya merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh sebuah perusahaan karena dapat dikatakan budaya merupakan DNA
bagi sebuah perusahaan. DNA adalah blueprint yang mencetak hirarki yang terdiri
dalam sebuah perusahaan.
Setiap perusahaan memiliki setiap budayanya sendiri. Karakter dari sebuah
budaya perusahaan atau iklim kerja adalah sebuah produk dari nilai inti dan prinsip
bisnis yang mendukung eksekutif, standar dari etika apa yang bisa diterima dan apa
yang tidak, kebiasaan kerja dan norma dari perilaku untuk mendefinisikan “how we
do thing around here”pendekatan untuk orang dalam manajemen dan gaya
operasional, “chemistery” dan “personality” yang disebarkan dalam lingkungan
kerja, dan bercerita dan memberikan ilustrasi lebih banyak dan menguatkan nilai
dalam perusahaan pelatihan bisnis dan tradisi.Inti dari Budaya perusahaan adalah
berkenaan dengan karakter suasana internal perusahaan (suasana kerja), yang
ditampilkan dalam bentuk sebuah system dari pembagian nilai, kepercayaan, standar
etika dan tradisi dalam mendefinisikan norma perilaku, sikap yang sudah melekat,
menerima praktek kerja dan gaya dari operasional.

2.

Fitur Kunci dari Budaya Perusahaan sebuah Organisasi
 Nilai-nilai, prinsip, standar etika dalam penggunaan actual. Ini merupakan kunci
bagi sebuah budaya perusahaan, tapi tindakan yang dilakukan lebih dari kata-kata
ini. (misalnya, apa yang ingin dilakukan oleh perusahaan bisa saja melebihi
nilai,prinsip dsbnya yang ditentukan oleh perusahaan tetapi masih dalam taraf
wajar dan pastinya tidak membawa kerugian bagi perusahaan)
 Praktek manajemen dan kebijakan organisasi. Pendekatan yang dilakukan
perusahan untuk orang yang ada dalam manajemen dan kebijakan official,
prosedur, dan praktek operasional dalam menyediakan pedoman untuk
berperilaku bagi anggota perusahaan.
 Suasana dan semangat yang terkandung dalam iklim kerja perusahaan. Apakah
tempat kerja yang menberikan semangat dan kesenangan? sesuai dengan metode
dan semua bisnis? Tegang dan menganggu? tingkat persaingan yang tinggi dan
dipolitisi. Apakah semua orang tertarik dengan perkerjaan mereka dan secara
emosional terhubung dengan bisnis dalam perusahaan atau mereka hanya tertarik
dengan pembayaran? Apakah tekanan dapat menguasai kreativitas kinerja, atau
mereka hanya memiliki sedikit keleluasaan dalam menyelesaikan pekerjaan
mereka.
 Bagaimana manajer dan karyawan berinteraksi antara satu sama lain.
Kepercayaan dalam kelompok kerja dan keterbukaan komunikasi, penyampaian
untuk persahabatan yang baik, apakah seseorang memanggil dengan nama depan
mereka, apakah para pekerja manghabiskan sedikit atau sebagian waktu bersama
diluar tempat kerja.
 Kekuatan akan tekanan dari sesama untuk menyesuaikan diri dan memperhatikan
norma-norma. Apakah tindakan dan perilaku mendorong dalam

dasar

pertemanan.
 Tindakan dan perilaku dan penghargaan. Tindakan dan perilaku jelas didorong
dan dihargai dalam manajemen dalam bentuk kompensasi dan promosi.
 Bagaimana

perusahaan

memperlakukan

stakeholder. Apakah perusahaan

memperlakukan pemasok sebagai patnerbisnis atau bersikap lebih keras, rencana

bisnis yang lebih luas dan kekuatan dan kewajaran dari komitmen untuk anggota
perusahaan dan lingkungan secara keberlanjutan.
Nilai kepercayann dan praktek dalam budaya perusahaan bisa datang
dimanapun dalam hirarki organisasi sebagian besar biasanya mewakili filosofi bisnis
dan biaya manajerial dari pengaruh eksekutif tapi juga hasilnya berasal dari tindakan
yang patut dicontoh dalam bagian dari anggota perusahaan dan terbentuk berdasarkan
persetujuan tentang norma yang tepat dalam berperilaku.

3.

Peran dan nilai inti dari etika
Fondasi dari budaya perusahaan sebuah perusahaan hampir selalu
didedikasikan untuk nilai inti dan etika berperilaku dalam pekerjaan. Dua peranan
membangun budaya dari nilai inti perusahaan dan standar etika.

4.

Transformasi nilai inti dan standar etika menjadi norma budaya
Nilai dan standar etika diadopsi secara formal, mereka harus menjadikan itu
tradisi dalam kebijakan perusahaan, praktek , ditanamkan dalam perusahaan itu.
Filosofi tradisi sebuah perusahaan dengan cerita yang dipecayai lebih dari sekedar
kata-kata yang didoktrin dan kekuatan dari tradisi untuk menanamkan nilai dan
menjalankan tingkah laku sesuai etika. Tapi

banyak perusahaan menggunakan

berbagai teknik, penarikan dalam beberapa atau seluruhnya dalam mengikuti:


Merekrut dan mempekerjakan calon karyawan dengan nilai-nilai dan etika yang



harmonis untuk orang-orang perusahaan.
Memasukkan pernyataan nilai-nilai dan kode etik dalam orientasi dan program



pelatihan.
Eksekutif senior harus sering mengulangi dan menekankan nilai-nilai



perusahaan dan prinsip-prinsip etika.
Menggunakan nilai pernyataan dan kode etik sebagai tolak ukur untuk kebijakan



dan praktek perusahaan.
Menggunakan nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip etika ketika mengevaluasi



kinerja masing-masing karyawan.
Mendorong seluruh karyawan untuk membantu menegakkan ketaatan nilai-nilai
inti dan standar etika.



5.

Secara berkala mengadakan ceremonial untuk mengenali individu dan

kelompok yang menampilkan nilai-nilai perusahaan dan prinsip-prinsip etika.
 Lembaga penegakan prosedur etika yang ketat.
Mengabadikan Budaya
 Menyaring dan menyeleksi karyawan baru yang dapat berhubungan baik dengan


budaya perusahaan.
Pengindoktrinasian kepada anggota baru secara sistematis dalam budaya yang



fundamental.
Dukungan vokal oleh manajer senior. Dukungan dari manajer senior untuk
mengulangi nilai inti dalam percakapan sehari-hari dan pengumuman-



pengumuman.
Mengadakan upacara menghormati karyawan. Ceremonial diadakan untuk
menghargai karyawan yang memperlihatkan perilaku yang sesuai dari budaya

6.

perusahaan.
 Menghargai mereka yang menampilkan norma-norma budaya.
 Selalu menceritakan sejarah perusahaan.
Kekuatan budaya
Kekuatan yang menjadi penyebab budaya perusahaan dapat berkembang.
Nilai dan norma dari perusahaan sangat melekat dalam perilaku yaitu dengan
membagi-bagikan secara luas dan mngatur tingkah laku dalam bisnis perusahaan.
Bagimanapun, budaya tidak tetap, seperti strategi dan struktur organisasi,mereka
berkembang. Tantangan baru dipasar, revolusi teknologi dan perubahan kondisi
internal khususnya pengikisan prospek bisnis, krisis internal, atau pergantian top
eksekutif. Demikian pula diversifikasi ke dalam bisnis baru, ekspansi ke luar negeri,
laju pertumbuhan yang membawa sebuah pemsukan karyawan baru dan dengan
merger dan akuisisi dengan perusahaan lain bisa dengan signifikan mengubah
budaya.

7.

Budaya Perusahaan Bisa Menjadi Kuat atau Lemah
Budaya perusahaan merubah kekuatan dan saling mempengaruhi. Budaya
yang kuat melekat dan memiliki pengaruh besar pada pelatihan operasi perusahaan
dan perilaku individu perusahaan. Budaya yang lemah mendarah daging dan
memiliki dampak yang kecil pada perilaku dan bagaimana aktivitas perusahaan
berlangsung.

8.

Memimpin Proses Pelaksanaan Strategi

Sebuah budaya sudah tertanam didalam tindakan, tingkah laku dan praktek
kerja yang kondusif untuk membantu implementasi strategi yang baik yang
mendukung pelaksanaan strategi dalam tiga cara yaitu :


Sebuah budaya yang baik akan cocok dengan persyaratan dari upaya
pelaksanaan strategi memfokuskan perhatian karyawan pada apa yang paling



penting untuk upaya ini.
Tekanan teman sebaya Budaya diinduksi menginduksi personil
untuk



melakukan

hal-hal

dengan

cara

yang

membantu

pelaksanaan strategi yang baik.
Sebuah budaya yang konsisten dengan persyaratan untuk pelaksanaan strategi
yang baik bisa menguatkan karyawan, memperdalam komitmen mereka untuk

melaksanakan strategi, dan meningkatkan produktivitas karyawan.
C. Jenis-jenis budaya
1. Budaya yang sehat membantu pelaksanaan strategi yang baik
Sebuah Budaya yang kuat, memberikan rangkulan terhadap pelaksanaan
strategi secara sportif, tingkah laku dan praktek kerja dapat didefinisikan sebagai
budaya yang sehat. Dua tipe budaya yang sehat dan sebagian besar mendukung
pelaksanaan strategi dengan baik yaitu:



High performance culture
Dalam budaya yang memiliki kinerja yang tinggi, pengertian kekuatan
bersangkutan dengan bagian dari anggota perusahaan dan tekanan dari inisiatif
dan usaha atau dukungan. Kinerja yang diharapkan adalah menggambarkan
dengan jelas perusahaan secara keseluruhan unuk tiap unit organisasional dan
untuk tiap individu, tantangan dalam menciptakan budaya yang memiliki kinerja
yang tinggi adalah membangkitkan kesetiaan yang tinggi dan dedikasi dari setiap
bagian karyawan seperti mereka bekerja dengan giat untuk upaya terbaik mereka
seterusnya untuk melakukan sesuatu yang benar dan mengahasilkan sesuatu



yang tidak biasa.
Adaptive Culture
Secara resmi budaya perusahaan yang dapat menyesuaikan diri adalah kesediaan
dalam bagian dari anggota organisasi untuk menerima perubahan dan menerima
tantangan dari pengenalan diri melaksanakan strategi baru. Penyusunan strategi
perusahaan sebagai adaptasi budaya adalah pasti berhubungan dalam

implementasi strategi, proses pelaksanaan strategi sebagai bandingan untuk
2.

budaya yang melawan perubahan.
Budaya tidak sehat
Budaya tidak sehat dapat menghambat pelaksanaan strategi dengan baik.
Berbagai hal yang menyebabkan budaya perusahaan menjadi tidak sehat, yaitu:


Menentang perubahan budaya
Tindakan menentang perubahan budaya , disaat budaya ingin berubah
merupakan salah satu factor yang membuat budaya tidak sehat, tindakan seperti
ini menyebabkan eksekusi strategi menjadi gagal.



Insular, Terlalu berfokus pada budaya yang ada
Bersifat picik dalam perusahaan dapat menjadi factor yang mengganggu
eksekusi strategi. perusahaan yang memiliki kekuasaan sebagai pemimpin
industry kadang kala bersikap terlalu focus pada strategi yang merek miliki.



Budaya yang tidak pantas dan dijalankan dengan keserakahan
Eksekutif manajemen dalam sebuah perusahaan jika mempunyai budaya yang
tidak sepantasnya dan memiliki keserakahan maka dapat menghambat
pelaksanaan strategi.



Subbudaya yang bertentangan
Perusahaan harus menjalankan subbudaya yang seharusnya untuk mensukseskan
pelaksanaan strategi, jika menjalankan subbudaya yang tidak sesuai maka
perusaahn akan malakukan kesalahan dalam eksekusi strategi.



Budaya dipolitisi
Jika budaya dalam perusahaan hanya boleh diputuskan oleh satu pihak yang
tidak menerima pendapat dari pihak lain dalam perusahaan maka budaya tersebut
tidak akan bisa mensukseskan pelaksanaan strategi.

D. Peran Kepemimpinan dalam Masalah Mengubah Budaya

Sebuah kekuatan yang tidak seimbang, atau budaya yang tidak sehat harus di
ubah dalam rangka menyukseskan pelaksanaan strategi . Pemimpin tingkat atas yang
kompeten di perlukan dalam upaya perubahan budaya yang lebih baik.
E. Menekankan unit strategi untuk menjalankan strategi yang baik dan mencapai
keunggulan operasional
 Perlakukan karyawan seperti mitra yang dihargai.
 Menumbuhkan esprit de corps yang memberikan energi kepada karyawan.
 Menggunakan pemberdayaan untuk menciptakan tenaga kerja yang optimal.
 Membuat kompetisi kepada karyawan untuk melapori ide-ide baru atau


memenangkan kompetisi.
Tetapkan tujuan yang objektif yang membutuhkan personil untuk memberikan



yang terbaik dalam mencapai target kinerja.
Mengunakan benchmarking,rekayasa ulang,tqm,six sikma untuk memusatkan



perhatian pada perbaikan secara terus menerus.
Menggunakan teknik motivasi dan insentif kompensasi untuk
menginspirasi,memelihara iklim kerja yang berorientasi pada hasil dan

F.

menegakkan standar yang tinggi.
 Merayakan keberhasilan individu kelompok dan keberhasilan perusahaan.
Simpulan
Ada beberapa poin yang dapat dijadikan kesimpulan dalam pembahasan ini, yaitu:
 Sulit untuk memisahkan kepemimpinan dari proses pelaksanaan strategi dan proses


strategi.
Membuat, menerapkan, dan melaksanakan strategi merupakan proses yang
berkesinambungan yang membutuhkan banyak penyesuaian dan pengaturan dari



strategi agar sesuai dengan perubahan keadaan.
Uji kepemimpinan strategis adalah tentang apakah perusahaan memiliki strategi
yang baik dan model bisnis, apakah strategi yang kompeten dijalankan, dan apakah



perusahaan tersebut mencapai target kinerjanya.
Jika ketiga kondisi ini ada, maka perusahaan memiliki kepemimpinan strategis yang
baik dan merupakan perusahaan yang dikelola dengan baik.

 Analisis Kasus Southwest Airlines in 2008: Culture, Values, and Operating
Practices.
Pada akhir 1966, Rollin King, seorang pengusaha dari San Antonia memiliki
layanan komuter udara. Ia mendatangi kantor hukum Herb Kelleher dan berencana untuk
memulai industri penerbangan dengan tarif rendah yang akan beroperasi di San Antonio,
Dallas, dan Houston. Konsep bisnisnya sederhana, yaitu dengan menarik minat
penumpang dengan jadwal terbang yang nyaman, tepat waktu, memberikan pengalaman
terbang yang baik, dan dengan tarif yang kompetitif jika dibandingkan dengan perjalanan
yang menggunakan mobil.
Pada bulan Juni 1971, Southwest memulai penerbangan pertamanya dengan 6
jadwal penerbangan antara Dallas dan San Antonio dan 12 penerbangan antara Houston
dan Dallas. Tarif awal yang ditetapkan adalah sebesar $ 20 untuk penerbangan satu arah
pada rute yang disebut Golden Triangle tersebut, tarif tersebut jauh di bawah tarif yang
dikenakan oleh para pesaingnya.
Untuk mencoba mendapatkan pangsa pasar yang luas dan mendapatkan lebih
banyak penumpang, Southwest memutuskan untuk melakukan hal yang lebih dari
sekedar memasang iklan di media. Beberapa hal yang dilakukan antara lain:


Southwest memutuskan untuk memiliki pramugari yang mengenakan pakaian yang
dapat menarik minat penumpang.



Untuk menarik perhatian penumpang, Southwest memberikan penumpang minuman
beralkohol secara gratis selama penerbangan di siang hari.



Southwest berusaha untuk menciptakan pengalaman terbang yang nyaman,
menyenangkan,

dan

memberikan

pengalaman

yang

berbeda

bagi

para

penumpangnya.


Southwest menetapkan waktu yang singkat yaitu selama 10 menit untuk
menurunkan penumpang sampai pesawat siap untuk kembali terbang.
Selama tahun 1970-an, Southwest mengalami keterlibatan dalam masalah hukum

dan peraturan yang berlaku. Namun dengan adanya permasalahan pada hukum, peraturan,
dan kompetisi yang dialami Southwest pada tahun-tahun awal tersebut,pada akhirnya
dapat membentuk mental yang kuat antara personil Southwest dan memberikan dorongan
untuk tetap bertahan dan berkembang meski dengan adanya banyak kendala.
Strategi Perusahaan
Southwest telah menerapkan penerbangan dengan tarif murah. Penetapan tarif
rendah membuat suatu perjalanan udara menjadi terjangkau untuk berbagai segmen
penduduk di AS yang memberikan tag line ke perusahaan "The Freedom to Fly." Hal ini
menggunakan struktur tarif yang relatif sederhana dengan menampilkan harga rendah,
tidak terbatas, tarif sehari-hari, dan tarif yang lebih rendah yang tersedia secara terbatas.
Semua pilihan tarif Southwest yang berbeda bisa dengan mudah dicari di situs
perusahaan. Selain itu Banyak penerbangan yang memiliki beberapa kursi yang tersedia
dengan tarif diskon, asalkan dibeli melalui situs perusahaan. Southwest berusaha untuk
selalu memberikan layanan pelanggan yang baik dan menciptakan kepuasan pada
pelanggan yang didasarkan pada ekspresi wajah bahagia dari para penumpang, ekspresi
yang menyenangkan, dan melakukan hal-hal untuk memastikan penumpang memiliki
pengalaman terbang yang positif.
Southwest juga menerapkan sistem rute point-to-point yang dapat meminimalkan
koneksi, delay, dan waktu perjalanannya, penerbangan nonstop pada sekitar 410 pasang
kota pada tahun 2008 yang memungkinkan sekitar 75 persen dari penumpang Southwest
untuk terbang nonstop ke tujuan mereka. Untuk memperluas pangsa pasarnya, perusahaan
melakukan ekspansi pasar secara bertahap ke wilayah geografis yang baru yang dilakukan
Southwest dengan menambahkan rute pada satu atau dua kota yang baru setiap tahunnya.
Sedangkan

untuk

mengurangi

pengeluaran

perusahaan,

Southwest

membatasi

penerbangan yang menghasilkan sedikit keuntungan ke rute yang memiliki peluang
pertumbuhan yang baik. Namun perusahaan tidak lupa untuk selalu memberikan

penekanan yang kuat pada masalah keamanan, pemeliharaan yang berkualitas, dan sistem
operasional yang selalu dapat diandalkan.
Agar Southwest bisa terus menerapkan strategi tarif rendah pada semua
penerbangannya agar tetap bisa menjadi yang terdepan diantara pesaingnya, perusahaan
menetapkan sejumlah praktik untuk tetap menjaga biayanya berada di bawah pesaingnya:


Perusahaan itu hanya mengoperasikan satu jenis pesawat, yaitu pesawat Boeing 737 dengan memperkecil persediaan suku cadang, menyederhanakan pelatihan perawatan
dan perbaikan, meningkatkan kemampuan dan kecepatan perawatan yang biasa
dilakukan, dan menyederhanakan tugas penjadwalan pesawat pada penerbangan
tertentu.



Southwest adalah maskapai besar pertama yang memperkenalkan perjalanan tanpa
tiket (menghilangkan kebutuhan untuk memproses dan mencetak kertas tiket) dan
juga yang pertama yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan reservasi dan
pembelian tiket di situs Web perusahaan (sehingga melewati kebutuhan untuk
membayar komisi kepada agen perjalanan yang menangani proses ticketing dan
mengurangi kebutuhan staf di pusat pemesanan Southwest).



Perusahaan tidak menekankan pada penerbangan ke bandara yang padat, yaitu dengan
tidak menekankan pelayanan di bandara yang dekat dengan wilayah metropolitan dan
di kota-kota menengah. Hal ini dapat membantu untuk memberikan hasil yang lebih
baik dengan kinerja yang tepat waktu dan mengurangi biaya bahan bakar yang
berhubungan dengan parkir pesawat pada taxiway yang ramai atau berputar-putar di
bandara untuk menunggu izin mendarat.



Untuk menghemat waktu yang dibutuhkan oleh personil terminal bandara untuk
memeriksa penumpang dan untuk menyederhanakan tugas reservasi, Southwest
meniadakan fasilitas pemesanan kursi penumpang.



Pramugari Southwest bertanggung jawab untuk membersihkan sampah yang
ditinggalkan oleh penumpang dan memastikan penumpang mendapatkan pesawat
layak

untuk

penerbangan

berikutnya.

Sehingga

perusahaan

tidak

perlu

mempekerjakan kru kebersihan untuk melakukan fungsi ini.


Southwest tidak memiliki kelas satu di salah satu pesawat dan tidak menyediakan
kemewahan untuk bersantai di bandara. Tidak ada makanan yang disajikan di

penerbangan Southwest, penumpang hanya ditawarkan minuman dan makanan
ringan.


Southwest tidak menyediakan layanan transfer bagasi penumpang dengan operator
lain - Southwest hanya menyediakan layanan tersebut jika melibatkan penerbangan
mereka sendiri. Pelanggan yang terhubung pada operator lain harus memesan tiket
tersendiri baik melalui agen perjalanan atau maskapai penerbangan yang terhubung
tersebut.



Southwest adalah penggerak pertama di antara maskapai besar di AS yang
menggunakan hedging bahan bakar dan kontrak derivatif untuk mengatasi kenaikan
harga minyak mentah dan bahan bakar jet.

Budaya Perusahaan
Pada banyak perusahaan meyakini bahwa pelanggan adalah yang utama,
sedangkan di Southwest prinsipnya adalah bahwa "karyawan adalah yang utama serta
pelanggan yang kedua." Prioritas yang tinggi pada karyawan ini berasal dari keyakinan
manajemen bahwa dengan memberikan layanan yang baik pada karyawan yaitu tidak
hanya menekankan pada pekerjaan mereka, tetapi perusahaan juga benar-benar
memperhatikan kesejahteraan mereka dan berkomitmen untuk memberikan keamanan
kerja kepada karyawannya. Prinsip Southwest adalah: Dengan membuat karyawan
senang, maka mereka akan membuat pelanggan senang.
Manajemen percaya bahwa dengan memberikan layanan yang unggul pada
karyawan maka mereka akan memperlakukan pelanggan dengan hangat dan sopan;
perusahaan ingin karyawannya benar-benar percaya bahwa pelanggan adalah hal yang
penting. Kepercayaan yang ada di Southwest adalah bahwa dengan layanan yang unggul,
ramah serta bersemangat pada karyawan, maka akan mengalir dari hati dan jiwa dari
karyawan sifat yang menyenangkan, bersemangat dan mencintai pekerjaannya, menyukai
pekerjaan dan perusahaan tempat mereka bekerja, dan juga penuh dengan rasa percaya
diri dan mau melakukan pekerjaan mereka karena mereka melihat kesesuaiannya
(bukannya yang diatur dengan aturan dan prosedur yang ketat).
Recruiting, Screening, and Hiring (merekrut ,Penyaringan, mempekerjakan)
Southwest mempekerjakan karyawan untuk melatih sikap dan keterampilan.
Kelleher menjelaskan mereka melatih orang untuk melakukan hal-hal dengan ketrampilan
yang diperlukan. Tapi ada satu kemampuan tidak kita miliki yaitu untuk mengubah sikap

seseorang. Jadi kita lebih suka orang yang tidak terampil namun mempunyai sikap yang
baik, daripada orang yang sangat terampil dengan sikap yang buruk.
Training
Kegiatan pelatihan di Southwest dirancang oleh Southwest University for People,
pelatihan yang dilakukan ditujukan kepada seluruh jajaran organisasi. Kegiatan pelatihan
dilakukan secara berkesinambungan, harapannya adalah setiap karyawan dapat menjadi
“intentional learner”. Beberapa kursus pelatihan yang diberikan adalah seperti pelatihan
untuk keselamatan, komunikasi, manajemen stres, pengembangan karir, penilaian kinerja,
pembuatan keputusan, kepemimpinan, budaya perusahaan, dan hubungan karyawan.
Southwest juga mengadakan The OnBoarding Program bagi karyawan Baru, program ini
merupakan program pelatihan OnBoarding bagi rekrutan baru Southwest Airlines.
Promosi
Sekitar 80 sampai 90 persen posisi supervisor Southwest diisi dan dipenuhi secara
internal, hal ini menunjukan bahwa manajemen pecaya kepada orang-orang yang telah
ada, menghargai serta memahami keinginan dan tuntutan dari jajaran dibawahnya yang
telah menghabiskan tenaga dan waktu mereka untuk perusahaan.
Kompensasi
Southwest memberikan gaji dengan skala di atas rata-rata industri sejenisnya,
beberapa benefit juga diberikan kepada karyawan mereka. Pada tahun 1973 untuk
pertama kalinya pada industri penerbangan, Southwest memperkenalkan perencanaan
pembagian keuntungan (profit-sharing) yang ditujukan kepada karyawan senior mereka,
yang selanjutnya meluas kepada seluruh karyawan pada pertengahan 1990-an.
Hubungan Karyawan
Sekitar 80 persen dari 34.300 karyawan Southwest tergabung dalam serikat
pekerja yang disebut The Teamsters Union, yang diwakili oleh bagian mekanik, stock
clerks, serta aircraft cleaners. Tidak hanya The Teamsters Union, ada beberapa serikat
pekerja Southwest lainnya yang mewakili berbagai bagian/posisi dalam perusahaan,
diantaranya Transport Worker Union, International Association of Machinists, Southwest
Airline Pilot Association. Dengan berbagai serikat kerja yang ada di Southwest, hal ini
menunjukan adanya hubungan yang harmonis dan tanpa adanya permusuhan diantara
mereka walaupun diantara serikat memiliki beberapa perbedaan pendapat. Selain
hubungan atar karyawan yang baik, Southwest juga memberikan beberapa benefit berupa

paket pembelian sukarela (voluntary buyout package) ke sekitar 8.700 pramugari, pekerja
jalan, karyawan layanan pelanggan, reservasi, operasi, dan bagian freight yang telah
mencapai skala gaji tertentu. Hal ini dilakukan untuk menekan kenaikan biaya tenaga
kerja. Dalam beberapa kasus, karyawan yang menerima buyout tersebut tidak diganti,
yang biasanya dalam beberapa kasus hal tersebut dilakukan karena adanya penggantian
yang diperlukan, Sehingga Southwest mampu mempekerjakan karyawan baru dengan
bayaran yang lebih rendah dibandingkan karyawan bagian keberangkatan (departing)
yang produktif (karena hanya karyawan yang berada di atau mendekati batas gaji teratas
mereka yang disebabkan prestasi kerja yang baik dan lamanya pengabdian di perusahaan
– ditawarkan buyout).
Kebijakan Tanpa PHK
Southwest tidak pernah memberhentikan atau merumahkan karyawan sejak
perusahaan mulai beroperasi tahun 1971. Kebijakan tanpa PHK dipandang sebagai bagian
integral bagaimana perusahaan memperlakukan karyawan dan sebagai upaya manajemen
untuk mempertahankan dan memelihara budaya perusahaan.

Operasi Kick Tail
Program ini merupakan inisiatif internal dari manajemen Southwest. Operasi Kick
Tail merupakan sebuah panggilan multiyear (multiyear call) bagi karyawan untuk
bertindak dengan lebih memfokuskn perhatian pada penyediaan layanan pelanggan yang
berkualitas tinggi, mempertahankan biaya rendah, dan memelihara budaya Southwest.
Salah satu komponen dari Operasi Kick Tail meliputi pemilihan karyawan untuk
pengakuan khusus ketika mereka melakukan sesuatu guna membuat perbedaan positif
dalam pengalaman perjalanan pelanggan atau dalam kehidupan rekan kerja. Menurut
CEO Garry Kelly, Operasi Kick Tail sebagai suatu cara untuk mendorong sikap dan
komitmen karyawan yang diperlukan untuk memenuhi janji Southwest “Positif
Outrageous Customer Service”.
Gaya Manajemen
Di Southwest, manajemen selalu berusaha untuk melakukan hal-hal dengan cara
yang akan membuat karyawan Southwest bangga dengan perusahaan mereka. Para

manajer diharapkan untuk menghabiskan sepertiga waktu bekerja mereka untuk terjun
memantau secara langsung di wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka. Mereka
secara langsung akan mengamati apa yang terjadi, mendengarkan karyawan mereka, dan
merespon kepada setiap kepentingan karyawan.
Nilai Inti Southwest
LUV dan fun, merupaan nilai inti Southwest yang meresap disetiap sendi
lingkungan Sothwest. LUV, tidak hanya sekedar simbol ticker perusahaan, LUV selalu
menjadi tema dalam iklan Southwest. LUV menunjukan sikap hormat, perhatian, dan
sikap mencintai. Sedangkan fun jelas menyiratkan kata fun itu sendiri, fun muncul dalam
bentuk perilaku umum yang menghibur karyawan dalam melakukan pekerjaan mereka,
bisa diungkapkan dalam bentuk candaan diantara mereka, dan tak jarang perusahaan
mengadakan perayaan dan pesta.
Culture Building (Membangun budaya)
CEO Gary Kelly mengatakan, “Beberapa hal di Southwest tidak akan berubah.
Kami akan terus mengharapkan orang-orang kami untuk hidup dengan apa yang kami
gambarkan sebagai ‘Southwest Way,’ yang memiliki Warrior Spirit, Servan’s Heart, dan
Fun-LUVing Attitude. Ketiga hal tersebut telah menjadi budaya perusahaan selama 36
tahun.” Southwest membentuk komite budaya pada tahun 1990 untuk mendorong
“Positively Outrageous Service”. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara dan
melestarikan spirit dari Southwest.
Terlepas dari upaya Komite Budaya, manajemen Southwest telah berusaha untuk
memperkuat nilai-nilai inti dan budaya perusahaan melalui Heroes of the Heart Award,
program mentoring yang disebut Cohearts, sebuah acara yang disebut Day in the Field
dimana karyawan menghabiskan waktu bekerja di daerah lain dari operasi perusahaan,
sebuah program yang disebut Helping Hands yang mengumpulkan relawan dari seluruh
bagian untuk bekerja dua shift di akhir pekan di bagian Southwest lainnya yang
sementara mengalami kekurangan tenaga atau mengalami beban kerja yang berat, dan
yang terakhir sebuah pertemuan periodik yang disebut Culture Exchange yang
dimaksudkan untuk merayakan Spirit Southwest dan milestones perusahaan.
Produktivitas Karyawan

Manajemen yakin dengan strategi, budaya, semangat kebersamaan yang dimiliki,
serta praktek manajemen manusia yang akan memupuk produktivitas tenaga kerja yang
tinggi dan memberikan kontribusi kepada Southwest yang memiliki biaya tenaga kerja
sangat rendah dibandingkan dengan maskapai lainnya. Mereka memiliki produktivitas
yang tinggi dalam pekerjaan mereka, seperti Turn around times (waktu penyelesaian)
yang dimiliki Southwest berada di kisaran 25-30 menit, lebih cepat dibandingkan dengan
rata-rata industri yang sama sekitar 45 menit. Pada tahun 2007, terbukti bahwa
produktivitas tenaga kerja Southwest lebih baik dibandingkan dengan maskapai
penerbangan rata-rata di U.S. yaitu sebesar 2,964 berbanding 1,371 untuk Passengers
enplaned per employee dan 65,2 berbanding 71,8 untuk Employee per plane.
Sistem Operasi
Dibawah kepemimpinan Herb Kelleher, Southwest memiliki praktik kelembagaan
dan sistem pendukung operasi perusahaan yang unggul yang telah menjadi tradisi dan
kebanggaan perusahaan. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi di setiap sendi operasi bisnis Southwest. Mereka senantiasa terus melakukan
monitoring terhadap operasi bisnis mereka, dan terus mencari cara untuk meningkatkan
kinerja mereka. Salah satu tujuan strategis Kelly adalah agar Southwest “to be the safest,
most efficient, and most reliable airline in the world,” artinya agar Southwest menjadi
maskapai paling aman, paling efisien, dan paling dapat diandalkan di dunia. Manajer
Southwest dan karyawan di semua posisi serta jajarannya proaktif dalam menawarkan
saran demi meningkatkan praktik dan prosedur Southwest.
Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) di lingkungan perusahaan. SWOT
digunakan untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan peluang eksternal dan tantangan yang dihadapi. Semua organisasi
memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan
yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua unit bisnis.
Kekuatan dan kelemahan internal, digabungkan dengan peluang dan ancaman dari
eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan
strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud untuk memanfaatkan kekuatan
internal dan mengatasi kelemahan perusahaan.

1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain
yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat
dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi
khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.
Southwest Airlines memiliki beberapa kekuatan yang dapat digunakan untuk
menjadikannya perusahaan yang sukses di pasaran. Beberapa kekuatan yang dimiliki
Southwest diantaranya adalah:


Southwest menetapkan tarif rendah pada penerbangannya yang membuat suatu
perjalanan udara menjadi terjangkau untuk berbagai segmen penduduk di AS
yang memberikan tag line ke perusahaan "The Freedom to Fly." Selain dengan
menerapkan tarif rendah, Southwest juga membuat frekuensi penerbangan yang
lebih tinggi yang terbukti berhasil meningkatkan jumlah penumpang yang lebih
tinggi di bandara di seluruh Amerika Serikat.



Southwest memberikan pengalaman terbang yang nyaman, menyenangkan, dan
memberikan pengalaman terbang yang berbeda. Hal itu diantaranya dilakukan
dengan memiliki pramugari yang mengenakan pakaian yang dapat menarik minat
penumpang untuk menggunakan maskapai penerbangan Southwest. Lalu
Southwest menarik perhatian penumpang dengan memberikan minuman
beralkohol secara gratis kepada penumpang selama penerbangan di siang hari.
Selain itu banyak penerbangan yang memiliki beberapa kursi yang tersedia
dengan tarif diskon, asalkan dibeli melalui situs perusahaan.



Southwest berusaha untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan para
pelanggannya, seperti dengan menetapkan waktu selama 10 menit dari
menurunkan penumpang sampai pesawat siap untuk kembali terbang. Sistem rute
point-to-point Southwest yang dapat meminimalkan koneksi, delay, dan waktu
perjalanannya.



Pendekatan Southwest untuk memberikan layanan pelanggan yang baik dan
menciptakan kepuasan pada pelanggannya yang didasarkan pada ekspresi wajah
bahagia dari para penumpang, ekspresi yang menyenangkan, dan melakukan halhal untuk memastikan penumpang memiliki pengalaman terbang yang positif.

Manajemen Southwest meyakini bahwa dengan menerapkan strategi tarif
rendah, dengan menambahkan jumlah penerbangan dan pemberian layanan yang
ramah, dapat memberikan nilai lebih pada perusahaan. Kelleher juga mengatakan,
“Semua orang menghargai pelayanan yang sangat baik yang disediakan pada tingkat
harga yang sangat wajar.”
Selain kekuatan perusahaan yang digunakan untuk menarik minat penumpang
tersebut, Southwest Airlines juga memiliki beberapa hal yang menjadi kekuatan
perusahaan untuk tetap menjaga efisiensi dan efektifitas operasional perusahaan
sehingga bisa menekan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Beberapa yang
dilakukan perusahaan untuk mewujudkan hal tersebut adalah:


Pada pertengahan 2001 Southwest mengimplementasikan penggunaan software
baru yang secara signifikan dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
membuat jadwal kru secara optimal dan dapat membantu meningkatkan kinerja
secara tepat waktu.



Perusahaan itu hanya mengoperasikan satu jenis pesawat, yaitu pesawat Boeing
737 - dengan memperkecil persediaan suku cadang, menyederhanakan pelatihan
perawatan dan perbaikan, meningkatkan kemampuan dan kecepatan perawatan
yang biasa dilakukan, dan menyederhanakan tugas penjadwalan pesawat pada
penerbangan tertentu.



Southwest adalah maskapai besar pertama yang memperkenalkan perjalanan
tanpa tiket (menghilangkan kebutuhan untuk memproses dan mencetak kertas
tiket) dan juga yang pertama yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan
reservasi dan pembelian tiket di situs Web perusahaan (sehingga melewati
kebutuhan untuk membayar komisi kepada agen perjalanan yang menangani
proses ticketing dan mengurangi kebutuhan staf di pusat pemesanan Southwest).



Perusahaan tidak menekankan pada penerbangan ke bandara yang padat, yaitu
dengan tidak menekankan pelayanan di bandara yang dekat dengan wilayah
metropolitan dan di kota-kota menengah. Hal ini dapat membantu untuk
memberikan hasil yang lebih baik dengan kinerja yang tepat waktu dan
mengurangi biaya bahan bakar yang berhubungan dengan parkir pesawat pada
taxiway yang ramai atau berputar-putar di bandara untuk menunggu izin
mendarat.



Penjadwalan penerbangan point-to-point Southwest lebih hemat biaya daripada
sistem hub-and-spoke yang digunakan oleh penerbangan pesaingnya.



Pramugari Southwest bertanggung jawab untuk membersihkan sampah yang
ditinggalkan oleh penumpang dan memastikan penumpang mendapatkan pesawat
layak untuk penerbangan berikutnya. Sehingga perusahaan tidak perlu
mempekerjakan kru kebersihan untuk melakukan fungsi ini.
Dengan kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh Southwest Airlines, maka

dengan kelebihan yang dimilikinya itu diharapkan perusahaan dapat semakin
berkembang menjadi perusahaan yang semakin terkemuka.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang dapat menghambat kinerja perusahaan.
Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan
manajemen dan keterampilan pemasaran yang dapat menjadi sumber dari kelemahan
perusahaan.
Selain kekuatan yang dimiliki oleh Southwest Airlines, perusaaan ini juga
memiliki kelemahan yang dikhawatirkan dapat berbahaya bagi perusahaan.
Kelemahan yang dimiliki perusahaan ini adalah:


Perusahaan membatasi penerbangan yang menghasilkan sedikit keuntungan ke
rute yang memiliki peluang pertumbuhan yang baik, hal itu bisa menjadi
kelemahan bagi perusahaan karena dengan meniadakan rute penerbangan
tersebut, maka pelanggan bisa beralih menggunakan maskapai penerbangan yang
lain.



Perusahaan itu hanya mengoperasikan satu jenis pesawat, yaitu pesawat Boeing
737 - dengan memperkecil persediaan suku cadang, menyederhanakan pelatihan
perawatan dan perbaikan, meningkatkan kemampuan dan kecepatan perawatan
yang biasa dilakukan. Dengan demikian perusahaan bisa mengalami masalah
apabila terjadi kerusakan yang harus segera ditangani pada pesawatnya, karena
kurangnya suku cadang dan pelatihan awak pesawat yang dimilikinya.



Southwest meniadakan fasilitas pemesanan kursi penumpang. Selain itu,
Southwest tidak memiliki kelas satu di salah satu pesawat dan tidak menyediakan

kemewahan untuk bersantai di terminal, tidak ada makanan yang disajikan di
penerbangan Southwest, penumpang hanya ditawarkan minuman dan makanan
ringan (sebuah praktik untuk membuat kesederhanaan di pesawat). Southwest
juga tidak menyediakan layanan transfer bagasi penumpang dengan operator lain,
Southwest hanya menyediakan layanan tersebut yang melibatkan penerbangan
mereka sendiri. Pelanggan yang terhubung pada operator lain harus memesan
tiket tersendiri baik melalui agen perjalanan atau maskapai penerbangan yang
terhubung tersebut. Walaupun bisa menekan biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan, tetapi hal itu bisa dirasakan penumpang sebagai kurangnya pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dari lingkungan
eksternal perusahaan. Kecendrungan yang penting merupakan salah satu sumber
peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan
dengan pembeli atau pemasok yang merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.
Peluang yang dimiliki Southwest Airlines diantaranya:
Disadari bahwa Southwest saat ini melayani dua jenis pelanggan yang sangat
berbeda yang ada di pasar Golden Triangle: (1) para pebisnis yang lebih sensitif
terhadap waktu daripada harga, yang membutuhkan penerbangan di hari kerja yaitu
waktu yang tepat untuk melakukan bisnis, dan (2) wisatawan yang sensitive pada
masalah harga yang lebih menginginkan tarif yang lebih rendah da